Part 5
"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar.Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya.Kriet...Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek."Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan."Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik."Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan""Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya."Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu""Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelaparan di rumah? bisa bisanya kau tidur ya, Ayah macam apa kamu ini? " Geram mendengar kata kata Bagas, Kartika tak bisa menahan emosi."Kamu jangan salahin aku, kamu sendiri kerja dari pagi pulang malam, kamu kira kamu gak salah? " Bukannya mengakui kesalahan malah menuduh Tika yang salah.Kartika geleng geleng kepala melihat sifat Bagas, semakin hari semakin luar biasa. Bahkan Kartika bekerja karena Bagas yang menyuruhnya, kini Bagas malah menyalahkan Kartika karena bekerja pergi pagi pulang malam."Kamu yang nyuruh aku kerja kan?, lalu kenapa sekarang kau malah menyalahakanku, kau malah enak enakan tidur dirumah ibumu, apa kau sudah lupa, Kau punya anak dirumah? Dimana pikiranmu? " Kartika sudah habis kesabaran.Ingin sekali memaki laki laki yang ada di hadapan nya dengan sumpah serapah, tapi sekuat hati ia berusaha tidak mengeluarkan kata kata jahat itu."Kau, bilang aku apa? Coba kau ulangi? " Bentak Bagas membuat dua anaknya berlari keluar, melihat ayah dan ibunya bertengkar. Adit merasa takut jika ayahnya memukul ibunya."Kau laki laki tak punya otak" Ucap kartika geram, bibirnya bergetar menahan amarah."Bangsat..." Bentak Bagas lalu mengayunkan tangannya ingin menampar wajah kartika.Plakksebuah tamparan mendarat di pipi Kartika, wajah Kartika terasa panas dan perih. Baru pulang kerja, bukannya disambut oleh keluarga, malah sebuah tamparan yang ia dapat.Dua bocah kecil itu segera berhambur ingin menghalangi ayahnya. Namun terlambat, tangan kekar itu sudah mendarat di pipi tirus Kartika."Ayah jangan!. " Teriak Adit memegang kaki ayahnya.Sedangkan Zahara memeluk ibunya. Pecahlah tangis dua bocah itu melihat ibunya dipukuli oleh Ayahnya."Ayah jangan pukul mamah, jangan Yah! " Adit menangis sambil memeluk kaki Ayah-nya.Dua bocah itu harus dihadapkan pada kondisi yang akan merusak mental mereka di kemudian hari. Entah siapa yang harus disalahkan, Bagas kah, atau Kartika?"Kau, sudah kelewatan Tika, berani sekali kau katai aku begitu, awas kalau aku dengar lagi" Ancam Bagas sambil berlalu meninggalkan Tika dan kedua anaknya.Bagas menghentakkan kakinya, hingga terlepas Adit dari rangkulan kakinya. Laki-laki itu sangat kasar dan emosional. Semakin hari, semakin terlihat sikap buruk nya itu, bukan hanya pada istri, bahkan pada dua anaknya.Hati Tika sakit, amat sakit. Hampir sepuluh tahun usia pernikahannya dengan Bagas, baru kali ini Bagas begitu buas dan kasar. Entah setan apa yang telah merasukinya.Kartika pun tak dapat mengontrol lagi ucapannya, ia geram sekali pada Bagas, lantaran sejak siang hingga dia pulang kerja, anak anaknya kelaparan, mereka tidak dikasih makan oleh Bagas, ibu mana yang tak akan marah jika anaknya ditelantarkan begitu, sementara Bagas malah enak enakan habis makan malah tidur di rumah ibunya, laki laki tidak punya otak si Bagas itu.Malam semakin larut, anak anak sudah lelap tidur di kamarnya. Tika masih duduk termenung diruang tamu sambil menonton TV tabung pemberian orang tuanya.Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 , namun dia belum juga tidur. Ia enggan masuk kamar, melihat suaminya saja ia sudah kesal, apalagi tidur seranjang dengannya.Akhirnya Tika, tidur di ruang tamu. Meski tanpa kasur dan bantal, tak mengapa baginya.---Pagi menjelang, hari baru mulai menyapa. Pagi pagi sekali Tika bangun, ia menanak nasi dan juga menggoreng telur.Suami dan anak anaknya masih tidur, ia sudah sibuk didapur.Setelah memasak nasi dan telur, ia menyuci baju dan beberapa kain kotor. Meski ia harus berangkat kerja tapi ia tak lupa akan kewajiban nya dirumah.Pukul setengah tujuh lagi, Tika membangunkan dua anaknya."Adit... Zahara.. Bangun nak, mandi lalu sarapan"Dua bocah itu segera bangun, si bungsu mengucek mata lalu menguap."Mamah... ""Iya nak, pergi mandi sana, hari ini sekolah kan? ""Adit gak mau pergi sekolah sama ayah""Kenapa nak? ""Ayah marah marah didepan teman teman Adit, Adit malu mah""Kok ayah marah marah, kenapa? ""Iya, gara gara Adit minta uang jajan, tapi ayah gak ada uang, Adit nangis, terus ayah marah marahin Adit didepan teman sekolah Adit mah""Ya sudah, nanti buat mamah yang antar sekolah, ayo bangun cepat"Kedua bocah itu segera menuju sumur yang terletak dibelakang rumah.Rumah Mereka amat sederhana, kamar mandi pun tidak beratap, hanya terbuat dari seng bekas. Rumah itu mereka sewa sudah lima tahun terakhir, meski rumah itu sudah cukup tua, tapi masih layak untuk dihuni. Harga sewa yang murah makanya mereka bertahan dirumah tua itu."Kalau sudah siap mandi, pakai baju sekolah, terus sarapan ya" Ucap Tika seraya menata piring dan gelas untuk kedua anaknya."Iya mah"Dua bocah itu sudah siap memakai seragam merah putih, Tika menaruh nasi dan telur dadar diatas piring mereka."Makan dulu ya, sebelum makan jangan lupa baca doa""Iya mah"Mereka bertiga makan bersama, hal yang setiap hari mereka lakukan tanpa Bagas. Bagas akan bangun disaat perutnya lapar, Tika sudah tidak mau membangunkan laki laki itu lagi. Hari ini, Tika yang akan mengantarkan kedua anaknya sekolah. Setelah mengantarkan dua anaknya, barulah Tika berangkat kerja ke toko bakso milik Abangnya."Adit, Zahara, nanti pulang sekolah mama gak bisa jemput, kalian pulang sendiri ya, pulang lewat jalan kecil saja, terus pulang sekolah jangan lupa makan, mama sudah simpan telur dadar didalam lemari kalian""Baik ma, Adit pergi sekolah dulu""Zahara juga ma"Kedua bocah itu mencium punggung tangan ibunya."Sekolah yang rajin ya nak, mamah pergi kerja dulu""Iya mah, hati hati""Iya sayang"Kartika mengayuh sepeda menuju tempatnya bekerja, meski ia merasa capek setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, ia terpaksa harus bekerja lagi. Semua dia lakukan demi kedua anaknya.Ketika kartika tiba didepan toko Wahyu, Surti sudah menunggu didepan toko dengan wajah tidak bersahabat.' Ada apa dengan Mbak Surti, kenapa dia berdiri didepan toko sambil berwajah masam begitu? ' batin kartika.Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan. "Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? " Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu. "Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! ""Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir""Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah""Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? ""Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur""Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? ""Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah""Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu. "Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? ""Alah, gak
"Tika... Tika... " suara Bagas beteriak memanggil istrinya. Kartika masih didapur menyiapkan makan malam seadanya. Ia mendengar suara Bagas memanggil namanya, tapi ia enggan menyahut, belum sembuh luka kemarin, sudah menancap luka baru oleh kelakuan Suaminya itu. "Kamu itu budek atau apa sih? Capek aku manggil. kamu bukannya disahut, tuli kamu hah? " bentak Bagas tak peduli ada anak anak di rumah. "Kamu gak lihat aku lagi masak? " sahut Kartika tak kalah garang. "Kan bisa kamu sahut Tika, habis suaraku mangil manggil""Ada apa kamu manggil manggil? ""Aku minta uang dua puluh ribu mau beli rokok" tanpa rasa malu Bagas meminta uang pada Kartika, dunia sudah terbalik, bukan istri minta uang pada suami, malah suami minta uang pada istri. Dalam hati Kartika ingin memaki laki laki di depannya itu, sudah tak bekerja, kasar, main tangan, malah beraninya minta uang sama istri. "Gak kebalik tuh? Harusnya aku yang minta uang sama kamu""Alah, gak usah banyak komentar, sini uang dua puluh
Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat
Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan
Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,
Bab 12TokTokTokSuara ketukan pintu berkali-kali membuat Kartika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Meski mata Enggan untuk terbuka, Tika memaksakan diri untuk bangun. "TIKAAA... " suara dari depan rumah membuat Kartika menjadi geram. "Cepat buka pintunya"Dengan malas, Tika membuka pintu. Ketika pintu belum sepenuhnya terbuka, Bagas segera mendorong pintu hingga membuat Kartika terjatuh. "Auhhhh... " teriak Kartika dengan menahan sakit. "Lama banget sih, buka pintu aja lelet""Dasar gak punya tata krama, udah gedor rumah kayak maling, malah dorong aku sampai jatuh, bukannya minta maaf, malah nyalahin orang""Lu bilang apa? Gue gak punya tata krama? ""Iya, kamu bahkan tak punya hati""Lu ngajak ribut, hah? " Teriak Bagas tak peduli dengan anak-anak yang sedang tidur. "Serah, aku ngantuk, capek, mending aku tidur dari pada ngadepin kamu" Tanpa peduli dengan ocehan Bagas, Kartika segera masuk ke dalam kamar. "Hei, Tika. Lu denger ya, semakin hari lu semakin
Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa
Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny
Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny
Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa
Bab 12TokTokTokSuara ketukan pintu berkali-kali membuat Kartika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Meski mata Enggan untuk terbuka, Tika memaksakan diri untuk bangun. "TIKAAA... " suara dari depan rumah membuat Kartika menjadi geram. "Cepat buka pintunya"Dengan malas, Tika membuka pintu. Ketika pintu belum sepenuhnya terbuka, Bagas segera mendorong pintu hingga membuat Kartika terjatuh. "Auhhhh... " teriak Kartika dengan menahan sakit. "Lama banget sih, buka pintu aja lelet""Dasar gak punya tata krama, udah gedor rumah kayak maling, malah dorong aku sampai jatuh, bukannya minta maaf, malah nyalahin orang""Lu bilang apa? Gue gak punya tata krama? ""Iya, kamu bahkan tak punya hati""Lu ngajak ribut, hah? " Teriak Bagas tak peduli dengan anak-anak yang sedang tidur. "Serah, aku ngantuk, capek, mending aku tidur dari pada ngadepin kamu" Tanpa peduli dengan ocehan Bagas, Kartika segera masuk ke dalam kamar. "Hei, Tika. Lu denger ya, semakin hari lu semakin
Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,
Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan
Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat
"Tika... Tika... " suara Bagas beteriak memanggil istrinya. Kartika masih didapur menyiapkan makan malam seadanya. Ia mendengar suara Bagas memanggil namanya, tapi ia enggan menyahut, belum sembuh luka kemarin, sudah menancap luka baru oleh kelakuan Suaminya itu. "Kamu itu budek atau apa sih? Capek aku manggil. kamu bukannya disahut, tuli kamu hah? " bentak Bagas tak peduli ada anak anak di rumah. "Kamu gak lihat aku lagi masak? " sahut Kartika tak kalah garang. "Kan bisa kamu sahut Tika, habis suaraku mangil manggil""Ada apa kamu manggil manggil? ""Aku minta uang dua puluh ribu mau beli rokok" tanpa rasa malu Bagas meminta uang pada Kartika, dunia sudah terbalik, bukan istri minta uang pada suami, malah suami minta uang pada istri. Dalam hati Kartika ingin memaki laki laki di depannya itu, sudah tak bekerja, kasar, main tangan, malah beraninya minta uang sama istri. "Gak kebalik tuh? Harusnya aku yang minta uang sama kamu""Alah, gak usah banyak komentar, sini uang dua puluh
Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan. "Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? " Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu. "Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! ""Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir""Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah""Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? ""Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur""Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? ""Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah""Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu. "Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? ""Alah, gak
Part 5"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar. Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya. Kriet... Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek. "Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan. "Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik. "Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan""Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya. "Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu""Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelapara