Pukul dua belas malam Zidan masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor padahal sudah seharusnya dia pulang dan beristirahat. Akan tetapi dia juga harus mengerjakan pekerjaannya agar segera selesai.Ada banyak sekali pekerjaan karena kini perusahaan sang ayah telah diserahkan sepenuhnya padanya.Ditambah lagi dia tak mau jika keuntungan perusahaan menurun saat ditangannya, dia akan sangat malu pada David yang memiliki saham terbesar di perusahaannya. Tapi tak lama kemudian dia pun merasa lega karena akhirnya selesai juga. Ting! Satu pesan masuk dan dia pun segera meraih ponselnya. Sambil berjalan menuju mobil dia pun membuka pesan masuk tersebut. Tapi mendadak dia dibuat syok dengan apa yang dia lihat. Sebuah vidio yang terlihat cukup menjijikkan dan orang yang mengirimkannya adalah salah seorang rekan bisnisnya. Zidan pun meremas ponselnya karena seiring dengan emosi yang membuncah. Sebenarnya dia tidak peduli pada Tere, tapi dia malu pada Herlambang yang mengetahui b
"Sayang," David pun tersenyum sambil berjalan mendekati Ayunda yang tengah mengganti pakaian Ken. Ayunda pun menoleh dan ternyata David semakin berjalan ke arahnya. "Di sini tempat pemakaman Mama Tere," kata David sambil memberikan sebuah foto pada Ayunda. Ayunda pun menerimanya dan melihat gambar sebuah makam yang tertulis nama di batu nisannya. Kemudian dibelakangnya ada alamat lengkapnya. "Makasih banyak ya, Ayah," kata Ayunda dengan senyuman manisnya. David pun terkejut mendengar panggilan Ayunda. Ayah? Hatinya semakin berbunga-bunga karena merasa dicintai oleh seseorang yang juga sangat dia cintai. "Kamu panggil apa tadi?" David pun ingin mendengar kembali. Ayunda pun tersipu malu karena merasa berat untuk mengulanginya lagi. "Ayolah," David sedikit memaksa berharap Ayunda kembali mengulangi panggilannya. "Ayah," kata Ayunda dengan suara hampir menghilang. Tapi David bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh istrinya tercinta tersebut. Dia pu
"Adel, silahkan masuk," Wina pun mempersilahkan Adel untuk memeriksa keadaan Tere. Setelah Adel masuk Zidan pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. "Zidan" panggil Wina. Zidan pun menghentikan langkahnya dan menoleh pada sang Mama. "Mama mau bicara," kata Wina. Wina pun segera menarik tangan anaknya untuk ikut dengannya ke ruang tamu, baginya anaknya tetap saja anak-anak.Dia tak mau Zidan pergi sebelum berbicara empat mata dengannya. "Zidan, kenapa ada memar di pipi Tere?" tanya Wina secara langsung. Sebenarnya dia ingin bertanya sejak tadi, ketika menyadarinya. Tetapi di sana ada Ayunda. Sudah pasti Ayunda akan mengamuk jika dia bertanya saat itu juga sedangkan keadaan Tere sedang sangat memprihatikan. "Kamu menamparnya?" tanya Wina lagi yang tidak sabar mendengar jawaban sang anak. "Lalu, aku harus apa, Ma? Memberinya penghargaan karena berbuat gila?" tanya Zidan kembali seakan dia membenarkan apa yang dia lakukan. "Ya ampun, Zidan. Apa isi otak kamu?" Win
Dreet... Suara ponsel Zidan terdengar, dia yang sedang duduk di kursi meja makan pun melihat ponselnya dan ternyata yang menghubunginya adalah Tuan Herlambang. "Halo," jawabnya. "Tuan Zidan, apa kabar?" tanyanya berbasa-basi dari seberang sana. "Baik," jawab Zidan dengan nada suara sangat tidak bersahabat. Tuan Herlambang pun tertawa kecil mendengar suara Zidan, kemudian kembali lanjut berbicara. "Jadi, begini Tuan Zidan, saya akan menyimpan video istri anda baik-baik jika anda mau membantu saya mendapatkan proyek dari Tuan David," ucapnya mengatakan tujuannya. Dia tidak tahu jika David adalah sahabat sekaligus adik iparnya, yang dia tahu Zidan dan David adalah sahabat dekat. Sehingga jika saja berhasil mendapatkan proyek dengan bantuan Zidan dia bisa kaya dalam sekejap saja. Bagaimana mungkin tidak mempergunakan kesempatan ini dengan baik. "Anda sedang mengancam saya?!" tanya Zidan. "Tidak Tuan Zidan, saya hanya mengajak anda bekerja sama. Dan saya memberikan an
Tere pun mulai tersadar, dia merasa mual dan segera lari ke kamar mandi. Mungkin ini karena alkohol yang begitu banyak dia teguk. Tapi sesaat kemudian dia pun segera memandikan tubuhnya. Setelah itu dia segera mencari keberadaan Ayunda. Tok tok tok. Tere memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Ayunda pagi-pagi sekali. Pintu kamar pun terbuka dan Ayunda yang membukanya. "Kamu udah bangun? Padahal tadi pas aku tinggal kamu masih belum bangun," ucap Ayunda. Tere bingung dengan maksud Ayunda. "Semalam aku tidur sama kamu, barusan aku balik ke kamar aku," terang Ayunda. "Benarkah?" Tere benar-benar tidak mengetahuinya. "Gimana keadaan kamu?" "Aku baik, Yunda aku minta alamat makam Mama boleh?" "Iya." Ayunda tidak mau melihat Tere terlalu lama bersedih dan dia pun segera memberikan pada Tere. "Makasih ya, Yunda. Aku pamit," kata Tere kemudian dia pun memeluk Ayunda. "Pamit?" tanya Ayunda bingung. "Aku pergi," kata Tere lagi. Kemudian dia pun segera p
"Bisa-bisanya kamu selingkuh sama sahabatku, Erwin!” seru Ayunda dengan suara cukup keras. Hati istri mana yang tidak sakit melihat sendiri dengan mata kepalanya saat sang suami tengah bermesraan dengan sahabatnya sendiri di kantor? Tubuh Ayunda bahkan sampai gemetaran karena tidak menyangka akan menyaksikan sendiri hal kotor ini. Dia pikir kedekatan keduanya selama ini sebatas sekretaris dan atasan saja. Siapa sangka, keduanya berkhianat? Di sisi lain, Erwin tampak tidak merasa bersalah. Pria itu bahkan menatap Ayunda sinis. "Cukup Ayunda! Nggak usah teriak-teriak!" ucap pria itu dengan suara pelan, tetapi penuh penekanan. Ayunda sontak tertawa kehilangan akal. "Aku udah berusaha jadi istri yang baik buat kamu, tapi apa yang kamu lakukan ke aku?" kecewa wanita itu. "Alah! Nggak usah mendramatisir keadaan, Ayunda atau kamu mau semua orang tahu bahwa anak itu adalah anak haram, hah?!" ucap Erwin sambil menunjuk perut buncit Ayunda, “kamu wanita murahan yang bahkan tak t
Beberapa bulan lalu … keadaan Ayunda sedang tidak baik-baik saja. Gadis itu mabuk berat setelah merayakan hari ulang tahun salah satu sahabatnya di sebuah apartemen.Sepertinya, ada yang sengaja menukar koktail tanpa alkohol miliknya dengan minuman yang seharusnya tak ia minum."Ayunda…." Samar-samar, ia merasakan David–sahabat dan asisten kakaknya itu–sedang menepuk-nepuk pipinya.Pria itu memang ditugaskan untuk menjemputnya malam ini. Tentu, dia tak menolak karena Ayunda dan dirinya diam-diam menjalin hubungan.Ya, mereka terpaksa menyembunyikannya karena David terlahir dari keluarga sederhana, sementara keluarga Ayunda mencari calon menantu yang setara. Meski demikian, Ayunda berjanji akan membuka rahasia itu setelah lulus S2 di tahun depan!"Kak David, kok ganteng banget sih?" ucap Ayunda tanpa sadar. Tubuhnya yang panas seolah mendamba sentuhan David yang tampak terkesiap.Untungnya, pria itu berhasil mengendalikan diri.Setelah memastikan tidak ada yang melihat seperti apa
"Itu, Kak. Soalnya Yunda kesulitan buat thesis, Ayunda kan biasanya dibantuin Kak David, atau Kakak aja yang bantuin?" ucap Ayunda memberi alibi dengan cepat. Mendengar itu, kecurigaan Zidan pun lenyap. "Kerjain aja sendiri! Oh iya, kalau David, dia pulang ke rumah orang tuanya. Mungkin dia mau dijodohkan dengan pilihan Ibunya," jawab Zidan. "Dijodohkan?" kaget Ayunda sambil berusaha untuk terlihat tetap baik-baik saja. "Iya, sudah lama dia itu dijodohkan. Bahkan, dari kecil kayanya deh sama anak sahabat Ibunya. Tunangan sejak kecil pokoknya," kata Zidan lagi. Deg! Ayunda pun kehabisan kata-kata saat mendengar apa yang dikatakan oleh Kakaknya. Tanpa bersuara lagi, dia pun segera pergi dari sana. Sementara Zidan hanya menatap punggung Ayunda dengan santai karena adiknya itu memang datang dan pergi sesukanya selama ini. Sayangnya, pria itu tak tahu ada rasa yang berkecamuk di dada Ayunda saat ini. Bertapa runtuhnya dunia Ayunda karena mendengar ucapan sang Kakak yang tidak men
Tere pun mulai tersadar, dia merasa mual dan segera lari ke kamar mandi. Mungkin ini karena alkohol yang begitu banyak dia teguk. Tapi sesaat kemudian dia pun segera memandikan tubuhnya. Setelah itu dia segera mencari keberadaan Ayunda. Tok tok tok. Tere memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Ayunda pagi-pagi sekali. Pintu kamar pun terbuka dan Ayunda yang membukanya. "Kamu udah bangun? Padahal tadi pas aku tinggal kamu masih belum bangun," ucap Ayunda. Tere bingung dengan maksud Ayunda. "Semalam aku tidur sama kamu, barusan aku balik ke kamar aku," terang Ayunda. "Benarkah?" Tere benar-benar tidak mengetahuinya. "Gimana keadaan kamu?" "Aku baik, Yunda aku minta alamat makam Mama boleh?" "Iya." Ayunda tidak mau melihat Tere terlalu lama bersedih dan dia pun segera memberikan pada Tere. "Makasih ya, Yunda. Aku pamit," kata Tere kemudian dia pun memeluk Ayunda. "Pamit?" tanya Ayunda bingung. "Aku pergi," kata Tere lagi. Kemudian dia pun segera p
Dreet... Suara ponsel Zidan terdengar, dia yang sedang duduk di kursi meja makan pun melihat ponselnya dan ternyata yang menghubunginya adalah Tuan Herlambang. "Halo," jawabnya. "Tuan Zidan, apa kabar?" tanyanya berbasa-basi dari seberang sana. "Baik," jawab Zidan dengan nada suara sangat tidak bersahabat. Tuan Herlambang pun tertawa kecil mendengar suara Zidan, kemudian kembali lanjut berbicara. "Jadi, begini Tuan Zidan, saya akan menyimpan video istri anda baik-baik jika anda mau membantu saya mendapatkan proyek dari Tuan David," ucapnya mengatakan tujuannya. Dia tidak tahu jika David adalah sahabat sekaligus adik iparnya, yang dia tahu Zidan dan David adalah sahabat dekat. Sehingga jika saja berhasil mendapatkan proyek dengan bantuan Zidan dia bisa kaya dalam sekejap saja. Bagaimana mungkin tidak mempergunakan kesempatan ini dengan baik. "Anda sedang mengancam saya?!" tanya Zidan. "Tidak Tuan Zidan, saya hanya mengajak anda bekerja sama. Dan saya memberikan an
"Adel, silahkan masuk," Wina pun mempersilahkan Adel untuk memeriksa keadaan Tere. Setelah Adel masuk Zidan pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. "Zidan" panggil Wina. Zidan pun menghentikan langkahnya dan menoleh pada sang Mama. "Mama mau bicara," kata Wina. Wina pun segera menarik tangan anaknya untuk ikut dengannya ke ruang tamu, baginya anaknya tetap saja anak-anak.Dia tak mau Zidan pergi sebelum berbicara empat mata dengannya. "Zidan, kenapa ada memar di pipi Tere?" tanya Wina secara langsung. Sebenarnya dia ingin bertanya sejak tadi, ketika menyadarinya. Tetapi di sana ada Ayunda. Sudah pasti Ayunda akan mengamuk jika dia bertanya saat itu juga sedangkan keadaan Tere sedang sangat memprihatikan. "Kamu menamparnya?" tanya Wina lagi yang tidak sabar mendengar jawaban sang anak. "Lalu, aku harus apa, Ma? Memberinya penghargaan karena berbuat gila?" tanya Zidan kembali seakan dia membenarkan apa yang dia lakukan. "Ya ampun, Zidan. Apa isi otak kamu?" Win
"Sayang," David pun tersenyum sambil berjalan mendekati Ayunda yang tengah mengganti pakaian Ken. Ayunda pun menoleh dan ternyata David semakin berjalan ke arahnya. "Di sini tempat pemakaman Mama Tere," kata David sambil memberikan sebuah foto pada Ayunda. Ayunda pun menerimanya dan melihat gambar sebuah makam yang tertulis nama di batu nisannya. Kemudian dibelakangnya ada alamat lengkapnya. "Makasih banyak ya, Ayah," kata Ayunda dengan senyuman manisnya. David pun terkejut mendengar panggilan Ayunda. Ayah? Hatinya semakin berbunga-bunga karena merasa dicintai oleh seseorang yang juga sangat dia cintai. "Kamu panggil apa tadi?" David pun ingin mendengar kembali. Ayunda pun tersipu malu karena merasa berat untuk mengulanginya lagi. "Ayolah," David sedikit memaksa berharap Ayunda kembali mengulangi panggilannya. "Ayah," kata Ayunda dengan suara hampir menghilang. Tapi David bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh istrinya tercinta tersebut. Dia pu
Pukul dua belas malam Zidan masih sibuk dengan pekerjaannya di kantor padahal sudah seharusnya dia pulang dan beristirahat. Akan tetapi dia juga harus mengerjakan pekerjaannya agar segera selesai.Ada banyak sekali pekerjaan karena kini perusahaan sang ayah telah diserahkan sepenuhnya padanya.Ditambah lagi dia tak mau jika keuntungan perusahaan menurun saat ditangannya, dia akan sangat malu pada David yang memiliki saham terbesar di perusahaannya. Tapi tak lama kemudian dia pun merasa lega karena akhirnya selesai juga. Ting! Satu pesan masuk dan dia pun segera meraih ponselnya. Sambil berjalan menuju mobil dia pun membuka pesan masuk tersebut. Tapi mendadak dia dibuat syok dengan apa yang dia lihat. Sebuah vidio yang terlihat cukup menjijikkan dan orang yang mengirimkannya adalah salah seorang rekan bisnisnya. Zidan pun meremas ponselnya karena seiring dengan emosi yang membuncah. Sebenarnya dia tidak peduli pada Tere, tapi dia malu pada Herlambang yang mengetahui b
Tere hanya bisa membungkus lukanya dengan dengan air mata, hidupnya telah berubah penuh luka. Tidak ada keluarga, tidak ada siapa-siapa tempatnya untuk mengadu, dia sendiri, benar-benar sebatang kara. Setiap kali tegukan minuman yang memabukkan ini mampu menepikan setiap luka yang terasa. Hingga akhirnya dia pun melampiaskan semua masalahnya pada minum itu. Hidupnya sudah rusak, hancur, terjebak dalam lembah kegelapan demi mencari ketenangan sesaat. Dia sudah tidak tahu caranya bagaimana keluar dari dunia haram ini. Dia hidup hanya menunggu kapan mati, tidak ada tujuan, tidak ada kebahagiaan, dia hanya mendapatkan sedikit kenyamanan di club malam ini. Sesapan demi sesapan rok*k terus saja dia lakukan, matanya terlihat memerah dan tubuh berantakan tak lantas membuatnya merasa lelah. "Ter, duduk mulu. Ikutan yang lain yuk, banyak cowok keren disini. Kamu nggak minat apa?" tanya Kesya sesaat menghampiri Tere setelah sejak tadi dia bersama dengan teman lelaki yang baru dia
"Selamat siang?" Yusuf pun mengulurkan tangannya pada Zidan. Zidan pun membalasnya dengan baik, mereka baru menjalin kerja untuk pertama kalinya. Setelah David yang membantunya. Tapi disana dia dan Tere tampak sangat asing, tidak ada pembicaraan pribadi. Benar-benar sangat asing, siapapun tak akan ada yang mengira jika mereka adalah sepasang suami istri. Kecuali Yusuf yang memang sudah mengetahui sejak awal. Akhirnya setelah satu jam berlalu rapat pun selesai. "Terimakasih dan semoga kita bisa saling bekerjasama dengan baik," ucap Yusuf diakhir kalimatnya. "Tentu," balas Zidan.Zidan pun mengundurkan diri, kemudian 30 menit berikutnya rapat pun kembali dimulai dengan orang yang berbeda.Tere kembali dengan dirinya yang penuh percaya diri dan terlihat sangat murah senyum.Kulitnya yang kuning langsat membuat dirinya terlihat sedikit berbeda.Dia terlihat sangat manis dengan rambutnya yang pendek sebahunya, dengan warna hitam pekat. "Tuan, Yusuf. Bisa saya sedikit berb
"Tere dimana ya?" Ayunda pun segera menuju kamar sahabatnya yang sekaligus adalah Kakak iparnya sendiri. Dia akan memberitahu bahwa David akan segera menemukan dimana makam sang Mama. Tapi saat berdiri didepan pintu telinganya mendengar suara dari dalam sana. Akibat pintu yang tidak tertutup rapat membuatnya bisa mendengar dengan sangat jelas. "Kamu bisanya apa? Melakukan hal kecil seperti ini saja tidak becus!" bentak Zidan. Tere pun tersentak kala mendengar suara Zidan yang meninggi. Dengan tangan yang saling meremas dia hanya bisa menundukkan kepalanya. Tanpa kata apalagi meskipun hanya untuk membela diri. Percuma saja bersuara karena Zidan tidak akan mau mengerti. "Kenapa diam?!" bentak Zidan lagi. "Maaf, Kak," ucap Tere. Tidak ada yang bisa dia katakan selain minta maaf. "Setiap kali kamu hanya bisa minta maaf, bosan sekali, otak mu dipakai!" ucap Zidan sambil menunjuk kepala Tere. Tere menutup matanya mengira jika Zidan akan memukulnya. "Kak!" seru Ayu
"Kak," Ayunda pun memberanikan diri untuk memeluk David terlebih dahulu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, tapi tidak apa demi bisa menjadi seseorang yang bisa berguna untuk Tere. David pun menatap tangan Ayunda yang melingkar di pinggangnya. "Kak, Yunda boleh minta tolong nggak?" "Apa?" "Tolong carikan makam Mamanya Tere." David pun mengambil kesimpulan jika tujuan Ayunda memeluknya duluan karena itu. Tidak masalah. "Kak," Ayunda pun mengguncangkan tubuh David karena belum mengabulkan permintaannya. "Iya," jawab David. "Besok harus udah ketemu ya, Kak," kata Ayunda lagi. "Besok?" David pun menautkan kedua alisnya mendengar ucapan Ayunda. "Kakak, keberatan?" "Apakah waktunya sesingkat itu?" "Ayolah, Kak. Tere cuma punya Yunda aja," mohon Ayunda. Gadis nakal ini mulai pintar merayu suaminya sendiri. Lihatlah dengan bergelayut manja seakan dia sudah sangat tahu bahwa suaminya suka hal seperti ini. "Kak," lagi-lagi Ayunda pun mengguncangkan tubuh Dav