Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j
Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga
AKU BUKAN PEMBANTU KALIAN"Rin, buruan dong masaknya! Laper banget nih aku. Kamu nggak dengar dari tadi Desta nangis terus? Ya karena aku lapar jadi ASI ku kan jadi encer. Cepetan dong masaknya!"Pagi ini, kakak iparku, Kak Sarah kembali mengomel. Padahal jam di dinding masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, masih terlalu dini juga untuk sarapan pagi. Meski kutahu dia memang saat ini juga sedang menyusui putra bungsunya-Bobby-yang saat ini masih berusia satu tahun. Sedangkan selepas shalat subuh aku sudah membuatkan segelas susu hangat untuknya, Mas Dimas dan dua putrinya kembarnya, Dewi dan Devi yang kini berusia lima tahun."Iya cepetan dong Tante, Devi juga lapar banget nih," ucap Devi yang diamanini pula oleh saudara kembarnya, Dewi.Sebetulnya kedua keponakanku ini sangatlah cantik. Rambut lebat, bermata coklat, hidung mancung dan berkulit putih bersih, namun sayang Mbak Sarah tak pernah perhatian pada mereka, hingga penampilan mereka kelihatan dekil. Tak jarang akulah yang
Sebelum baca klik berlangganan dulu ya****** ******Mas Johan Terlalu Baik Pada Mereka"Rin, kok malah bengong sih kamu? Kamu nggak dengar dari tadi Bobby, Dewi dan Devi sudah kelaparan? Kayaknya kamu itu sengaja banget deh buat kami kayak gini!" Mbak Sarah lagi ke dapur, kali ini sambil menggendong si kecil Bobby."Sabar sedikit dong, Mbak. Mbak lihat kan dari tadi juga aku nggak diam saja, malah sehabis subuh aku sudah bangun, hanya demi bisa menyiapkan sarapan untuk kalian sebelum aku berangkat ke pasar," ucapku mencoba bersabar."Masak dari subuh hingga jam segini kok belum kelar juga. Memang lelet ya kamu itu!" ucapnya lagi."Mbak bisa nggak sih, sedikit saja menghargai semua usaha dan kebaikanku? Sebisa mungkin aku menuruti apa yang Mbak Sarah dan keluarga minta selama ini, hanya karena aku menghargai Mbak Sarah sebagai saudara satu-satunya suamiku."Untuk pertama kalinya sejak kedatangan Mbak Sarah dan keluarganya di sini, aku berucap dengan nada sedikit tinggi seperti saat i
Dua Hari LagiMemang Mas Johan selalu begitu, tak pernah membelaku, seakan aku memang selalu yang salah. Dia hanya akan selalu memintaku bersabar menghadapi keluarga kakaknya itu."Dek, maafin Mbak Sarah ya. Dia seperti ini juga karena memang baru saja mengalami kebangkrutan, pasti dia sangat shock apalagi 'kan masih punya bayi Dek, takutnya kalau kita nggak mengalah dia malah mengalami Baby blues, kasihan Bobby juga 'kan?" Mas Johan ikut duduk di pinggir ranjang bersamaku, dan mengusap punggungku."Tapi ini sudah tujuh bulan lebih Mas, harusnya Mbak Sarah dan juga Mas Rusli sudah bisa mulai bangkit lagi Mas. Apalagi mereka kan mempunyai tiga orang anak, sampai kapan mereka akan begini terus? Dan sampai kapan mereka akan menjadi benalu di rumah kita seperti ini!?" kataku yang memang masih sedikit emosi."Sabar ya Dek, sebentar lagi pasti mereka akan kembali bangkit. Kita juga harus me dukung mereka agar segera memulai lembaran baru. Jangan terlalu merasa mereka menjadi beban di sini,
Sebelum baca klik berlangganan dulu ya****** ******Benar-Benar Tak Tahu Diri"Baiklah Mas, aku akan mencoba bersabar lagi untuk dua hari ke depan. Semoga kamu segera mendapat pekerjaan untuk Mas Rusli dan mereka pindah dari sini. Ini semua aku lakukan demi menghormatimu Mas. Namun jika dua hari berlalu dan semua tak berubah, maka jangan salahkan aku jika aku akan menggunakan caraku sendiri agar mereka tak betah berada di sini!""Terima kasih banyak Dek, kamu masih mau bersabar lagi, ternyata tak salah aku memilihmu menjadi istriku. Insyaallah dua hari lagi semua akan berbeda Dek. Sefkali lagi terima kasih ya Dek." Mas Johan kemudian mencium keningku dan memelukku.Meski pun aku sangat membenci kelakuan saudara iparku, namun aku tak ingin membuat rumah tanggaku dan Mas Johan berantakan. Aku harus tetap bisa menempatkan diriku, agar semua berjalan seimbang.Aku adalah Rini Juwita, saat ini aku masih berusia dua puluh tiga tahun. Aku sudah tiga tahun ini menikah dengan Mas Johan, lelak
Sebelum baca klik berlangganan dulu ya****** ******Ini Baru Pemanasan SajaSetelah merapikan dapur, aku langsung bergegas membersihkan diri dan akan segera berangkat ke toko. Tak sampai setengah jam aku sudah siap."Eh Rin, kamu sudah mau berangkat kerja?" Mbak Sarah menghampiriku yang sedang memakai helm di teras."Iyaaaa...memangnya kenapa Mbak?" jawabku malas karena pasti akan minta sesuatu."Kamu ke tokonya naik angkutan saja ya. Motornya biar di pakai Mas Rusli hari ini." Dengan entengnya kakak iparku itu berkata."Nggak ah, males. Memangnya Mas Rusli itu mau kemana? Bukanya semua kebutuhan sudah di cukupi Mas Johan?""Mas Rusli pengen mancing, Rin. Kasihan sepertinya dia suntuk banget di rumah terus," jawabnya enteng."Mancing? Enak banget ya kerjaan Mas Rusli, di rumah tinggal makan dan tidur, perlu apa-apa tinggal minta suamiku. Giliran suntuk, pingin refresing, pingin mancing. Sudah gitu uang saku minta, sekarang mau pake motorku pula. Ogah banget deh. Suruh saja Mas Rusli
Sebelum baca klik berlangganan dulu ya****** ******Salah Kok DibelaTok tok tok"Dek, kamu sudah tidur toh?"Suara Mas Johan tersebut sontak membuat mataku terbuka, ku lirik jam di dinding masih menunjukkan pukul sepuluh malam. Ternyata tadi aku ketiduran habis shalat Isya. Sejak sore tadi aku memang tak keluar kamar sama sekali, kebetulan juga di kamarku ini ada kamar mandinya, jadi tak perlu repot-repot keluar kamar kalau hanya untuk mandi dan mengambil air wudhu."Sudah bangun kok, Mas, sebentar ya!" teriakku.Mas Johan memang selalu membawa kunci rumah, namun kalau kamar memang tadi dia kukunci selot dari dalam."Mau di buatin susu hangat atau kopi, Mas?""Susu hangat saja Dek. Eh ini aku tadi beli lima bungkus nasi goreng. Kita makan bareng yuk, buat Mbak Sarah dan keluarganya juga," ucap Mas Johan sambil mengangsurkan bungkusan plastik besar kepadaku."Oke, ku tunggu di dapur ya Mas, sekalian mau buatin susu hangat buat kamu."Hemmm ternyata suamiku meski pulang selarut ini ma
Part 57Semoga Tak Ada Masalah Lagi (Ending)"Aku akan melakukan apa yang kamu mau, jika memang itu bisa mengembalikan rumah tangga kita. Karena aku memang bersalah. Tetapi kamu harus tetap tahu jika hanya kamu wanita yang selalu ada dalam hatiku ini."Beberapa saat aku masih terdiam dengan ucapan dari Mas Johan itu. Rasa sakit hati itu nyatanya terus saja menggerogoti rasa ini."Oke. Sekarang pergilah Mas. Untuk saat ini aku masih ingin sendiri. Entah sampai kapan aku bisa kembali mempercayai kamu. Selama kita tak tinggal satu rumah lagi, aku mohon kamu sama Sekali tak menganggu hidupku dan jangan menunjukkan wajahmu di depanku lagi." Tetap itu yang memang aku inginkan dari tadi.Mas Johan nampak menarik nafas dalam-dalam saat ini, kemudian dia pun menjawab."Baiklah Dek, jika memang sudah menjadi keputusan kamu, maka aku akan menuruti semuanya. Aku Akan selalu mencintai kamu dan memperbaiki kesalahan. Berpisah sebentar aku tak mengapa, asal tak selamanya berpisah dengan kamu. Semoga
Part 55Akhirnya "Biarlah, aku tak peduli lagi dengan Mila. Bagiku saat ini hanya kamu yang paling penting, tolong beri aku satu kesempatan lagi. Tolong Dek." Mas Johan terus saja merengek saat ini, kami berdua pun saat ini saling menangis.DORRRSuara tembakan itu sontak membuat kami berdua yang sedang bersitegang langsung terdiam."Bunyi tembakan dari mana itu Dek?" Mas Johan yang pertama kali langsung bereaksi."Sudah kubilang bukan jika saat ini polisi telah berada di rumah Mila. Berarti----"Bagai sebuah komando, kami berdua pun langsung beranjak dan pergi menuju ke rumah Mila. Mas Johan menggandeng tanganku saat ini, dan entah kenapa aku yang tadi sedang marah pun tak mengapa jika saat ini dipegang oleh suamiku itu.'Astaghfirullah aladzim! Semoga semua baik-baik saja!' gumamku terus sambil berdoa dalam hati.Siapa sih yang tidak langsung panik jika mendengar suara tembakan? Apa lagi aku tau jika disana ada Mbak Sarah, Desta, Dewi dan juga Desi. Pasti saat ini keponakanku itu j
Part 54Pergilah Dariku[Mas, jadi kamu masih tidur di rumah Mbak Sarah? Ketemuan yuk! Aku kok rasanya sudah nggak kuat lagi ingin bersatu dengan kamu. Selama ini kita hanya melakukan hal itu lewat video saja. Yakin deh jika secara langsung pasti akan lebih nikmat. Dijamin pasti kamu akan ketagihan deh. Karena aku akan melayani kamu lebih baik dari pada si Rini itu.][Mas, kamu kok nggak balas chat aku sih? Ngapain sih kamu itu masih terus mencoba setia pada Rini. Ayo lah Mas, kamu itu lebih pantas dengan aku dari pada Rini yang jelek itu!]Membaca pesan dari sahabatku pada suamiku itu sungguh membuat darahku mendidih. Coba saja posisikan diri kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan? Ya, aku pun begitu, saat ini rasanya saat ini juga aku ingin marah semarah-marahnya pada Mas Johan. Bahkan sekarang juga aku ingin menghajar Mila hingga wanita cantik itu menjadi tak berbentuk lagi. Saking marahnya aku. Karena dia telah menusuk dari belakang dan menghianati kepercayaanku.Tetapi
Part 53Akan Segera BerakhirSengaja aku memang tak mengatakan semua ini pada Mas Johan, karena aku sangat yakin jika dia tak akan pernah mempercayai hal ini. Begitupula dengan Mbak Sarah, dia pun menyarankan jika tak perlu mengatakan semua ini dulu pada Mas Johan."Lalu menurut kamu, langkah apa yang kini harus kita Ambil? Aku ingin Desta segera kembali ke pelukanku Sin. Aku takut kedua setan itu akan mencelakai dia!"Aku dan Mbak Sarah kini berada di dalam kamar dan kunci kami tutup dari dalam. Agar Mas Johan tak bisa mendengarkan apa yang sedang kami perbincangankan."Aku pun sebenarnya bingung Mbak, kalau kita langsung mendatangi rumah si Mila. Tetapi aku takut nanti malah mereka tahu dan membawa Desta pergi Mbak. Mereka itu sepertinya sudah sangat nekat sekali. Apa pun akan bisa mereka lakukan Mbak."Saat ini aku memang tak tahu apa yang harus dilakukan. Rasanya serba salah semuanya. Apa lagi saat ini hatiku pun terbagi antara keselamatan Desta dan kecurangan Mas Johan. "Begini
Part 52Terlalu Jahat"Kamu jahat Mas! Cepat kembalikan Desta! Jika sampai terjadi sesuatu pada dia, aku pastikan kamu akan kembali membusuk di penjara!"Mbak Sarah semakin meradang, sekarang semua sudah jelas. Yang sedang menelepon Mbak sarah saat ini adalah Mas Rusli, lelaki yang sama dengan yang semalam berbincang dan kurasa dia pula yang membuat tanda merah di leher Mila itu."Siapa?" Mas Johan dengan amat polosnya menanyakan hal itu pada Mbak Sarah dengan suara yang amat lirih.Beberapa saat Mbak Sarah menatap wajah adiknya itu. Tetapi kemudian dia kembali memalingkan muka tanpa memberi jawaban. Rasanya itu sebuah pertanyaan yang tak lagi perlu dijawab. Aku pun tak mau ambil pusing dan terus berusaha menajamkan telinga."Hahaha! Sarah-sarah kamu ini memang bodoh sekali! Baru tahu ya jika aku ini memang jahat? Hahaha! Jika kamu melaporkan aku ke polisi, maka aku tak akan segan-segan menyakiti Desta!" Mas Rusli kembali mengancam. Semakin yakin aku jika saat ini ternyata Mila itu
Part 51Saling Berhubungan"Yang sabar ya Mbak!" Satu hal lagi yang kurasa janggal pada Mila. Pada leher janda cantik itu ada dua tanda merah, yang tadi sore aku belum melihatnya. Bukankah dia sendirian tadi? Ah apa mungkin tanda itu buatan Mas Johan? Atau mungkin ---?"Mas Rusli itu jahat sekali Mil." Suara Mbak Sarah terdengar amat menyedihkan."Kamu yang sabar ya Mbak. Pasti Desta akan cepat ketemu." Mila masih juga terus berusaha menenangkan.Aku dan Mas Johan hanya diam melihat Mila masih berpelukan dengan Mbak Sarah. Sungguh aku sebenarnya seperti masih belum percaya jika semua ini terjadi. Seperti sebuah benang kusut yang terasa sulit sekali untuk di urai. Rumah Mbak Sarah pun mulai sepi, beberapa warga saja yang masih ada sedangkan yang lain sudah pulang."Mila itu sangat cantik dan sexy ya Mas. Semua mata lelaki pasti akan sangat senang saat melihat dia," ucapku lirih sambil menyenggol bahu Mas Johan, karena beberapa saat tadi kulihat suamiku itu terus saja mencuri pandang
Part 50Kerisauan HatiAku kembali sangat penasaran dengan si lelaki pemilik suara itu. Kenapa dia mengenal aku dan juga Mas Johan? Bukankah itu berarti lelaki itu bukan orang jauh? Atau bisa saja dia adalah orang dekat yang ada di sekitar kami? Dari pembicaraan itu, aku bisa menarik kesimpulan jika mungkin apa yang mereka obrolkan itu bisa saja berhubungan dengan aku dan keluargaku. Tetapi tentang apa kah itu? Hal ini malah membuat kepala ini menjadi makin pening. Apa lagi kurasa aku pernah mendengarkan suara lelaki itu sebelumnya."Hey, kamu kok malah bengong ngelihatin aku terus sih? Kenapa kangen ya? Hahaha dasar kamu itu memang kalau kangen nggak pernah tahu waktu. Sudah cepat sana matikan dulu telepon itu. Jangan cari masalah lebih baik kita menikmati indahnya hidup. Aku pun sudah sangat kangen sama kamu Mil.""Kamu tahu aja sih Mas, jika aku ini semua ingin sama kamu. Hehehe. Iya-iya aku matiin deh, pasti kamu cemburu kan sama si Johan? Hayo ngaku! Lagian Johan yang payah it
Part 49Tak Menyangka"Mas Rusli tadi datang seperti pencuri, dan saat ini dia membawa pergi Desta, Rin! Dia menculik Desta!""Mas Rusli menculik Desta?" tanyaku dengan tak percaya."Iya Rin. Aku nggak ingin si Desta kenapa-kenapa. Hiks hiks hiks.""Astaghfirullah aladzim ....!"Mbak Sarah terdengar terus saja menangis, dan tentu saja saat ini aku pun menangis. Tak menyangka jika semua ini akan terjadi."Mbak Sarah yang sabar ya. Sekarang Mbak Sarah sedang berada dimana?" tanyaku setelah beberapa saat tadi kami saling terdiam dan hanya menangis saja."Aku masih berada di rumah, dan para tetangga pun tengah berada di sini. Polisi juga sedang meluncur kesini," jawab Mbak Sarah lirih."Oke kalau begitu aku kesana sekarang ya Mbak. Mbak sabar dulu ya."Aku pun langsung berdiri dan menyambar kerudung apa saja yang ada di lemari. Tak kusangka jika semua akan jadi seperti ini. Baru saja tadi kami membicarakan tentang Mas Rusli, nyatanya sekrang dia telah bertindak cepat."Rin, Johan kemana?
Part 48Tak Bisa Diduga"Mas apa kamu sudah dengar jika Mas Rusli telah keluar dari penjara?" tanyaku pada Mas Johan ketika kami berada di ranjang.Obrolan sebelum tidur seperti ini memang sering sekali kami lakukan, karena kadang hal ini bisa membuat kami sharing hal yang sepanjang hari belum usia. Tetapi seminggu terakhir ini, Mas Johan selalu tidur lebih dulu, atau bahkan dia menonton tivi di luar. Intinya kurasa suamiku itu akhir-akhir ini memang sedikit berbeda. "Ya. Aku sudah mendengarkan hal itu dari Mbak Sarah," ucapnya sambil fokus pada ponsel.Posisi Mas Johan agak miring sehingga aku tak bisa melihat apa saja yang dia lakukan saat ini dengan ponselnya itu."Lalu, menurut kamu siapa yang membebaskan dia dari tahanan Mas?" Aku masih terus bertanya meski dia sepertinya sedikit malas berbincang denganku malam ini."Ya aku nggak tahu Dek. Tetapi jika keluarganya aku rasa hal itu tak mungkin sekali. Memangnya kenapa? Kamu takut?" Mas Johan kini menoleh dan menatap wajahku."Jel