Beranda / Rumah Tangga / Aku Bukan Madu Biasa / Bab. 7 Tidak Mau Pulang

Share

Bab. 7 Tidak Mau Pulang

Penulis: Arti@Shiyoriko
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-16 21:33:23

Alyssa memekik terkejut melihat chat suaminya. Banyak sekali chat yang semuanya adalah dari para istri, wanita simpanan, rekan bisnis dan satu nomor yang sangat menarik menurut Alyssa.

"Freza? Siapa Freza?" tanya Alyssa pada dirinya sendiri.

Alyssa mulai membaca chatingan antara suami dan sosok yang bernama Freza itu.

"Astaga ... Apa maksudnya gadis perawan setiap malam Jum'at Kliwon?" gumam Alyssa lagi. Dia tidak mengerti apa arti gadis perawan itu. Di dalam chatingan itu sang suami meminta pada orang yang bernama Freza itu untuk menyediakan seorang gadis perawan.

Alyssa semakin penasaran, dia pun lanjut baca lagi hingga chatingan sampai bawah.

Tidak berapa lama kemudian, masuk lagi chat dari beberapa nomer yang baru. Alyssa yang berhasil menyadap aplikasi hijau sang suami merasa senang dengan keberhasilannya.

"Banyak sekali nomer baru yang masuk, siapa mereka?" gumam Alyssa dia tidak berani membuka chat itu. Alyssa tidak ingin Gio curiga kalau aplikasi hijau itu disadap olehnya.

Setelah menunggu beberapa menit, Alyssa wanita dengan kecerdasan tinggi itu tersenyum membaca chat tersebut. Ternyata itu adalah pesan dari para istri Gio yang ganti nomer.

"Apa Gio tidak pusing dengan keinginan semua istrinya seperti ini? Tapi asal ada uang maka tidak akan pusing lagi. Dunia memang dinilai dengan seberapa banyak uang yang dimiliki."

Tak ... Tak ....

Suara langkah dengan sepatu dengan hak tinggi datang, Alyssa menyimpan ponselnya di balik selimut lalu dia pura-pura tidur.

"Alyssa, kau tidak perlu pura-pura tidur, aku tahu itu. Aku sudah lama sekali mengenalmu, jadi jangan pura-pura lagi!" ucap seorang gadis yang menjadi sahabat Alyssa.

"Ruri?! Kau ada di sini!!" pekik Alyssa menyibak selimut yang ia pakai.

"Hmm ... Maaf, aku baru bisa menjenguk sekarang. Semenjak kabar mu pingsan itu banyak sekali orderan yang masuk," ucap Ruri--sahabat Alyssa yang merupakan seorang desainer.

"Tidak apa- apa, Ruri. Aku paham kau adalah seorang desainer full job. Aku saja iri dengan mu, kapan aku bisa seperti dirimu ini. Sudah cantik, pandai, dan kaya! Idaman semua laki-laki," puji Alyssa pada sahabatnya itu.

"Lysa. Kau kan juga pandai membuat desain. Kau pasti bisa membuat desain baju atau apapun yang punya nilai jual tinggi dan kamu bisa kok titipin ke aku biar aku buatkan. Kau cukup buat desainnya saja, nanti biar aku yang proses agar bisa menjadi barang sesuai keinginan mu," ucap Ruri dengan senyum yang memukau.

"Benarkah? Tapi aku takut menyaingi mu nanti," imbuh Alyssa.

"Aku mendesain baju. Kau bisa mendesain tas atau sepatu. Dengan begitu kita bisa bekerja sama. Bagaimana?" Ruri memberi semangat pada sang sahabat agar bisa memiliki penghasilan sendiri.

"Bagus juga kalau kita bikin tas dan sepatu lengkap dengan bajunya. Pasti para pemburu style akan suka karena bisa satu paket." Alyssa membayangkan dia bisa menciptakan tas dan sepatu sesuai dengan baju yang dibuat oleh Ruri.

"Tepat sekali. Kita akan bekerja sama. Dan kau akan menjadi desainer sepatu dan tas yang ternama. Kamu harus bisa buktikan pada Gio bahwa kamu adalah wanita mandiri yang tidak bergantung pada diri Gio."

Ruri menatap Alyssa dengan tatapan yang penuh semangat berjuang. Semua keluh kesah Alyssa pasti akan terjawab seiring berjalannya waktu.

"Kau benar, Ruri. Kelak jika aku harus berjuang sendiri maka aku akan punya tabungan untuk menyambung hidup. Jujur aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Setiap kali harus berbagi cinta, berbagi tubuh, harus siap ditinggalkan saat kita sedang membutuhkan perhatian pasangan."

Alyssa menunduk karena tidak sanggup lagi menahan air mata yang berontak ingin keluar. Ruri menepuk bahu Alyssa untuk menenangkannya.

"Tenang, Alyssa. Kau harus bisa mengontrol dirimu sendiri. Kau harus bisa bermain cantik agar semua yang kau rencanakan bisa berjalan dengan mulus. Jangan menyerah karena belum waktunya untuk menyerah!" tandas Ruri memberikan semangat berjuang pada Alyssa.

Alyssa dulu sering bercerita pada Ruri tentang keinginannya saat memiliki suami kelak. Dengan memiliki suami, Alyssa ingin ada sosok yang akan siap menjadi tempatnya untuk bertukar pikiran, meminta pendapat dan ada teman untuk bercerita tentang masa depan.

"Baiklah, Ruri. Tapi kau harus berjanji padaku untuk tidak meninggalkan aku. Hanya kau yang aku miliki sekarang. Kelak jika aku sudah sukses aku akan pergi dari kehidupan Gio!" kata Alyssa dengan berapi-api. Dia ingin berjuang untuk bisa lepas dari cengkeraman Gio.

Ruri memeluk sahabatnya itu dengan penuh kasih sayang. Dia juga merasa kasihan pada sang sahabat yang kena tipu lelaki seperti Gio. Dulu Gio datang dalam kehidupan Alyssa dengan mengaku kalau dirinya duda. Berbagai upaya Gio lakukan untuk mendapatkan hati Alyssa.

Tidak berapa lama kemudian seorang perawat datang ke kamar Alyssa. "Maaf, Nona. Jam berkunjung sudah habis. Waktunya pasien untuk beristirahat," ucap sang perawat dengan tersenyum ramah pada Ruri dan Alyssa.

"Baiklah, Sus. Saya akan segera pergi biar sahabatku ini bisa beristirahat dengan tenang tanpa gangguan dari saya." Ruri mengambil tasnya yang ia taruh di meja dan berpamitan pada Alyssa.

"Alyssa aku pulang dulu. Besok akan aku sempatkan datang ke sini lagi kalau kau belum boleh pulang. Kabari aja kapan kau pulang ke rumah barumu itu," ucap Ruri setengah menggoda Alyssa.

"Baiklah, aku tunggu kabarmu. Jangan sampai kau lupa dengan apa yang kau janjikan padaku! Aku ingin hidup bebas lepas dari mas Gio!"

"Sabar, Sayang. Aku pasti akan memenuhi janjiku. Selamat Tinggal," ucap Ruri memeluk Alyssa.

Ruri pun meninggalkan Alyssa yang menatap punggung sang sahabat dengan senyum yang mengembang. Semakin bulat tekad Alyssa untuk berpisah dengan Gio.

Tidak lama Ruri pulang, beberapa suster datang. Mereka mengatakan bahwa Alyssa bisa pulang sore ini.

"Apa?! Saya boleh pulang, Sus? Tapi kan masih nyeri, Sus! Bagaimana nanti kalau suami saya akan melakukannya lagi!" protes Alyssa dia masih takut jika Gio memaksakan diri lagi kepadanya, sedangkan dirinya masih merasakan nyeri di bagian inti kewanitaannya.

"Ada apa ini, Sus?" seorang dokter tampan dengan jamang tipis masuk ke dalam kamar Alyssa karena mendengar keributan.

"Maaf, Dok. Saya hanya ingin menyampaikan pada pasien kalau pasien bisa pulang jika menghendaki pulang. Akan tetapi pasien marah karena dia tidak ingin pulang, Dok." Sang suster menjawab dengan menundukkan kepalanya. Dia tahu sedang berbicara dengan siapa. Sosok dokter yang menjadi kepala direktur rumah sakit.

Dokter itu melangkah mendekati Alyssa yang tidur memunggungi arah suster.

"Nyonya ...." ucap sang dokter ingin berbicara dengan Alyssa.

"Tidak, Dok. Saya tidak mau pulang! Saya mau di sini!" seru Alyssa tetap tidak mau menoleh ke arah dokter.

Bab terkait

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 8. Bertemu Teman lama

    Melihat Alysa memunggungi sang dokter, perawat itu pun mendekat berusaha untuk berbicara pada Alysa. Namun hal yang membuat perawat itu terkejut, Allysa bangun dan berlindung di balik sang dokter tampan yang datang untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar Alysa. "Maaf atas keributan ini, Dok. Kami hanya memberitahu pada pasien bahwa besok pasien boleh pulang. Akan tetapi pasien ini malah histeris tidak mau pulang, Dok," ucap sang perawat yang bingung dengan sikap Alysa. "Tolong, Dok. Tolong saya ... Saya tidak mau pulang, Dok. Biarkan saya di sini sampai benar-benar sembuh, Dok. Ini masih sangat nyeri sekali, saya takut jika suami saya akan memaksa saya lagi," ucap Alysa yang pada akhirnya mau menatap ke arah sang dokter. "Alyssa? Benarkah kamu Alysa siswi SMA Bina Marga 1?" "Benar, saya alumni SMA Bina Marga 1. Bagaimana Anda bisa tahu?" "Anda anak kelas 3D angkatan ke 10?" "Benar!" "Ternyata kita bertemu kembali, apakah ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 9. Penyakit Berbahaya

    Dokter Adrianto merasa iba pada Alyssa. Dia pun berjanji akan membantu Alyssa sebisa yang dia mampu. "Baiklah, Al. Aku akan membantumu. Aku akan bilang pada suamimu bahwa kondisimu belum meyakinkan untuk pulang." "Selamat malam!" Gio dengan wajah tidak sukanya tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alysa. Alysa dan dokter Adrianto pun seketika menoleh, wajah mereka terlihat terkejut saat tahu siapa yang datang. "Mas Gio?!" pekik Alysa terkejut. Raut wajahnya yang semula bahagia seketika berubah menjadi takut. Adrianto pun merasakan bahwa Alysa teman satu bangku masa putih abu itu ketakutan. Gio masuk dengan wajah yang tidak bersahabat, matanya tertuju pada Adrianto yang sudah memakai jas kebesarannya lagi hingga terlihat kalau dia seorang dokter. "Dokter, kapan istri saya bisa dirawat di rumah?" tanya Gio dengan suara datar cenderung ketus. "Maaf, Tuan. Istri Anda belum bisa pulang sebelum kami selesai mengobservasinya lebih dalam lagi. Ada hal yang ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 10. Sahabat Terbaik

    Sementara Gio pergi ke rumah istri ketiganya, Alysa menghubungi temannya Ruri. "Hallo, Ruri," sapa Alysa. "Hallo, Alysa." "Ada kabar baik, selama satu minggu ini aku bebas. Akan aku gunakan untuk membangun bisnis kita. Bagaimana?" Alysa berencana untuk menggunakan satu minggu itu untuk membuka usaha bersama Ruri temannya. "Bagus, Beb. Aku akan mendukung mu. Mulai besok kau akan aku jemput dan aku kembalikan lagi ke rumah sakit jika hari sudah menginjak sore. Kita akan bahas semua apa yang kita rencanakan selama ini," ucap Ruri dengan senang. Dia merasa kasihan pada semua yang menimpa Alysa. "Baiklah, Say. Aku tunggu besok pagi. Sekarang aku mau istirahat terlebih dahulu. Rasanya masih belum percaya, semua ini begitu cepat untuk ku, Say," ucap Alysa dengan air mata yang mulai membanjiri kelopak matanya. "Sudahlah, Beb. Jangan bersedih. Masih ada aku yang akan menemani mu sampai kapanpun," ucap Ruri memberi dukungan moril pada sahabatnya. "Terimakasih,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 11. Perhatian Adrianto

    Alysa diantar oleh dokter Adrianto dengan menggunakan mobil mewah sang dokter tampan bertubuh tinggi itu. Sepasang mata terus mengawasi dua orang teman satu SMU itu. "Bos! Istri Anda keluar dengan seorang dokter laki-laki," ucap lelaki yang bertugas memata-matai Alysa. "Benarkah?! Kurang ajar! Tapi ... tunggu, kau bilang istriku keluar bersama seorang dokter?! Jangan - jangan ...." "Jangan -jangan apa, Bos?!" tanya sang mata-mata yang penasaran dengan kata -kata sang majikan yang menggantung seperti jemuran. "Ah, sudahlah! Tidak perlu kau tahu! Kau hanya terus ikuti kemanapun istriku pergi. Kamu paham!" sentak Gio yang tidak ingin masalah penyakit sang istri diketahui oleh orang lain. "Baik, Bos," sahut sang mata-mata dengan nada kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Klik! Gio menutup sambungan teleponnya dengan sang mata-mata. Sang mata-mata pun merasa kesal karena telepon dimatikan sepihak. "Dasar bos sedeng! Siapa yang menele

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 12. Bangkit dari Keterpurukan.

    Pagi yang cerah itu, Alysa duduk di balkon apartemen milik Nuri sembari menyesap secangkir kopi hitam tanpa gula. Alysa tahu jika kopi hitam tanpa gula lebih berkhasiat untuk tubuh dibanding dengan kopi yang pakai gula. Alisa memandangi pemandangan di sekitar apartemen milik Nuri. Tidak disengaja Alisa melihat sosok wanita cantik yang sedang menikmati hangatnya sinar matahari pagi. "Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu tapi di mana ya?" gumam Alysa. Dia terus mengawasi Apa yang dilakukan oleh wanita cantik itu. Alysa mengambil ponsel yang ada di sakunya. Dibukanya aplikasi galeri yang ia gunakan untuk menyimpan semua foto kenang-kenangan saat pernikahannya dengan Gio. Bahan Alisa men-scroll foto pernikahan di gallery itu. "Nah ini dia, bukankah foto ini sama dengan wanita itu foto ini kan istri kedua dari Gio yaitu mbak Rossi. Apa dia pindah ke kota ini? Bukannya dulu dia tinggal di Jogja?!" Alysa menajamkan penglihatannya menatap lurus ke arah wanita yang ia curigai sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 13. Rencana Cerdas Alyssa

    Sungging senyum dokter muda berprestasi itu terlihat jelas, mobil yang mengikutinya terguling karena menabrak truk yang tiba-tiba datang melintas. "Rasakan! Sebaiknya aku segera kembali ke rumah sakit, anak buah Gio sudah habis semua!" gumam dokter Adrianto merasa senang. Tidak ada yang tahu jika dokter muda ini juga seorang mafia. Sesampainya di rumah sakit, dokter itu meminta pada salah satu susternya untuk mengunci kamar rawat Alyssa agar tidak ada satupun yang masuk. Setelah semua aman, dokter berhidung mancung dan mata setengah sipit itu menghubungi Alyssa. "Alyssa, semua sudah aman. Kau bisa menghabiskan waktu mu bersama Nuri seharian ini," ucap dokter Adrianto. "Terima kasih, Antok. Aku berhutang budi padamu. Hari ini akan aku habiskan untuk membuat bisnis baru dengan Nuri," Jawab Alyysa terdengar sangat girang. Harapannya untuk segera pergi meninggalkan Gio mulai terbuka lebar. Hari pun berganti, jatah waktu yang diberikan oleh Gio untuk Alyssa sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab.14

    Gio tidak tahu harus bagaimana, antara menerima Alyssa dan melepas Alyssa adalah sama -sama keputusan yang sulit. Sementara itu Alyssa bersorak dalam hatinya. Ternyata membalas dengan caranya seperti ini lebih mengasyikkan. "Mampus kau, Mas! Aku akan membuat dirimu lama-lama menjadi gila! Aku akan membuatmu terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi," gumam Alyssa bahagia dengan apa yang ia rencanakan. Sudah waktunya dia untuk membalas dendam pada Gio yang sudah menipu dirinya mentah -mentah. Mengaku lajang, akan tetapi sudah beristri tiga. Alyssa berjalan keluar dari kamar rawat inapnya menuju ke loby rumah sakit dengan Gio yang berjalan di belakangnya. Seperti seorang majikan yang berjalan di depan sedangkan pelayannya berjalan di belakang. Keadaan Alyssa kini berada di atas angin, hal yang menjadi kelemahan Gio akan dia jadikan senjata. Di dalam mobil, dua orang duduk berdampingan namun saling diam. "Mas, kenapa kamu diam? Apa mas tidak rindu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 15

    Gio diam tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Alyssa. Memang benar apa yang dikatakan oleh Alyssa, jika dia mengusir Rossi, bagaimana dengan nasib anak-anaknya. "Kamu benar, Al. Lalu aku harus bagaimana. Aku tidak bisa membiarkan siapapun berkhianat di belakang ku!" geram Gio dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Alyssa kembali tersenyum, dia senang karena sebentar lagi Gio akan menjadikan dirinya tempat untuk bertukar pikiran. Di situ Alyssa akan pegang kendali atas hidup Gio. Dan setelah semua misinya selesai, Alyssa akan meninggalkan Gio tanpa pesan dan tanpa pamitan. "Bagaimana ya, Mas. Mmm ... Sebentar aku berpikir dulu, menurutku sih mas memang harus memberi pelajaran pada mbak Rossi tanpa melukai hati anak-anak mas Gio," ucap Alyssa memberi dukungan pada rencana Gio. "Sudahlah, kita bahas di rumah nanti. Aku sangat lelah, bentar lagi juga nyampai," ucap Gio membenarkan posisi duduknya lalu memejamkan mata. "Kamu boleh tidur enak sekarang, Mas. Sebe

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-08

Bab terbaru

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 15

    Gio diam tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Alyssa. Memang benar apa yang dikatakan oleh Alyssa, jika dia mengusir Rossi, bagaimana dengan nasib anak-anaknya. "Kamu benar, Al. Lalu aku harus bagaimana. Aku tidak bisa membiarkan siapapun berkhianat di belakang ku!" geram Gio dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Alyssa kembali tersenyum, dia senang karena sebentar lagi Gio akan menjadikan dirinya tempat untuk bertukar pikiran. Di situ Alyssa akan pegang kendali atas hidup Gio. Dan setelah semua misinya selesai, Alyssa akan meninggalkan Gio tanpa pesan dan tanpa pamitan. "Bagaimana ya, Mas. Mmm ... Sebentar aku berpikir dulu, menurutku sih mas memang harus memberi pelajaran pada mbak Rossi tanpa melukai hati anak-anak mas Gio," ucap Alyssa memberi dukungan pada rencana Gio. "Sudahlah, kita bahas di rumah nanti. Aku sangat lelah, bentar lagi juga nyampai," ucap Gio membenarkan posisi duduknya lalu memejamkan mata. "Kamu boleh tidur enak sekarang, Mas. Sebe

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab.14

    Gio tidak tahu harus bagaimana, antara menerima Alyssa dan melepas Alyssa adalah sama -sama keputusan yang sulit. Sementara itu Alyssa bersorak dalam hatinya. Ternyata membalas dengan caranya seperti ini lebih mengasyikkan. "Mampus kau, Mas! Aku akan membuat dirimu lama-lama menjadi gila! Aku akan membuatmu terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi," gumam Alyssa bahagia dengan apa yang ia rencanakan. Sudah waktunya dia untuk membalas dendam pada Gio yang sudah menipu dirinya mentah -mentah. Mengaku lajang, akan tetapi sudah beristri tiga. Alyssa berjalan keluar dari kamar rawat inapnya menuju ke loby rumah sakit dengan Gio yang berjalan di belakangnya. Seperti seorang majikan yang berjalan di depan sedangkan pelayannya berjalan di belakang. Keadaan Alyssa kini berada di atas angin, hal yang menjadi kelemahan Gio akan dia jadikan senjata. Di dalam mobil, dua orang duduk berdampingan namun saling diam. "Mas, kenapa kamu diam? Apa mas tidak rindu

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 13. Rencana Cerdas Alyssa

    Sungging senyum dokter muda berprestasi itu terlihat jelas, mobil yang mengikutinya terguling karena menabrak truk yang tiba-tiba datang melintas. "Rasakan! Sebaiknya aku segera kembali ke rumah sakit, anak buah Gio sudah habis semua!" gumam dokter Adrianto merasa senang. Tidak ada yang tahu jika dokter muda ini juga seorang mafia. Sesampainya di rumah sakit, dokter itu meminta pada salah satu susternya untuk mengunci kamar rawat Alyssa agar tidak ada satupun yang masuk. Setelah semua aman, dokter berhidung mancung dan mata setengah sipit itu menghubungi Alyssa. "Alyssa, semua sudah aman. Kau bisa menghabiskan waktu mu bersama Nuri seharian ini," ucap dokter Adrianto. "Terima kasih, Antok. Aku berhutang budi padamu. Hari ini akan aku habiskan untuk membuat bisnis baru dengan Nuri," Jawab Alyysa terdengar sangat girang. Harapannya untuk segera pergi meninggalkan Gio mulai terbuka lebar. Hari pun berganti, jatah waktu yang diberikan oleh Gio untuk Alyssa sud

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 12. Bangkit dari Keterpurukan.

    Pagi yang cerah itu, Alysa duduk di balkon apartemen milik Nuri sembari menyesap secangkir kopi hitam tanpa gula. Alysa tahu jika kopi hitam tanpa gula lebih berkhasiat untuk tubuh dibanding dengan kopi yang pakai gula. Alisa memandangi pemandangan di sekitar apartemen milik Nuri. Tidak disengaja Alisa melihat sosok wanita cantik yang sedang menikmati hangatnya sinar matahari pagi. "Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu tapi di mana ya?" gumam Alysa. Dia terus mengawasi Apa yang dilakukan oleh wanita cantik itu. Alysa mengambil ponsel yang ada di sakunya. Dibukanya aplikasi galeri yang ia gunakan untuk menyimpan semua foto kenang-kenangan saat pernikahannya dengan Gio. Bahan Alisa men-scroll foto pernikahan di gallery itu. "Nah ini dia, bukankah foto ini sama dengan wanita itu foto ini kan istri kedua dari Gio yaitu mbak Rossi. Apa dia pindah ke kota ini? Bukannya dulu dia tinggal di Jogja?!" Alysa menajamkan penglihatannya menatap lurus ke arah wanita yang ia curigai sebagai

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 11. Perhatian Adrianto

    Alysa diantar oleh dokter Adrianto dengan menggunakan mobil mewah sang dokter tampan bertubuh tinggi itu. Sepasang mata terus mengawasi dua orang teman satu SMU itu. "Bos! Istri Anda keluar dengan seorang dokter laki-laki," ucap lelaki yang bertugas memata-matai Alysa. "Benarkah?! Kurang ajar! Tapi ... tunggu, kau bilang istriku keluar bersama seorang dokter?! Jangan - jangan ...." "Jangan -jangan apa, Bos?!" tanya sang mata-mata yang penasaran dengan kata -kata sang majikan yang menggantung seperti jemuran. "Ah, sudahlah! Tidak perlu kau tahu! Kau hanya terus ikuti kemanapun istriku pergi. Kamu paham!" sentak Gio yang tidak ingin masalah penyakit sang istri diketahui oleh orang lain. "Baik, Bos," sahut sang mata-mata dengan nada kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Klik! Gio menutup sambungan teleponnya dengan sang mata-mata. Sang mata-mata pun merasa kesal karena telepon dimatikan sepihak. "Dasar bos sedeng! Siapa yang menele

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 10. Sahabat Terbaik

    Sementara Gio pergi ke rumah istri ketiganya, Alysa menghubungi temannya Ruri. "Hallo, Ruri," sapa Alysa. "Hallo, Alysa." "Ada kabar baik, selama satu minggu ini aku bebas. Akan aku gunakan untuk membangun bisnis kita. Bagaimana?" Alysa berencana untuk menggunakan satu minggu itu untuk membuka usaha bersama Ruri temannya. "Bagus, Beb. Aku akan mendukung mu. Mulai besok kau akan aku jemput dan aku kembalikan lagi ke rumah sakit jika hari sudah menginjak sore. Kita akan bahas semua apa yang kita rencanakan selama ini," ucap Ruri dengan senang. Dia merasa kasihan pada semua yang menimpa Alysa. "Baiklah, Say. Aku tunggu besok pagi. Sekarang aku mau istirahat terlebih dahulu. Rasanya masih belum percaya, semua ini begitu cepat untuk ku, Say," ucap Alysa dengan air mata yang mulai membanjiri kelopak matanya. "Sudahlah, Beb. Jangan bersedih. Masih ada aku yang akan menemani mu sampai kapanpun," ucap Ruri memberi dukungan moril pada sahabatnya. "Terimakasih,

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 9. Penyakit Berbahaya

    Dokter Adrianto merasa iba pada Alyssa. Dia pun berjanji akan membantu Alyssa sebisa yang dia mampu. "Baiklah, Al. Aku akan membantumu. Aku akan bilang pada suamimu bahwa kondisimu belum meyakinkan untuk pulang." "Selamat malam!" Gio dengan wajah tidak sukanya tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alysa. Alysa dan dokter Adrianto pun seketika menoleh, wajah mereka terlihat terkejut saat tahu siapa yang datang. "Mas Gio?!" pekik Alysa terkejut. Raut wajahnya yang semula bahagia seketika berubah menjadi takut. Adrianto pun merasakan bahwa Alysa teman satu bangku masa putih abu itu ketakutan. Gio masuk dengan wajah yang tidak bersahabat, matanya tertuju pada Adrianto yang sudah memakai jas kebesarannya lagi hingga terlihat kalau dia seorang dokter. "Dokter, kapan istri saya bisa dirawat di rumah?" tanya Gio dengan suara datar cenderung ketus. "Maaf, Tuan. Istri Anda belum bisa pulang sebelum kami selesai mengobservasinya lebih dalam lagi. Ada hal yang ka

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 8. Bertemu Teman lama

    Melihat Alysa memunggungi sang dokter, perawat itu pun mendekat berusaha untuk berbicara pada Alysa. Namun hal yang membuat perawat itu terkejut, Allysa bangun dan berlindung di balik sang dokter tampan yang datang untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar Alysa. "Maaf atas keributan ini, Dok. Kami hanya memberitahu pada pasien bahwa besok pasien boleh pulang. Akan tetapi pasien ini malah histeris tidak mau pulang, Dok," ucap sang perawat yang bingung dengan sikap Alysa. "Tolong, Dok. Tolong saya ... Saya tidak mau pulang, Dok. Biarkan saya di sini sampai benar-benar sembuh, Dok. Ini masih sangat nyeri sekali, saya takut jika suami saya akan memaksa saya lagi," ucap Alysa yang pada akhirnya mau menatap ke arah sang dokter. "Alyssa? Benarkah kamu Alysa siswi SMA Bina Marga 1?" "Benar, saya alumni SMA Bina Marga 1. Bagaimana Anda bisa tahu?" "Anda anak kelas 3D angkatan ke 10?" "Benar!" "Ternyata kita bertemu kembali, apakah ka

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 7 Tidak Mau Pulang

    Alyssa memekik terkejut melihat chat suaminya. Banyak sekali chat yang semuanya adalah dari para istri, wanita simpanan, rekan bisnis dan satu nomor yang sangat menarik menurut Alyssa. "Freza? Siapa Freza?" tanya Alyssa pada dirinya sendiri. Alyssa mulai membaca chatingan antara suami dan sosok yang bernama Freza itu. "Astaga ... Apa maksudnya gadis perawan setiap malam Jum'at Kliwon?" gumam Alyssa lagi. Dia tidak mengerti apa arti gadis perawan itu. Di dalam chatingan itu sang suami meminta pada orang yang bernama Freza itu untuk menyediakan seorang gadis perawan. Alyssa semakin penasaran, dia pun lanjut baca lagi hingga chatingan sampai bawah. Tidak berapa lama kemudian, masuk lagi chat dari beberapa nomer yang baru. Alyssa yang berhasil menyadap aplikasi hijau sang suami merasa senang dengan keberhasilannya. "Banyak sekali nomer baru yang masuk, siapa mereka?" gumam Alyssa dia tidak berani membuka chat itu. Alyssa tidak ingin Gio curiga k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status