"Jadi, yang hampir menabrak Mama itu adalah Lisa?" Wina pun semakin dibuat syok. Bagaimana tidak, dirinya telah begitu yakin David adalah pelakunya, tapi ternyata orang lain. Orang yang tak pernah dia sangka akan melakukan hal tersebut. Lagipula kenapa bisa Lisa melakukan hal tersebut, setahunya Ayunda begitu akrab dengan Lisa. "Tadi pagi Lisa datang ke rumah, Ma. Dia marah-marah karena alasan yang menurut Yunda nggak jelas," kata Ayunda lagi. "Tapi, Mama udah terlanjur menuduh David yang merencanakan semuanya, ternyata David yang nolongin Mama," ucap Wina lagi dengan perasaan malu. "Mama, di tolongin David?" "Iya. Tadi kakinya sampai diperban gitu." "Ada-ada saja," gerutu Ayunda. Saat itu ponselnya kembali berbunyi dan masih dari orang yang sama. Ayunda pun langsung menjawabnya dan berkata. "Aku tidak bisa melakukan apapun, silahkan hubungi langsung orang yang telah kau tabrak!" Setelah mengatakan itu Ayunda pun memutuskan panggilan sepihak. Sepertinya Ayund
Akhirnya setelah beberapa hari berada di rumah sakit baby Ken sudah diijinkan untuk dibawa pulang ke rumah. Tentunya Ayunda merasa sangat lega, berharap setelah ini anaknya tak akan sakit lagi. Apa lagi sampai dirawat di rumah sakit, bayi sekecil itu harus merasakan perawatan yang cukup serius. Rasanya sangat memprihatikan. Saat Ayunda sedang sibuk memandikan anaknya tiba-tiba saja seorang pembantu mengatakan bahwa ada David dan ibunya datang. "Non, ada Tuan David dan ibunya di depan, saya bingung. Mau disuruh masuk atau bagaimana," kata pembantu tersebut karena mengetahui hubungan antara kedua keluarga ini tidak baik-baik saja. Namun, tiba-tiba saja Wina menyela pembicaraan saat Ayunda akan berbicara. "Suruh saja mereka masuk," kata Wina. "Baik, Bu." Ayunda pun menatap wajah sang ibu penuh tanya. Dia bingung kenapa bisa mengijinkan David dan Mamanya masuk. Biasa Wina akan sangat murka meskipun hanya mendengar nama David disebutkan. Jika hanya Hera tidak masala
"Hay," sapa David. Ayunda pun terkesiap melihat wajah David di hadapannya. Dia tidak mengerti mengapa bisa ada David di dalam kamarnya. Untung saja dia tidak sedang berganti pakaian, bayangkan saja bertapa malunya jika sampai terjadi. Tapi David sudah dua kali melakukan ini, dia masuk ke dalam kamar secara diam-diam entah bagaimana bisa. "Kenapa kamu berani sekali masuk ke kamar ku?!" tanyanya. "Kenapa tidak?" tanya David kembali. "Bagaimana jika ada yang melihat?!" tanya Ayunda lagi. Ayunda mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang begitu luar biasa. Rasanya sulit untuk bisa mengendalikan kesabaran diri jika sudah seperti ini. "Paling kita di nikahin," jawab David dengan santainya. Tapi Ayunda yang tidak merasa senang dengan jawaban David. "Keluar!" usir Ayunda sambil menunjuk arah pintu, "kamu ke sini cuman melihat Ken kan? Jika sudah melihatnya segera pulang!" "Enggak, sebenarnya aku juga pengen ketemu kamu," terang David. "Pergi nggak!" pekik Ayun
"Ayunda, maafkan aku," ucap David terus-menerus. Semetara Ayunda sudah semakin takut jika saja Wina memutar gagang pintu, pintu yang tidak terkunci pasti akan langsung terbuka. Tidak. "Kamu kok ngeyel banget sih? Aku bilang pergi!" Sudah dua kali David masuk ke kamarnya diam-diam, entah bagaimana caranya Ayunda juga tidak tahu. Atau mungkin David memiliki kelebihan sebagai maling yang suka masuk ke rumah atau kamar orang lain diam-diam. Entahlah yang jelas Ayunda semakin pusing berhadapan dengan David, kesabaran serasa semakin diuji. "Ayunda," mohon David tidak ada hentinya. Dia tidak peduli jika pun Wina memergoki dirinya di sana. Dihajar juga tidak masalah, karena yang menjadi masalahnya saat ini adalah mendapatkan maaf dari Ayunda. Apapun akan dia lakukan. Katanya saja dia terlalu gila, tidak masalah karena seluruh cintanya sudah habis dia berikan pada Ayunda. "Ya ampun," gumam Ayunda semakin panik. Saat itu gagang pintu pun bergerak, artinya Wina mulai memuta
Setelah beberapa hari tidak bekerja akhirnya Ayunda pun kembali bekerja, dia juga cukup merindukan sahabatnya Tere. Segera dia menuju ruangan sekretaris. "Hay," sapanya pada Tere. "Maaf ya kemarin aku nggak jenguk Ken, kamu tahukan keluarga kamu pada benci sama aku sejak kamu dan Kak Erwin cerai, aku cuma nggak mau memperkeruh keadaan," ucap Tere penuh penyesalan. "Aku ngerti kok, makanya aku langsung ke sini buat ketemu kamu," balas Ayunda. Kemudian keduanya pun saling berpelukan dengan sangat erat. Keduanya tampak masih begitu akrab, tidak ada yang ingin mengakhiri persahabatan ini karena keduanya sama-sama saling menghargai. Ting! Terdengar suara ponsel Ayunda berdering, dia pun melihat nomor tanpa nama. Tetapi dia tetap saja membuka pesan tersebut "Siapa ya?" tanyanya sambil mengambil ponselnya dari dalam tasnya. "Mungkin si, Bos," tebak Tere. "Iya mungkin sih, soalnya tadi malam aku udah bilang kalau hari ini aku bakal masuk kerja," jawab Ayunda yang diang
"Buat adik?!" gerutu Ayunda tak kuasa menahan rasa kesalnya.Saat itu ponsel Ayunda pun kembali berbunyi. Ayunda pun langsung saja menjawabnya bahkan tanpa melihat siapa yang menghubunginya.Karena dia tahu itu pasti David, pria aneh, gila dan sangat merusak hari-harinya sudah mulai terasa indah ini. "Hey, sudah aku katakan jangan lagi hubungi aku! Kamu punya telinga atau tidak?!" pekiknya. Yusuf yang sebelumnya meletakkan ponsel pada telinga mendadak menjauhkannya. Suara Ayunda benar-benar sangat memekakkan telinganya. "Aku benci sama kamu, jangan pernah lagi hubungi aku! Jangan pernah hubungi aku!" Ayunda sampai mengulang-ulang kembali apa yang dia katakan. Benar-benar sangat menjengkelkan sekali apa yang dilakukan oleh David menurutnya sangat keterlaluan.Ini bukan manis tapi pahit! "Hey, ini aku," kata Yusuf. Ayunda pun dibuat syok setelah mendengar suara siapa yang ada diseberang sana. Kemudian matanya semakin melebar karena mengetahui Yusuf lah yang menghubungi
Setelah kembali ke rumah Adel pun menemui David yang tengah berada di ruang kerjanya. "Kau tahu apa yang hari ini aku lakukan?" tanyanya sambil duduk di sofa. David pun menatapnya tapi tak ada pertanyaan sama sekali. Apa yang bisa membuatnya tertarik untuk berbicara selain Ayunda? Konyol. "Hari ini aku ikut Mama arisan dan kau tahu siapa yang aku temui di sana?" tanya Adel lagi. "Hem," jawab David. David masih menunggu inti dari cerita yang akan disampaikan padanya. "Ayunda!" papar Adel. Benar saja, David pun langsung menatapnya penuh dengan rasa penasaran. Ada apa dengan Ayunda? Ada banyak pertanyaan yang akan dia utarakan jika memang benar tentang Ayunda. Satu nama yang langsung membuatnya menjadi seperti orang gila. Padahal wanita tersebut tidak melakukan apapun di sana. "Ayunda?" tanyanya dengan serius. Adel pun mengangguk membenarkan, "Aku baru tahu ternyata dia adalah calon istri bos nya," kata Adel lagi. David pun mengangkat sebelah alisnya mende
Bertapa bahagianya Ayunda karena hari ini telah resmi bercerai dengan Erwin. Setelah berjuang cukup lama akhirnya dirinya berhasil mendapatkan kemenangan. "Akhirnya aku nggak ada ikatan pernikahan dengan Erwin lagi," ucapnya pada Tere. Setiap hal yang terjadi padanya Tere lah orang yang juga mengetahui tentang dirinya. Sebab persahabatan mereka seperti saudara, meskipun Tere adalah bagian dari keluarga Erwin. Tapi jangan lupa ternyata Tere hanya anak angkat saja. Namun, Ayunda tak pernah membahasnya sebab tak ingin membuka luka Tere lebih dalam. "Sepertinya kalian sedang bahagia?" tebak Yusuf yang baru tiba di kantor dan melihat ada Ayunda dan Tere yang berada di ruangannya. "Iya, akhirnya aku resmi jadi janda," celetuk Ayunda. "Kamu ini ada-ada aja, memangnya tidak bersedih setelah bercerai?" tanya Yusuf diiringi dengan tawa kecil. "Terdengar konyol, tapi menjadi janda itu lebih baik daripada terus menjalani rumah tangga dengan orang yang tidak tepat," jawab Ayund
Sesuatu hal yang berbeda benar-benar terjadi, kali ini Ayunda tidak lagi sendiri ketika berusaha untuk menjadi yang terdepan untuk sang anak. Dia tahu kedua orang tuanya selalu membantunya, dia tak lupa itu. Namun, sesuatu yang terasa lain kini dia rasakan setelah menikah dengan David. Karena kini yang menjadi temanya pergi ke rumah sakit bukan lagi kedua orang tuanya. Dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan sang anak bersama dengan David, sekaligus ayah dari anak tersebut. "Ayah," panggil Ken ketika David memarkirkan mobilnya. Ken seperti meminta ingin digendong oleh David. Berulangkali mencoba untuk berpindah ke pangkuan David dengan cara menarik-narik kemeja sang ayah yang tadinya mengemudikan mobil. David pun tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Sini sayang," kata David. Setelah itu keluar dari mobil sambil memeluk Ken, disusul oleh Ayunda. Sambil berjalan masuk Ayunda melihat wajah David yang menggendong sang anak dengan penuh cinta. Dia merasa K
"Kak," Ayunda pun membangunkan David yang masih terlelap tidur di sampingnya. Padahal hari sudah hampir siang tapi masih saja belum terjaga. Berulangkali Ayunda mencoba untuk membangunkan David tapi tak juga ada hasilnya. Justru suaminya itu semakin memelukmu dengan erat, seakan ingin kembali mengajaknya untuk tidur.Mereka bahkan belum sarapan pagi sama sekali. "Kak, bangun dong," kata Ayunda lagi berharap David segera bangun. "Untuk apa buru-buru bangun?" tanya David dengan suara parau sambil kembali menyelundupkan wajahnya pada tubuh bagian belakang Ayunda. Semetara tangannya melingkar pada pinggang istrinya tersebut. "Kak, kita harus pulang ke rumah," ucap Ayunda berharap David tak lagi membuang waktu dibawah selimut untuk bermalas-malasan. "Kok pulang? Kita di sini dulu, ayolah kita buat adik untuk Ken. Kalau sekarang namanya Kenzie, nanti lahir adiknya kita beri nama Kenzie, lucu kan?" "KAK!" geram Ayunda. "Apakah aku salah bicara?" David pun mulai mencari ke
Sunset di pantai terlihat sangat indah, Ayunda begitu bahagia karena dirinya bisa menikmati keindahan ini. Sebuah impian sejak dulu namun saat ini barulah semuanya tercapai. Dengan menunggang kuda di pinggir pantai bersama dengan David rasanya sangat membahagiakan. Inikah kebahagiaan? Kebahagiaan yang selama ini begitu dia nantikan, ternyata baru didapatkan setelah badai besar yang dia lalui. Liburan inipun tak disangka akan terjadi, semuanya tak direncanakan sama sekali. "Apa enaknya naik kuda?" tanya David yang duduk di belakang Ayunda. Pertanyaan David seperti merusak suasana hati Ayunda yang tengah menikmati keindahan alam. "Ini hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu, tidak dirasakan oleh orang aneh," sindirnya. "Maksudnya aku aneh?" "Lumayan." "Maksudnya lebih enak main kuda-kudaan dari pada naik kuda begini," kata David lagi yang sedang berusaha untuk menggoda Ayunda. "Apa sih, nggak jelas banget sih?" gerutu Ayunda dengan sangat kesal. "Memangn
Ayunda pun melompat dari atas ranjang demi menghindari David. Tapi ternyata David juga ikut turun dari ranjang. "Apaan sih?!" seru Ayunda. "Nggak papa," ejek David. "Ya udah, kalau gitu ngapain ngikutin aku turun?" "Emang kenapa?" "Aku nggak mau!" "Kalau akunya yang mau gimana dong?" "Apa sih?" Ayunda pun hendak pergi tapi David pun mengejarnya dan mengangkatnya hingga dilemparkan kembali ke atas ranjang. Namun, Ayunda berhasil menghindar saat David akan memeluknya. "Ahahahha," Ayunda tertawa bahagia karena merasa berhasil menghindari David. David yang kini menatapnya dengan tatapan kesal karena kecewa. Semakin melihat wajah kesal David semakin membuat Ayunda merasa bahagia, karena tentunya berhasil mengerjainya. Sesaat kemudian Ayunda pun mendorong David hingga terjatuh ke dalam kolam renang. Bur! "Ahahahha," Ayunda tak hentinya tertawa terbahak-bahak melihat David yang kali ini tercebur ke dalam kolam. Akan tetapi dia bingung karena David berteriak
Entah bagaimana caranya bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Setelah dua hari bersama David mendadak Ayunda merindukan tidur yang nyenyak. Sebab, kelelahan akibat malam panjang yang tak kunjung usai yang mereka lewati bersama. Percuma juga pijatan kemarin, karena hari ini tubuhnya kembali remuk tanpa ampun. Tapi bagaimana dengan perasaannya? Dia baru menyadari ternyata saat ini merasa lebih nyaman, berada didekat David seperti dilindungi. Namun, kali ini Ayunda yang dibuat diam karena perasaan tegang. Di pagi hari ini mereka menikmati keindahan alam dan juga mata hari pagi yang langsung menembus jendela kaca. Sambil berbaring di atas ranjang David memeluknya dari belakang. Seakan dia ingin menebus hari-hari yang telah terlewati selama ini. "Sayang, aku belum bisa lupa dengan apa yang dulu terjadi pada kita," ucap David tiba-tiba. Ayunda pun bingung mendengar ucapan David yang tak disangkanya. Tentunya masa lalu mereka terlalu banyak menyimpan kenangan penuh luka.
David pun melompat ke dalam kolam renang, dia mulai berenang dengan begitu indah. Tak lama berselang dia pun kembali muncul dipermukaan. Dada bidangnya terpampang nyata di depan mata, siapapun tak akan bisa berpaling. Dia mengenakan celana boxer yang memperlihatkan tubuhnya begitu profesional. Semakin basah semakin mengundang kehangatan yang luar biasa. Begitu juga dengan Ayunda yang sejak tadi hanya diam sambil menatapnya. "Sayang, kenapa hanya melihat saja?" tanya David yang kini berjalan menghampiri Ayunda. Tiba-tiba saja Ayunda merasa tegang karena celana David yang begitu menonjol. 'Belum hidup saja sudah begitu,' batin Ayunda dengan isi pikirannya yang kotor. "Kakak, kok pakek kolor doang sih?" tanya bingung. "Memangnya kenapa? Disini hanya ada kita berdua saja," jelas David tanpa beban sama sekali. "Ya, tapi nggak malu apa di depan Yunda?" "Kenapa harus malu, kamu ini ada-ada saja," David pun terkekeh geli melihat tingkah istrinya yang sangat lucu ini. "
Cup! Satu kecupan manis mendarat di pipi Ayunda membuatnya pun mulai terusik dari tidurnya. Seketika dia pun duduk sambil memegang selimut di bagian dadanya. Menyadari ternyata Bu Nuri sudah tidak berada di sana, justru yang ada David. Kapan Bu Nuri pergi? Kapan juga David kembali? "Kamu lagi nungguin aku ya," goda David sambil mengecup lengan bagian atas Ayunda yang terbuka. "Apa sih!" sinis Ayunda dengan perasaan tegang, "Bu Nuri kemana ya?" "Siapa dia?" David tampak bingung dengan pertanyaan Ayunda. "Yang, Kakak minta ke sini buat mijat Yunda." "Sepertinya sudah pergi sejak tadi." "Padahal Ayunda belum ngasih tipsnya," Ayunda pun sedikit kecewa karena dirinya yang ketiduran. "Kakak udah minta Bimo memberikan sepuluh juta," jawab David. "Banyak sekali," Ayunda dibuat syok setelah mengetahuinya. "Tidak masalah karena dia sudah membuat Ayunda ku tidak letih lagi." huuuufff. Kenapa jadi seperti ini? Ayunda benar-benar tegang dibuatnya seketika. "Kamu
Setelah selesai makan Ayunda pun merebahkan tubuhnya, tentu saja untuk pijatan yang telah dijanjikan oleh David. Ayunda benar-benar santai menikmati pijatan tangan David yang terasa pas. Tapi semakin lama dia merasa ada yang berbeda. Tapi apa lagi ya? Ayunda mencoba untuk mencari sesuatu yang berbeda itu. Berbeda dari sebelumnya. Benar. Tangan David mulai menjalar dengan sesukanya dan membuat Ayunda pun tidak nyaman. Dia pun segera bangkit kemudian menatap David dengan bingung. "Kenapa?" tanya David sebelum Ayunda yang bertanya. "Kok pijet nya gitu ya, Kak? Perasaan kemari itu nggak gitu deh." "Gitu gimana?" tanya David berpura-pura tidak mengerti. "Ya gitu," Ayunda sendiri tidak mengerti cara menjelaskan pada David. "Kamu ngomong apa, Kakak nggak ngerti, sini Kakak pijit biar nggak pegel lagi," David pun meraih tangan Ayunda agar kembali naik ke atas ranjang. Tapi Ayunda tampak ragu karena merasa tidak nyaman dengan pijatan David. Meskipun begitu dia tet
Akhirnya Ayunda terlelap tanpa makan tanpa mengenakan pakaian, tubuhnya hanya tertutup selimut saja hingga akhirnya mata hari pun mulai masuk melalui celah-celah jendela. Membuat tidur Ayunda pun terusik hingga perlahan kelopak matanya bergerak dan terbuka. Sambil merenggangkan otot-ototnya dia pun melihat ke arah samping. Ternyata David sedang menatapnya. "Pagi sayang," sapa David. Apa ini? Pagi-pagi sudah dibuat seperti melayang di udara. Perasaan macam apa ini? Ayunda bingung dan terus bertanya-tanya apakah yang terjadi padanya? "Cantiknya istri ku," kata David sambil menyentuh hidung mancung Ayunda. Huuuufff. Mendadak menegang, selain karena sentuhan David juga karena apa yang telah mereka lewati tadi malam. Akhirnya semuanya terjadi juga. Rasanya sangat luar biasa bercampur malu yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.Meskipun diawali dengan sedikit ketegangan namun akhirnya berakhir dengan menghangatkan. "Yunda laper tau, Kak. Dari tadi malam nggak ma