"Reza. ""Oh tidak Rania. Tidak apa-apa."Amar tidak mau menimbulkan keributan dengan kedua orang di hadapannya dan dia mengerti kenapa Reza tidak menginginkan dirinya berada di sana."Jika kalian menginginkan untuk bertemu denganku dan mau mendengarkan apa yang mau kukatakan tolong kabari aku.""Kami tidak akan pernah mau mendengar apapun darimu. Sebaiknya Kau pergi!"Amar tersenyum ketika mendengar kemarahan Reza ini.“Aku mengerti tentang kekhawatiranmu dan kemarahanmu ini. Tapi aku yakin sekali kau ingin mendengar apa yang ingin kubicarakan. Jadi kau bisa menemuiku jika memang kau ingin mendengarnya. Kau tahu di mana aku harus temui. Kau sangat berkuasa.”Amar berpamitan saat itu juga setelah dia menundukkan kepalanya sedikit sambil menatap Rania tapi dia sudah tidak mengatakan apapun. Sungguh sebuah keadaan yang membuat Rania marah. Dia sudah mengepalkan tangannya penuh dengan emosi."Reza apa-apaan ini?"Amar masih ingin berjalan meninggalkan tempat itu tapi dia sudah mendengark
"Bagus. Aku menunggu kabar darimu!""Baik Pak Amar. Seandainya saya sudah mendapatkan informasi saya akan segera datang pada Anda.""Dan ada satu lagi," untung saja Amar tidak lupa."Apalagi yang Anda butuhkan Pak?" tanya pria itu yang juga sudah menyiapkan catatannya agar dirinya juga tidak lupa."Apa kau sudah mendapatkan informasi tentang istrinya? Aku lupa tadi kau belum melaporkan ini."“Oh ya yang satu itu saya lupa Pak berkasnya memang berbeda.”Pria itu pun mengeluarkan satu gadgetnya yang lain."Maaf Pak tadi saya lupa memberitahukan Anda dan saya seharusnya memberikan ini pada Anda.”"Apa ini?"Amar ingin tahu"Di sini dijelaskan kalau sejak beliau tinggal di Paris tidak ada wanita yang bersama dengannya.""Kapan dia pindah?"Amar kembali mencecar."Kurang lebih 20 tahun yang lalu."Pria itu pun kembali manggut-manggut."Berarti aku sudah ada di sini," ucapnya yang bicara sendiri lalu kemudian dia menatap lagi orang di hadapannya."Tentang kehidupannya di masa lalu?""Saya t
"Kenapa mereka lama sekali ya?""Entahlah. Mungkin mama masih berusaha untuk mempengaruhi papa supaya menggagalkan rencana pernikahanku, Rich. Mama sepertinya tidak suka kalau aku bahagia."Kedua adik kakak ini tadi sudah masuk lebih dulu ke dalam dan dia tidak tahu apa yang terjadi di luar. Makanya Alila sempat berpikir buruk tentang mamanya. Tapi sebenarnya tidak salah sih apa yang dipikirkannya. Rich sendiri juga yakin kalau mamanya masih ingin mempengaruhi papanya untuk menghentikan proses pernikahan ini."Tapi apa kau benar-benar yakin kalau ini adalah pilihan yang tepat?"Rich tadinya ingin menghampiri kedua orang tuanya di luar sana tapi dia memilih menggunakan waktunya untuk bertanya dan memastikan lagi supaya adiknya tidak salah mengambil keputusan."Ya. Aku yakin sekali ini adalah pilihan yang tepat. Kau jangan berusaha untuk membuatku berbalik ke belakang. Aku sudah tahu pilihanku. Dan tidak ada yang kuinginkan di dunia ini selain Arthur!""Kau tidak terobsesikan dengannya?
"Alila?""Mama, aku sudah membuat keputusan. Aku sudah dewasa dan aku tahu apa yang kupilih jadi tolong hargai keputusank!"Alila tetap keras kepala. Rasa takut kehilangan Arthur memang lebih besar daripada kepercayaannya pada feeling mamanya."Alila terima kasih kau masih tetap ingin bersama denganku dengan kondisiku yang seperti ini. Maaf untuk hari ini. Aku tidak akan mengulangi yang seperti ini. Tadi itu aku memang banyak sekali pekerjaan dan aku lupa mau minum obat untuk menghilangkan mabukku."Bukan pemandangan yang indah. Melihat anakku dirangkul oleh laki-laki seperti ini rasanya hanya membuatku marah. Tapi apa mungkin aku hanya terlalu berpikir buruk kah? Kenapa sepertinya semua orang mendukung ini?Rania tak yakin. Tapi putrinya memang sudah terlihat bahagia sekali."Ayo kita langsung ke altar sekarang."Bahkan dia yang meminta semuanya diburu-buru. Tak ada kesempatan untuk Rania bicara. Baik dirinya maupun Reza hanya memilih diam. Rania juga tidak tahu apa yang dipikirkan o
Nyonya Walsh. Hihi, Jadi sekarang namaku Alila Walsh.Setelah Arthur pamitan dengan seluruh anggota keluarga Alila yang berjalan di belakangnya merasa sangat bahagia sekali dengan nama barunya. Ini adalah impian terbesarnya. Menjadi istri Arthur. Impian yang akhirnya bisa terwujud setelah sekian tahun dia mengidamkannya. Sungguh kebahagiaan tiada tara bagi dirinya.Rasanya senang sekali bisa merangkul tangannya sebagai suamiku. Oh Kami sekarang sudah sepasang suami istri. Hati Alila bahagia sekali meskipun selama perjalanan dari ruangan tempat mereka menandatangani sertifikat pernikahan sampai ke mobil tidak ada yang dibicarakan."Barangmu hanya satu koper ini?""Ya hanya satu koper itu."Dan Alila baru ditanya oleh Arthur saat driver keluarganya memindahkan barang dari bagasi mobilnya ke mobil Arthur "Kau yakin tidak ada yang tertinggal lagi?""Tidak ada.""Ya sudah. Masuklah ke dalam mobil."Arthur bahkan membukakan pintu mobil untuk Alila sebelum dia masuk ke sisi sebelahnya. Art
"Apa kita punya tamu?" "Mungkin. Aku tidak tahu." Lagi Arthur menggerakkan kepalanya seakan menunjuk ke arah pintu. "Kau menyuruhku membukakan pintu?" Sungguh itu adalah sebuah perintah yang lagi-lagi tidak pernah didapatkan oleh Alila. Dan sekarang ada seorang pria yang memerintahnya seperti itu? Membuka pintu bukanlah sebuah pekerjaan yang hina. Tapi di rumah Alila itu adalah pekerjaan seorang pelayan. Bahkan dia tidak pernah membukakan pintu untuk orang yang masuk ke dalam kamarnya. Alila memang tidak pernah mengunci kamarnya dan dia membiarkan orang lain masuk. Itu karena dia malas membuka pintu. Lalu sekarang haruskah dia membukakan pintu? "Kenapa melihatku? Kau tidak dengar suara bel itu sudah terdengar dua kali?" "Oh iya." Aku harus menunjukkan kalau aku adalah gadis baik-baik. Aku harus bisa menunjukkan kalau aku sangat berguna. Aku harus bisa menunjukkan kalau aku memang sangat mencintainya. Apapun yang terjadi aku harus bisa membuktikannya. Alila sedikit banyak adal
"REZA TUNGGU DULU!"Rania meninggikan suaranya karena suaminya yang baru saja menyuruh David membeli saham dari sebuah perusahaan mode di Perancis sudah meninggalkan ruangan di mana Putri mereka menikah."Aku ikut denganmu!""Bukan kau ingin ikut dengan Rich? Dan ingin membuat aku seperti seorang duda?"Lagi-lagi Rania meringis.“Aku ikut dengar masalah kau tidak membeli perusahaan itu.”"Ingin mengcover kekasihmu?"Lagi-lagi jawaban dari Reza membuat Rani yang memutar bola matanya sambil berusaha menyeimbangi langkah kaki Reza yang cukup besar.Pria itu sedang marah! Dia tidak mau memelankan langkah kakinya menyeimbangkan dengan istrinya."Aku tidak ada hubungan dengannya! Kenapa sih kau ini? Aku hanya ingin tahu apa yang ingin disampaikannya padaku.”"Sejak kapan kalian saling berhubungan lagi?""Reza!""Ah… mungkin aku tidak tahu! Dan aku tidak boleh tahu!"Sesampainya di parkiran dan Reza bicara begitu dan dia langsung masuk ke dalam mobil yang baru saja dibukakan pintunya oleh so
Alila : Mama, sudah ya, jangan ganggu aku. Masa aku baru menikah sudah diteleponin?Tadi Rania saat disapa oleh putrinya dia tidak menjawab apa pun. Pandangan matanya kosong menatap putrinya dan ada rasa sakit di dalam hatinya karena sudah berpikir jauh kemana-mana.Rania : Oh maafkan aku. Aku dan papamu hanya ingin mengundang kalian berdua untuk makan bersama. Nanti malam.Alila : Kenapa harus nanti malam?Rania : Kumohon, aku tidak akan mengganggu besok-besok lagi. Kita akan bertemu mungkin hanya sebulan sekali atau seminggu sekali. Tapi, ada yang ingin kubicarakan denganmu dan suamimu. Kurasa tidak terlalu sulit untuk memberikanku waktu 2 jam untuk makan malam kan?Alila : Mama aku akan kabarkan nanti. Aku harus bertanya dulu pada suamiku. Karena tadi Mama lihat sendiri bukan dia mabuk?Rania : Kalau kau tidak datang maka aku yang akan datang ke tempatmu. Dan mungkin aku akan menginap di sana.Aku harap mereka bisa mewujudkan apa yang kuminta.Rania tak kuat lagi untuk tidak menutu