Sebenarnya Ayunda masih harus dirawat di rumah sakit, akan tetapi dia bersikeras ingin segera pulang. Selain karena merasa lebih baik, juga karena biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak. Uang penjualan kalung miliknya tak seberapa, bahkan tidak sampai sepuluh juta. Sedangkan untuk satu hari di rumah sakit juga sudah terpakai beberapa juta karena mendapat penanganan yang bisa dikatakan cukup serius. Ayunda masih membutuhkan lebih banyak uang untuk biaya melahirkan, apa lagi dia belum membeli perlengkapan bayi sama sekali. Semuanya kini menjadi beban pikirannya, sejenak Ayunda kembali mengingat saat-saat dulu David memberikannya kalung tersebut. David mengatakan bahwa dia membeli kalung tersebut dari gajinya sewaktu bekerja dengan Zidan. Harganya memang tidak seberapa, tapi kenangannya begitu banyak. Namun, jika mengenang hanya membuat semakin terluka ada baiknya jika menjualnya, ini juga untuk keperluan dirinya dan darah daging David sendiri. Anggap saja itu sebagai
Padahal baru saja Ayunda merasa sesuatu yang sangat besar, rasa yang sangat berbeda ketika makanan yang dia makan tangan David yang memasak. Dia juga tidak tahu apa sebabnya, bahkan saat pertama kali memasukan nasi goreng ke dalam mulutnya, ada pergerakan dari dalam sana. Mungkin janin tersebut merasa bahagia karena kembali mendapatkan sesuatu dari hasil buatan tangan ayahnya. Meskipun Ayunda tidak mengatakan pada David tapi dia juga tidak menepis anggapan itu. Sebab sudah sering kali merasa pergerakan lebih aktif ketika berdekatan dengan David. Mungkin saja dia tahu bahwa kini sedang berdekatan dengan sang ayah, ikatan yang telah tercipta sejak dini itu benar adanya. Sayangnya rasa penuh dengan kebahagiaan itu harus dipatahkan oleh ucapan David yang sangat menyakiti hati. Perasaan sensitif dan hati yang memang kini begitu rapuh. Hingga dia harus menelan nasi dengan menahan sesak di dada. "Ternyata ada kamu disini." Ayunda yang mendengar suara pun mulai tersadar dari l
Isak tangis Ayunda pun pecah seketika itu juga, dia lupa akan janjinya pada calon anaknya sendiri untuk tidak lagi menangis. Dia lupa jika seharusnya lebih kuat dari sebelumnya. Kenyataannya hari-hari yang dia jalani terasa semakin menyakitkan hati. Dia bukan tidak ingin mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan, mengubah kekecewaan menjadi kesenangan. Namun, hatinya belum mampu untuk tersenyum seperti yang dia inginkan. Dunia ini terlalu kejam baginya, setiap kali melangkahkan kaki serasa menginjak duri yang tajam. Luka tanpa darah jauh lebih menyakitkan dan lebih menyisak. Malam sebelumnya dia terlalu banyak menangis, malam ini dia lebih menangis lagi karena tamparan dari David. Ini sudah membuktikan bahwa Ayunda seharusnya tidak mengatakan apa-apa tentang anak yang ada dikandungannya pada David. Lagi pula David tidak akan pernah mengakuinya jika pun tahu sebenarnya, karena saat ini David telah menikah dengan seorang wanita yang pastinya dia cintai. Jika tidak rasan
Tanpa sadar tangan Ayunda masih memegang tangan David dengan begitu kuatnya. Ternyata setelah diperiksa oleh dokter Ayunda mengalami kontraksi hebat dan bayinya pun harus segera dilahirkan. Padahal usia kehamilan masih sekitar 7 bulan, itu artinya bayi itu akan terlahir prematur. Pembukaan pun sudah mendekati sempurna, artinya sedikit lagi akan tiba waktunya untuk mengejan. Peluh yang membanjiri sekujur tubuhnya tidak dapat menutupi betapa kesakitannya dia kini. David terdiam sambil menatap wajah Ayunda yang memucat karena menahan rasa sakit. Kini dia hanya diam menatap wajah Ayunda dan tangannya masih dipegang dengan sangat erat. Hingga akhirnya pembukaan pun sudah lengkap, waktunya begitu cepat hingga Ayunda pun mulai mengejan. Beberapa kali dia terlihat berusaha untuk mengikuti arahan sang dokter namun masih belum berhasil. "Tarik nafas panjang, Bu." "Dokter, aku tidak bisa," kata Ayunda dia merasa tidak tahan lagi dengan rasa sakitnya dan lelahnya. Rasa sakit
Terus saja lukai aku, lukai hati, cinta dan juga batin ku. Akan ku buktikan padamu jika membunuh cinta yang begitu besarnya itu nyata. Akan kamu lihat seperti apa mati rasa seorang wanita, tanpa ada yang tersisa. Semua kenangan hanya tinggal kenangan, aku anggap kamu yang sekarang ini bukanlah kamu yang dahulu. Cinta ku padamu yang terdahulu ada diantara bagian mu yang berbeda. David yang dulu aku cintai telah mati, kini hanya David yang kejam, dia hanya sebatas majikan! Aku kuat, aku tegar menghadapi semuanya. Akan ku simpan dalam-dalam bahwa kamu adalah penjahatnya! Penjahat dalam hidup dan cinta, bahkan hingga dalam tidur pun kamu adalah mimpi buruk ku. *** Setelah beberapa hari berada di rumah sakit akhirnya Ayunda pun kembali bekerja di rumah David. Sebab, dia butuh uang untuk membeli susu formula serta biaya anaknya yang masih berada di dalam inkubator. Untuk saat ini Ayunda tidak memiliki pilihan lain, selain bekerja di rumah David demi bisa mendapatkan
"Kenapa?" tanya Adel pada David. David menarik napas panjang lalu menoleh pada Adel. Dalam diam tampaknya ada pikiran yang begitu berat membebani, mungkin juga karena kebencian terhadap seseorang yang tak dapat dia redam. "Kamu masih mencintainya?" tanya Adel lagi. David hanya melihat wajah Adel saja tanpa berkata apa-apa. Pria bernama David ini terlalu banyak diam dalam menjalani hari-harinya. Tapi akan ada pengecualiannya jika ada Ayunda di hadapannya. Adel pun tersenyum miring sambil melihat arah pandang David. Kini keduanya ada di balkon kamar, matanya melihat ke bawah sana dimana Ayunda tengah menyiram tanaman kesayangan milik Hera. Tapi tak lama berselang terlihat seorang pria pun menghampirinya. "Neng, Yunda. Bagaimana kabarnya?" tanya Pak Asep. Karena sebelumnya Asep juga ikut mengantarkan Ayunda ke rumah sakit. Keadaan Ayunda saat itu begitu mengkhawatirkan, tapi sepertinya kini sudah cukup baik. "Baik, Pak. Makasih ya udah nganterin Yunda ke rumah sa
Hidung mancung, bibirnya merah muda, bola matanya kecoklatan, rambutnya sangat lebat dan wajahnya cukup mirip dengan David. Entah mengapa bisa semua itu harus diwarisi oleh putranya. Padahal ayahnya juga tidak pernah tahu kalau anak itu adalah darah dagingnya. Lelaki tidak bertanggungjawab seperti David rasanya tak perlu tahu tentang anaknya. Lagi pula belum tentu juga bisa menerimanya melihat seperti apa sikap David padanya sekarang. Tapi untuk apa juga dia masih memikirkan David? Ini semua karena wajah mereka yang memiliki kemiripan. Andai saja wajah Kenzie mirip dirinya ini tidak akan pernah terjadi. Dia akan benar-benar sangat bahagia karena tidak lagi melihat wajah David dalam diri putranya. Tapi Ayunda cukup merasa bahagia karena putranya sudah bisa dibawa pulang setelah beberapa hari ini berjauhan dengannya. Kini hati Ayunda pun lebih tenang bisa bersama dengan bayinya setiap waktu. Meskipun rasanya sangat melelahkan tapi tidak masalah, karena buah hatinya
"Tapi wajah putra mu mengingatkan ku pada David saat bayi dulunya." Ayunda masih saja memikirkan ucapan Hera, ternyata Hera pun mengakui secara langsung jika wajah David dan Kenzie memiliki kemiripan yang begitu jelas. Saat ini Yunda berharap semoga saja David tidak pernah tahu Kenzie adalah putranya untuk selama-lamanya. Rasa bencinya terhadap David sudah terlalu besar sehingga tidak ingin lagi ada hubungan dengan David. Bahkan dia pun berkeinginan untuk segera pergi dari rumah David, sayangnya dia belum mendapatkan pekerjaan di luar sana. Sedangkan Ayunda sangat membutuhkan pekerjaan untuk bisa membeli susu formula. "Yunda!!!" seru Gia. Yunda yang tengah sibuk dengan pikirannya pun seketika dibuat terkejut. "Gia!" kesalnya sambil mengusap dada. "Ya ampun, Yunda. Dari tadi aku manggil kamu," ucap Gia dengan sangat bingung melihat wajah Yunda. "Benarkah?" tanya Ayunda lagi sambil tersenyum malu. Benar-benar pikirannya begitu kacau hingga tidak menyadari kehadiran
"Zidan," panggil Wina saat melihat anaknya melintas di ruang keluarga lagi. Kali ini Zidan sepertinya akan pergi padahal baru kembali. Tapi Wina tidak perduli dengan semua itu karena telah menjadi kebiasaan anaknya. "Ya, Ma?" jawabannya sambil menghentikan langkah kakinya. "Sebenarnya kamu berbuat apa pada Tere, kok dia sampai begitu ketakutan kalau lihat kamu," tanya Wina penasaran. Semetara Ayunda masih diam menunggu jawaban dari sang Kakak. Dia juga penasaran akan kehidupan yang dijalani oleh sahabatnya. Ayunda bahkan merasa jika Tere yang kini tidak dia kenali lagi. Terlihat hanya ada beban hidup yang dia pikul, bahkan untuk tertawa lepas seperti dulu saja tidak pernah dilihatnya lagi. "Memangnya dia tidak berbicara pada, Mama?" tanya Zidan kembali. Wina pun menggeleng kepalanya. "Zidan pikir dia sudah memberi tahu, tapi sejak kapan, Mama peduli?" tanya Zidan lagi yang malah bingung. Karena setahunya Wina juga tidak setuju jika Tere menjadi istrinya, bahkan
Krang!! Terdengar suara pecahan dari arah dapur seketika itu mengejutkan Ayunda dan David. "Kenapa ya, Kak?" tanya Ayunda. David pun menggelengkan kepalanya karena mereka berdua sama-sama tidak tahu. Dengan cepat Ayunda pun pergi menuju dapur disusul oleh David. Sesampainya di dapur ternyata ada Tere yang jatuh pingsan. Bahkan di dekatnya ada gelas yang pecah, Ayunda menebak jika suara pecahan sebelumnya berasal dari pecahan gelas tersebut. "Tere, bangun," seru Ayunda. Dia terlihat begitu panik melihat keadaan sang sahabat saat ini.Keadaan yang sangat memprihatikan. "Tere!" seru Ayunda tak hentinya. "Lho, dia kenapa?" tanya Wina yang juga melihat Tere tergeletak di lantai. "Nggak tahu, Ma. Mukanya pucat banget, kayaknya dia sakit," kata Ayunda lagi. Wina pun hanya bisa mengangguk sambil memperhatikan wajah pucat Tere. "Kak, tolong Tere," pinta Ayunda. Dia melihat yang lainnya hanya menonton saja sementara keadaan Tere cukup memprihatinkan.Apakah tak ada y
David pun sudah dibawa pulang ke rumah, dia akan melanjutkan pemulihan di rumah. Tapi David tidak bisa diam saja, dia tetap bekerja meskipun membutuhkan waktu untuk beristirahat. Semetara Ayunda yang masih terus berusaha untuk merawat David karena rasa terimakasihnya. "Kak, Yunda buatin kopi," kata Ayunda. David yang tengah duduk di atas ranjang pun tercengang. Kopi? Bagaimana mungkin Ayunda membuat kopi? Bagaimana dengan rasanya? "Kakak, nggak yakin ya?" tanya Ayunda. "Yakin," David pernah sebelumnya meminum kopi buatan Ayunda dan rasanya sangat tidak karuan. Tapi bagaimana dengan saat ini, dan bagaimana jika dirinya menolak? Akhirnya memberanikan diri untuk meneguknya semetara Ayunda menunggu komentar dari David. Tapi ternyata rasanya cukup baik membuatnya pun kembali meneguknya lagi. "Kamu sudah pintar membuat kopi ya?" celetuk David. "Hehe," Ayunda pun tersenyum karena merasa bahagia akan pujian David. "Diajarin sama Tere," kata Ayunda sambil cengenge
Rasanya seperti berada di tengah teriknya matahari yang bersinar. Entah mengapa Ayunda begitu tegang saat membantu David untuk melepaskan pakaiannya. Bahkan tangannya juga terasa bergetar. Dia merasa terlalu munafik untuk merasakan hal yang seperti ini. Dia bukan perawakan? Ayunda, jangan merasa kau tidak pernah melakukannya. Berulangkali mencoba untuk menyadarkan dirinya bahwa dirinya tak perlu setegang ini. Tapi rasanya tidak semudah itu, dia tetap saja tak bisa tenang. Hingga suara ponsel David pun terdengar. Sejenak Ayunda pun menghentikan aktivitasnya dan David pun melihat layar ponselnya. David pun segera menerima panggilan telepon. "Berikan pada harimau!" perintahnya. Ayunda pun menatap wajah David penuh tanya dia penasaran apakah yang dimaksud oleh pria ini. "Kak," panggilnya dengan suara pelan. "Ya?" tanya David. "Kakak, cuman nakutin dia aja kan?" tanya Ayunda dengan ragu. "Dia?" tanya David yang bingung. "Harimau, Erwin....... nggak jadi ma
"Pa, Mama ke ruangan David dulu ya," pamit Wina. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama, jadi tidak harus memakan waktu yang lama jika Wina pergi untuk melihat keadaan David. Entah bagaimana keadaan keduanya pagi ini, Wina ingin memastikan bahwa keduanya benar-benar baik-baik saja. Terutama David yang terluka akibat benda tajam. "Iya, Ma," jawab Dirga. Dia merasa keputusannya benar-benar tepat untuk menikahkan Ayunda dan David dengan segera. Awalnya Dirga juga merasa takut dengan ucapan Ayunda saat suatu hari David akan menyakitinya. Tapi semuanya telah terpatahkan saat mengetahui David begitu melindungi putrinya. Akhirnya Dirga bisa tenang karena menikahkan anaknya dengan orang yang tepat. Pernikahan anaknya kali ini pasti bisa membawanya pada kebahagiaan. Dirga bisa bernafas lega saat ini. *** Wina pun mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban. Akhirnya dia pun membuka pintu secara perlahan. Ternyata Ayunda dan David masih tidur dengan lelap. Mungkin karena
"Yunda," panggil David. Ayunda yang baru saja keluar dari toilet pun menoleh ke arah David. Dia baru saja mengganti pakaiannya dan membersihkan wajahnya agar tidak lagi berantakan. "Kemari," kata David sambil menggerakkan tangannya. Ayunda pun melihat air hangat yang ada di samping David. Sebelumnya dia meminta pada bibi yang diperintahkan oleh Wina mengantarkan pakaian Ayunda untuk mengambilkan air hangat tersebut. Tapi saat ini Ayunda yang bertanya-tanya apa tujuan David memanggilnya dengan air hangat di sana? Mereka hanya berdua saja. Untuk malam ini David akan menginap di rumah sakit dan dia yang menjaganya. Tapi saat ini Ayunda justru takut jika saja David kembali berubah seperti monster seperti berhadapan dengan Erwin tadi. Wajah yang sangat mengerikan itu baru pertama kali dilihat oleh Ayunda. Bahkan Ayunda sempat mendengar jika Erwin akan dijadikan sebagai makanan hewan peliharaannya. Entah benar atau tidaknya tapi Ayunda tak dapat melupakan hal itu. Bag
"Ayo kita pulang," kata David. Ayunda pun mengangguk lemah, selain karena takut pada apa yang telah terjadi dia juga ketakutan pada David. Ayunda masih bisa mengingat seperti apa saat David marah. Dia bisa melakukan hal yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya. "Se.... sebentar," kata Ayunda dengan suara bergetar, dia pun mengambil sebuah kain tua yang menjadi penutup jendela di rumah tua itu. Ayunda merobek sedikit bagiannya. Kemudian mengikatnya pada lengan David yang terluka. Semetara David hanya diam sambil melihat apa yang dilakukan oleh Ayunda padanya. Setelah dipastikan darah tidak lagi mengalir, Ayunda pun mengangguk pelan, "Ayo," katanya dengan suara lemah dan bergetar. "Kamu masih sangat ketakutan? Tidak apa-apa semuanya sudah selesai," kata David meyakinkan Ayunda. Ayunda pun lagi-lagi mengangguk, kemudian David pun mengangkatnya karena untuk berjalan saja Ayunda seperti sangat kesulitan. Kakinya sedikit sakit tapi sebenarnya bukan masalah yang s
Brak! Pintu pun hancur hanya dengan satu kali dobrak kan. David melihat Ayunda tengah berada di bawah tubuh Erwin. Amarahnya pun semakin membuncah melihat apa yang dilakukan oleh Erwin pada Ayunda. Melecehkan istrinya artinya menginjak-injak harga diri seorang David. Lihat apa yang bisa dilakukan oleh David saat ini. Sambil mengepalkan tangannya dia pun berjalan ke arah Erwin. "Kenapa kau ada di sini?" tanya Erwin yang terkejut melihatnya. Padahal Erwin sudah begitu yakin jika tempat tersebut sangat aman untuk menyekap Ayunda. Tapi apa? Apa yang dia lakukan terancam gagal jika begini. Tidak! Semuanya tidak boleh gagal begitu saja! "Berani sekali kau datang ke sini, nyali mu besar juga, apa kau pikir bisa menyelamatkan dia?" ucap Erwin dengan angkuhnya. Dia yakin bahwa David pun akan sangat menyesal karena telah mengganggu kesenangannya. Tapi David tidak perlu menjawab pertanyaan Erwin kan? Yang dia inginkan sekarang adalah menghabisi Erwin. "Jangan berani me
"JAWAB!" Bentak Erwin. Dia terlalu lama menunggu jawaban dari Ayunda. Padahal dia sudah tidak sabar mendengar Ayunda menentukan pilihannya.Pilihan yang diharapkan oleh Erwin adalah Ayunda berpihak padanya.Tentu saja Ayunda lebih memilih hidup dari pada mati konyol bersamanya kan? "Atau kau mau mati?" Tanya Erwin lagi untuk semakin menakut-nakuti Ayunda.Puas rasanya melihat wajah ketakutan Ayunda kali ini.Anggap saja ini adalah balas atas penolakan yang dilakukan oleh Ayunda selama ini. Ayunda pun menggelengkan kepalanya dengan panik. Lelaki itu sangat gila dan nekat, tidak punya hati dan perasaan.Siapa yang bisa percaya pada pria yang terbiasa hidup dengan kebohongan?Semua orang pasti ragu jika dihadapkan dengan Erwin yang benar adalah seorang bajingan. "Atau kau sedang berpikir bahwa kau bisa lolos dari ku? Maksudnya kau berharap ada yang menolong mu?" Erwin pun tersenyum miring. Kemudian menendang kaki Ayunda yang sudah terasa sakit. "Itu tidak mungkin." "Aaa