Papa, kau tega sekali padaku!Caca yang sudah mengingat masa lalunya, dia memang pergi meninggalkan tempat wisuda dan menjauh dari kampusnya dengan berjalan kaki. Dia melepaskan toga yang sudah digunakan olehnya dan membuangnya sembarangan saja di tempat sampah.Aku belajar sungguh-sungguh selama bertahun-tahun untuk mendapatkan kesempatan ini. Menjadi mahasiswa terbaik dan ini bukan sesuatu yang mudah bisa mendapat tawaran untuk berpidato di acara kelulusan kalau bukan dengan jerih payah dan kerja kerasku selama kuliah. Tapi Papa, kau tega sekali menghancurkan semua impianku! Setidaknya meski kau tidak melihatku sebagai anakmu, tapi cobalah berpikir tentang kerja keras orang lain yang sudah berjuang untuk mendapatkan mimpinya. Kau benar-benar menghancurkanku, Papa!Ada sedih dan luka yang dirasakan oleh Caca jauh di dalam relung hatinya, karena sikap papanya yang memang hanya mementingkan tentang keluarganya saja bahkan tidak berpikir tentang kepentingan orang lain.Mungkin kalau aku
Sial! Ke mana aku harus mencarinya sekarang? Reza tidak mau menolongku. Ya Tuhan, apa aku harus mengatakan padanya kalau Caca adalah putrinya? Tapi apa dia percaya? Aku belum punya bukti apa pun!Amar gamang di dalam dirinya. Stress pula pikirannya memikirkan kondisi Caca. Dia juga tidak tahu apa yang terjadi setelah acara wisuda itu selesai. Rasanya menyesal sekali dia harus meninggalkan Caca demi membuat hubungan Reza dan Rania baik-baik saja.Kalau bisa mengulang waktu, Amar lebih memilih membawa Caca pergi dan tidak menghadiri wisuda itu. Cuma sekarang, apakah mungkin dia berandai-andai untuk sesuatu yang sudah terjadi?Rein: Amar, apa kabar? Tumben kau meneleponku siang-siang begini? Dan bukannya hari ini katamu ada wisuda Caca?Amar: Rein, aku kehilangan Caca! Dan aku tahu ini pasti ada sangkut pautnya dengan Reza.Rein: Uhuk, uhuk! Sorry, Amar, aku keselek! Tadi aku sedang mengunyah makanan dan yang kau bilang tadi membuatku syok. Apa maksudmu ini ada hubungannya dengan Reza? D
"Tuan, untuk wanita yang tidak sempurna seperti dirinya dan sudah tidak lagi perawan, apakah nilai satu juta dolar itu masuk akal?""Dia ditaruh spesial di paling terakhir. Siapa yang berada di paling belakang adalah yang paling istimewa. Seharusnya harganya sudah sangat masuk akal. Bahkan wanita yang masih perawan hanya bisa dibandrol dengan harga lima ratus ribu US Dollar. Aku yakin, aku mendapatkan harga yang bagus untuknya, karena memang dia adalah yang terbaik!""Tapi, terbaik apanya ya, Tuan?""Yang ini aku tidak tahu. Tapi mungkin dia terbaik, karena dia punya sesuatu yang spesial. Kita tidak akan pernah tahu dia siapa, atau mungkin dia dari keluarga kalangan mana, ini juga penting! Cuma, kita tidak pernah tahu! Mungkin nanti akan ada untungnya untukku. Yang penting, aku sudah membelinya dulu dan dia milikku sekarang."Pelelangan berjalan tanpa adanya gangguan. Semua gadis yang dijual sudah dibeli oleh mereka yang mengikuti pelelangan dan memang tertarik dengan gadis beliannya.
Tapi ini bukan salahku! Aku hanya membela diri dan aku tidak pernah menjual diriku!Tangan Caca masih gemetaran. Dia bukan seorang kriminal, tapi hari ini dia baru menjadi seorang kriminal setelah menghabisi nyawa seseorang dengan cara yang sangat buruk.Caca juga tidak berniat untuk mengambil barang bukti apa pun. Dia menarik kabel listrik yang terhubung tadi setelah mencabut dari saklar dan kini melangkah meninggalkan kamar mandi dengan perasaan takut, bingung, cemas, campur baur semua rasanya.Caca tahu orang yang berada di kamar mandi itu bukan orang sembarangan dan bukankah orang seperti itu pasti punya ajudan yang akan menjaganya?Baju! Oh, ini ada baju! Aku pakai saja yang ini!Sepertinya pria itu juga sudah menyiapkan pakaian wanita. Besok dia akan membawa Caca pergi. Ada beberapa pakaian di sana dan Caca mengambil yang paling simpel saja. Dress sedapatnya saja. Dress dengan lengan panjang dan panjangnya cuma sampai di atas lutut. Karena yang paling masuk akal adalah dress itu
"Tadi aku sudah bilang padamu, yang di dalam itu adalah pacarku.""Kami sudah mendengar dan kau tidak perlu mengulangi lagi! Kami hanya ingin melihatnya!"Jelas sudah di antara mereka sudah tidak lagi terjalin kepercayaan dan sudah saling curiga. Tatapan mereka sama-sama dingin. Pria itu menatap tegas dan curiga, begitupun beberapa pria yang tadi sedang mengejar Caca juga mulai bersiap berjalan mendekat padanya, mengantisipasi segala keadaan."Tapi sayang, aku tidak mengizinkannya!" Pria itu tegas menolak lagi permintaan sekelompok orang itu yang ingin membuka mobilnya dan melihat siapa di dalamnya."Tapi kami memaksa!"Dan pria-pria berbadan kekar yang tadi bosnya baru saja dibunuh, merasa mereka tidak lagi bisa berkomunikasi dan melakukannya dengan baik-baik dengan pria di hadapannya. Mereka mulai menunjukkan kebengisan di wajahnya. "Mau apa kau dengan pacarku? Aku sedang ribut dengannya dan tadi dia ingin pergi dari mobilku. Jadi ada sedikit kecelakaan, aku tidak hati-hati memper
Jadi dia berniat menjual Caca karena kesalahpahaman di kampus tadi? Atau suaminya Caca yang menjualnya?Arthur tidak tahu mana yang benar, tapi semuanya mencurigakan untuknya dan dia memilih untuk tidak meresikokan keselamatan Caca lebih besar lagi.Karena aku juga curiga dengan orang tuanya! bisik Arthur lagi yang mencoba untuk waras dari alkohol yang diminumnya.Toleransi Arthur terhadap alkohol untung saja cukup baik.Sssh, tidak! Rumah sakit adalah pilihan yang salah. Kalau aku membawanya ke sana, maka dia akan ditangkap lagi dengan mudah oleh mereka semua. Lagian aku juga curiga dengan pernikahannya dengan pria itu.Ini yang ada di dalam pikiran Arthur, sehingga dia menuju satu tempat lain yang menurutnya adalah yang terbaik untuk membawa Caca. Tapi sebelumnya, dia juga sudah menelepon seseorangTony: Arthur, apa yang kau inginkan?Arthur: Ayah, aku ingin minta bantuanmu.Tony: Bantuan apa?Arthur: Temanku, sepertinya dia dikejar oleh orang-orang yang disuruh oleh Reza Clarke. Wa
"Bekerja di tempatku?" Arthur mengulang jawaban itu.Jawaban yang membuat Arthur mencoba untuk terlihat biasa saja di hadapan Caca meski pikirannya tidak biasa. Dia syok berat dan mulai paham apa yang terjadi pada wanita di hadapannya."Hmm. Kau tidak memecatku kan, gara-gara aku menabrakmu? Atau apa sih, yang sebenarnya terjadi padaku?""Tidak, tentu saja aku tidak memecatmu! Tapi tidak perlu kau pikirkan itu dulu.""Tidak dipikirkan bagaimana? Sekarang waktunya aku bekerja!""Caca, diamlah. Wajahmu masih pucat. Kau tidak boleh bangun dulu!"Arthur masih ada di samping Caca dan dia menahan kedua tangan wanita itu dengan wajahnya yang terlihat sangat cemas dan sikapnya sangat lembut sekali pada Caca saat memintanya untuk tetap diam di tempat tidur."Tapi—""Tenanglah, masalah pekerjaanmu aman! Lagi pula untuk apa kau buru-buru bekerja? Sekarang kau harus sehat dulu!"Arthur kembali memberikan senyum terbaiknya, membuat Caca juga membalas dengan sebuah senyum yang membuat hati Arthur l
"Huh, kau mau apa?"Pintu kamarnya didorong dan seseorang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa minta izin dan tanpa mengetuk pintu. Jelas saja membuat kaget Alila dan dia refleks bertanya."Apa yang sedang kau lakukan?"Tapi bukan dijawab malah pria itu memperhatikan Alila dan melihat apa yang sedang wanita itu kerjakan malam itu."Menjahit bajuku!"Memang benar yang dilakukan Alila adalah menjahit. Pria itu tercengang dan sejujurnya bingung."Kau pernah melakukannya sebelum ini?""Tidak pernah! Makanya aku menggunakan ini!" Alila menunjukkan sesuatu di handphone-nya."Cara menjahit?" Pria itu mendekat dan melihat yang ada di video di saat Alila mengangguk pelan."Kenapa memangnya?" tanya Alila lagi tapi kemudian, dia mengarahkan pandangannya ke bajunya sendiri sambil sedikit meringis."Memang ini kan dari dalam dan tidak terlalu rapih jahitanku. Aku baru pertama kali melakukannya dan aku masih jauh dari kata sempurna. Tapi di luarnya mendingan kok, tuh! Tidak terlalu terlihat me