Beranda / Pernikahan / Akibat Numpang di Rumah Mertua / Perihal Token Listrik dan Hutang Ipar

Share

Akibat Numpang di Rumah Mertua
Akibat Numpang di Rumah Mertua
Penulis: Nuniek KR

Perihal Token Listrik dan Hutang Ipar

Penulis: Nuniek KR
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-16 22:14:39

"Kok listrik masih bunyi-bunyi aja sih, Ti?" Tanya Halimah.

Dia buru-buru masuk ke dalam rumah mencari sang menantu, Rianti.

"Ti! Kamu belum beli token buat bulan ini?!" Tanya Halimah sekali lagi, dia mendorong pintu kamar menantunya dengan kencang sampai pintunya menjeblak terbuka.

Rianti yang sedang berbaring langsung tersentak bangun, sempoyongan sambil memegangi kepalanya yang ditempeli koyo cabe.

Melihat kondisi menantu perempuannya, Halimah mendecakkan lidah kesal,

"Malah tiduran, masih jam segini udah males-malesan!" Hardiknya.

"Maaf Bu, kepalaku pusing dari tadi subuh.. dibawa jalan juga enggak bisa, keleyengan."

"Halah, aku juga sakit kepala tapi masih bisa ke mana-mana nih! Kamunya aja manja, Rianti!"

Mendengar omelan sang mertua, membuat Rianti merasa sakitnya bertambah parah. Dia ingin menimpali ucapan Halimah, namun memilih untuk diam saja karena takut malah jadi ribut besar.

"Udah masak buat Toni sama Tina?"

Rianti menggeleng, dan mata Halimah langsung melotot. Dia berkacak pinggang,

"Ya ampun Rianti, Rianti! Jangan mentang-mentang sakit kepala terus jadi enggak masak! Kamu tuh perempuan, istri! Jangan manjaa! Kalo kamu enggak masak, anak-anakku makan apa hah?!"

Rianti melirik Halimah, namun tak bisa melawan. Dia memang bukan tipe orang yang suka melawan, dia lebih suka diam dan tak menambah masalah.

Tapi sayangnya, dia malah berjodoh dengan Toni yang punya ibu suka cari keributan, seperti Halimah.

"Beli aja ya, Bu? Untuk hari ini aja.. soalnya kepalaku bener-bener sakit." Kata Rianti, sambil mengurut kepalanya.

"Ckk ckk. Lagaknya udah punya banyak duit aja, hemat! Hidup masih numpang sama mertua sok-sokan beli makanan melulu!"

Halimah menyentakkan tangannya, lalu berbalik.

"Ya udah biar aku aja yang masak! Heran, punya mantu malesnya luar biasa, berasa nyonya besar!!"

Rianti buru-buru mendahului sang mertua, dia tahu mertuanya itu hanya pura-pura mau masak. Padahal cuma diam saja menunggu Toni pulang, lalu mengadu.

Jika sampai hal itu terjadi, bisa habis Rianti diomeli sang suami.

"Ya udah aku masak sekarang, Bu. Tunggu sebentar ya.."

Rianti berjalan dengan cepat ke dapur, dan pandangannya menghitam. Dia benar-benar sakit kepala, perutnya juga agak mual.

"Harus beli jamu nih, biar reda sakitnya. Aku masuk angin kayaknya." Batin Rianti sambil membuka lemari es.

Benda elektronik keluaran lama itu sudah reyot, lampunya kuning buram dan aromanya apek karena berbagai macam barang masuk ke sana.

Lauk sisa kemarin, sayuran yang sudah busuk dan bahkan mengering. Semua itu Halimah, atau Tina yang masukkan.

Jika mereka yang masukkan, siapapun tak boleh ada yang menyentuh. Mau busuk kek, mau berjamur kek, biarkan saja.

Bahkan dibersihkan pun jangan, biar saja seperti itu. Padahal Rianti gatal sekali ingin membersihkan kulkas ini, tapi apa daya. Harus menunggu izin dulu dari ibu suri, kalau tidak, bisa-bisa dia dituduh mau mencuri makanan mereka.

"Aduh busuknya, opor ayam sudah basi malah ditaruh di kulkas bukannya dibuang." Gerutu Rianti, sambil menutup hidung.

Itu adalah opor ayam yang dibeli Tina sekitar tiga atau empat hari yang lalu, tak ada yang makan karena dia malah makan di luar dengan teman-temannya.

Opor ayam yang cuma dua potong itu akhirnya basi, lalu saking pelitnya, malah dimasukkan kulkas dengan alasan nanti akan dicuci dan diolah ulang. Bahkan dibuang pun jangan.

Rianti mengambil kantong kresek miliknya, berisi daun bayam, jagung manis dan tempe. Hari ini masak sayur sederhana saja karena uangnya juga sudah pas-pasan.

Begitulah, sejak Toni menganggur secara otomatis dirinya yang membiayai keluarga ini. Walau mertua dan adik iparnya bekerja, tetap saja Rianti yang wajib membeli kebutuhan rumah.

Alasannya, karena sudah menumpang gratis di rumah mertua.

"Rianti, belum beli token listrik? Udah bunyi tuh, bikin malu aja. Tetangga sebelah pada denger, kayak orang miskin aja enggak punya listrik."

Halimah muncul di ambang pintu, karena sewot melihat menantunya cuma rebahan, dia jadi lupa tujuan utamanya mencari Rianti. Yaitu menanyakan soal token listrik.

"Token? Bukannya Tina yang mau beli, Bu?"

"Lho, lho.. kok malah Tina yang beli? Itu kan tugasmu dari pertama pindah ke mari! Masa udah lupa?!"

Bola mata Halimah melotot, seperti mau melompat ke luar.

Rianti menggaruk kepalanya yang tak gatal, agaknya sang mertua sudah lupa dengan perjanjian bulan lalu.

Saat itu Tina memohon-mohon meminjam uang, karena dia sedang ulang tahun dan mau mentraktir teman-teman pabriknya.

"Ayo Mbak, kasbon dulu ke juragan. Cuma tigaratus doang kok. Masa iya enggak dikasih?"

"Iya Ti, sana kasbon dulu. Kasian adik iparmu itu, nanti dia malu. Mau taruh di mana mukanya di depan teman-teman kerja, kalo enggak traktir makan-makan!"

Bahkan Halimah pun ikut meyakinkan Rianti untuk kasbon ke majikannya. Jadi gaji di bulan berikutnya akan dipotong sesuai dengan yang sudah dipinjam sebelumnya.

"Bulan depan, aku yang belikan token listrik deh Mbak. Gimana?" Katanya waktu itu.

Halimah pun mendengarnya dengan jelas, dia juga mengiyakan dan ikut menjanjikan bahwa Tina pasti membeli token bulan depan. Masa sudah lupa? Halimah  belum pikun.

"Anu Bu, bulan lalu kan Tina minta aku kasbon dan katanya bayarnya bulan ini, dibelikan token listrik."

"Ah masa sih? Jangan asal ngomong kamu! Mana ada anakku minjem duit kamu!"

Walau membantah dan tak percaya, tapi sorot mata Halimah nampak berbeda. Dia jelas mengingat perjanjian itu, hanya saja sedang pura-pura tak ingat biar bisa lari dari tanggung jawab.

"Iya Bu, kan buat traktir temen-temennya itu.. jadi bulan ini aku enggak perlu beli token listrik, minta aja sama Tina."

"Ckk! Ckk! Minjem sedikit doang, pake diinget-inget sih Ti.. Ti! Seratus doang sih itung-itung kado buat iparmu lah! Jangan perhitungan!"

"Tiga ratus, Bu. Tina pinjemnya tiga ratus kok.. bukan seratus." Ralat Rianti.

Sontak bola mata Halimah kembali terbelalak lebar,

"Tiga ratus dari Hongkong! Jangan ngaco kamu, Rianti!"

"Enggak, Bu. Kalo Ibu enggak percaya, biar aku tanyain sama majikanku.."

"Aduh! Kebangetan banget kamu, Rianti! Enggak tau terima kasih! Udah sukur dikasih tempat tinggal gratis, hutang segitu aja pake diinget-inget, disebut-sebut!"

Perempuan yang rambutnya beruban itu sewot, marah besar. Rianti menghela napas, tak tahu harus mengatakan apa karena dirinya yakin apapun yang dia katakan saat ini cuma akan menambah besar amarah sang mertua.

Ibaratnya, kalimat paling benar pun hanya akan menjadi bensin yang memperbesar nyala api kemarahan Halimah.

Satu-satunya cara adalah dengan membeli token, dengan uangnya sendiri, dan melupakan hutang Tina. Tapi apa daya, uang yang dia pegang hanya lima puluh ribu dan itu pun untuk uang ngopi Toni, suaminya.

Bisa ngamuk dia jika uangnya dipakai.

"Maaf Bu, tapi.."

"Halah sudah lah! Biar aku yang beli tokennya! Menantu enggak tau diri, udah dikasih tidur gratis, enak enggak kepanasan, enggak keujanan, duit segitu aja masih diitung-itung!" Dengusnya sambil melengos pergi.

Rianti hanya mengelus dada mendengar ucapan sang mertua, padahal barusan dia mau meminjam uang mertua dulu untuk beli token bulan ini.

Nanti bayarnya dicicil, atau mungkin bisa cash jika Tina mau membayar hutangnya.

Tapi Halimah keburu emosi dan membeli token dengan uangnya sendiri, ya sudah.

"Ya anggap aja lunas, lah." Ujar Rianti, berusaha tak mau ambil pusing.

Kepalanya makin terasa sakit, seperti mau pecah. Belum lagi dia sampai sempoyongan saat berdiri. Tapi walau begitu, dia harus tetap memasak, supaya saat suaminya pulang nongkrong dan adik iparnya pulang dari shift pagi, sudah sedia hidangan hangat.

Sekitar satu jam kemudian, makanan sudah tersaji, nasi juga sudah matang. Rianti ingin tiduran lagi, karena kepalanya tak kunjung sembuh.

Baru saja membaringkan tubuh, dia mendengar suara motor Toni. Mau tak mau dia harus kembali bangun, untuk menyambut kedatangannya bagai raja.

"Baru pulang, Mas? Mau makan sekarang, atau mandi dulu?" Tanya Rianti, sambil menghampiri suaminya untuk mencium tangan.

Tapi lelaki itu tak acuh, melepas jaket kulit yang dia kenakan dan melemparkan pakaiannya itu ke kasur. Nampak kedua lengannya yang penuh dengan tato, mengenakan kalung rantai dan telinganya dipenuhi tindikan.

"Capek aku, mau tidur."

"Mandi dulu, Mas. Biar seger tidurnya.."

"Halah berisik!"

"Paling enggak cuci kakinya, Mas. Biar.."

"Berisik! Sana keluar! Bikin mumet aja, perempuan enggak berguna!"

Toni mendorong punggung istrinya keluar kamar, begitu keras sampai-sampai jatuh terjerembab. Tubuhnya lunglai, kondisinya sedang tak fit dan didorong sekerasnya tenaga lelaki.

"Mas.. aku lagi sakit. Aku mau istirahat di kamar.." ujar Rianti, meminta belas kasih suaminya sendiri.

Tapi Toni malah membanting pintu, sangat keras dan membuat Rianti tersentak.

"Ya Allah.." bisiknya pedih.

Air mata menitik, dan ia segera menyeka air matanya sebelum ada yang melihat. Untung saja mertuanya tak lihat kejadian barusan, bisa makin heboh nantinya.

Plak!

Secarik kertas kecil dibantingkan ke hadapan Rianti, nampak Halimah menatapnya sinis,

"Tuh, aku udah beli tokennya. Puas kamu Nyonya besar?!" Hardiknya.

Bab terkait

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Testpack

    "Aku isi token 300 ribu! Biar puas kamu sebulan enggak usah isi token. Makan sana duitmu sendirian, biar puas!" Omel Halimah.Rianti memungut secarik kertas yang tergeletak di hadapannya, tertulis beberasa angka di permukaannya."Sana isi! Keburu mati listriknya nanti!" Halimah menunjuk ke luar, mengisyaratkan supaya Rianti segera mengisi token sesuai dengan yang dia perintahkan.Sang menantu bangkit, lalu sedikit terhuyung menuju ke pintu depan. Di luar ada tetangga yang sedang mengasuh anaknya,"Mbak Rianti, kok pucet? Lagi sakit?""Iya Mbak Neti, sakit kepala dari pagi.. keleyengan.""Ya ampun, masuk angin mungkin?"Rianti mengangkat bahu,"Iya kali, Mbak. Nanti coba beli jamu deh.""Halahh mantuku ini emang badannya lemah banget Mbak Neti, dikit-dikit masuk angin, dikit-dikit beli obat. Udah tau duit pas-pasan.. suami lagi nganggur." Halimah malah ngomel-ngomel.Rianti tidak menimpali omongan mertuanya, dia memilih untuk konsentrasi mengisi token saja. Padahal beli ini itu pun pak

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16
  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Penolakan dari Suami

    Tangan Rianti gemetar memegangi tespek di tangannya, dipandangnya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang dia lihat itu benar.Iya, ada dua garis merah yang tegas.“Po-positif? Ini.. positif beneran?” gumamnya dengan suara bergetar.Air matanya menggenang, rasa haru dan bahagia meliputi dadanya. Rianti buru-buru keluar kamar mandi karena Tina kembali menggedor pintu dengan kencang.“Lama banget sih?! Habis ngapain di dalem? Kebiasaan nih suka boros aer!” omel Tina, saat pintu kamar mandi terbuka.Rianti tidak menimpali ucapan iparnya itu, dia sengaja menyembunyikan tespeknya dari Tina sebab ingin Toni yang pertama kali mengetahui kabar gembira ini.“Dih, diajak ngomong malah melengos aja. Dasar aneh!” umpat Tina sambil masuk ke kamar mandi, dan membanting pintu.Untuk kali ini Rianti tak mengambil hati kelakuan Tina, sebab dia sedang benar-benar bahagia!Perlahan Rianti masuk ke dalam kamar, dan ternyata Toni sudah bangun. Lelaki bertato itu duduk di tepi kasur sambil mengurut kepala

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Hanya Ikan Asin

    Rianti tercengang mendengar ucapan Toni, ditatapnya bungkusan plastik yang masih tergeletak di lantai."Gugurin kandungan, Mas?""Iya. Harus berapa kali kukasih tau? Aku enggak mau punya anak dulu!""Tapi Mas.. kita udah mau lima tahun lho. Apa Mas enggak takut ketuaan nanti kalo.. Mas!!"Rianti memekik kecil, karena tiba-tiba saja Toni menjambak rambutnya, membuat dia mendongak ke langit-langit.Rasa perih dan panas terasa menjalar dari bagian belakang kepalanya, cengkeraman Toni benar-benar kuat dan membuat kulit kepala Rianti terasa mau lepas."Kubilang gugurin, gugurin! Mau nurut apa enggak, hah?!" Bentak Toni, tepat di telinga istrinya.Suara keras Toni menbuat kuping Rianti berdengung keras, sampai pusing kepalanya."Milih minum jamunya, atau aku yang keluarin sendiri itu janinmu!"Rianti gemetar ketakutan, dia menangkupkan tangannya di depan muka,"Maafin aku Mas.. tolong jangan gugurin bayi ini Mas.. kumohon. Aku bakalan ngurus anak ini, aku..""Perempuan bodoh! Ngurus anak em

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Diamuk Gara-Gara Beras

    "Tina! Kenapa telurnya dibuang?! Kamu mau makan apa nanti?!" Tegur Rianti dengan nada tinggi.Dia tak sengaja menaikkan suaranya saat mengatakan hal itu, sebab dia kaget sekali dengan kelakuan Tina yang tiba-tiba saja membuang telur."Bau! Lagian kayak orang miskin aja makannya telur. Daging dong!"Rianti menggelengkan kepalanya, sambil menyembunyikan telur di saku baju yang ia kenakan. Jangan-jangan yang tersisa ini pun akan dibuang ke luar kalau Tina tahu. Ah sayang sekali, padahal itu uang terakhir Rianti."Buka jendelanya lebar-lebar Mbak! Hadeh baunya bikin mual, huek!! Huekk!"Seperti orang ngidam saja, Tina terus muntah-muntah sambil menutup hidung. Bau amis telur katanya, padahal bau telur goreng itu sedap sekali.Bisa-bisanya dia malah mual muntah seperti orang ngidam, Rianti yang hamil saja tidak seperti itu. Tapi Tina yang baik-baik saja malah kerepotan sendiri."Awas ya Mbak, kalo berani-berani ngegoreng telur lagi di sini!" Ancam Tina, matanya sampai melotot.Rianti tak m

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Ternyata Tina..

    Rianti tercengang melihat beras berceceran di hdapannya, memenuhi lantai kamar dan jadi kotor karena memang lantainya juga belum disapu."Makan tuh beras! Menantu kurang ajar! Udah dikasih tinggal gratis, tapi pelit banget sama keluarga!" Maki Halimah, belum puas.Air mata menitik di kedua belah pipi Rianti, dia berjongkok untuk memunguti beras satu per satu, mengumpulkannya di atas plastik bekas dengan hati-hati. "Kebangetan banget sih, Bu? Padahal kalo kesel enggak usah buang berasnya kayak begini. Emangnya kalo cuma dua liter kenapa? Kan masih bisa cukup buat makan sehari?" Perempuan muda itu mengomel sendiri, menahan sakit hati yang tak terperi. Tetesan air matanya sebagian jatuh ke lantai, membasahi butiran beras yang masih tercecer di atas karpet plastik.Kamar Rianti dan suaminya ini memang belum pakai keramik, hanya lantai plester semen dan dia membeli karpet plastik meteran untuk pelapis lantai. Terdengar Halimah masih mengomel macam-macam, menyumpahi Rianti dan kandungann

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-17

Bab terbaru

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Ternyata Tina..

    Rianti tercengang melihat beras berceceran di hdapannya, memenuhi lantai kamar dan jadi kotor karena memang lantainya juga belum disapu."Makan tuh beras! Menantu kurang ajar! Udah dikasih tinggal gratis, tapi pelit banget sama keluarga!" Maki Halimah, belum puas.Air mata menitik di kedua belah pipi Rianti, dia berjongkok untuk memunguti beras satu per satu, mengumpulkannya di atas plastik bekas dengan hati-hati. "Kebangetan banget sih, Bu? Padahal kalo kesel enggak usah buang berasnya kayak begini. Emangnya kalo cuma dua liter kenapa? Kan masih bisa cukup buat makan sehari?" Perempuan muda itu mengomel sendiri, menahan sakit hati yang tak terperi. Tetesan air matanya sebagian jatuh ke lantai, membasahi butiran beras yang masih tercecer di atas karpet plastik.Kamar Rianti dan suaminya ini memang belum pakai keramik, hanya lantai plester semen dan dia membeli karpet plastik meteran untuk pelapis lantai. Terdengar Halimah masih mengomel macam-macam, menyumpahi Rianti dan kandungann

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Diamuk Gara-Gara Beras

    "Tina! Kenapa telurnya dibuang?! Kamu mau makan apa nanti?!" Tegur Rianti dengan nada tinggi.Dia tak sengaja menaikkan suaranya saat mengatakan hal itu, sebab dia kaget sekali dengan kelakuan Tina yang tiba-tiba saja membuang telur."Bau! Lagian kayak orang miskin aja makannya telur. Daging dong!"Rianti menggelengkan kepalanya, sambil menyembunyikan telur di saku baju yang ia kenakan. Jangan-jangan yang tersisa ini pun akan dibuang ke luar kalau Tina tahu. Ah sayang sekali, padahal itu uang terakhir Rianti."Buka jendelanya lebar-lebar Mbak! Hadeh baunya bikin mual, huek!! Huekk!"Seperti orang ngidam saja, Tina terus muntah-muntah sambil menutup hidung. Bau amis telur katanya, padahal bau telur goreng itu sedap sekali.Bisa-bisanya dia malah mual muntah seperti orang ngidam, Rianti yang hamil saja tidak seperti itu. Tapi Tina yang baik-baik saja malah kerepotan sendiri."Awas ya Mbak, kalo berani-berani ngegoreng telur lagi di sini!" Ancam Tina, matanya sampai melotot.Rianti tak m

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Hanya Ikan Asin

    Rianti tercengang mendengar ucapan Toni, ditatapnya bungkusan plastik yang masih tergeletak di lantai."Gugurin kandungan, Mas?""Iya. Harus berapa kali kukasih tau? Aku enggak mau punya anak dulu!""Tapi Mas.. kita udah mau lima tahun lho. Apa Mas enggak takut ketuaan nanti kalo.. Mas!!"Rianti memekik kecil, karena tiba-tiba saja Toni menjambak rambutnya, membuat dia mendongak ke langit-langit.Rasa perih dan panas terasa menjalar dari bagian belakang kepalanya, cengkeraman Toni benar-benar kuat dan membuat kulit kepala Rianti terasa mau lepas."Kubilang gugurin, gugurin! Mau nurut apa enggak, hah?!" Bentak Toni, tepat di telinga istrinya.Suara keras Toni menbuat kuping Rianti berdengung keras, sampai pusing kepalanya."Milih minum jamunya, atau aku yang keluarin sendiri itu janinmu!"Rianti gemetar ketakutan, dia menangkupkan tangannya di depan muka,"Maafin aku Mas.. tolong jangan gugurin bayi ini Mas.. kumohon. Aku bakalan ngurus anak ini, aku..""Perempuan bodoh! Ngurus anak em

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Penolakan dari Suami

    Tangan Rianti gemetar memegangi tespek di tangannya, dipandangnya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang dia lihat itu benar.Iya, ada dua garis merah yang tegas.“Po-positif? Ini.. positif beneran?” gumamnya dengan suara bergetar.Air matanya menggenang, rasa haru dan bahagia meliputi dadanya. Rianti buru-buru keluar kamar mandi karena Tina kembali menggedor pintu dengan kencang.“Lama banget sih?! Habis ngapain di dalem? Kebiasaan nih suka boros aer!” omel Tina, saat pintu kamar mandi terbuka.Rianti tidak menimpali ucapan iparnya itu, dia sengaja menyembunyikan tespeknya dari Tina sebab ingin Toni yang pertama kali mengetahui kabar gembira ini.“Dih, diajak ngomong malah melengos aja. Dasar aneh!” umpat Tina sambil masuk ke kamar mandi, dan membanting pintu.Untuk kali ini Rianti tak mengambil hati kelakuan Tina, sebab dia sedang benar-benar bahagia!Perlahan Rianti masuk ke dalam kamar, dan ternyata Toni sudah bangun. Lelaki bertato itu duduk di tepi kasur sambil mengurut kepala

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Testpack

    "Aku isi token 300 ribu! Biar puas kamu sebulan enggak usah isi token. Makan sana duitmu sendirian, biar puas!" Omel Halimah.Rianti memungut secarik kertas yang tergeletak di hadapannya, tertulis beberasa angka di permukaannya."Sana isi! Keburu mati listriknya nanti!" Halimah menunjuk ke luar, mengisyaratkan supaya Rianti segera mengisi token sesuai dengan yang dia perintahkan.Sang menantu bangkit, lalu sedikit terhuyung menuju ke pintu depan. Di luar ada tetangga yang sedang mengasuh anaknya,"Mbak Rianti, kok pucet? Lagi sakit?""Iya Mbak Neti, sakit kepala dari pagi.. keleyengan.""Ya ampun, masuk angin mungkin?"Rianti mengangkat bahu,"Iya kali, Mbak. Nanti coba beli jamu deh.""Halahh mantuku ini emang badannya lemah banget Mbak Neti, dikit-dikit masuk angin, dikit-dikit beli obat. Udah tau duit pas-pasan.. suami lagi nganggur." Halimah malah ngomel-ngomel.Rianti tidak menimpali omongan mertuanya, dia memilih untuk konsentrasi mengisi token saja. Padahal beli ini itu pun pak

  • Akibat Numpang di Rumah Mertua   Perihal Token Listrik dan Hutang Ipar

    "Kok listrik masih bunyi-bunyi aja sih, Ti?" Tanya Halimah.Dia buru-buru masuk ke dalam rumah mencari sang menantu, Rianti."Ti! Kamu belum beli token buat bulan ini?!" Tanya Halimah sekali lagi, dia mendorong pintu kamar menantunya dengan kencang sampai pintunya menjeblak terbuka.Rianti yang sedang berbaring langsung tersentak bangun, sempoyongan sambil memegangi kepalanya yang ditempeli koyo cabe.Melihat kondisi menantu perempuannya, Halimah mendecakkan lidah kesal,"Malah tiduran, masih jam segini udah males-malesan!" Hardiknya."Maaf Bu, kepalaku pusing dari tadi subuh.. dibawa jalan juga enggak bisa, keleyengan.""Halah, aku juga sakit kepala tapi masih bisa ke mana-mana nih! Kamunya aja manja, Rianti!"Mendengar omelan sang mertua, membuat Rianti merasa sakitnya bertambah parah. Dia ingin menimpali ucapan Halimah, namun memilih untuk diam saja karena takut malah jadi ribut besar."Udah masak buat Toni sama Tina?"Rianti menggeleng, dan mata Halimah langsung melotot. Dia berka

DMCA.com Protection Status