Share

Bab. 6. Sadap

last update Last Updated: 2023-02-22 19:52:00

Alyssa menutup mulutnya dengan jemari tangan. Dia merasa merinding mendengar apa yang dikatakan oleh Gio. Tidak mengerti apakah yang dilakukan Gio hanya gertakan saja atau malah sungguhan.

"Mas, aku mohon. Aku akan mengatakannya padamu jika aku sudah siap," ucap Alyssa dengan bibir yang bergetar. Netra bulat Alyssa sudah menimbun banyak air yang siap untuk meluncur dengan indah di pipinya.

Suasana malam yang seharusnya indah karena ditunggui oleh suami, terasa mengerikan dan tidak ada kenyamanan di sana. Entah sampai kapan Alyssa akan kuat bertahan.

"Aku pegang ucapan mu, Alyssa. Ingat jika kau berdusta maka aku tidak akan segan lagi untuk memaksamu!" Gio mengancam Alyssa dengan tangan yang sudah mencekal kuat lengan Alyssa.

Alyssa menepis tangan Gio dengan lembut semua ini ia lakukan agar Gio bisa ia kendalikan. Alyssa tidak ingin semua rencananya akan gagal.

"Mas, tenanglah. Aku paham kau sangat menginginkan aku. Apa kau suka jika aku sudah tidak enak lagi dipakai? Semua butuh waktu, Mas. Aku mau membuat diri ini cantik dan kuat. Agar bisa memuaskan mas tanpa harus ke rumah sakit! Mas mau kan memodali aku agar bisa terlihat bugar dan cantik?" rayu Alyssa.

Gio melirik ke arah sang istri yang begitu menggemaskan menurutnya. Hati Gio pun meleleh, tangan Alyssa ia lepaskan perlahan.

"Sayang, apapun yang kau pinta pasti akan aku penuhi selama hal itu untuk memberikan kepuasan kepada ku. Aku akan mengirimkan uang ke rekening mu sekarang juga," ucap Gio. Dia pun mengambil ponselnya dan mengirim uang untuk Alyssa melalui m-banking miliknya.

Ting ....

Notif transfer sudah berbunyi di ponsel Alyssa. Alyssa pun mengambil ponselnya untuk melihat berapa nominal yang dikirim oleh Gio.

Gio tersenyum melihat raut wajah Alyssa yang melongo. Gio merasa bangga dengan apa yang ia lakukan untuk sang istri.

"Hahaha ... Lihat wajahmu, Alyssa! Pasti kau tidak pernah melihat jumlah angka yang tertera di rekeningmu! Dasar wanita lihat duit aja langsung berubah! Giliran dimintai jatah, pura-pura jual mahal!!" gumam Gio di dalam hati.

Alyssa terkesiap, tidak menyangka jika niatnya diketahui oleh Gio.

"Kurang ajar! Mengapa ni mata tidak bisa dikondisikan sih!! Menyebalkan sekali!" gumam Alyssa kesal dengan matanya yang tidak tahan melihat uang yang banyak. Sudah sewajarnya siapapun yang melihat nominal yang tertera 300 juta. Sebuah angka fantastis hanya untuk perawatan muka dan tubuh.

"Gak juga lah, Mas. Diam-diam aku itu mengagumi kekayaan mas Gio yang sepertinya tidak akan habis walau sudah punya istri tiga. Rahasianya apa sih, Mas!" ujar Alyssa dengan wajah yang menggemaskan.

Gio tersenyum, manik mata coklat Gio menyimpan sebuah misteri besar.

"Tidak, Alyssa. Kau tidak akan paham bagaimana caraku mendapatkan semua uang itu. Aku dulu bekerja keras pagi siang dan malam hanya untuk bisa menjadi kaya seperti sekarang ini. Semua hasil kerja kerasku waktu muda terbayar akhirnya, sekarang aku tinggal menikmati saja," ungkap Gio berbohong.

"Apa jualan mebel mas laris ya di luar negeri?" tanya Alyssa lagi.

"Benar sekali. Orang luar sangat suka dengan mebel yang aku buat, ukiran dan harum kayu yang mas pakai sangat mereka sukai," ucap Gio dengan jumawa.

Memang benar jika kayu mebel perusahaan Gio mengeluarkan bau harum yang membuat rileks orang yang ada di dekatnya. Hal yang membuat semua orang ingin selalu membeli meja, kursi ataupun tempat tidur dari mebel Gio.

"Mas Gio dapat kayu itu dari mana?"

"Tentu saja dari supplier yang mencari kayu itu hingga di pedalaman hutan. Tidak sembarang orang yang bisa memasok kayu dengan jenis yang mas pakai," ucap Gio berbohong.

Sesungguhnya Gio menggunakan darah tumbalnya untuk dioles di gelonggongan kayu yang akan diolah menjadi kursi, meja, lemari ataupun tempat tidur. Semua pembeli yang sudah datang ke show room milik Gio maka orang itu bisa dipastikan akan membeli.

"Mas, usaha mas keren juga ya. Kapan-kapan aku ingin melihatnya, aku penasaran dengan kursi, meja dan lemari yang mengeluarkan bau harum," pinta Alyssa dengan manja.

Gio terkejut dengan permintaan Alyssa.

"Ayolah, Mas! Aku ingin sekali memiliki salah satu furniture dari hasil mebel mas. Mas tidak apa-apa kan?" tanya Alyssa dengan penuh harapan. Dia terus mendesak, hingga Gio tidak bisa menghindar lagi.

Gio menggigit bibir untuk menutupi kegugupannya. Dia harus mencari alasan agar Alyssa tidak mendesaknya untuk melihat perusahaannya.

"Alyssa, sudah lah. Kau harus fokus dengan kesembuhan mu dulu. Masalah itu nanti akan kita bicarakan lagi," ucap Gio beranjak dari duduknya. Dia lebih baik sementara waktu ini, tidak mendekati Alyssa.

Alyssa tersenyum dalam hati, dia merasa menang dari Gio. Senjata utamanya sekarang adalah merengek minta ikut bekerja. Gio pun merebahkan diri di sofa dengan lengan menutup wajahnya.

"Baiklah, Mas. Sekarang aku tahu kelemahan mu. Pasti ada sesuatu yang kau sembunyikan dari kami para istri mu. Aku akan memulai misiku dari pekerjaan mu, Mas!" gumam Alyssa di dalam hati. Dia merasa senang karena sudah mendapat cara untuk membalas semua sakit hatinya.

Alyssa melirik ke arah Gio yang sudah memejamkan mata. Alyssa mencari keberadaan ponsel Gio. Ternyata ponsel Gio terletak di sampingnya.

Melihat hal itu Alyssa ingin mengambil ponsel milik Gio. Alyssa ingin menyadap ponsel tersebut agar dia tahu rahasia apa yang suaminya simpan.

Alyssa menunggu sampai Gio benar-benar terlelap. Hingga setengah jam kemudian, Alyssa bangun. Perlahan dia menggeser infusnya berjalan mendekati Gio yang hanya berjarak lima langkah.

Alyssa dengan susah payah mengambil ponsel Gio. Setelah mendapat ponselnya, Alyssa segera menyadapnya melalui sebuah aplikasi yang ia kuasai saat masih kuliah dulu.

"Yes! Akhirnya aku bisa menguasai ponsel mas Gio! Sebentar lagi aku akan mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh Gio!" gumam Alyssa di dalam hati. Dia sudah bertekad untuk bisa menyibak rahasia yang Gio sembunyikan darinya dan dari istri-istri yang lain.

"Uhuk!"

Gio terbatuk, Alyssa sangat terkejut dia bergegas mengembalikan ponsel Gio ke tempatnya semula. Dengan hati yang was-was sambil mengatur napas agar tidak jatuh, Alyssa kembali lagi naik ke atas tempat tidurnya.

Alyssa kembali tidur setelah melirik ke arah Gio yang ternyata hanya berganti posisi tidur.

"Huft! Hampir saja. Jantungku rasanya seperti berhenti berdetak. Untung saja aku sudah selesai menyadap ponsel mas Gio!" gumam Alyssa sembari mengusap dadanya yang sempat berdebar dengan kencang, seperti seorang pencuri yang kepergok warga.

Sekali lagi Alyssa melirik ke arah Gio, dia ingin membuka ponselnya apakah sudah bisa digunakan untuk melihat semua chat di aplikasi hijau milik Gio.

"Astaga!!"

Related chapters

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 7 Tidak Mau Pulang

    Alyssa memekik terkejut melihat chat suaminya. Banyak sekali chat yang semuanya adalah dari para istri, wanita simpanan, rekan bisnis dan satu nomor yang sangat menarik menurut Alyssa. "Freza? Siapa Freza?" tanya Alyssa pada dirinya sendiri. Alyssa mulai membaca chatingan antara suami dan sosok yang bernama Freza itu. "Astaga ... Apa maksudnya gadis perawan setiap malam Jum'at Kliwon?" gumam Alyssa lagi. Dia tidak mengerti apa arti gadis perawan itu. Di dalam chatingan itu sang suami meminta pada orang yang bernama Freza itu untuk menyediakan seorang gadis perawan. Alyssa semakin penasaran, dia pun lanjut baca lagi hingga chatingan sampai bawah. Tidak berapa lama kemudian, masuk lagi chat dari beberapa nomer yang baru. Alyssa yang berhasil menyadap aplikasi hijau sang suami merasa senang dengan keberhasilannya. "Banyak sekali nomer baru yang masuk, siapa mereka?" gumam Alyssa dia tidak berani membuka chat itu. Alyssa tidak ingin Gio curiga k

    Last Updated : 2023-04-16
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 8. Bertemu Teman lama

    Melihat Alysa memunggungi sang dokter, perawat itu pun mendekat berusaha untuk berbicara pada Alysa. Namun hal yang membuat perawat itu terkejut, Allysa bangun dan berlindung di balik sang dokter tampan yang datang untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar Alysa. "Maaf atas keributan ini, Dok. Kami hanya memberitahu pada pasien bahwa besok pasien boleh pulang. Akan tetapi pasien ini malah histeris tidak mau pulang, Dok," ucap sang perawat yang bingung dengan sikap Alysa. "Tolong, Dok. Tolong saya ... Saya tidak mau pulang, Dok. Biarkan saya di sini sampai benar-benar sembuh, Dok. Ini masih sangat nyeri sekali, saya takut jika suami saya akan memaksa saya lagi," ucap Alysa yang pada akhirnya mau menatap ke arah sang dokter. "Alyssa? Benarkah kamu Alysa siswi SMA Bina Marga 1?" "Benar, saya alumni SMA Bina Marga 1. Bagaimana Anda bisa tahu?" "Anda anak kelas 3D angkatan ke 10?" "Benar!" "Ternyata kita bertemu kembali, apakah ka

    Last Updated : 2023-05-10
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 9. Penyakit Berbahaya

    Dokter Adrianto merasa iba pada Alyssa. Dia pun berjanji akan membantu Alyssa sebisa yang dia mampu. "Baiklah, Al. Aku akan membantumu. Aku akan bilang pada suamimu bahwa kondisimu belum meyakinkan untuk pulang." "Selamat malam!" Gio dengan wajah tidak sukanya tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alysa. Alysa dan dokter Adrianto pun seketika menoleh, wajah mereka terlihat terkejut saat tahu siapa yang datang. "Mas Gio?!" pekik Alysa terkejut. Raut wajahnya yang semula bahagia seketika berubah menjadi takut. Adrianto pun merasakan bahwa Alysa teman satu bangku masa putih abu itu ketakutan. Gio masuk dengan wajah yang tidak bersahabat, matanya tertuju pada Adrianto yang sudah memakai jas kebesarannya lagi hingga terlihat kalau dia seorang dokter. "Dokter, kapan istri saya bisa dirawat di rumah?" tanya Gio dengan suara datar cenderung ketus. "Maaf, Tuan. Istri Anda belum bisa pulang sebelum kami selesai mengobservasinya lebih dalam lagi. Ada hal yang ka

    Last Updated : 2023-06-15
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 10. Sahabat Terbaik

    Sementara Gio pergi ke rumah istri ketiganya, Alysa menghubungi temannya Ruri. "Hallo, Ruri," sapa Alysa. "Hallo, Alysa." "Ada kabar baik, selama satu minggu ini aku bebas. Akan aku gunakan untuk membangun bisnis kita. Bagaimana?" Alysa berencana untuk menggunakan satu minggu itu untuk membuka usaha bersama Ruri temannya. "Bagus, Beb. Aku akan mendukung mu. Mulai besok kau akan aku jemput dan aku kembalikan lagi ke rumah sakit jika hari sudah menginjak sore. Kita akan bahas semua apa yang kita rencanakan selama ini," ucap Ruri dengan senang. Dia merasa kasihan pada semua yang menimpa Alysa. "Baiklah, Say. Aku tunggu besok pagi. Sekarang aku mau istirahat terlebih dahulu. Rasanya masih belum percaya, semua ini begitu cepat untuk ku, Say," ucap Alysa dengan air mata yang mulai membanjiri kelopak matanya. "Sudahlah, Beb. Jangan bersedih. Masih ada aku yang akan menemani mu sampai kapanpun," ucap Ruri memberi dukungan moril pada sahabatnya. "Terimakasih,

    Last Updated : 2023-07-04
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 11. Perhatian Adrianto

    Alysa diantar oleh dokter Adrianto dengan menggunakan mobil mewah sang dokter tampan bertubuh tinggi itu. Sepasang mata terus mengawasi dua orang teman satu SMU itu. "Bos! Istri Anda keluar dengan seorang dokter laki-laki," ucap lelaki yang bertugas memata-matai Alysa. "Benarkah?! Kurang ajar! Tapi ... tunggu, kau bilang istriku keluar bersama seorang dokter?! Jangan - jangan ...." "Jangan -jangan apa, Bos?!" tanya sang mata-mata yang penasaran dengan kata -kata sang majikan yang menggantung seperti jemuran. "Ah, sudahlah! Tidak perlu kau tahu! Kau hanya terus ikuti kemanapun istriku pergi. Kamu paham!" sentak Gio yang tidak ingin masalah penyakit sang istri diketahui oleh orang lain. "Baik, Bos," sahut sang mata-mata dengan nada kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Klik! Gio menutup sambungan teleponnya dengan sang mata-mata. Sang mata-mata pun merasa kesal karena telepon dimatikan sepihak. "Dasar bos sedeng! Siapa yang menele

    Last Updated : 2023-07-13
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 12. Bangkit dari Keterpurukan.

    Pagi yang cerah itu, Alysa duduk di balkon apartemen milik Nuri sembari menyesap secangkir kopi hitam tanpa gula. Alysa tahu jika kopi hitam tanpa gula lebih berkhasiat untuk tubuh dibanding dengan kopi yang pakai gula. Alisa memandangi pemandangan di sekitar apartemen milik Nuri. Tidak disengaja Alisa melihat sosok wanita cantik yang sedang menikmati hangatnya sinar matahari pagi. "Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu tapi di mana ya?" gumam Alysa. Dia terus mengawasi Apa yang dilakukan oleh wanita cantik itu. Alysa mengambil ponsel yang ada di sakunya. Dibukanya aplikasi galeri yang ia gunakan untuk menyimpan semua foto kenang-kenangan saat pernikahannya dengan Gio. Bahan Alisa men-scroll foto pernikahan di gallery itu. "Nah ini dia, bukankah foto ini sama dengan wanita itu foto ini kan istri kedua dari Gio yaitu mbak Rossi. Apa dia pindah ke kota ini? Bukannya dulu dia tinggal di Jogja?!" Alysa menajamkan penglihatannya menatap lurus ke arah wanita yang ia curigai sebagai

    Last Updated : 2023-08-01
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 13. Rencana Cerdas Alyssa

    Sungging senyum dokter muda berprestasi itu terlihat jelas, mobil yang mengikutinya terguling karena menabrak truk yang tiba-tiba datang melintas. "Rasakan! Sebaiknya aku segera kembali ke rumah sakit, anak buah Gio sudah habis semua!" gumam dokter Adrianto merasa senang. Tidak ada yang tahu jika dokter muda ini juga seorang mafia. Sesampainya di rumah sakit, dokter itu meminta pada salah satu susternya untuk mengunci kamar rawat Alyssa agar tidak ada satupun yang masuk. Setelah semua aman, dokter berhidung mancung dan mata setengah sipit itu menghubungi Alyssa. "Alyssa, semua sudah aman. Kau bisa menghabiskan waktu mu bersama Nuri seharian ini," ucap dokter Adrianto. "Terima kasih, Antok. Aku berhutang budi padamu. Hari ini akan aku habiskan untuk membuat bisnis baru dengan Nuri," Jawab Alyysa terdengar sangat girang. Harapannya untuk segera pergi meninggalkan Gio mulai terbuka lebar. Hari pun berganti, jatah waktu yang diberikan oleh Gio untuk Alyssa sud

    Last Updated : 2024-02-05
  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab.14

    Gio tidak tahu harus bagaimana, antara menerima Alyssa dan melepas Alyssa adalah sama -sama keputusan yang sulit. Sementara itu Alyssa bersorak dalam hatinya. Ternyata membalas dengan caranya seperti ini lebih mengasyikkan. "Mampus kau, Mas! Aku akan membuat dirimu lama-lama menjadi gila! Aku akan membuatmu terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi," gumam Alyssa bahagia dengan apa yang ia rencanakan. Sudah waktunya dia untuk membalas dendam pada Gio yang sudah menipu dirinya mentah -mentah. Mengaku lajang, akan tetapi sudah beristri tiga. Alyssa berjalan keluar dari kamar rawat inapnya menuju ke loby rumah sakit dengan Gio yang berjalan di belakangnya. Seperti seorang majikan yang berjalan di depan sedangkan pelayannya berjalan di belakang. Keadaan Alyssa kini berada di atas angin, hal yang menjadi kelemahan Gio akan dia jadikan senjata. Di dalam mobil, dua orang duduk berdampingan namun saling diam. "Mas, kenapa kamu diam? Apa mas tidak rindu

    Last Updated : 2024-03-11

Latest chapter

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 15

    Gio diam tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Alyssa. Memang benar apa yang dikatakan oleh Alyssa, jika dia mengusir Rossi, bagaimana dengan nasib anak-anaknya. "Kamu benar, Al. Lalu aku harus bagaimana. Aku tidak bisa membiarkan siapapun berkhianat di belakang ku!" geram Gio dengan mengepalkan tangan kuat-kuat. Alyssa kembali tersenyum, dia senang karena sebentar lagi Gio akan menjadikan dirinya tempat untuk bertukar pikiran. Di situ Alyssa akan pegang kendali atas hidup Gio. Dan setelah semua misinya selesai, Alyssa akan meninggalkan Gio tanpa pesan dan tanpa pamitan. "Bagaimana ya, Mas. Mmm ... Sebentar aku berpikir dulu, menurutku sih mas memang harus memberi pelajaran pada mbak Rossi tanpa melukai hati anak-anak mas Gio," ucap Alyssa memberi dukungan pada rencana Gio. "Sudahlah, kita bahas di rumah nanti. Aku sangat lelah, bentar lagi juga nyampai," ucap Gio membenarkan posisi duduknya lalu memejamkan mata. "Kamu boleh tidur enak sekarang, Mas. Sebe

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab.14

    Gio tidak tahu harus bagaimana, antara menerima Alyssa dan melepas Alyssa adalah sama -sama keputusan yang sulit. Sementara itu Alyssa bersorak dalam hatinya. Ternyata membalas dengan caranya seperti ini lebih mengasyikkan. "Mampus kau, Mas! Aku akan membuat dirimu lama-lama menjadi gila! Aku akan membuatmu terus hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran yang tinggi," gumam Alyssa bahagia dengan apa yang ia rencanakan. Sudah waktunya dia untuk membalas dendam pada Gio yang sudah menipu dirinya mentah -mentah. Mengaku lajang, akan tetapi sudah beristri tiga. Alyssa berjalan keluar dari kamar rawat inapnya menuju ke loby rumah sakit dengan Gio yang berjalan di belakangnya. Seperti seorang majikan yang berjalan di depan sedangkan pelayannya berjalan di belakang. Keadaan Alyssa kini berada di atas angin, hal yang menjadi kelemahan Gio akan dia jadikan senjata. Di dalam mobil, dua orang duduk berdampingan namun saling diam. "Mas, kenapa kamu diam? Apa mas tidak rindu

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 13. Rencana Cerdas Alyssa

    Sungging senyum dokter muda berprestasi itu terlihat jelas, mobil yang mengikutinya terguling karena menabrak truk yang tiba-tiba datang melintas. "Rasakan! Sebaiknya aku segera kembali ke rumah sakit, anak buah Gio sudah habis semua!" gumam dokter Adrianto merasa senang. Tidak ada yang tahu jika dokter muda ini juga seorang mafia. Sesampainya di rumah sakit, dokter itu meminta pada salah satu susternya untuk mengunci kamar rawat Alyssa agar tidak ada satupun yang masuk. Setelah semua aman, dokter berhidung mancung dan mata setengah sipit itu menghubungi Alyssa. "Alyssa, semua sudah aman. Kau bisa menghabiskan waktu mu bersama Nuri seharian ini," ucap dokter Adrianto. "Terima kasih, Antok. Aku berhutang budi padamu. Hari ini akan aku habiskan untuk membuat bisnis baru dengan Nuri," Jawab Alyysa terdengar sangat girang. Harapannya untuk segera pergi meninggalkan Gio mulai terbuka lebar. Hari pun berganti, jatah waktu yang diberikan oleh Gio untuk Alyssa sud

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 12. Bangkit dari Keterpurukan.

    Pagi yang cerah itu, Alysa duduk di balkon apartemen milik Nuri sembari menyesap secangkir kopi hitam tanpa gula. Alysa tahu jika kopi hitam tanpa gula lebih berkhasiat untuk tubuh dibanding dengan kopi yang pakai gula. Alisa memandangi pemandangan di sekitar apartemen milik Nuri. Tidak disengaja Alisa melihat sosok wanita cantik yang sedang menikmati hangatnya sinar matahari pagi. "Sepertinya aku pernah mengenal wanita itu tapi di mana ya?" gumam Alysa. Dia terus mengawasi Apa yang dilakukan oleh wanita cantik itu. Alysa mengambil ponsel yang ada di sakunya. Dibukanya aplikasi galeri yang ia gunakan untuk menyimpan semua foto kenang-kenangan saat pernikahannya dengan Gio. Bahan Alisa men-scroll foto pernikahan di gallery itu. "Nah ini dia, bukankah foto ini sama dengan wanita itu foto ini kan istri kedua dari Gio yaitu mbak Rossi. Apa dia pindah ke kota ini? Bukannya dulu dia tinggal di Jogja?!" Alysa menajamkan penglihatannya menatap lurus ke arah wanita yang ia curigai sebagai

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 11. Perhatian Adrianto

    Alysa diantar oleh dokter Adrianto dengan menggunakan mobil mewah sang dokter tampan bertubuh tinggi itu. Sepasang mata terus mengawasi dua orang teman satu SMU itu. "Bos! Istri Anda keluar dengan seorang dokter laki-laki," ucap lelaki yang bertugas memata-matai Alysa. "Benarkah?! Kurang ajar! Tapi ... tunggu, kau bilang istriku keluar bersama seorang dokter?! Jangan - jangan ...." "Jangan -jangan apa, Bos?!" tanya sang mata-mata yang penasaran dengan kata -kata sang majikan yang menggantung seperti jemuran. "Ah, sudahlah! Tidak perlu kau tahu! Kau hanya terus ikuti kemanapun istriku pergi. Kamu paham!" sentak Gio yang tidak ingin masalah penyakit sang istri diketahui oleh orang lain. "Baik, Bos," sahut sang mata-mata dengan nada kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Klik! Gio menutup sambungan teleponnya dengan sang mata-mata. Sang mata-mata pun merasa kesal karena telepon dimatikan sepihak. "Dasar bos sedeng! Siapa yang menele

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 10. Sahabat Terbaik

    Sementara Gio pergi ke rumah istri ketiganya, Alysa menghubungi temannya Ruri. "Hallo, Ruri," sapa Alysa. "Hallo, Alysa." "Ada kabar baik, selama satu minggu ini aku bebas. Akan aku gunakan untuk membangun bisnis kita. Bagaimana?" Alysa berencana untuk menggunakan satu minggu itu untuk membuka usaha bersama Ruri temannya. "Bagus, Beb. Aku akan mendukung mu. Mulai besok kau akan aku jemput dan aku kembalikan lagi ke rumah sakit jika hari sudah menginjak sore. Kita akan bahas semua apa yang kita rencanakan selama ini," ucap Ruri dengan senang. Dia merasa kasihan pada semua yang menimpa Alysa. "Baiklah, Say. Aku tunggu besok pagi. Sekarang aku mau istirahat terlebih dahulu. Rasanya masih belum percaya, semua ini begitu cepat untuk ku, Say," ucap Alysa dengan air mata yang mulai membanjiri kelopak matanya. "Sudahlah, Beb. Jangan bersedih. Masih ada aku yang akan menemani mu sampai kapanpun," ucap Ruri memberi dukungan moril pada sahabatnya. "Terimakasih,

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 9. Penyakit Berbahaya

    Dokter Adrianto merasa iba pada Alyssa. Dia pun berjanji akan membantu Alyssa sebisa yang dia mampu. "Baiklah, Al. Aku akan membantumu. Aku akan bilang pada suamimu bahwa kondisimu belum meyakinkan untuk pulang." "Selamat malam!" Gio dengan wajah tidak sukanya tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alysa. Alysa dan dokter Adrianto pun seketika menoleh, wajah mereka terlihat terkejut saat tahu siapa yang datang. "Mas Gio?!" pekik Alysa terkejut. Raut wajahnya yang semula bahagia seketika berubah menjadi takut. Adrianto pun merasakan bahwa Alysa teman satu bangku masa putih abu itu ketakutan. Gio masuk dengan wajah yang tidak bersahabat, matanya tertuju pada Adrianto yang sudah memakai jas kebesarannya lagi hingga terlihat kalau dia seorang dokter. "Dokter, kapan istri saya bisa dirawat di rumah?" tanya Gio dengan suara datar cenderung ketus. "Maaf, Tuan. Istri Anda belum bisa pulang sebelum kami selesai mengobservasinya lebih dalam lagi. Ada hal yang ka

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 8. Bertemu Teman lama

    Melihat Alysa memunggungi sang dokter, perawat itu pun mendekat berusaha untuk berbicara pada Alysa. Namun hal yang membuat perawat itu terkejut, Allysa bangun dan berlindung di balik sang dokter tampan yang datang untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamar Alysa. "Maaf atas keributan ini, Dok. Kami hanya memberitahu pada pasien bahwa besok pasien boleh pulang. Akan tetapi pasien ini malah histeris tidak mau pulang, Dok," ucap sang perawat yang bingung dengan sikap Alysa. "Tolong, Dok. Tolong saya ... Saya tidak mau pulang, Dok. Biarkan saya di sini sampai benar-benar sembuh, Dok. Ini masih sangat nyeri sekali, saya takut jika suami saya akan memaksa saya lagi," ucap Alysa yang pada akhirnya mau menatap ke arah sang dokter. "Alyssa? Benarkah kamu Alysa siswi SMA Bina Marga 1?" "Benar, saya alumni SMA Bina Marga 1. Bagaimana Anda bisa tahu?" "Anda anak kelas 3D angkatan ke 10?" "Benar!" "Ternyata kita bertemu kembali, apakah ka

  • Aku Bukan Madu Biasa   Bab. 7 Tidak Mau Pulang

    Alyssa memekik terkejut melihat chat suaminya. Banyak sekali chat yang semuanya adalah dari para istri, wanita simpanan, rekan bisnis dan satu nomor yang sangat menarik menurut Alyssa. "Freza? Siapa Freza?" tanya Alyssa pada dirinya sendiri. Alyssa mulai membaca chatingan antara suami dan sosok yang bernama Freza itu. "Astaga ... Apa maksudnya gadis perawan setiap malam Jum'at Kliwon?" gumam Alyssa lagi. Dia tidak mengerti apa arti gadis perawan itu. Di dalam chatingan itu sang suami meminta pada orang yang bernama Freza itu untuk menyediakan seorang gadis perawan. Alyssa semakin penasaran, dia pun lanjut baca lagi hingga chatingan sampai bawah. Tidak berapa lama kemudian, masuk lagi chat dari beberapa nomer yang baru. Alyssa yang berhasil menyadap aplikasi hijau sang suami merasa senang dengan keberhasilannya. "Banyak sekali nomer baru yang masuk, siapa mereka?" gumam Alyssa dia tidak berani membuka chat itu. Alyssa tidak ingin Gio curiga k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status