"Mas Arga! Tolong, Pak! Tolong, Bu! Tolong panggilkan ambulans!" seru Nirmala.
"Bang ... Bang Ridwan!" Nirmala berlari ke arah kakaknya dengan tak kuasa menahan air mata.
"Kamu kenapa, La? Ada apa? Di sana ada apa? Kenapa kamu sampai nangis begini?" tanya Ridwan yang panik melihat adiknya menangis.
"Iya, La, kenapa kamu menangis?" sambung Aisyah yang tak kalah panik.
"Mas Arga, Bang ... Mas Arga!" Tangisan Nirmala semakin kencang. Tangannya menunjuk ke arah kerumunan.
"Dek, tenangkan Nirmala. Abang mau lihat ke sana," kata Ridwan pada istrinya.
"Iya, Bang."
Setelah tahu yang terjadi di sana, Ridwan juga ikut terkejut. Tak lama kemudian ada mobil ambulans datang dan membawa Arga ke rumah sakit.
***
"Pasien atas nama Arga!" seru seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang tindakan
"Pasien saat ini masih belum sadarkan diri. Luka tusukannya cukup dalam dan korban kehilangan banyak darah. Kita tunggu saja sampai kami observasi perkembangan selanjutnya," terang Dokter berbadan tambun itu."Astaghfirullah al'adzim! Baik, Dok, terima kasih."Nirmala tak bisa berkata-kata. Dia turut prihatin dengan kejadian yang menimpa yang menimpa Arga. Alhamdulillah kakaknya mau membantu Arga dengan membayar biaya rumah sakit.Nirmala membantu Arga bukan karena masih cinta padanya. Sebagai seseorang yang pernah mengisi hatinya, dia melakukan hal itu sebagai wujud kemanusiaan saja.Dua jam setelah tindakan, Arga tak kunjung sadar. Bahkan dia sempat kejang dan membuat Nirmala panik."Dok! Dokter ... tolong!" teriak Nirmala keluar dari ruangan Arga.Dokter dan perawat berhamburan ke dalam dan Nirmala diminta untuk menunggu lagi di luar ruangan.
Sementara di ruangan Arga, dia masih belum sadarkan diri. Dalam kondisi tidak sadar, Arga bermimpi. Dalam mimpinya itu, Arga bertemu seorang wanita yang dulu pernah dia kenal."Dara?" seru Arga. Dia tak percaya bertemu kembali dengan Dara.Dara tersenyum sambil menangis pada Arga. Wajah Dara masih sama seperti dulu saat Arga pertama kali bertemu dengannya."Kenapa kamu menangis?" Arga mencoba duduk dekat dengan Dara di sebuah bangku berwarna putih.Dara menggunakan gaun berwarna putih pula. Wajahnya tampak pucat dan rambut panjangnya tergerai."Kamu apa kabar, Dara? Maafkan aku yang pergi meninggalkanmu," ucap Arga.Saat Arga mencoba memegang tangan Dara. Tangan Dara sangat dingin seperti es. Tiba-tiba, Dara menarik tangannya yang dipegang oleh Arga."Kamu kenapa, Dara? Kamu tidak apa-apa, kan? Kenapa tanganmu dingin?"
"Ra, Mas janji akan membuat Arga menderita lebih dari yang dia lakukan padamu," ucap Farhan di sebuah batu nisan yang bertuliskan nama Dara Adinda.Dara Adinda adalah adik satu-satunya yang dia miliki setelah kepergian kedua orang tua Farhan. Dara anak yang baik dan penurut. Tapi, semua berubah ketika Dara mengenal Arga saat masih sekolah menengah dulu.(Flashback)"Maafkan Dara, Yah! Jangan usir Dara dari sini, Yah!" Dara bersimpuh di kaki cinta pertamanya itu.Dara baru saja ditampar berkali-kali oleh ayahnya karena dia hamil padahal saat itu Dara kelas tiga SMA.Sang Ibu tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya bisa menyaksikan kebrutalan suaminya menghajar Dara. Saat itu Farhan tidak ada di rumah. Dia tengah menempuh pendidikan sarjana hukumnya di luar kota."Sudah, Yah! Kasihan Dara. Bagaimanapun juga Dara itu anak kita, Yah," rengek Ibu Dara kar
'Untuk Mas Farhan dan Ibu.Maafkan Dara karena sudah menjadi penyebab kematian Ayah. Dara sangatlah menyesal karena hal itu. Keb*dohan Dara membuat keluarga ini menderita. Dara janji setelah ini kalian tidak akan kesulitan lagi merawat Dara. Maafkan Dara, Mas Farhan! Dara sayang sama Mas Farhan dan juga Ibu. Dara titip anak Dara, ya Mas.Mas ... suatu hari nanti, jika Mas Farhan bersedia, carilah orang yang bernama Arga. Fotonya ada di dalam dompet Dara yang ada di laci meja. Dia adalah ayah dari anak Dara. Laki-laki br*ngs*k itu yang telah menodai Dara.Dara sudah mencoba menghubungi dan mendatanginya di rumah kontrakannya. Tapi ternyata, mereka sudah pindah dan tak ada satupun tetangga yang tahu keberadaan mereka.Terima kasih untuk kasih sayang Ibu dan juga Mas Farhan. Maafkan Dara jika Dara harus pergi dengan cara seperti ini.'Air mata Farha
Farhan semakin tak sabar menunggu sidang pertama klien barunya itu. Dia gak sabar ingin tahu jika Arga yang ada dalam surat itu samakah dengan Arga yang dia cari selama ini."Aku harus bersiap untuk besok," gumam Farhan.Semalaman, Farhan pun tidak nyenyak karena memikirkan jika Arga itu Arga yang sama dengan yang dimaksud Dara.Pikirannya melayang dan memikirkan akan berbuat apa jika memang itu Arga yang telah menghamili Dara. Farhan pun sudah berkomunikasi dengan Ridwan. Mereka janjian akan langsung bertemu di pengadilan. Keesokan harinya, Farhan sudah siap pagi-pagi sekali karena memang semalaman tidak bisa tidur. Farhan pergi ke pengadilan dengan mengendarai mobilnya seorang diri. Semuanya sudah siap dan dia yakin kalau urusan kliennya ini akan selesai tanpa hambatan.Sesampainya di pengadilan agama, Farhan bertemu dengan Ridwan dan juga Nirmala. Setelah basa-basi sebentar, mereka masuk ke dalam ruang sidang."Arganya sudah datang, Mbak Nirmala?" tanya Farhan basa-basi. "Belum
Malam harinya, Farhan tak bisa tidur. Perasaan bersalahnya semakin menjadi. Bahkan dia tidak tahu keadaan Arga setelah dia tusuk. "Apa dia selamat? Kalau dia sampai meninggal, betapa berdosanya aku," gumam Farhan seorang diri. Saat menjelang subuh, Farhan akhirnya bisa terlelap. Dalam tidurnya, Farhan bermimpi bertemu dengan ayahnya. Ayah yang selalu mengajarinya berbuat baik dan tidak pendendam. "Ayah ..." lirih Farhan.Ayah Farhan saat itu mengenakan pakaian yang serba putih dengan peci putih di kepalanya. "Kamu sudah berbuat salah, Nak. Tak sepantasnya kamu berbuat seperti itu," ucap sang Ayah."Berbuat apa, Yah?" Farhan seolah tak paham maksud ayahnya."Membalas perbuatan jahat orang lain kepada itu tidaklah dibenarkan, Farhan. Sadarlah dan bertobatlah!"Tiba-tiba sang Ayah menghilang dari pandangannya. Saat itu juga Farhan terbangun dengan wajah penuh keringat.Farhan bangkit dan pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Tenggorokannya kering dan untuk menenangkan hatinya."B
Nirmala tidak begitu menanggapi ucapan Zaki yang mau datang ke rumahnya kalau sudah pulang kerja. Dia menganggap hal itu biasa saja karena memang sekarang Zaki lebih sering ke rumahnya untuk mengantar cucian.Nirmala sempat mengatakan pada Zaki untuk langsung mengantar ke outlet barunya. Tapi dia selalu menolak dengan alasan tidak sempat.Jadilah setiap pagi Nirmala ke outlet dengan membawa pakaian kotor milik Zaki. Zaki memang masih tinggal di tempat kos. Tapi, beberapa hari yang lalu, Mama Zoya memintanya untuk pulang lewat Fano. "Ada apa, sih, Fan? Aku sudah nyaman tinggal di sini," tolak Zaki saat itu."Katanya ada yang penting, Mas. Tadi Mama juga nangis lho, Mas. Pulang lah, Mas! Sebentar aja, ya?" bujuk Fano. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Zaki mau pulang ke rumah tapi hanya untuk menemui Mama Zoya saja. Untuk tinggal di sana lagi, Zaki masih belum memikirkan hal itu, walaupun itu rumahnya sendiri."Baiklah." Jadilah malam itu Zaki pulang ke rumahnya bersama Fano. Hany
Zaki melewati hari-hari selanjutnya penuh kebahagiaan lagi. Hubungannya dengan Mama Zoya semakin harmonis, sehingga dia memutuskan untuk kembali lagi ke rumah.Suatu hari, Zaki bertemu dengan Nirmala di rumah sakit. Dia pun berjanji untuk datang ke rumah Nirmala karena hendak membicarakan sesuatu.Sore itu, Zaki menepati janjinya. Sepulang dari rumah sakit, dia tidak langsung pulang. Sebelum sampai di rumah Nirmala, dia tidak lupa membeli buah tangan berupa buah dan juga kue."Semoga kamu suka, La," ucapnya sembari tersenyum.Niatan yang sudah lama dia pendam, hari ini akan diungkapkan oleh Zaki. Dengan harapan dia mendapat jawaban yang membahagiakan. Terlebih lagi Zaki tahu jika Nirmala sebentar lagi resmi bercerai dari suaminya."Lho, bukannya itu mobilnya Raga, ya? Ada apa dia kemari?" gumam Zaki.Saat Zaki sampai di depan rumah Nirmala, ada sebuah mobil yang sangat dia kenal. Rasa penasaran muncul dalam hati Zaki karena sudah lama dia tidak mendengar kabar Raga setelah kematian Nu