Pesta pernikahan di Lombok.Matahari sudah tenggelam, digantikan oleh bulan dan bintang-bintang, namun acara resepsi pesta pernikahan masih terselenggara dengan ramai. Diatas panggung sebuah band memainkan lagu jazz yang romantis, para pasangan yang berada di pesta terbuai menikmati lagu, mereka berdansa diatas lantai dansa depan panggung, begitu juga dengan kedua insan yang baru saja dipersatukan oleh janji suci.Tiara duduk termenung sendirian, ia menatap sendu kearah para pasangan yang sedang berdansa."Sayang mama mau balik, kamu mau ikut gak...." tanya Yanti sambil menggendong Satria yang sedang tidur."Gak ma...., Tiara masih mau disini dulu." ujar Tiara lirih, ia masih asik menikmati minum sampanye, entah sudah berapa gelas ia habiskan, perasaannya terus merasa gundah gulana sejak kemarin malam, entah karena kehadiran mantan suaminya atau kerinduannya pada Rangga."Ya sudah..., mama balik duluan kalau gitu." Yanti pun pergi dari area pesta bersama Satria.Sambil melihat para pa
"Kepada penumpang pesawat yang terhormat, kami mengingatkan seluruh penumpang untuk mengencangkan seatbelt dan meletakkan sandaran kursi dalam posisi tegak lurus. mohon mengatur kursi Anda dalam posisi vertical karena kami akan segera lepas landas." terdengar pengumuman suara dari dalam pesawat. "Hah...." Tiara menghela nafas panjang, sepertinya ia sudah tidak waras lagi, ia yang sudah berstatus istri, malah mau-mau saja ikut pergi ke bali bersama mantan suaminya. "Wuu...iiaa...emmp." celotehan Satria di pangkuannya Sagara, anak itu terus sibuk mengelus-elus jam tangan mahal milik ayahnya. 'Astaga anak ini, kenapa seperti aku dan neneknya sih, bikin malu saja.' batin Tiara, sifat dirinya yang matre menurun pada anaknya. "Permisi nyonya, mau tambah apple juice?" tanya salah seorang pramugari yang melayani di kelas business. "I-iya boleh." Tiara menyodorkan gelas kaca. Untuk pertama kalinya ia terbang bersama anaknya dengan pesawat, di kelas business pula, tempat duduknya beg
Bali.Sebelum menuju di hotel, Sagara meminta sang supir mengantar mereka ke sebuah butik pakaian. Sesampainya toko pakaian bermerk kelas atas, Sagara sambil menggendong Satria, kemudian mengulurkan tangan untuk membantu Tiara turun dari mobil, karena jaraknya cukup tinggi untuk menapak ke bawah.Baru saja Tiara melangkah masuk toko, para pegawai toko langsung berbaris dan mengucapkan. "SELAMAT DATANG." seru semua pegawai bersamaan, mereka berseragam rapi, dengan penampilan profesional.Toko butik yang sepi ini terasa dingin, ruangan begitu luas, bahkan ada area untuk duduk bersantai menikmati segelas teh atau kopi, tidak ada pengunjung lain di toko ini, selain mereka, terlihat ada banyak manekin berwarna emas dan pakaian yang di pajang dalam lemari kaca yang kinclong."Pilihlah semua baju yang kamu inginkan, disebelah sana ada banyak baju-baju anak hingga umur 3 tahun." ucap Sagara."Lalu kamu..??" tanya Tiara."Aku akan menunggumu di sofa sebelah sana sambil minum teh dan bermain d
"Iiihhss!!" Tiara memekik, mendorong kasar wajah itu dari atas pay udaranya.Sagara pun tersentak kaget, tindakannya telah membangunkan Tiara dari tidur.Tiara langsung menutupi kedua bukit milik yang terpampang tadi. Cerobohnya dia, bisa-bisanya tertidur saat sedang menyusui.Sagara jadi merasa bersalah dan tak enak hati, sudah bertindak ceroboh berdasarkan hawa nafsu tanpa berpikir panjang, kalau Tiara bisa kembali membencinya dan menjauh lagi."Ma-maaf, tadinya aku mau menyelimutimu saja, gak ada maksud apapun." ucap Sagara gelagapan.Tentu saja Tiara tak percaya, ia memicingkan matanya, jadi menatap Sagara penuh rasa curiga. "Dasar mesum!!" teriaknya, apalagi melihat Sagara hanya memakai handuk di pinggang."Hueee....hu...hu..hu." rengek Satria, terbangun kaget mendengar suara teriak ibunya.Cepat-cepat Tiara langsung menenangkan sang anak. "Cup..cup...cup, sstt." senandung Tiara sambil menepuk-nepuk bokong Satria pelan, suaranya rengekan anaknya pun mulai berkurang dan tak lama t
Pagi hari yang cerah. Tiara dan Satria sedang asik bermain di kolam renang kamar hotel. Satria duduk di ban yang berbentuk pesawat terbang, Tiara dengan asik berenang, sambil mendorong anaknya. Sagara hanya duduk di kursi melas sambil bekerja dengan laptop.Sesekali matanya melirik Tiara, sayang sekali mantan istrinya itu berenang menggunakan kaos dan celana pendek, bukan bikini atau swimsuit. Sedikit merasa kecewa, namun Sagara tak mau memaksanya juga, karena Tiara bukan lagi istrinya."Aku juga mau berenang." ucapnya dengan riang, Sagara melepaskan kaosnya, lalu melompat ke kolam renang.BYUURR...Air kolam berguncang saat Sagara menceburkan diri, Satria tertawa melihat bom air. Tiara pun tertawa cekikikan melihat tingkah kekanakan dari mantan suaminya.Saat keluar dari air, rambut Sagara basah semua, lalu satu tangannya menyisir kebelakang. Ia jadi berpose seksi dan menggairahkan.Tak kuat, Tiara langsung memalingkan wajah meronanya, Sagara terkekeh saat menemukan telinga Tiara mem
"Jangan lihat, tetap menghadap ke belakang." pinta Tiara,"Iya, kamu tenang saja, lihat jagoan, Kapal mau tenggelam." Sagara berusaha mengendalikan dirinya, ia pura-pura saja sibuk bermain dengan Satria yang berada diatas ban renang.Tiara menghela nafas lega saat Sagara bilang begitu. Kemudian matanya terpejam, menyandarkan kepalanya di bibir bathtub, tubuhnya terasa relaks saat terendam air hangat.Karena lama menunggu, Tiara kedinginan, sampai kepalanya terasa pusing, tapi setelah berendam di air hangat, Tiara merasa baik-baik saja, karena tak mau sakit, Tiara terpaksa ikut bergabung dengan anak dan mantan suaminya.Sambil bersandar di bathtub, Tiara melirik Sagara yang sedang asik bermain dengan Satria. Dilirik lah otot-otot tangan dan perutnya, beberapa kali Tiara menelan kasar salivanya, entah kenapa dalam benaknya, Taira jadi mengulang rasa yang pernah ada.Ia mengingat kembali, saat tangan milik Sagara itu pernah merangkulnya dari belakang dan memeluknya erat.'Tidak boleh, s
"Kwak....kwak...Kwak."Suara buruk gagak yang terbang di sore hari, waktu menunjukkan pukul 5 sore namun suasana desa sudah sepi, berbeda dengan perkotaan."Loh dokter Rangga mana?" tanya Sonya, yang baru saja pulang praktek."Lagi bikin api unggun di belakang sana, hari ini kan kita mau seru-seruan." ucap Renata dengan riang, ia tengah sibuk menusukkan daging untuk sate, di temani dokter Dhani dan Rosa."Waduh ngapain sih pakai bikin api unggun segala." gerutu Sonya berkacak pinggang, seharian ini ia belum sempat bercengkrama dengan Rangga, karena dirinya sibuk keliling desa."Cie nyariin terus nih..., lu udah kayak istrinya dokter Rangga aja, hampir beberapa jam sekali nanyain dia terus." ledek Renata."Namanya juga kita temenan dari SMA, lagian istrinya juga temen baik gua tau.""Iya deh, gih lu pergi mandi dulu, sebelum acara makan malam di mulai." ucap Renata, kembali sibuk menusukkan daging buat sate."Iya bawel." ujar Sonya lalu masuk ke dalam rumah pemondokan tempat ia dan ka
"Tuan..." Linda menyapa, kebahagiaan diwajahnya tak dapat di tutupi, saat menyambut kedatangan tuannya.Tanpa ragu Sagara menarik dagu Linda, lalu mencium bibirnya intens.Para pelayan yang menyaksikan kemesraan mereka langsung memalingkan wajah. Alfred pun cepat-cepat menutup kedua mata Riyan dan membawa anak itu sejauh mungkin dari kedua insan yang ingin segera melepas rindu."Tu-tuan..." ucap Linda pelan sambil tersipu malu melirik wajah Sagara, tak disangka ia menerima ciuman panas saat ada anaknya dan para pelayan rumah."Ayo ke kamarku, layani aku." perintah Sagara, sambil mengusap lembut pipi merona Linda.Tentu saja Linda tak akan menolak sudah lama ia ingin mendengar ajakan itu, cepat-cepat keduanya pun berjalan dan naik lift menuju lantai 3.Seperti biasa, sebelum memulai permainan panas mereka, Sagara membasuh tubuhnya terlebih dahulu. Sedangkan Linda menunggu diatas ranjang tuannya, ia mengenakan gaun tipis ungu yang seksi yang menunjukkan lekuk tubuhnya.Dengan perasan gu
Tut....Tut...Tut....Tut. suara alat rekam jantung di rumah sakit, Roger terbaring lemah di ranjang rumah sakit, untuk bernafas saja butuh tabung oksigen, pelan-pelan ia membuka kelopak matanya, lalu melihat sekeliling. Matanya membulat saat melihat sosok mantan istrinya duduk di sebelah sedang menatapnya sinis, "Ini di rumah sakit!! Apa Anakku sudah di tangkap polisi? Apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya pelan menatap Grace mantan istrinya. "Kamu ini!! Semakin tua malah semakin jahat!! Tega sekali kamu, ingin memenjarakan putramu sendiri, apa kau sudah tidak waras...!! Mau membunuh menantu juga cucumu!!" umpat Grace dengan kemarahan membuncah. Ingin sekali ia mengakhiri kehidupan si tua bangka yang sedang tidak berdaya ini, agar tidak lagi-lagi mengganggu kehidupan pernikahan putranya. "Apa maksudmu! Sagara tidak jadi dipenjara!" ujarnya dengan suara parau. BUGH...!! Grace memukul perutnya dengan keras Tit....tit....tit.....tit....tit!!! Alat rekam jantung langsung b
Mobil sedan di laju dengan kecepatan tinggi, Alfred berupaya sampai secepatnya mungkin di rumah sakit terdekat. Tiara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa sakit yang semakin intens. "Aaaggh... Sakit sekali." pekik Tiara, berkeringat sangat banyak. Sagara pun panik, ia terus menggenggam erat tangan Tiara. "Tenang, Honey, sebentar lagi akan sampai..." ucap Sagara dengan suara penuh ketegangan, hatinya terus berdebar-debar. Alfred memacu kendaraan menuju rumah sakit dengan hati yang cemas namun penuh harapan. Sepanjang perjalanan, Tiara menggenggam tangan Sagara erat, mencoba mencari kenyamanan dalam sentuhan suaminya. ***** Malam ini, Rangga, tengah menjalani shift malam di rumah sakit. Akhir-akhir ini baik pekerjaan dan hubungan dengan sang istri sedang berjalan dengan baik, Rangga bisa lembur seperti dulu, karena Sonya mulai sering menemani putrinya. Namun tiba-tiba telepon dari ruang perawatan datang. Kring... Kring... Kring... "Dokter Rangga!! Kami membutuhkan
"Teganya paman! Kenapa berbuat seperti ini!! dasar penghianat!!" teriak Tiara, saat di bawa paksa oleh paman Alfred untuk masuk ke dalam bangunan istana Roger. "Ssstt... Maafkan paman Tiara, paman terpaksa melakukan ini semua, tolong jangan melawan dan banyak bergerak, ingat kondisi bayi dalam perutmu." ujar Alfred mengingatkan. "Hiks hiks hiks." Tiara terus menangis, berharap sang paman bisa menolong suaminya. Eh!! dirinya malah terjebak, ternyata paman Alfred kembali berpihak pada ayah mertuanya yang bejat, dan itu semua ia lakukan demi harta kekayaan yang dijanjikan oleh Roger. Sangat tidak di sangka-sangka jerat harta kekayaan memang bisa mengubah hati dan pikiran seseorang yang tadinya baik jadi nekad. Sambil menahan Tiara di ruangan lain, Alfred menghela nafas panjang, saat ini Tiara sangat membencinya, namun ya... terpaksa ia lakukan, hanya untuk sementara waktu, kalau bukan karena Sagara yang merancang semua rencana ini, ia tidak akan mau terlibat lagi dengan rencana ja
Kediaman Roger yang bagaikan sebuah istana kerajaan, pilar-pilar menjulang tinggi di sepanjang lorong pintu masuk rumahnya, suasana gelap dan dingin, tidak ada kehangatan di rumah ini. Tuk...tuk...tuk. Suara tongkat Roger, karena kondisi kesehatan yang semakin memburuk kini dirinya harus berjalan dengan menggunakan tongkat. Lalu keempat bodyguard bertubuh besar mengikutinya di belakang, dua diantaranya sedang menggotong tubuh putranya yang masih pingsan. "Beraninya dia mengelabui ku selama ini, dasar anak tidak tahu diuntung!!" pekiknya sembari memasuki sebuah ruangan kamar. Bruk...!! Tubuh Sagara di jatuhkan di lantai, Roger duduk di kursi sambil memandangi putranya dengan perasaan marah, sudah lama ia menahan diri untuk merasakan momen ini, kalau bukan karena Alfred ia tidak akan menahan dirinya. Beberapa saat... Sagara mulai membuka kelopak matanya pelan-pelan, saat kesadarannya kembali, ia mengerejap berkali-kali mencoba menetralkan penglihatannya. Sungguh terkejut
Waktu berlalu cepat, kini usia kandungan Tiara mulai memasuki usia 9 bulan, perutnya sudah sangat besar, ia menikmati masa kehamilannya dengan damai bersama suami, satria dan keluarganya. Layaknya sebuah keluarga yang bahagia tanpa ada gangguan. "Halo adik cantikku..., jangan lama-lama di dalam, kamu tidak pegal di dalam sana, pasti sempit kan, lebih baik temani kakakmu main puzzle disini..." celoteh Satria, terus saja berbicara pada adiknya sambil mengelus perut ibunya. "Sabar nak, bulan depan, adikmu baru keluar dari perut mama, sayang." Tiara tertawa geli, gemas sekali melihat tingkah lucu Satria yang penuh semangat menyambut adik perempuannya. "Satia udah gak sabar mama, bosen main sendirian terus, papa juga sibuk kerja, mama juga gak bisa temani Satria main gara-gara dedek bayi masih di dalam perut," keluh Satria, mengerutkan dahi. "Sabar ya Nak, Papa kamu lagi ada proyek besar, kalau kamu bosan kamu kan bisa ajak teman sekolahmu main kesini atau kamu main ke rumah dia, na
BUGH...!! BUGH...!! BUGH...!! Sagara dan Rangga saling baku hantam. "Hentikan aduh!!" teriak Tiara yang panik, mau melerai tapi takut, karena dirinya sedang hamil. "Huhuhu, huaa...hiks." Satria menangis sambil memeluk ibunya. Sonya segera mencari petugas hotel, meminta bantuan agar ada yang memisahkan mereka. "Apa sih masalahmu!" kedua tangan Sagara menahan kepalan tangan Rangga yang mau mendarat di wajahnya. Rangga yang tidak menyerah menjatuhkan diri, lalu keduanya berguling-guling di lantai. BUGH!! Kali ini Sagara berhasil menghajar balik Rangga. Rangga terhuyung lalu berusaha berdiri, "Kamu gak pantas, untuknya...!!" teriak Rangga, menatap Sagara dengan penuh kebencian. "Apa hak-mu melarang Tiara rujuk lagi denganku, terimakasih kamu sudah berselingkuh, aku dan Tiara jadi bisa menikah!" umpat Sagara. "Aaagghh!!" teriakkan kekesalan Rangga membuncah, dengan cepat menyerang balik orang yang paling ia benci. "Uugghh...!! Sagara berhasil menangkis pukulan, n
Hanya suara jangkrik yang terdengar dimalam sunyi, tidak ada seorang pun disini, kedua insan terus melangkah bersama dalam suasana yang gelap. Sagara menarik tangan istrinya menuju kolam renang yang gemerlap yang memantulkan cahaya bulan. Segalanya jadi begitu romantis ditemani cahaya bulan dan suara jangkrik. Tidak pakai lama, Tiara menghempaskan bokongnya di kursi malas yang empuk. ia duduk bersandar sambil mengangkat satu kaki hingga seluruh jenjang kakinya yang indah terpampang jelas. Sambil mencondongkan tubuhnya, Tiara tersenyum menggoda, ia menyeringai nakal ke arah suaminya yang dari tadi sedang merasa kegerahan. "Honey, kenapa akhir-akhir ini kamu terus saja menggodaku..." ucap Sagara, ia duduk di samping sang istri sambil merangkul mesra. "Memangnya salah jika aku menggoda suamiku sendiri..." Tiara menaruh kedua lengannya di bahu Sagara, sambil menatap lekat mata biru yang mempesona itu. "Salah..., karena kamu sedang hamil, tapi selalu mencoba memancing sisi liark
Acara resepsi pernikahan Bobby diadakan di sebuah taman hotel bintang 5. Pemandangan yang memukau menyambut setiap tamu yang datang. Langit senja yang cerah dan pepohonan hijau di sekitar taman menciptakan suasana yang elegan dan hangat.Suara musik lembut terdengar dari sudut taman, memberikan sentuhan romantis yang semakin memperindah suasana.Meja-meja panjang terhias dengan bunga-bunga segar, menyajikan hidangan lezat yang mengundang selera. Makanan dan minuman pun tersedia dengan limpah.Setiap hidangan terasa istimewa, mulai dari hidangan pembuka yang menggoda, hingga hidangan utama yang memanjakan lidah. Pelayan-pelayan yang ramah menyajikan minuman beraneka rasa, menyempurnakan kebahagiaan malam itu."Reny, Hana..." sapa Sonya pada kedua sahabatnya.Reny, yang duduk di samping Hana, berdiri dan tercengang, tidak percaya akhirnya bisa bertemu Sonya si pelakor.Sosok yang selama ini menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Sonya, seorang teman yang tega menusuk dari belakang,
Di pagi hari yang cerah, suara gemericik air shower jatuh, Sagara lebih dahulu membersihkan dirinya didalam kamar mandi. Tidak berselang lama, Tiara datang dan ikut bergabung masuk, ia pun memeluk suaminya dari belakang."Mandikan aku Mas." ucapnya dengan nada manja.Tubuh Sagara pun bergetar mendengar permintaan istrinya, semakin hari Tiara semakin bersikap manja padanya, apa mungkin ini karena bawaan si bayi? Pikirnya.Sagara berbalik badan lalu mencium lembut kening sang istri. Ritual mandi bersama pun mereka lakukan seperti biasa, suara de sa ha n dan er ang an bersahut-sahutan memenuhi suasana di hari pagi yang cerah.Setelah puas bersenggama, keduanya berpindah masuk ke bathtub yang sudah terisi dengan air hangat.Sagara memangku sang istri sambil terus menciumi pipi chubby Tiara, lalu kedua tangannya mengelus lembut perut sang istri yang mulai buncit. "Perutmu mulai besar, pay udaramu juga besar..." bisiknya menggoda."Ulahmu Mas, minta susu tiap malam." celetuk Tiara."Hmm, ak