Sejak peristiwa malam itu, Nisa jadi lebih sering termenung. Kata-kata Rasya, yang mengkhawatirkan, jika besar kemungkinan ia akan hamil, selalu mengganggu pikirannya.
"Apa yang harus aku lakukan, jika nanti aku benar-benar hamil?" gumam Nisa sendiri."Siapa yang hamil, nak?" tanya pak Faisal yang baru datang dari mengantar cucunya sekolah."Oh, eh..Anu, itu Yah!" jawab Nisa gugup, karena tak menyadari kehadiran ayahnya.Melihat putrinya panik dan gugup, pak Faisal merasa curiga. Tidak biasanya Nisa bertingkah seperti itu, walau ada masalah sekalipun."Ada masalah apa, nak? Apa karena batalnya pernikahan, membuat kamu jadi seperti orang yang hilang konsentrasi?" tanya ayah Nisa."Ah, anu...Nisa nggak apa-apa kok, Yah!" jawab Nisa serba salah.Pak Faisal diam mendengar jawaban yang terkesan menutupi sesuatu. Tapi, sebagai orang tua, pak Faisal tidak mau jika putrinya menanggung beban masalah sendiri.Nisa merasaRasya duduk di kursi putar kebesarannya, namun dia tidak melakukan apapun. Dari tadi dia hanya memandang handphonenya, sambil tersenyum sendiri."Hhah..tak kusangka, walau sudah mendapatkan dirimu seutuhnya, tapi masih perlu perjuangan untuk memiliki kamu, Nisa!" ucap Rasya sambil menatap lekat foto Nisa di handphonenya."Walau kamu gak mungkin hamil untuk saat ini, tapi jangan harap aku akan melepaskan kamu gitu aja!" Saat kejadian malam itu, Rasya sengaja tidak membuang spermanya di dalam, tapi ia sengaja membuangnya di luar. Bukannya dia tidak ingin Nisa mengandung anaknya, tapi dia pasti tau, jika Nisa tidak akan semudah itu menerimanya, walaupun dia telah mengandung anak dari Rasya.Tapi dia sengaja merahasiakan itu dari Nisa, dengan harapan agar Nisa mau menerima ajuan pernikahan darinya, walau akhirnya tetap ditolak, Rasya tak semudah itu untuk mudah menyerah."Tok...tok...!""Masuk...!" Rasya meletakkan handpho
Rudy memeluk Istrinya, "Tenang sayang, jika itu menjadi beban kamu! Mas akan antar kamu menemui mantan istri Kak Arman!" ujar Rudy menghibur."Aku nyesal, Mas! Saat itu, aku terlalu jahat buat dia, bahkan karena kata-kataku kak Arman berpisah dengannya!" "Apa...? Apa kamu sadar Bella, jika kamu sudah melakukan dosa besar, karena memisahkan pasangan yang telah disatukan Allah!" Rudy tak menyangka jika kelakuan istrinya dulu begitu jahatnya."Maaf Mas! Saat itu, aku terlalu kekanakan sampai tak pikir panjang! Apalagi karena ancaman Mbak Sherly!" jawab Bella."Ancaman Mbak Sherly..? Apa maksudnya Bella!" tanya Rudy penasaran."Iya...Mbak Sherly merekam kejadian saat kita keluar dari kamar hotel! Aku takut jika rekaman itu sampai jatuh ke tangan kak Arman dan Mama! Makanya aku ngikutin perintah Mbak Sherly!" Lalu Bella menceritakan bagaimana dia diancam Sherly dan akhirnya menjalankan rencananya, hingga menyebabkan perceraian antar
"Karena pengaruh morning sickness nya terlalu parah, Ibu Dinda harus dirawat dulu ya! Ini saya kasih obat, untuk mengurangi mualnya di pagi hari, dihabiskan ya Bu!" ucap dokter ramah."Untuk Bapak, emosi dan pikiran Ibu Dinda tolong dijaga ya Pak, karena beban pikiran juga bisa mempengaruhi tumbuh kembang bayi dalam kandungan!" ucap Dokter wanita yang menangani Dinda."Terimakasih Dok! Saya akan menjaga istri saya dengan baik!" jawab Indra.Setelah dokter dan perawat pergi, Indra memandang wajah Dinda.Ada rasa kasihan dalam hatinya, saat melihat wanita yang saat ini tengah mengandung anaknya, harus menjadi sosok yang lemah seperti ini. Padahal dia tau, bagaimana cerianya sifat Dinda."Kenapa In?" tanya Dinda melihat Indra yang memandangnya intens. Indra segera mengalihkan pandangannya, rasa bersalah dan benci hinggap di hatinya."Nggak kenapa-kenapa, kok!" jawab Indra sekedarnya.Dinda tak melanjutkan pertanya
"Kamu kalau ada masalah, cerita aja Din! Walaupun kita baru kenal, aku mau kok jadi teman curhat kamu!" pancing Bella.Dinda tersenyum, namun dia tak mengatakan apapun. Dia belum bisa seterbuka itu pada orang yang baru dikenalnya, walaupun terlihat ramah."Din..!" panggil Bella."Eh...ya Bell?""Kamu kenapa? Apa ada yang mau diceritakan?" tanya Bella."Ahh... nggak kok! Oh ya, kehamilan kamu udah masuk berapa bulan, Bell?" tanya Dinda mengalihkan pembicaraan."Hhm....! Udah masuk tujuh bulanan Din!" jawab Bella menghela napas tak semangat."Maaf ya Bell, bukan aku gak mau cerita! Cuma... untuk saat ini, aku masih baik-baik aja kok!" ucap Dinda yang tau dengan kekecewaan Bella."Udah gak apa-apa! Aku maklum kok, kalau kamu belum bisa percaya sama aku!" jawab Bella tak mendesak lagi.Sejak menikah dengan Rudy, banyak perubahan pada diri Bella, dia tidak sebar-bar dulu, dan bahasanya pun lebih sopan.
Saat jam istirahat kantor, Rumah Makan Family akan selalu dipenuhi pelanggan. Karena tempat yang strategis, juga rasa dan harga yang lebih terjangkau, ditambah pelayanannya memuaskan, tidak heran jika Rumah Makan ini semakin hari semakin ramai didatangi pelanggan.Seorang pria dengan setelah jas, masuk ke dalam. Dia melihat sekeliling, melihat ramainya pengunjung, pria tersebut yakin jika Rumah Makan ini pasti bukan Rumah Makan yang asal-asalan.Dia menemukan tempat duduk kosong di pojok ruangan. Dia pergi ke kursi yang masih kosong.Tak lama, seorang pelayan datang "Mau pesan makanan apa, Pak?" tanya pelayan ramah sambil menyerahkan buku daftar menu.Pria itu melihat sekilas, "Saya pesan nasi satu porsi, lauk dan sayur spesial dari Rumah Makan ini! Minumannya, teh manis aja!" ucap pria tersebut."Baik, Pak! Mohon ditunggu sebentar ya, Pak?" ucap pelayan sopan lalu pergi menyiapkan pesanan.***Nisa yang merasa
Nisa segera membawa nampan yang berisi pesanan pelanggan yang duduk di kursi, meja sebelah sudut. Karena tamu tersebut duduk menghadap ke luar, Nisa tidak bisa melihat siapa tamu yang duduk di kursi tersebut.Arman yang saat itu tengah asyik memainkan handphonenya, tak menyadari jika pesanannya telah berada di depannya.Dia kaget, saat mendengar suara dari pelayan yang menyajikan makanannya, Arman sontak menoleh."Silahkan dinikmati makanannya, Pak!" ucap Nisa pada si pelanggan.Arman tak berkedip saat melihat Nisa, seolah tak percaya jika wanita yang berada di depannya itu adalah mantan istrinya.Penampilan Nisa yang banyak berubah semenjak berpisah, ditambah kurangnya beban pikiran, menjadikan Nisa terlihat semakin muda dan segar. Walau pakaian yang ia gunakan juga adalah seragam yang digunakan para pelayan, dan terlihat biasa-biasa saja, tapi tetap mampu memancarkan kecantikan alaminya, sangat berbeda saat dia masih menyandan
Cukup Kak Arman...!" teriak Bella dari jauh.Setelah berhenti sebentar di Supermarket, Bella segera berangkat ke alamat Nisa, tapi dia sungguh tak menyangka, jika alamat yang dituju malah terjadi keributan, dan biang dari keributan adalah kakaknya sendiri."Bella..?" gumam Nisa tak percaya, melihat Bella membentak orang yang selama ini sangat ia hormati."Mbak Nisa..! Maafkan Kak Arman ya!" ucap Bella tak nyaman dengan kelakuan kakaknya.Rudy yang akhirnya mengetahui jika tebakannya benar, kaget. Dia sama sekali tak menyangka, jika Nisa adalah mantan istri dari kakak iparnya.Namun saat ini, Rudy merasa serba salah. Dia lebih memilih diam, demi menghindari masalah dengan kakak iparnya."Nggak apa-apa Bell, terimakasih sudah mau membelaku dari orang seperti itu!" ucap Nisa sambil memandang ke Arman"Bella..... ngapain kamu di sini! Lebih baik kamu pulang, dan jangan pernah berhubungan lagi dengan wanita sombong seperti di
Tidak ada yang menyadari, jika di saat Nisa dan Bella masuk ke dalam ruangannya, dua orang pria keluar dari Ruman Makan family. Satu orang bertubuh besar menggunakan masker dan bertopi, sementara satunya hanya menggunakan topi dengan jaket berwarna hitam.Sebelum keduanya meninggalkan rumah makan, keduanya tak sengaja saling pandang. Kedua pria bertopi dan bermasker saling terdiam, dan saling menatap dengan curiga. Entah apa maksud dari tatapan itu, tidak ada yang tau.Rudy yang duduk di kursi pojok, cuma melihat sekilas tanpa merasa curiga sedikitpun.Sambil menunggu Bella, Rudy memesan minuman sekedar pelepas dahaga.Sambil menunggu kedatangan pelayan, Nisa memandang Bella intens, dia kaget saat mendapati perubahan yang terjadi di diri Bella."Lho....kamu hamil, Bell?" tanya Nisa kaget. Nisa segera menyadari, jika kedatangan Bella sebelumnya bersama seorang pria, yang rasa tak asing bagi Nisa. Karena tadi dia sedang