"Karena pengaruh morning sickness nya terlalu parah, Ibu Dinda harus dirawat dulu ya! Ini saya kasih obat, untuk mengurangi mualnya di pagi hari, dihabiskan ya Bu!" ucap dokter ramah.
"Untuk Bapak, emosi dan pikiran Ibu Dinda tolong dijaga ya Pak, karena beban pikiran juga bisa mempengaruhi tumbuh kembang bayi dalam kandungan!" ucap Dokter wanita yang menangani Dinda."Terimakasih Dok! Saya akan menjaga istri saya dengan baik!" jawab Indra.Setelah dokter dan perawat pergi, Indra memandang wajah Dinda.Ada rasa kasihan dalam hatinya, saat melihat wanita yang saat ini tengah mengandung anaknya, harus menjadi sosok yang lemah seperti ini. Padahal dia tau, bagaimana cerianya sifat Dinda."Kenapa In?" tanya Dinda melihat Indra yang memandangnya intens.Indra segera mengalihkan pandangannya, rasa bersalah dan benci hinggap di hatinya."Nggak kenapa-kenapa, kok!" jawab Indra sekedarnya.Dinda tak melanjutkan pertanya"Kamu kalau ada masalah, cerita aja Din! Walaupun kita baru kenal, aku mau kok jadi teman curhat kamu!" pancing Bella.Dinda tersenyum, namun dia tak mengatakan apapun. Dia belum bisa seterbuka itu pada orang yang baru dikenalnya, walaupun terlihat ramah."Din..!" panggil Bella."Eh...ya Bell?""Kamu kenapa? Apa ada yang mau diceritakan?" tanya Bella."Ahh... nggak kok! Oh ya, kehamilan kamu udah masuk berapa bulan, Bell?" tanya Dinda mengalihkan pembicaraan."Hhm....! Udah masuk tujuh bulanan Din!" jawab Bella menghela napas tak semangat."Maaf ya Bell, bukan aku gak mau cerita! Cuma... untuk saat ini, aku masih baik-baik aja kok!" ucap Dinda yang tau dengan kekecewaan Bella."Udah gak apa-apa! Aku maklum kok, kalau kamu belum bisa percaya sama aku!" jawab Bella tak mendesak lagi.Sejak menikah dengan Rudy, banyak perubahan pada diri Bella, dia tidak sebar-bar dulu, dan bahasanya pun lebih sopan.
Saat jam istirahat kantor, Rumah Makan Family akan selalu dipenuhi pelanggan. Karena tempat yang strategis, juga rasa dan harga yang lebih terjangkau, ditambah pelayanannya memuaskan, tidak heran jika Rumah Makan ini semakin hari semakin ramai didatangi pelanggan.Seorang pria dengan setelah jas, masuk ke dalam. Dia melihat sekeliling, melihat ramainya pengunjung, pria tersebut yakin jika Rumah Makan ini pasti bukan Rumah Makan yang asal-asalan.Dia menemukan tempat duduk kosong di pojok ruangan. Dia pergi ke kursi yang masih kosong.Tak lama, seorang pelayan datang "Mau pesan makanan apa, Pak?" tanya pelayan ramah sambil menyerahkan buku daftar menu.Pria itu melihat sekilas, "Saya pesan nasi satu porsi, lauk dan sayur spesial dari Rumah Makan ini! Minumannya, teh manis aja!" ucap pria tersebut."Baik, Pak! Mohon ditunggu sebentar ya, Pak?" ucap pelayan sopan lalu pergi menyiapkan pesanan.***Nisa yang merasa
Nisa segera membawa nampan yang berisi pesanan pelanggan yang duduk di kursi, meja sebelah sudut. Karena tamu tersebut duduk menghadap ke luar, Nisa tidak bisa melihat siapa tamu yang duduk di kursi tersebut.Arman yang saat itu tengah asyik memainkan handphonenya, tak menyadari jika pesanannya telah berada di depannya.Dia kaget, saat mendengar suara dari pelayan yang menyajikan makanannya, Arman sontak menoleh."Silahkan dinikmati makanannya, Pak!" ucap Nisa pada si pelanggan.Arman tak berkedip saat melihat Nisa, seolah tak percaya jika wanita yang berada di depannya itu adalah mantan istrinya.Penampilan Nisa yang banyak berubah semenjak berpisah, ditambah kurangnya beban pikiran, menjadikan Nisa terlihat semakin muda dan segar. Walau pakaian yang ia gunakan juga adalah seragam yang digunakan para pelayan, dan terlihat biasa-biasa saja, tapi tetap mampu memancarkan kecantikan alaminya, sangat berbeda saat dia masih menyandan
Cukup Kak Arman...!" teriak Bella dari jauh.Setelah berhenti sebentar di Supermarket, Bella segera berangkat ke alamat Nisa, tapi dia sungguh tak menyangka, jika alamat yang dituju malah terjadi keributan, dan biang dari keributan adalah kakaknya sendiri."Bella..?" gumam Nisa tak percaya, melihat Bella membentak orang yang selama ini sangat ia hormati."Mbak Nisa..! Maafkan Kak Arman ya!" ucap Bella tak nyaman dengan kelakuan kakaknya.Rudy yang akhirnya mengetahui jika tebakannya benar, kaget. Dia sama sekali tak menyangka, jika Nisa adalah mantan istri dari kakak iparnya.Namun saat ini, Rudy merasa serba salah. Dia lebih memilih diam, demi menghindari masalah dengan kakak iparnya."Nggak apa-apa Bell, terimakasih sudah mau membelaku dari orang seperti itu!" ucap Nisa sambil memandang ke Arman"Bella..... ngapain kamu di sini! Lebih baik kamu pulang, dan jangan pernah berhubungan lagi dengan wanita sombong seperti di
Tidak ada yang menyadari, jika di saat Nisa dan Bella masuk ke dalam ruangannya, dua orang pria keluar dari Ruman Makan family. Satu orang bertubuh besar menggunakan masker dan bertopi, sementara satunya hanya menggunakan topi dengan jaket berwarna hitam.Sebelum keduanya meninggalkan rumah makan, keduanya tak sengaja saling pandang. Kedua pria bertopi dan bermasker saling terdiam, dan saling menatap dengan curiga. Entah apa maksud dari tatapan itu, tidak ada yang tau.Rudy yang duduk di kursi pojok, cuma melihat sekilas tanpa merasa curiga sedikitpun.Sambil menunggu Bella, Rudy memesan minuman sekedar pelepas dahaga.Sambil menunggu kedatangan pelayan, Nisa memandang Bella intens, dia kaget saat mendapati perubahan yang terjadi di diri Bella."Lho....kamu hamil, Bell?" tanya Nisa kaget. Nisa segera menyadari, jika kedatangan Bella sebelumnya bersama seorang pria, yang rasa tak asing bagi Nisa. Karena tadi dia sedang
"Apa aku harus mencium kaki, Mbak Nisa? Agar kata maaf itu, aku dapatkan, Mbak?" tanya Bella sambil terisak memandang Nisa."Aku bukan orang sesuci itu, Bell! Aku hanya wanita biasa, yang juga bisa marah dan membenci!" "Aku mohon Mbak! Mohon maafkan aku, apapun akan aku lakukan, asal Mbak mau memaafkan aku!" ulang Bella."Gak perlu...!" potong Nisa cepat."Jika kamu memang menyadari kesalahanmu, tolong katakan pada keluargamu, jangan ganggu kehidupan aku lagi!"Bella langsung memandang lekat wajah cantik di depannya, ia seakan tak percaya jika Nisa hanya memberikan syarat itu, untuk memaafkannya "Serius Mbak? Apa semudah itu?" tanya Bella dengan mata membola."Ya... dengan kalian tak mengusik kehidupanku, itu berarti, kalian telah memberi ketenangan dalam hidup aku, dan putraku!" "Terimakasih Mbak, mulai saat ini, aku janji akan menjauh dari kehidupan Mbak Nisa, dan tidak akan mengusik kehidupan kalian lagi!" jawab Bel
"Hehe...kalau Om kangen, kenapa nggak minta Sherly datang, sih! 'Kan Sherly paling bisa, membuat Om, melupakan semua masalah!" Sherly masih asyik ngobrol dengan seseorang di seberang sana, sama sekali tak menyadari keberadaan suaminya."Siapa yang menghubungi Sherly? Kok bisa terlihat akrab seperti itu?" monolog Arman."Ya udah, ntar malam Sherly ke sana, deh! Ingat ya, Om harus persiapkan segalanya! Sherly nggak mau gagal kayak tempo hari, lho!" ucap Sherly manja."Mau kemana kamu, Sher? Siapa yang kamu hubungi?" tanya Arman berdiri di samping Sherly."Eh..Mas Arman!" Wajah Sherly tiba-tiba memucat, melihat kehadiran suaminya yang tak ia sadari."Kenapa..? Kaget ya, siapa yang kamu hubungi?" tanya Arman sambil menatap tajam."Ehh, ini..cuma orang dari Agensi! Dia memintaku untuk menghadiri pertemuan sesama model, nanti malam!" ucap Sherly gugup."Jangan bohong kamu, Sherly!" "Siapa yang bohong, sih Mas! Lagipu
Gadis itu tersenyum malu saat ditatap intens oleh Rasya. Rona merah di pipinya, menambah kecantikan wajahnya."Owh iya ya, aku lupa deh ngenalin diri! Nama aku Annisa Hafizah kak, orang-orang manggil aku, Nisa!" jawab Nisa sambil memainkan ujung hijabnya."Nama kamu cantik, secantik wajah kamu!" ucap Rasya tak sadar.Nisa menunduk malu dengan pipi semakin merona. "Kamu masih sekolah, kelas berapa?" tanya Rasya."Aku kelas dua belas Kak!""Owh...gak lama lagi SMA donk!" "Iya, Kak!""Usia kamu berapa Nisa?" tanya Rasya antusias."Usia aku lima belas tahun, Kak! Kakak masih sekolah juga?" tanya Nisa balik, sambil memberanikan diri."Hehe..aku udah kuliah! Usia aku aja udah dua puluh tahun!" "Owh... berarti Kakak udah tua donk?" ucap Nisa serius."Hahaha....dasar anak kecil. Usia segitu ya masih muda donk, Nisa! Masa' udak tua, sih!" Sejenak Rasya melupakan rasa sakit pada luka