Share

suami jahat

Author: Naka Turi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan.

"Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? "

Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu.

"Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! "

"Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir"

"Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah"

"Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? "

"Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur"

"Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? "

"Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah"

"Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"

Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu.

"Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? "

"Alah, gak usah pasang wajah melas depan aku, kamu kira aku bakal ketipu? "

Tiba tiba disaat Surti sedang memarahi Kartika, Wahyu datang.

"Ada apa ini ribut ribut? "

Surti kaget bukan kepalang, ia segera memasang wajah sedih didepan suaminya.

"Ini Mas, Tika adikmu, dia baru berapa hari kerja disini malah berani beraninya minta pinjam uang"

Kartika geleng geleng kepala melihat kebusukan kakak iparnya itu, pandai sekali Surti menghasut dia, bahkan didepan matanya sendiri.

Wahyu mendengar hal itu malah merasa iba pada Kartika, ia tahu betul kalau keuangan adiknya sedang sulit, makanya ia minta bekerja di toko bakso miliknya.

"Berapa kamu butuh uang Tika? Bilang sama Mas" Wahyu bukannya marah, malah ingin memberi uang kepada Tika.

Surti yang ingin menghasut adiknya, malah kaget, bukannya termakan hasutannya, Wahyu malah ingin memberikan uang kepada Adiknya itu.

"Mas? Kamu apa apaan sih? Dia baru beberapa hari kerja disini"

"Katakan Tika, berapa kamu butuh uang? "

Kartika yang melihat keseriusan diwajah Abangnya malah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, memang betul ia sedang butuh uang, apalagi suaminya tak bekerja sudah bermingu-minggu dari mana dia bisa beli beras untuk makan anaknya nanti.

"Seratus ribu aja Mas"

Wahyu segera mengambil dompet, lalu mengeluarkan uang merah satu lembar.

"Ini buat kamu, ambil saja tak usah diganti"

"Wah, makasih banyak ya Mas" Senyum kartika merekah.

Surti memasang wajah jutek, niat hati ingin menghasut malah begini jadinya.

"Uang itu dipotong saat gajian kamu nanti, "

"Tidak, ini uang pemberian ku untuk Tika, tak ada yang boleh memotong gaji Kartika, siapa yang berani moyong gaji dia, maka harus berhadapan denganku"

Wahyu sangat sayang pada adiknya, apalagi Tika adik bungsu yang kurang beruntung dalam hal keuangan.

"Makasih banyak ya Mas"

"Iya, yasudah kamu masuk aja Tika, kerjakan apa yang bisa. Oiya, kamu sudah makan? Kalau belum kamu makan dulu didapur"

"Sudah Mas, sebelum berangkat kesini Tika udah sarapan"

"Ya sudah kalau begitu, Mas tinggal dulu ya, ayo Surti ikut aku"

Surti menatap Tika dengan tatapan mengancam, ia tak suka jika suaminya terlalu royal Keluarganya. Ia menganggap jika Tika akan memoroti uang Suaminya.

***

Pukul 17.30 Kartika sudah bersiap siap untuk pulang kerumah, sebelum pulang, ia singgah diwarung untuk beli beras, telur dan juga minyak goreng.

Ia begitu senang mendapat uang seratus ribu dari Abangnya. Meski ia sangat kesal dengan Surti, kakak ipar yang selalu menggasutnya.

"Assalamu'alaikum, mama pulang"

"Mamah, mamah sudah pulang? " Si bunsu Adit begitu bahagia melihat ibunya sudah pulang.

"Mama bawa pulang apa? "

"Ini ada beras, telur, sama minyak goreng. Mama juga beli susu untuk Adit dan kakak, nih ambil"

"Wah... Susu vanilla kesukaan Adit, makasih ya mah"

"Iya sayang"

Zahara membantu mengangkat barang yang dibawa pulang ibunya, raut wajah anak sulungnya terlihat murung, pasti ada masalah dirumah.

"Wah, banyak uang kamu Hari ini? belanja pula" Bagas keluar dari kamar, tangannya masih memegang gawai pintarnya.

Kartika tidak menanggapi ucapan Bagas, ia segera ke dapur untuk masak nasi dan menggoreng telur.

"Kak, kakak udah makan ? "

Zahara menggeleng, wajahnya masih murung.

"Kakak kenapa, lapar? "

Zahara mengangguk pelan.

"Sabar ya, ini mamah lagi masak nasi sama goreng telur"

"Mah, besok kakak gak pergi sekolah ya Mah"

"Loh, kenapa kak? "

"Kakak gak punya baju lagi"

Zahara mulai menceritakan masalahnya sangat Ibu, seharian Kartika bekerja anak anak dirumah bersama Ayahnya. Hari ini Zahara telat pulang sekolah karena ada tugas kerja kelompok, Zahara pulang sore hari.

Ketika sampai dirumah, Zahara langsung dipukuli oleh Bagas, tanpa bertanya Bagas langsung memukul Zahara tanpa ampun.

"Kurang ajar kamu ya, aku capek jemput kamu ke sekolah, kamu malah kelayapan, mau jadi apa kamu hah? Mau jadi perempuan jalanan? Iya? " Bentak Bagas sambil memukul tanpa henti, Seragam sekolah Zahara dirobek Bagas.

"Tidak usah kamu sekolah lagi, kalau kerjaanmu cuma kelayapan, aku bakar saja baju sekolahmu ini"

"Jangan yah, jangan... " Pekik Zahara menahan perlakuan jahat Ayahnya.

Semakin Zahara melawan, Bagas semakin jadi jadi, ia kembali memukuli anak perempuan sulungnya itu.

Pemandangan yang begitu menyedihkan diiringi jerit tangis Zahara.

Adit segera berlari memeluk kakaknya yang sedang dipukuli, malah Adit ikutan dipukul oleh Bagas yang sedang kesetanan.

"Awas kamu Dit, dia harus diberi pelajaran, masih kecil sudah berani kelayapan, gimana nanti kamu besar hah? "

Zahara ingin memberi penjelasan mengapa ia telat pulang, pukulan demi pukulan membuatnya tak punya kesempatan hanya untuk membela diri.

Bagas bagai orang kesetanan, dia tak peduli anaknya sudah kesakitan dan menjerit jerit. Ia baru berhenti saat ada tetangga yang datang mengetuk pintu.

Pak Budi datang kerumah mereka untuk mengetahui apa yang terjadi, beliau tak kuasa mendengar jerit tangis pilu Zahara.

"Ada apa Bagas, kenapa anakmu menjerit jerit begitu kencang? Apa kamu memukulinya? "

"Iya, aku memukulnya, dia sudah berani kelayapan pulang sekolah, bulannya pulang kerumah malah kelayapan, aku capek capek jemput dia kesekolah, dia malah pergi tanpa memberi tahu"

"Apa kamu sudah tanya kemana anakmu pergi, kamu jangan egois jadi orang tua, dengarkan dulu penjelasannya, apa tang kamu lakukan itu salah, kamu bisa dipenjara karena sudah melakukan KDRT, apa kamu mau mendekam dalam penjara? "

Bagas yang tadinya sangar mulai ketakutan, membayangkan berada dalam jeruji besi membuat mentalnya ciut. Bagas segera meninggalkan Zahara lalu pergi entah kemana.

Zahara segera berlari mendekati Pak Budi, gadis kecil itu begitu ketakutan.

"Huhuhu... " Tangis Zahara sambil memeluk seragam sekolahnya yang sudah koyak.

"Sudah... Sudah, jangan nangis lagi ya, kamu sudah aman sekarang. " Pak Budi mengusap rambut bocah perempuan itu layaknya anak sendiri. Setelah tenang, Zahara bercerita kepada Pak Budi kalau dia pulang sekolah kerumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok, ia mengaku salah tidak memberi tahu ayahnya terlebih dahulu. Namun, perbuatan Bagas juga tidak dapat dibenarkan.

Beliau sangat menyayangkan perlakuan Orang tua Zahara, Bocah sekecil itu harus mendapat kekerasan dari Ayah kandungnya sendiri. Orang yang seharusnya melindungi dan menjaganya, malah menyakiti fisik dan juga mentalnya.

Mendengar penuturan Zahara, darah Kartika mendidih. Tak disangka, laki-laki yang masih berstatus Suaminya itu begitu jahat, bukan hanya Kartika yang sudah mendapat kekerasan darinya, bahkan anak perempuan nya juga. Bagas sudah sangat keterlaluan.

"Ayah macam apa dia? Berani sekali dia mengasari anak kandungnya sendiri"

Kartika ingin memaki dan menyumpah serapah Bagas, amarahnya sudah mencapai ubun ubun, namun, Bocah kecil itu menahan tangannya.

"Ma, jangan Ma, nanti Ayah pukul mamah lagi, Kakak gak mau Mamah dipukuli Ayah, "

"Sayang, anak Mamah. Harus memberi pelajaran pada Ayahmu agar dia tidak semena mena pada kita"

"Jangan Mah, jangan, kakak mohon Mah" Tangis Zahara kembali tumpah, ia tak mau ibunya mendapat perlakuan kasar dari Ayahnya.

Akhirnya Tika mengalah, ia tak sanggup melihat air mata anaknya. Sekarang ia akan mengalah, tapi ia berjanji akan menuntut suaminya jika laki-laki itu mengulang kesalahannya.

Related chapters

  • Aku Bukan Tulang Punggung   pertengkaran

    "Tika... Tika... " suara Bagas beteriak memanggil istrinya. Kartika masih didapur menyiapkan makan malam seadanya. Ia mendengar suara Bagas memanggil namanya, tapi ia enggan menyahut, belum sembuh luka kemarin, sudah menancap luka baru oleh kelakuan Suaminya itu. "Kamu itu budek atau apa sih? Capek aku manggil. kamu bukannya disahut, tuli kamu hah? " bentak Bagas tak peduli ada anak anak di rumah. "Kamu gak lihat aku lagi masak? " sahut Kartika tak kalah garang. "Kan bisa kamu sahut Tika, habis suaraku mangil manggil""Ada apa kamu manggil manggil? ""Aku minta uang dua puluh ribu mau beli rokok" tanpa rasa malu Bagas meminta uang pada Kartika, dunia sudah terbalik, bukan istri minta uang pada suami, malah suami minta uang pada istri. Dalam hati Kartika ingin memaki laki laki di depannya itu, sudah tak bekerja, kasar, main tangan, malah beraninya minta uang sama istri. "Gak kebalik tuh? Harusnya aku yang minta uang sama kamu""Alah, gak usah banyak komentar, sini uang dua puluh

  • Aku Bukan Tulang Punggung   gajian

    Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Bagas pingin kawin lagi

    Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Warung Leha

    Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,

  • Aku Bukan Tulang Punggung   bertengkar lagi

    Bab 12TokTokTokSuara ketukan pintu berkali-kali membuat Kartika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Meski mata Enggan untuk terbuka, Tika memaksakan diri untuk bangun. "TIKAAA... " suara dari depan rumah membuat Kartika menjadi geram. "Cepat buka pintunya"Dengan malas, Tika membuka pintu. Ketika pintu belum sepenuhnya terbuka, Bagas segera mendorong pintu hingga membuat Kartika terjatuh. "Auhhhh... " teriak Kartika dengan menahan sakit. "Lama banget sih, buka pintu aja lelet""Dasar gak punya tata krama, udah gedor rumah kayak maling, malah dorong aku sampai jatuh, bukannya minta maaf, malah nyalahin orang""Lu bilang apa? Gue gak punya tata krama? ""Iya, kamu bahkan tak punya hati""Lu ngajak ribut, hah? " Teriak Bagas tak peduli dengan anak-anak yang sedang tidur. "Serah, aku ngantuk, capek, mending aku tidur dari pada ngadepin kamu" Tanpa peduli dengan ocehan Bagas, Kartika segera masuk ke dalam kamar. "Hei, Tika. Lu denger ya, semakin hari lu semakin

  • Aku Bukan Tulang Punggung   matre

    Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Tantangan Leha

    Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Suami malas

    Part 1"Mas, Beras habis gas juga habis! " Ucap Kartika dengan wajah sedih, sementara suaminya-Bagas, yang sedang asik bermain game online di HP androidnya tanpa mau tahu beras dan gas sudah habis. "Kamu ngutang dulu diwarung Uwak Midah dek, aku lagi gak punya uang" Sahut Bagas tanpa menoleh ke arah Kartika, ia malah sibuk melanjutkan permainan game onlinenya. Laki laki berusia tiga puluh lima tahun itu, tak peduli saat kebutuhan rumah sudah habis, makanan tak ada sama sekali. Untuk bekerja saja ia malas, banyak sekali alasan yang ia buat, entah dimana naluri sebagai seorang Ayah dan suami dalam dirinya. "Aku udah malu ngutang terus sama wak Midah Mas, hutang kemarin aja belum kita bayar, kamu malah suruh aku ngutang lagi, kerja dong Mas, jangan cuma main HP aja! " Rutuk Kartika kesal melihat suaminya yang malas bekerja. "Sekarang lagi belum ada panggilan kerja, kalau udah ada pasti nanti aku kerja kok. udah deh, kamu jangan rewel""Kalau gak ada panggilan ditempat kamu kerja, ka

Latest chapter

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Tantangan Leha

    Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny

  • Aku Bukan Tulang Punggung   matre

    Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa

  • Aku Bukan Tulang Punggung   bertengkar lagi

    Bab 12TokTokTokSuara ketukan pintu berkali-kali membuat Kartika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Meski mata Enggan untuk terbuka, Tika memaksakan diri untuk bangun. "TIKAAA... " suara dari depan rumah membuat Kartika menjadi geram. "Cepat buka pintunya"Dengan malas, Tika membuka pintu. Ketika pintu belum sepenuhnya terbuka, Bagas segera mendorong pintu hingga membuat Kartika terjatuh. "Auhhhh... " teriak Kartika dengan menahan sakit. "Lama banget sih, buka pintu aja lelet""Dasar gak punya tata krama, udah gedor rumah kayak maling, malah dorong aku sampai jatuh, bukannya minta maaf, malah nyalahin orang""Lu bilang apa? Gue gak punya tata krama? ""Iya, kamu bahkan tak punya hati""Lu ngajak ribut, hah? " Teriak Bagas tak peduli dengan anak-anak yang sedang tidur. "Serah, aku ngantuk, capek, mending aku tidur dari pada ngadepin kamu" Tanpa peduli dengan ocehan Bagas, Kartika segera masuk ke dalam kamar. "Hei, Tika. Lu denger ya, semakin hari lu semakin

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Warung Leha

    Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Bagas pingin kawin lagi

    Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan

  • Aku Bukan Tulang Punggung   gajian

    Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat

  • Aku Bukan Tulang Punggung   pertengkaran

    "Tika... Tika... " suara Bagas beteriak memanggil istrinya. Kartika masih didapur menyiapkan makan malam seadanya. Ia mendengar suara Bagas memanggil namanya, tapi ia enggan menyahut, belum sembuh luka kemarin, sudah menancap luka baru oleh kelakuan Suaminya itu. "Kamu itu budek atau apa sih? Capek aku manggil. kamu bukannya disahut, tuli kamu hah? " bentak Bagas tak peduli ada anak anak di rumah. "Kamu gak lihat aku lagi masak? " sahut Kartika tak kalah garang. "Kan bisa kamu sahut Tika, habis suaraku mangil manggil""Ada apa kamu manggil manggil? ""Aku minta uang dua puluh ribu mau beli rokok" tanpa rasa malu Bagas meminta uang pada Kartika, dunia sudah terbalik, bukan istri minta uang pada suami, malah suami minta uang pada istri. Dalam hati Kartika ingin memaki laki laki di depannya itu, sudah tak bekerja, kasar, main tangan, malah beraninya minta uang sama istri. "Gak kebalik tuh? Harusnya aku yang minta uang sama kamu""Alah, gak usah banyak komentar, sini uang dua puluh

  • Aku Bukan Tulang Punggung   suami jahat

    Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan. "Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? " Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu. "Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! ""Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir""Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah""Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? ""Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur""Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? ""Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah""Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu. "Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? ""Alah, gak

  • Aku Bukan Tulang Punggung   Mbak Surti yang julid

    Part 5"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar. Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya. Kriet... Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek. "Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan. "Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik. "Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan""Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya. "Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu""Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelapara

DMCA.com Protection Status