Part 2
Kartika pulang kerumah dengan hati kesal dan dada sesak, bagaimana tidak? suaminya malah tidur saja tak bergerak sama sekali.DUAARRRGeram karena suaminya tidak bekerja, Kartika membanting pintu. Kemarahannya sudah sampai di ubun ubun."Ada apa sih ribut ribut? Ganggu orang tidur saja? " Bentak Bagas merasa tidurnya terganggu.Naik pitam Kartika melihat perangai suaminya itu, sudah malas bekerja malah marah marah.Malas meladeni suaminya, katika memilih kedapur lalu memasak nasi. Lauk dari rumah emak sudah diletakkan diatas meja, tak lupa ditutupnya dengan tudung saji.Pukul 11.00 Kartika berangkat menjemput dua anaknya disekolah. Bagas masih belum beranjak dari tidurnya, malang nian nasib Tika, sudah susah malah dapat suami malas.Berapa saat kemudian, Tika sudah pulang dengan memboncengi dua bocah disepedanya, satu didepan dan satu dibelakang."Sudah sampai mah, Adit turun dulu" Ucap si bungsu tak sabar ingin cepat makan siang."Hati hati nak, jangan lari lari" Kartika segera menaruu sepeda bututnya dipojokan halaman rumah."Ma... kakak laper! " ujar si sulung sambil memegang perutnya."Ya sudah sana ganti baju, terus makan siang ya""Iya Ma... " Sahut si sulung langsung mengerjakan perintah ibunya.Kartika masuk kedalam rumah, betapa kagetnya ia ketika membuka tudung saji. Lauk yang dibawa pulang dariew rumah emaknya tinggal separuh."Ya Tuhan, kenapa tinggal segini lauknya? Aku tahu, ini pasti kerjaan si Bagas, awak kamu mas" Rutuk tika menahan amarah.Dihampirinya Bagas yang masih tiduran dikamar, " Heeh, mas... Kamu yang makan tadi kan, ayo ngaku? " Teriak kartika membuat Bagas terkejut."Apaan sih kamu? pulang marah marah gak jelas" Sahut Bagas sambil mengucek matanya."Gak usah pura pura baru bangun tidur, tuh lihat isi tudung saji. Kamu yang ngabisin kan? ""Bukan" Sahut Bagas enteng."Terus siapa? Hantu? ""Udah gak kerja, tukang bohong lagi, kerjaannya makan tidur, main hp, malu dong mas.. Malu sedikit kenapa? ""Heh.. Tika, jaga bicara kamu ya, kamu bisa tidak hargai aku sebagai suami? ""Mas, kamu aja gak hargai aku, masih bisa kamu bilang begitu? ""Kamu ini, gara gara masalah sepele pun nyangkut kemana mana, gak usah bawa bawa kerjaaa segala, muak aku denger tahu""Kalau kamu muak denger aku bicara, lebih baik kamu kerja, cari uang, jangan tiduran aja""Cukup Kartika, aku diam diam kamu makin ngelunjak, tiap hati kamu nuntut aku kerja, kenapa bukan kamu saja yang kerja, biar kamu tahu gimana rasanya cari duit, susah tau? "Bagas bukan merasa bersalah karena tidak melakukan kewajiban sebagai kepala keluarga, ia malah menuntut istrinya supaya bekerja agar istrinya. Suami macam apa dia, masih beruntung tika masih mau bersuamikan laki laki malas seperti dia."Baik, aku akan bekerja, secepatnya. Tapi ingat. Mulai besok kamu yang masak, nyapu, nyuci, antara jemput anak anak sekolah, bagaimana? "Agak berat Bagas menjawab tantangan Kartika, namun karena jiwa malasnya sudah mendarah daging terpaksa ia menerima tantangan dari Kartika."Baik, jika itu mau kamu" Sahut Bagas tak ada beban."Oke, mulai besok aku akan bekerja, jangan tanya aku bekerja dimana, dapat uang berapa, dan kapan aku pulang. Seperti yang kamu lakukan padaku"Bagas terdiam sejenak mendengar perkataan istrinya itu, memang benar selama ini Bagas tidak suka jika istrinya bertanya berapa gajinya, dimana ia bekerja, jam berapa ia pulang kerja, ia selalu marah marah jika istrinya banyak tanya masalah pekerjaan nya. Entah apa yang di rahasiakan dari istrinya itu."Oke" Sahut Bagas agak lama."Baiklah, aku titip anak anak. Aku mau kerumah saudaraku, aku mau minta kerjaan sama abang dan kakak kakakku""Adit, zara, mamah pergi ke rumah wawak dulu ya, kalian dirumah sama ayah, jangan lupa makan ya? Di dalam tudung saji masih ada lauk sedikit lagi, kalian makan saja""Mamah gak makan? " Tanya si Bungsu Adit perhatian pada mamahnya."Mamah udah makan sayang" Kartika berbohong demi anaknya. Ia tahu lauk makan mereka tinggal sedikit lagi karena sudah dihabisi oleh Bagas, marah pun tak ada untung.Lebih baik kartika memikirkan pekerjaan apa yang bisa ia kerjakan, semakin cepat ia mencari akan semakin baik. Ia tak mau berpangku tangan pada suaminya yang malas dan hnyat makan tidur saja kerjanya.Bagas tersenyum senang, ia seolah merasa berhasil membuat istrinya mau bekerja. Dalam hatinya dia ingin suami istri saling bekerja saling menghasilkan uang, bukan hanya dirinya saja yang susah payah bekerja mencari uang, sedangkan si istri hanya ongkang kaki dirumah.Setelah berpamitan pada Bagas dan kedua anaknya, Kartika segera mengayuh sepeda menuju ke rumah kakak tertuanya.Kring.. Kring...Bunyi pedal sepeda Kartika yang sudah berkarat karena dimakan usia, ia tak punya sepeda motor lagi. Motor mereka satu satunya digadaikan oleh Bagas untuk menebus hutang yang sudah menumpuk pada renternir. Mau tidak mau Tika harus mengikhlaskan motornya diambil oleh Bagas."Assalamu'alaikum" Tika Ucap Salam ketika tiba dirumah kakak tertuanya, Wati."Waalaikumsalam, masuk" Sahut yang punya rumah yang sedang sibuk mengayuh mesin jahit."Eh, Tika. Masuk.. Masuk, tumbenan kesini, udah berapa kali kakak telepon kamu bilangnya sibuk""Iya kak, sibuk ngurus rumah dan anak anak, " Sahut Tika mencari alasan."Oiya, gimana kabar Adit dan Zahara? ""Mereka Alhamdulillah sehat kak. ""Kak... Aku mau dong bantu bantu kakak menjahit, biar ada tambahan uang" Kartika malu malu meminta pada Kakaknya."Emangnya kamu bisa menjahit Tik? ""Hehehe, enggak""Lah gimana kamu mau kerja sama kakak kalau kamu gak bisa menjahit""Ya, kakak ajarin lah""Kapan kakak ajarin kamu, kapan kakak bisa cari uang Tik? Emangnya kamu mau bayar kakak kalau kakak ajarin cara jahit baju? ""Ish kakak, sama adek sendiri macam sama orang lain saja" Ucap Tika dengan nada kecewa."Bukan begitu Tika, pesanan kakak lumayan banyak saat ini, tapi ya masih bisa kakak tangani sendiri, kakak gak punya banyak waktu untuk ngajarin kamu menjahit dek""Yah, kalau kakak bilang begitu Tika bisa bilang apa? " Ada nada kecewa dari raut wajah Tika, ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan dengan membantu kakaknya.Tapi, sepertinya Wati tidak bisa memperkerjakan Tika karena dia tidak memiliki keahlian menjahit.Wati merasa kasihan pada adik perempuan bungsunya itu, dalam hati ia ingin membantu, tapi ia juga bingung bagaimana caranya."Tika... " Panggil Wati dengan nada lembut, ia tahu suasana hati adiknya sedang tidak baik.Tika menolehkan wajah kearah kakaknya."Kalau kamu mau kerja, kenapa kamu gak minta sama Bang Wahyu saja. Dia kan sudah jadi pedangang Bakso sekarang, dan usahanya lumayan laris loh. " Wati tiba tiba teringat dengan Abangnya, Wahyu."Males kak, istri Mas Wahyu orangnya cerewet, kakak tahu sendiri kan gimana mbak Surti itu? "Wati tahu betul sifat istri abangnya itu, selain cerewet, Surti juga suka sombong pada keluarga suaminya. Setiap kali Surti Membeli barang mewah, ia selalu pamer pada semua orang, tak kecuali pada keluarga suaminya. Beberapa waktu yang lalu Mas Wahyu beli mobil baru, Surti yang paling heboh, saat mereka mencoba mobil baru setiap kali ada orang yang dilewati pasti dibunyikan klakson mobil."Iya sih Tik, mbak Surti itu cerewet. Tapi, yang punya usaha itu kan abang kita, Kenapa kita harus takut sama mbak Surti? "Kata kata Wati ada benarnya juga, semua kekayaan yang didapat Surti adalah hasil kerja keras Mas Wahyu, Surti hanya menikmati hasilnya saja."Aku malu kak minta kerja sama Mas Wahyu" Ucap Tika sambil memilih ujung baju gamisnya."Ya sudah sini biar kakak yang telepon Mas Wahyu" Tanpa menunggu jawaban Tika, Wati segera menelpon Mas Wahyu."Hallo, assalamu'alaikum Mas""Waalaikumsalam, ada apa Wati? "Wati menceritakan keinginan Tika untuk bekerja, Wahyu yang mendengar penjelasan Wati jadi tersentuh. Wahyu kasihan pada adiknya, tak mungkin Tika minta kalau bukan karena suaminya yang malas bekerja itu."Oke, baiklah. Besok suruh Tika ke Toko bakso Mas ya, Mas tunggu jam 08.00""Baik Mas, Terima kasih"Wati tersenyum lega, Mas Wahyu mengijinkan Tika bekerja ditoko bakso miliknya."Besok kamu disuruh ke toko Bakso Mas Wahyu Tik, jam 08.00" Ucap Wati sambil tersenyum."Benarkah kak? ""Iya, Mas Wahyu sendiri yang bilang begitu""Alhamdulillah, akhirnya aku punya kerjaan" Bahagia sekali Wajah Tika mendengar ucapan kakaknya.Namun, beda halnya dengan Wati. Ia tahu pasti adiknya sangat kesusahan sehingga meminta pekerjaan pada kakak dan abangnya. Wati ingin sekali menolong adiknya, tapi ia sendiri seorang janda, ia juga butuhkan uang untuk mengidupi ketiga anaknya.Part 3Hari yang ditunggu Kartika akhirnya tiba, pagi ini ia sudah bersiap siap berangkat ke Toko Bakso Abangnya, Wahyu. "Mas... Bangun, aku mau berangkat kerja, kamu anterin anak anak sekolah ya" Ujar Kartika membangunkan suaminya. "Alah... Kamu saja yang antar" sahut Bagas yang masih tidur dengan posisi telungkup. Kesal mendengar ucapan suaminya, Kartika mengambil bantal lalu melempar ke arah Bagas. "BANGUNNN..." kesal Kartika melihat suaminya yang malas bangun pagi apalagi bekerja. "Kamu udah janji kemarin akan antar anak anak dan ngurus rumah, sementara aku kamu suruh bekerja. Hari ini akan aku lakukan sesuai permintaan mu, aku akan bekerja. Lekas bangun, dan antar anak anak sekolah, cepat" Habis kesabaran Kartika menghadapi suaminya itu. "Ah... Kamu apa apaan sih? ganggu aku tidur aja ""Bangun gak? Kalau kamu gak mau bangun dan antar anak anak sekolah, aku gak akan bekerja, biar kamu dan anak anak kelaparan, aku akan pulang ke rumah orang tuaku"Mendengar ancaman Kartika,
Part 4"Tika... !" Suara seorang laki laki memecah keheningan diruang berukuran 5 x 5 meter itu. "Pak Bos... " Tiga wanita senior tika seketika kaget melihat kedatangan Bos mereka, Pak Wahyu. "Kamu kok disini Tika? Siapa yang nyuruh kamu kerja di dapur? " Wahyu kaget melihat adik bungsunya berada di dapur dengan tangan berlumur adonan Bakso. "Mbak Surti" Jawab Kartika singkat. Seketika wajah Wahyu berubah pias, ia ingin marah dan mengeluarkan kata kasar, tapi dihadapan anak buahnya ia tak mungkin bersikap tidak baik. "Ayo, cuci tanganmu, ikut Mas sekarang" "Iya Mas" Kartika segera mencuci tangan di atas wastafel. Setelah mengeringkan tangan, ia segera mengekor kemana Abangnya pergi. Sebelum keluar dapur Kartika sempat pamit pada ketiga seniornya itu. "Mbak, aku pamit ya. Makasih udah ngajarin aku ngadon bakso""Ngih.. Sama sama mbak Tika, semoga kita ketemu lagi ya""Pasti, kita kan satu tempat kerja"Setelah Kartika berlalu meninggalkan dapur, ketiga wanita itu saling adu pen
Part 5"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar. Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya. Kriet... Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek. "Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan. "Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik. "Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan""Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya. "Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu""Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelapara
Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan. "Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? " Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu. "Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! ""Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir""Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah""Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? ""Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur""Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? ""Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah""Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu. "Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? ""Alah, gak
"Tika... Tika... " suara Bagas beteriak memanggil istrinya. Kartika masih didapur menyiapkan makan malam seadanya. Ia mendengar suara Bagas memanggil namanya, tapi ia enggan menyahut, belum sembuh luka kemarin, sudah menancap luka baru oleh kelakuan Suaminya itu. "Kamu itu budek atau apa sih? Capek aku manggil. kamu bukannya disahut, tuli kamu hah? " bentak Bagas tak peduli ada anak anak di rumah. "Kamu gak lihat aku lagi masak? " sahut Kartika tak kalah garang. "Kan bisa kamu sahut Tika, habis suaraku mangil manggil""Ada apa kamu manggil manggil? ""Aku minta uang dua puluh ribu mau beli rokok" tanpa rasa malu Bagas meminta uang pada Kartika, dunia sudah terbalik, bukan istri minta uang pada suami, malah suami minta uang pada istri. Dalam hati Kartika ingin memaki laki laki di depannya itu, sudah tak bekerja, kasar, main tangan, malah beraninya minta uang sama istri. "Gak kebalik tuh? Harusnya aku yang minta uang sama kamu""Alah, gak usah banyak komentar, sini uang dua puluh
Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat
Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan
Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,
Bab 14"Hai, Dek Leha. Apa kabar? " Bagas yang baru tiba di warung Leha begitu bersemangat. "Eh, Abang Bagas. Mampir Bang, mau minum kopi? ""Boleh, kalau dek Leha yang buatin, apa aja boleh"Bagas duduk di kursi yang berada di dekat Leha, wanita berdandan menor itu terlihat cantik dengan kaos ngepas di badan, dan rok setengah lutut yang memperlihatkan betis putih mulusnya. "Dek Leha cantik banget hari ini, Abang jadi makin naksir""Emang biasanya, Adek gak cantik ya, Bang? ""Cantik dong, tapi hari ini makin cantik, makin sexy, ihh abang jadi gemes, pengen... ""Pengen apa, Bang? ""Ahh, pengen minum kopi buatan dek Leha, heheh"Bagas semakin bergairah melihat Leha yang memakai baju ketat, semakin memperlihatkan lekuk tubuh dan juga dada besarnya yang menonjol. "Ngomong ngomong, dek Leha kok betah sih, menjanda. Masak cewek secantik dek Leha gak ada yang naksir"Pancing Bagas memulai aksinya. "Bukannya gak ada yang naksir, Bang. Tapi adek aja yang gak mau, ""Loh, kenapa memangny
Bab 13Seluruh isi rumah sudah di geledah Bagas, namun tak juga ia temukan uang sepeserpun. "Bre*ngsek lu Tika, dimana lu sembunyikan uang gaji lu, hah? Bini gak becus, punya uang malah di umpetin. Awas ya, kalau ketemu itu uang, bakal gua habisin" umpat Bagas tak tahu diri. Seharusnya sebagai suami juga seorang ayah, ia merasa malu, mencari uang adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab istri. Di saat keadaan sedang susah, uang tidak punya, bukannya bekerja mencari uang, Bagas malah asik bermain judi dan menggoda janda. "Hhaaahh... Dimana lu umpetin, bini beg0, pelit, dimana Tika? " kesal Bagas memaki istrinya yang tak salah. Karena kesal tidak menemukan yang ia cari, Bagas memilih pergi meninggalkan rumah yang sudah berantakan seperti kapal pecah. ***Di tempat lain, Kartika sedang menunggu antrian bank, ia berencana menabung sisa uang gajinya, ia ingin uang hasil jerih payahnya itu tidak habis semua, jika suwaktu waktu ia butuh uang, maka ia bisa mengambilnya. Hal yang pa
Bab 12TokTokTokSuara ketukan pintu berkali-kali membuat Kartika terbangun, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Meski mata Enggan untuk terbuka, Tika memaksakan diri untuk bangun. "TIKAAA... " suara dari depan rumah membuat Kartika menjadi geram. "Cepat buka pintunya"Dengan malas, Tika membuka pintu. Ketika pintu belum sepenuhnya terbuka, Bagas segera mendorong pintu hingga membuat Kartika terjatuh. "Auhhhh... " teriak Kartika dengan menahan sakit. "Lama banget sih, buka pintu aja lelet""Dasar gak punya tata krama, udah gedor rumah kayak maling, malah dorong aku sampai jatuh, bukannya minta maaf, malah nyalahin orang""Lu bilang apa? Gue gak punya tata krama? ""Iya, kamu bahkan tak punya hati""Lu ngajak ribut, hah? " Teriak Bagas tak peduli dengan anak-anak yang sedang tidur. "Serah, aku ngantuk, capek, mending aku tidur dari pada ngadepin kamu" Tanpa peduli dengan ocehan Bagas, Kartika segera masuk ke dalam kamar. "Hei, Tika. Lu denger ya, semakin hari lu semakin
Bab 11"Hai, dek Leha yang cantik dan sexy... Pesen pisang gorengnya dong! " Bagas mencoba merayu janda kembang incaran banyak lelaki hidung belang itu, si Janda yang sedang sendirian tersenyum genit mendengar pujian Bagas. "Eh.. Bang Bagas, duduk dulu Bang. Mau neng buatin kopi? ""Kalau dek Leha yang buatin, pasti Abang mau"Leha mengambil satu bungkus kopi sachet yang sudah tergantung di dinding warung miliknya. Tangan kanannya mengambil gunting untuk membuka bungkus kopi sachet. "Pakai gula gak Bang? ""Gak udah dek, kalau dek Leha yang buatin, pasti Kopi nya manis""Ah... Abang bisa aje, "Melihat tidak ada orang lain di dalam warung, Bagas mulai melancarkan aksinya. "Dek Leha... ""Iye, Bang""Adek kok makin hari, makin cakep aje. Abang jadi jatuh hati sama dek Leha""Abang bisa aje, udah dari orok kali bang adek udah cantik""Oiya, dek Leha udah ada yang punya belum? ""Ada, Bang. Tuh enyak ama babeh. ""Kalau itu sih, Abang juga tahu. Maksud abang, adek udah ada pasangan,
Kartika pulang ke rumah dengan hati gembira, di tangannya sudah ada dua bungkus nasi uduk dengan ayam goreng. Makanan kesukaan Zahara dan Adit. "Assalamu'alaikum" Dua bocah yang sedang belajar itu segera berlari membuka pintu depan. "Waalaikum salam, yeee mama sudah pulang" seru Adit kegirangan. "Mama bawa pulang nasi dan ayam goreng""Asik... Kita makan enak hari ini" Zahara tak kalah girang. "Ayah kalian kemana? " "Belum pulang, Ma"Hal yang selalu Kartika dapati ketika ia pulang kerja, Bagas selalu tak ada di rumah, padahal sebelum ia bekerja, Bagas sudah berjanji untuk menjaga kedua anaknya. "Ya sudah, kita makan yuk. Mama udah laper nih""Yuk, Ma... "Zahara segera mengambil dua buah piring dan juga air putih, Kartika membuka bungkus nasi uduk, bau harum nasi gurih menyeruak. "Harum sekali, Ma ""Yuk, kita baca do'a dulu"Ketiganya mengadakan tangan laluembaca do'a sejenak. Satu bungkus nasi uduk disodorkan Kartika untuk Adit, dan satu bungkus lagi dia makan berdua dengan
Bab 9Hari ini, tepat sebulan Kartika bekerja di kedai Bakso milik Wahyu. Kartika sudah berharap cemas akan gaji yang akan diperolehnya. Kartika pagi pagi sekali sudah bersiap siap berangkat ke kedai Bakso milik Wahyu, dengan sepeda butut miliknya. Anak anaknya sudah berangkat sekolah, rumah sudah bersih dan rapi. "Selamat Pagi, Mas. " sapa kartika pada rekan kerjanya yang lebih tua. "Pagi juga Tika, pagi pagi sekali udah nyampe""Iya Mas, cepet kelar kerjaan rumah"Kartika segera masuk ke dalam kedai untuk membersihkan lantai warung yang terlihat kotor dan banyak sampah. Dengan cekatan tangan Kartika mengayun sapu ke lantai, lima belas menit kemudian lantai sudah terlihat bersih dan rapi. "Tika... " Suara yang tak asing di telinga Kartika. Wanita berparas Ayu itu segera memalingkan wajah ke arah suara. "Iya... " Ternyata Mas Wahyu yang memanggilnya, Laki laki berkumis tipis itu melambaikan tangan ke arah Kartika, langsung Kartika menghentikan kegiatannya lalu berjalan mendekat
"Tika... Tika... " suara Bagas beteriak memanggil istrinya. Kartika masih didapur menyiapkan makan malam seadanya. Ia mendengar suara Bagas memanggil namanya, tapi ia enggan menyahut, belum sembuh luka kemarin, sudah menancap luka baru oleh kelakuan Suaminya itu. "Kamu itu budek atau apa sih? Capek aku manggil. kamu bukannya disahut, tuli kamu hah? " bentak Bagas tak peduli ada anak anak di rumah. "Kamu gak lihat aku lagi masak? " sahut Kartika tak kalah garang. "Kan bisa kamu sahut Tika, habis suaraku mangil manggil""Ada apa kamu manggil manggil? ""Aku minta uang dua puluh ribu mau beli rokok" tanpa rasa malu Bagas meminta uang pada Kartika, dunia sudah terbalik, bukan istri minta uang pada suami, malah suami minta uang pada istri. Dalam hati Kartika ingin memaki laki laki di depannya itu, sudah tak bekerja, kasar, main tangan, malah beraninya minta uang sama istri. "Gak kebalik tuh? Harusnya aku yang minta uang sama kamu""Alah, gak usah banyak komentar, sini uang dua puluh
Kartika belum turun dari sepeda, Surti segera menyerbu Iparnya dengan pertanyaan. "Heh, Kartika. Sini kamu, kamu ngadu apa sama Mas Wahyu? " Tanpa angin tanpa hujan, Surti serta merta menuduh Kartika telah mengadu pada suaminya, Wahyu. "Ngadu? Aku gak ngadu apa apa Mbak! ""Bohong. Bilang aja kamu iri kan? Kamu aku suruh kerja didapur, sedangkan keponakanku aku suruh kerja dikasir""Ya Allah mbak, demi Allah, aku gak ngadu apa apa. Sumpah""Alah, gak usah bawa nama Tuhan segala, dari mana coba mas Wahyu tahu kalau bukan kamu yang ngadu? ""Aku gak tahu, mungkin Mas Wahyu lihat sendiri saat aku didapur""Gak percaya aku, pasti kamu yang ngadu kan? Ngaku kamu? ""Sumpah mbak, aku gak ngadu, demi Allah""Awas aja kalau kamu ngadu yang bukan bukan sama Mas Wahyu, aku gak bakalan kasih kamu kesempatan injak kaki di Toko ini lagi"Surti begitu angkuh dan sombong, padahal Toko itu milik Abang kandung Kartika, Wahyu. "Astagfirullah mbak, kamu kok gitu? Salah aku apa toh mbak? ""Alah, gak
Part 5"Adit.. Zahara... Buka pintunya!" Suara Bagas begitu nyaring dari luar. Kartika segera membuka pintu dengan menahan kesal. Meski ia marah dan kesal pada suaminya, tapi tetap saja pintu dibuka olehnya. Kriet... Pintu dibuka, terlihat Bagas berdiri di depan rumah sambil menenteng sebuah plastik kresek. "Loh, kamu udah pulang TTika? kenapa telat sekali kamu pulang? " Bagas malah memberondong Kartika dengan pertanyaan. "Dari mana saja kamu? " tanya Kartika penuh selidik. "Aku dari rumah ibu, ini aku bawa pulang makanan""Dari siang kamu tinggalkan anak anak, sekarang baru pulang, apa kamu kira anakmu tidak kelaparan, hah? " Kartika begitu kesal pada Bagas, entah dimana pikiran suaminya itu. Anak anak kelaparan ia malah pergi ke rumah ibunya. "Heh... Kartika, aku tadi siang pergi ke rumah ibuku minta pinjam uang, sekalian aku numpang makan, setelah makan aku ketiduran, jadi habis magrib tadi aku baru dibangunin sama Ibu""Oh begitu? lalu apa kau tidak berpikir anakmu kelapara