Tapi ini bukan salahku! Aku hanya membela diri dan aku tidak pernah menjual diriku!Tangan Caca masih gemetaran. Dia bukan seorang kriminal, tapi hari ini dia baru menjadi seorang kriminal setelah menghabisi nyawa seseorang dengan cara yang sangat buruk.Caca juga tidak berniat untuk mengambil barang bukti apa pun. Dia menarik kabel listrik yang terhubung tadi setelah mencabut dari saklar dan kini melangkah meninggalkan kamar mandi dengan perasaan takut, bingung, cemas, campur baur semua rasanya.Caca tahu orang yang berada di kamar mandi itu bukan orang sembarangan dan bukankah orang seperti itu pasti punya ajudan yang akan menjaganya?Baju! Oh, ini ada baju! Aku pakai saja yang ini!Sepertinya pria itu juga sudah menyiapkan pakaian wanita. Besok dia akan membawa Caca pergi. Ada beberapa pakaian di sana dan Caca mengambil yang paling simpel saja. Dress sedapatnya saja. Dress dengan lengan panjang dan panjangnya cuma sampai di atas lutut. Karena yang paling masuk akal adalah dress itu
"Tadi aku sudah bilang padamu, yang di dalam itu adalah pacarku.""Kami sudah mendengar dan kau tidak perlu mengulangi lagi! Kami hanya ingin melihatnya!"Jelas sudah di antara mereka sudah tidak lagi terjalin kepercayaan dan sudah saling curiga. Tatapan mereka sama-sama dingin. Pria itu menatap tegas dan curiga, begitupun beberapa pria yang tadi sedang mengejar Caca juga mulai bersiap berjalan mendekat padanya, mengantisipasi segala keadaan."Tapi sayang, aku tidak mengizinkannya!" Pria itu tegas menolak lagi permintaan sekelompok orang itu yang ingin membuka mobilnya dan melihat siapa di dalamnya."Tapi kami memaksa!"Dan pria-pria berbadan kekar yang tadi bosnya baru saja dibunuh, merasa mereka tidak lagi bisa berkomunikasi dan melakukannya dengan baik-baik dengan pria di hadapannya. Mereka mulai menunjukkan kebengisan di wajahnya. "Mau apa kau dengan pacarku? Aku sedang ribut dengannya dan tadi dia ingin pergi dari mobilku. Jadi ada sedikit kecelakaan, aku tidak hati-hati memper
Jadi dia berniat menjual Caca karena kesalahpahaman di kampus tadi? Atau suaminya Caca yang menjualnya?Arthur tidak tahu mana yang benar, tapi semuanya mencurigakan untuknya dan dia memilih untuk tidak meresikokan keselamatan Caca lebih besar lagi.Karena aku juga curiga dengan orang tuanya! bisik Arthur lagi yang mencoba untuk waras dari alkohol yang diminumnya.Toleransi Arthur terhadap alkohol untung saja cukup baik.Sssh, tidak! Rumah sakit adalah pilihan yang salah. Kalau aku membawanya ke sana, maka dia akan ditangkap lagi dengan mudah oleh mereka semua. Lagian aku juga curiga dengan pernikahannya dengan pria itu.Ini yang ada di dalam pikiran Arthur, sehingga dia menuju satu tempat lain yang menurutnya adalah yang terbaik untuk membawa Caca. Tapi sebelumnya, dia juga sudah menelepon seseorangTony: Arthur, apa yang kau inginkan?Arthur: Ayah, aku ingin minta bantuanmu.Tony: Bantuan apa?Arthur: Temanku, sepertinya dia dikejar oleh orang-orang yang disuruh oleh Reza Clarke. Wa
"Bekerja di tempatku?" Arthur mengulang jawaban itu.Jawaban yang membuat Arthur mencoba untuk terlihat biasa saja di hadapan Caca meski pikirannya tidak biasa. Dia syok berat dan mulai paham apa yang terjadi pada wanita di hadapannya."Hmm. Kau tidak memecatku kan, gara-gara aku menabrakmu? Atau apa sih, yang sebenarnya terjadi padaku?""Tidak, tentu saja aku tidak memecatmu! Tapi tidak perlu kau pikirkan itu dulu.""Tidak dipikirkan bagaimana? Sekarang waktunya aku bekerja!""Caca, diamlah. Wajahmu masih pucat. Kau tidak boleh bangun dulu!"Arthur masih ada di samping Caca dan dia menahan kedua tangan wanita itu dengan wajahnya yang terlihat sangat cemas dan sikapnya sangat lembut sekali pada Caca saat memintanya untuk tetap diam di tempat tidur."Tapi—""Tenanglah, masalah pekerjaanmu aman! Lagi pula untuk apa kau buru-buru bekerja? Sekarang kau harus sehat dulu!"Arthur kembali memberikan senyum terbaiknya, membuat Caca juga membalas dengan sebuah senyum yang membuat hati Arthur l
"Huh, kau mau apa?"Pintu kamarnya didorong dan seseorang baru saja masuk ke dalam ruangannya tanpa minta izin dan tanpa mengetuk pintu. Jelas saja membuat kaget Alila dan dia refleks bertanya."Apa yang sedang kau lakukan?"Tapi bukan dijawab malah pria itu memperhatikan Alila dan melihat apa yang sedang wanita itu kerjakan malam itu."Menjahit bajuku!"Memang benar yang dilakukan Alila adalah menjahit. Pria itu tercengang dan sejujurnya bingung."Kau pernah melakukannya sebelum ini?""Tidak pernah! Makanya aku menggunakan ini!" Alila menunjukkan sesuatu di handphone-nya."Cara menjahit?" Pria itu mendekat dan melihat yang ada di video di saat Alila mengangguk pelan."Kenapa memangnya?" tanya Alila lagi tapi kemudian, dia mengarahkan pandangannya ke bajunya sendiri sambil sedikit meringis."Memang ini kan dari dalam dan tidak terlalu rapih jahitanku. Aku baru pertama kali melakukannya dan aku masih jauh dari kata sempurna. Tapi di luarnya mendingan kok, tuh! Tidak terlalu terlihat me
"Kau lupa, apa yang kau lakukan tadi di sofa? Itu yang membuatku sakit."Alila sebetulnya tidak mau menjawab. Tapi dia tahu, dia pasti akan terus dipertanyakan masalah ini jika dia tidak mengatakan satu kata pun. Rasanya mengingat kejadian itu membuat dirinya malas."Apa itu terluka? Biar kulihat dulu."Tapi sayangnya, Alila malah mendapatkan jawaban yang membuat dirinya tersenyum kecut."Aku sudah membaca di internet, tidak apa-apa. Besok juga ini sudah sembuh. Jadi kau tidak perlu pikirkan kalau di awal pertama kali melakukannya memang akan sesakit ini.""Kau yakin, tidak ingin kulihat dulu?""Sudahlah, Arthur. Tolong sampaikan saja maafku pada Caca. Mungkin aku terlalu berpikir berlebihan kalau kau akan menjadi milikku selamanya. Tenang saja, aku tidak akan melakukan yang seperti itu lagi. Saat aku bisa meyakinkan hatiku untuk pergi, aku akan pergi."Entah kenapa saat Alila mengatakan ini, Arthur juga merasa terganggu. Ada rasa perih yang tiba-tiba menyeruak saja di dalam dadanya,
Rich: Alila, aku tidak pernah membela seseorang, apalagi dia bukan keluargaku. Bahkan kalau keluargaku bersalah juga, aku tak peduli tetap membela mereka. Itu yang diajarkan Papa. Tapi untuk Caca, dia memang berjuang untuk hidupnya sangat menyedihkan, Alila. Dan kau menghancurkannya dengan drama yang sungguh memalukan.Flashback offOh, ya Tuhan … apa yang sudah kuperbuat padanya?Jadi dari yang tadinya Alila marah, kini dia jadi menahan diri, merasa berdosa apalagi mengingat ucapan Arthur. Dia duduk di kursi meja riasnya dengan perasaan lumayan tertekan.Tapi bukankah seharusnya Arthur memberikannya pada suaminya? Kurasa Amar bukan orang yang buruk. Dia bahkan mau mencari Mama dan mendamaikan Mama dengan Papa. Cuma, apa ini sebenarnya hanya akting Amar untuk dekat lagi sama Mama dan dia juga ingin mendekatkan Caca dengan Arthur? Seperti win-win solution, tapi terlihat innocent?Alila berpikir simpelnya saja. Cuma saat ini, dia belum tahu apa yang dia pikirkan ini benar atau salah. It
Fuuuh, kira-kira salah tidak ya, kalau aku mengatakan Caca ada di sini padanya?Arthur yang sudah keluar dari kamar Alila dan menutup pintunya, jujur saja dia merasa resah sendiri. Dia berjalan menuju ke arah dapur sambil memikirkan ini dan masih belum mendapatkan ketenangan.Bagaimana kalau kemanjaannya muncul lagi dan dia menelpon papanya, lalu mengatakan kalau Caca ada di sini?Arthur yang kini mengambil satu botol minuman dari wine cellar mulai merasa galau. Dia takut kalau Caca akan mengalami masalah yang berat, apalagi saat ini masih dalam kondisi tidak mengingat masa lalunya.Tapi, tidak. Aku tetap harus melindungi Caca. Jadi kalau dia memang berniat melawanku seperti itu, maka aku akan mengembalikannya pada ayahnya dan aku tidak peduli apa yang akan dilakukan oleh Reza padaku. Kali ini aku harus menyelamatkan Caca. Dia membutuhkanku sekarang. Lagi pula, aku belum terlalu percaya dengan orang yang bernama Amar. Caca tidak mengingatnya. Dia pasti bukan pria yang diinginkan olehn