Share

Bab 3

Author: Dzakiya Khansa
last update Last Updated: 2024-12-19 10:26:14
Eldino menatapku dengan amarah yang tertahan.

Sikapku malam ini benar-benar berbeda dari biasanya.

Selama ini aku selalu menurut pada Eldino, tetapi hari ini aku terus menentangnya.

Aku juga terlalu malas untuk ambil pusing dengannya.

Dering ponsel Eldino tiba-tiba memecahkan suasana hening di antara kami.

Aku langsung tahu itu pasti telepon dari Adena.

"Halo, Eldino? Apa sekarang kamu lagi di rumah? Ada orang yang terus mengetuk pintuku. Aku takut."

Suara Adena terdengar kasihan dari ujung telepon sana.

Eldino mengernyit bingung.

Dia bilang akan tiba sekitar sepuluh menit lagi. Dia menenangkan Adena sebentar, lalu menutup telepon.

Saat menyadari tatapanku yang tertuju padanya, Eldino pun mencoba menjelaskan.

"Rumah salah seorang karyawan perusahaan mengalami masalah, aku harus ke sana."

Apa Eldino pikir aku ini tuli dan tidak bisa mendengar percakapan mereka barusan?

Namun, aku juga merasa terlalu malas untuk berdebat dengan Eldino. Aku hanya mengiakan singkat dan tidak berkata apa-apa lagi.

"Arissa, tolong antar aku ke sana. Kamu 'kan tahu aku nggak bisa menyetir dengan kaki seperti ini. Sopirnya juga sudah pulang."

Nada bicaranya sama sekali tidak menerima penolakan.

Dia sama sekali tidak berniat berdiskusi denganku.

Aku memandangi kaki Eldino dengan kesan mengejek.

"Kamu yakin kamu nggak bisa menyetir dengan kondisi kakimu itu?"

Wajah Eldino sontak menegang untuk sesaat, tetapi dia segera menenangkan diri.

"Kamu 'kan tahu sendiri, Arissa. Aku nggak mungkin membohongimu."

Dia menatapku dengan tulus dan juga agak gelisah.

Aku akhirnya mengantar Eldino ke rumah Adena. Kami berdua hanya diam di sepanjang jalan.

Sesampainya di sana, Adena langsung membuka pintu dan bergegas menuju Eldino.

Eldino menatapku dengan perasaan bersalah. Karena aku diam saja, barulah dia berani membelai punggung Adena di depanku sambil menenangkan wanita itu.

Aku tidak mau melihat kemesraan mereka berdua, jadi aku berbalik badan dan berjalan pergi.

Namun, Eldino malah menghentikanku.

Dia sudah bicara denganku selama empat tahun ini, jadi kukira dia setidaknya akan mengatakan sesuatu yang menunjukkan rasa bersalahnya.

Ternyata, dia malah memerintahkanku dengan dingin.

"Arissa, sana ke dapur dan buatkan semangkuk bubur buat Dena. Dia agak ketakutan. Dia paling suka bubur yang sering kamu buat itu."

Setelah itu, Eldino kembali sibuk menenangkan Adena dalam pelukannya.

Aku sontak teringat bagaimana beberapa waktu yang lalu Eldino yang paling benci bubur itu tiba-tiba menyuruhku membuatkannya semangkuk bubur setiap pagi.

Ternyata itu karena Adena suka bubur.

"Kak Arissa, aku tahu nggak sopan sekali memintamu memasak buatku, tapi Eldino yang minta. Kamu selalu menuruti kata-katanya, 'kan?"

Eldino pun mendengkus dengan dingin.

"Aku nggak akan menikahi wanita yang nggak taat padaku."

Semua rasa kecewa yang menumpuk selama ini dalam batinku akhirnya meledak.

Aku pun tertawa.

Aku berbalik badan dan menatap kedua orang itu dengan dingin, lalu menyahut dengan dingin pula.

"Eldino, kamu harus ingat kalau aku bersedia membuatkanmu sarapan dan mengurusmu itu karena aku mencintaimu."

"Tapi, sekarang kamu pikir kamu siapa, hah?"

Aku kembali berbalik badan dan berjalan pergi, aku benar-benar tidak mengacuhkan Eldino yang terlihat pucat di belakangku.

Malam itu, Eldino tidak pulang.

Saat aku hendak tidur, sebuah rekaman video dikirimkan ke ponselku.

Di video itu tampaklah Adena dan Eldino yang sedang berbaring di atas kasur tanpa sehelai busana.

Adena juga melirik ke arah kamera dengan provokatif.

Aku ingin langsung menghapus video itu, tetapi akhirnya memutarnya dengan penasaran.

Detik berikutnya, suara erangan tiba-tiba terdengar dari ponselku.

Eldino tiba-tiba menggendong Adena.

Namun, dia sontak berhenti saat melirik ke arah ponsel.

Aku merasa begitu mual dan jijik, jadi aku menutup ponselku dan mengenyahkan semua pikiran yang mengganggu, lalu tidur.

Kali ini, aku tertidur dengan pulas.

Saat terbangun keesokan paginya, entah sudah berapa lama Eldino berada di samping tempat tidurku.

Dia duduk di kursi rodanya dengan wajah yang terlihat murung.

"Apa kamu melihat semuanya tadi malam?"

Dia bertanya padaku dengan ragu.

Tepat pada saat itu, ibuku mengirimkanku pesan.

Dia bertanya padaku kapan aku akan pulang.

Aku menjawab besok lusa.

Eldino kesal sekali karena kuabaikan.

Dia mencengkeram meja di samping tempat tidur, lalu bertanya dengan gelisah siapa yang mengirimkanku pesan.

"Ibuku. Dia bertanya kapan aku akan pulang."

Aku menjawab dengan jujur.

Eldino hanya mengiakan dengan singkat, dia pasti tidak begitu peduli.

"Kamu nggak melihat apa pun yang aneh kemarin malam, 'kan?"

Eldino bertanya lagi.

Aku mengernyit dengan kesal, lalu menggelengkan kepala.

Terlihat jelas ekspresi Eldino berubah menjadi lega.

"Syukurlah."

"Oh ya, aku sudah bikin sarapan. Kamu mau makan?"

Related chapters

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 4

    Aku sontak terkejut. Ini kali pertama dia membuatkanku sarapan.Setelah bersih-bersih, aku duduk di ruang makan dan melihat Adena di dapur.Dia terlihat sibuk di sana seolah-olah dialah nyonya di rumah ini.Malah aku yang jadi terkesan seperti orang luar.Adena pun menghidangkan sarapan yang sudah dia buat ke atas meja dengan ramah."Ayo coba cicipi masakanku, Kak Arissa."Nada bicaranya terdengar riang.Jika bukan karena dia menatapku dengan sikap bermusuhan, aku pasti akan mengira ini semua makanan yang lezat.Sayang sekali.Aku makan beberapa suap, tetapi Eldino kemudian menyadari ekspresiku yang tidak terlihat senang.Dia akhirnya mengajakku untuk membeli pakaian.Benar-benar lucu.Selama empat tahun kami pacaran, belum pernah sekalipun dia belanja baju bersamaku.Dia selalu bilang tidak punya waktu karena sibuk di perusahaan dan aku harus mengurusnya.Namun, dia malah mendadak mengajak Adena jalan-jalan ke luar negeri.Aku tersenyum mengejek.Eldino menatapku dan menungguku memutu

    Last Updated : 2024-12-19
  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 5

    Setelah aku pergi, barulah Eldino menyadari ada yang tidak beres.Dia sontak merasa panik.Dia sebenarnya sudah mendapatkan firasat buruk.Dia memacu mobilnya secepat mungkin di sepanjang perjalanan pulang, lalu segera membuka pintu.Rumahnya sudah kosong.Karena aku sudah membersihkan segala sesuatu yang berkaitan denganku.Di atas meja, hanya ada fotoku dengan Eldino satu-satunya. Itu pun dengan kondisi bagian wajahku sudah kubuang.Foto itu hanya menyisakan wajah Eldino yang sedang tersenyum ke arah kamera.Eldino pun membuka pintu kamar dengan gemetar.Tentu saja.Aku juga sudah menghapus bersih semua yang terkait tentangku di dalam sana.Aku menghilang tanpa jejak dalam sekejap.Eldino membuka kunci layar ponselnya dengan tangan yang gemetar, lalu segera membuka kotak obrolan denganku.Dia baru teringat bahwa sudah mengatur agar notifikasi dariku tidak mengganggunya.Aku mengirimkan dua kalimat kepadanya."Kita putus saja.""Aku paling benci dikhianati dan dibohongi."Eldino pun b

    Last Updated : 2024-12-19
  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 6

    "Halo, namaku Reyhan Sidona."Pria ini terlihat sopan dan beretika.Namun, kenapa nama itu terdengar sangat familiar?Aku jadi agak curiga.Reyhan tertawa kecil melihatku kebingungan."Kamu lupa, ya? Kita pernah main bareng waktu masih kecil."Aku sontak menatapnya dengan kaget.Kamu ... anak tetangga yang gemuk itu?"Reyhan mengangguk sambil tertawa.Aku benar-benar kaget.Reyhan yang ada di hadapanku saat ini justru terlihat tampan dan memikat.Masa iya dia ini orang yang sama dengan anak tetangga yang dulu selalu mengikutiku ke mana-mana dengan hidung yang meler dan bahkan bilang ingin melindungiku itu?Aku pun berhenti melamun dan mulai mengobrol dengan Reyhan.Obrolan kami berjalan dengan lancar.Dia bahkan mengantarku pulang selayaknya pria sejati.Di tengah jalan, dia masih bercanda denganku.Dia bilang aku pernah mengatakan ingin menikah dengannya sewaktu masih kecil.Aku hanya balas tersenyum dengan kikuk.Reyhan pun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan menatapku dengan s

    Last Updated : 2024-12-19
  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 7

    Setelah itu, dia bergegas maju dan memukuli Eldino bertubi-tubi.Reyhan pun membentak."Siapa suruh kamu menindas Arissa, hah! Berani-beraninya kamu membuat gadis yang sangat kusayangi menangis!"Aku refleks mengusap wajahku, ternyata aku menangis.Eldino pun tersadar, lalu mulai melawan.Mereka berdua akhirnya berkelahi dengan sengit.Aku berusaha melerai mereka berdua, lalu akhirnya menatap Eldino dengan tajam.Kemudian, aku mengeluarkan tisu dari dalam tasku dan mengelap luka di wajah Reyhan dengan hati-hati.Eldino menatapku dengan sorot tercekat, dia menelan ludahnya dengan susah payah."Arissa, kenapa kamu malah mengabaikanku ...."Aku tidak mengacuhkan Eldino dan terus membersihkan luka di wajah Reyhan.Reyhan menatapku dengan sorot tertahan, tetapi juga posesif.Tubuhku sontak sedikit gemetar.Reyhan menolak ajakanku untuk ke rumah sakit, tetapi aku bersikeras menyeretnya untuk mengobati lukanya.Kebetulan Eldino juga ada di sini.Adena yang sudah lama tidak kutemui berdiri di

    Last Updated : 2024-12-19
  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 8

    Eldino mengalami kecelakaan tepat di hari ulang tahunku.Waktu itu, aku sedang merayakan ulang tahunku dengan gembira bersama Reyhan dan kedua orangtua kami.Saat temanku memberitahuku kabar itu, aku hanya mengatakan bahwa Eldino pantas mendapatkannya, lalu mematikan layar ponselku.Sejak saat itu, kisah cintaku dengan Eldino pun berlalu begitu saja.Bonus cerita dari sudut pandang Eldino:Setelah putus dengan Arissa, aku baru menyadari kenapa dia memperlakukanku dengan begitu dingin sebelum pergi.Ternyata selama ini dia sudah tahu bahwa kakiku sudah sembuh, dia hanya diam saja.Kemungkinan besar pada saat itulah Arissa menyerah atasku.Aku mendadak teringat sesuatu.Waktu Adena melingkarkan syal rajutannya ke leherku.Arissa sama sekali tidak menangis dan hanya menatapku dengan tenang.Sepertinya, dia juga sudah tahu bahwa aku menggunakan syal rajutannya untuk membuat kandang anjing liar.Sejak saat itu, firasatku jadi aneh.Aku tidak bisa menjelaskannya, yang jelas rasanya seperti a

    Last Updated : 2024-12-19
  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 1

    Detik berikutnya, ibuku membalasku dengan pesan suara.Suaranya terdengar kaget dan senang."Akhirnya kamu mau juga, Rissa! Sudah Ibu bilang si Eldino itu nggak pantas buatmu!""Sebentar lagi akan Ibu kirimkan nomor rekan kencan butamu."Aku memberi tahu ibuku bahwa aku akan pulang tiga hari lagi.Tepat setelah telepon kami berakhir, gagang pintu pun berputar.Eldino yang merupakan salah satu pemeran utama dalam video itu datang menggunakan kursi rodanya.Dia mengernyit menatapku yang duduk di sofa, lalu memarahiku seperti biasa."Bukannya kamu mau merayakan ulang tahunku? Kenapa malah duduk diam?"Kue yang kubuat untuknya tergeletak tenang di dalam tempat sampah.Aku menatap Eldino itu dengan saksama, lalu pandangannya beralih ke kakinya.Sepertinya dia merasa bersalah, dia tidak berani menatapku untuk sesaat.Dia malah memalingkan wajahnya dengan panik sambil berkata dengan tidak sabar."Sudahlah, sudah kuduga kamu memang nggak bisa diandalkan. Aku juga nggak berharap kamu mau memban

    Last Updated : 2024-12-19
  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 2

    Suara Eldino yang tidak sabar pun menyentakkanku kembali dari lamunanku."Arissa, kamu tuli? Nggak dengar tadi kusuruh buatkan Dena secangkir kopi?"Aku menarik napas dalam-dalam.Sabar, sabar.Aku hanya perlu bersabar selama tiga hari lagi, lalu aku bisa menyingkirkan pria satu ini.Namun, Adena malah membelaku."Eldino, jangan begitu dengan Kak Arissa. Mungkin dia nggak dengar karena lelah mengurusmu akhir-akhir ini."Matanya pun melirik ke arah kaki Eldino, entah dia sengaja atau tidak.Eldino tidak akan terima orang lain membicarakan kakinya.Dia menatapku dengan marah sambil berkata dengan nada rendah."Arissa, sok sekali kamu, ya? Kamu itu memang berkewajiban mengurusku! Siapa suruh kamu jadi pacarku?"Dia menggertakkan gigi sambil menatapku."Sebentar lagi sudah bukan."Aku menyahut.Ini adalah kali pertama aku tidak menghormati Eldino.Eldino tidak merespons.Dia hanya memelototi ekspresiku yang terlihat biasa-biasa saja, lalu meminta Adena mendorongnya keluar untuk menenangkan

    Last Updated : 2024-12-19

Latest chapter

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 8

    Eldino mengalami kecelakaan tepat di hari ulang tahunku.Waktu itu, aku sedang merayakan ulang tahunku dengan gembira bersama Reyhan dan kedua orangtua kami.Saat temanku memberitahuku kabar itu, aku hanya mengatakan bahwa Eldino pantas mendapatkannya, lalu mematikan layar ponselku.Sejak saat itu, kisah cintaku dengan Eldino pun berlalu begitu saja.Bonus cerita dari sudut pandang Eldino:Setelah putus dengan Arissa, aku baru menyadari kenapa dia memperlakukanku dengan begitu dingin sebelum pergi.Ternyata selama ini dia sudah tahu bahwa kakiku sudah sembuh, dia hanya diam saja.Kemungkinan besar pada saat itulah Arissa menyerah atasku.Aku mendadak teringat sesuatu.Waktu Adena melingkarkan syal rajutannya ke leherku.Arissa sama sekali tidak menangis dan hanya menatapku dengan tenang.Sepertinya, dia juga sudah tahu bahwa aku menggunakan syal rajutannya untuk membuat kandang anjing liar.Sejak saat itu, firasatku jadi aneh.Aku tidak bisa menjelaskannya, yang jelas rasanya seperti a

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 7

    Setelah itu, dia bergegas maju dan memukuli Eldino bertubi-tubi.Reyhan pun membentak."Siapa suruh kamu menindas Arissa, hah! Berani-beraninya kamu membuat gadis yang sangat kusayangi menangis!"Aku refleks mengusap wajahku, ternyata aku menangis.Eldino pun tersadar, lalu mulai melawan.Mereka berdua akhirnya berkelahi dengan sengit.Aku berusaha melerai mereka berdua, lalu akhirnya menatap Eldino dengan tajam.Kemudian, aku mengeluarkan tisu dari dalam tasku dan mengelap luka di wajah Reyhan dengan hati-hati.Eldino menatapku dengan sorot tercekat, dia menelan ludahnya dengan susah payah."Arissa, kenapa kamu malah mengabaikanku ...."Aku tidak mengacuhkan Eldino dan terus membersihkan luka di wajah Reyhan.Reyhan menatapku dengan sorot tertahan, tetapi juga posesif.Tubuhku sontak sedikit gemetar.Reyhan menolak ajakanku untuk ke rumah sakit, tetapi aku bersikeras menyeretnya untuk mengobati lukanya.Kebetulan Eldino juga ada di sini.Adena yang sudah lama tidak kutemui berdiri di

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 6

    "Halo, namaku Reyhan Sidona."Pria ini terlihat sopan dan beretika.Namun, kenapa nama itu terdengar sangat familiar?Aku jadi agak curiga.Reyhan tertawa kecil melihatku kebingungan."Kamu lupa, ya? Kita pernah main bareng waktu masih kecil."Aku sontak menatapnya dengan kaget.Kamu ... anak tetangga yang gemuk itu?"Reyhan mengangguk sambil tertawa.Aku benar-benar kaget.Reyhan yang ada di hadapanku saat ini justru terlihat tampan dan memikat.Masa iya dia ini orang yang sama dengan anak tetangga yang dulu selalu mengikutiku ke mana-mana dengan hidung yang meler dan bahkan bilang ingin melindungiku itu?Aku pun berhenti melamun dan mulai mengobrol dengan Reyhan.Obrolan kami berjalan dengan lancar.Dia bahkan mengantarku pulang selayaknya pria sejati.Di tengah jalan, dia masih bercanda denganku.Dia bilang aku pernah mengatakan ingin menikah dengannya sewaktu masih kecil.Aku hanya balas tersenyum dengan kikuk.Reyhan pun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan menatapku dengan s

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 5

    Setelah aku pergi, barulah Eldino menyadari ada yang tidak beres.Dia sontak merasa panik.Dia sebenarnya sudah mendapatkan firasat buruk.Dia memacu mobilnya secepat mungkin di sepanjang perjalanan pulang, lalu segera membuka pintu.Rumahnya sudah kosong.Karena aku sudah membersihkan segala sesuatu yang berkaitan denganku.Di atas meja, hanya ada fotoku dengan Eldino satu-satunya. Itu pun dengan kondisi bagian wajahku sudah kubuang.Foto itu hanya menyisakan wajah Eldino yang sedang tersenyum ke arah kamera.Eldino pun membuka pintu kamar dengan gemetar.Tentu saja.Aku juga sudah menghapus bersih semua yang terkait tentangku di dalam sana.Aku menghilang tanpa jejak dalam sekejap.Eldino membuka kunci layar ponselnya dengan tangan yang gemetar, lalu segera membuka kotak obrolan denganku.Dia baru teringat bahwa sudah mengatur agar notifikasi dariku tidak mengganggunya.Aku mengirimkan dua kalimat kepadanya."Kita putus saja.""Aku paling benci dikhianati dan dibohongi."Eldino pun b

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 4

    Aku sontak terkejut. Ini kali pertama dia membuatkanku sarapan.Setelah bersih-bersih, aku duduk di ruang makan dan melihat Adena di dapur.Dia terlihat sibuk di sana seolah-olah dialah nyonya di rumah ini.Malah aku yang jadi terkesan seperti orang luar.Adena pun menghidangkan sarapan yang sudah dia buat ke atas meja dengan ramah."Ayo coba cicipi masakanku, Kak Arissa."Nada bicaranya terdengar riang.Jika bukan karena dia menatapku dengan sikap bermusuhan, aku pasti akan mengira ini semua makanan yang lezat.Sayang sekali.Aku makan beberapa suap, tetapi Eldino kemudian menyadari ekspresiku yang tidak terlihat senang.Dia akhirnya mengajakku untuk membeli pakaian.Benar-benar lucu.Selama empat tahun kami pacaran, belum pernah sekalipun dia belanja baju bersamaku.Dia selalu bilang tidak punya waktu karena sibuk di perusahaan dan aku harus mengurusnya.Namun, dia malah mendadak mengajak Adena jalan-jalan ke luar negeri.Aku tersenyum mengejek.Eldino menatapku dan menungguku memutu

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 3

    Eldino menatapku dengan amarah yang tertahan.Sikapku malam ini benar-benar berbeda dari biasanya.Selama ini aku selalu menurut pada Eldino, tetapi hari ini aku terus menentangnya.Aku juga terlalu malas untuk ambil pusing dengannya.Dering ponsel Eldino tiba-tiba memecahkan suasana hening di antara kami.Aku langsung tahu itu pasti telepon dari Adena."Halo, Eldino? Apa sekarang kamu lagi di rumah? Ada orang yang terus mengetuk pintuku. Aku takut."Suara Adena terdengar kasihan dari ujung telepon sana.Eldino mengernyit bingung.Dia bilang akan tiba sekitar sepuluh menit lagi. Dia menenangkan Adena sebentar, lalu menutup telepon.Saat menyadari tatapanku yang tertuju padanya, Eldino pun mencoba menjelaskan."Rumah salah seorang karyawan perusahaan mengalami masalah, aku harus ke sana."Apa Eldino pikir aku ini tuli dan tidak bisa mendengar percakapan mereka barusan?Namun, aku juga merasa terlalu malas untuk berdebat dengan Eldino. Aku hanya mengiakan singkat dan tidak berkata apa-ap

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 2

    Suara Eldino yang tidak sabar pun menyentakkanku kembali dari lamunanku."Arissa, kamu tuli? Nggak dengar tadi kusuruh buatkan Dena secangkir kopi?"Aku menarik napas dalam-dalam.Sabar, sabar.Aku hanya perlu bersabar selama tiga hari lagi, lalu aku bisa menyingkirkan pria satu ini.Namun, Adena malah membelaku."Eldino, jangan begitu dengan Kak Arissa. Mungkin dia nggak dengar karena lelah mengurusmu akhir-akhir ini."Matanya pun melirik ke arah kaki Eldino, entah dia sengaja atau tidak.Eldino tidak akan terima orang lain membicarakan kakinya.Dia menatapku dengan marah sambil berkata dengan nada rendah."Arissa, sok sekali kamu, ya? Kamu itu memang berkewajiban mengurusku! Siapa suruh kamu jadi pacarku?"Dia menggertakkan gigi sambil menatapku."Sebentar lagi sudah bukan."Aku menyahut.Ini adalah kali pertama aku tidak menghormati Eldino.Eldino tidak merespons.Dia hanya memelototi ekspresiku yang terlihat biasa-biasa saja, lalu meminta Adena mendorongnya keluar untuk menenangkan

  • Akhir Cinta yang Getir   Bab 1

    Detik berikutnya, ibuku membalasku dengan pesan suara.Suaranya terdengar kaget dan senang."Akhirnya kamu mau juga, Rissa! Sudah Ibu bilang si Eldino itu nggak pantas buatmu!""Sebentar lagi akan Ibu kirimkan nomor rekan kencan butamu."Aku memberi tahu ibuku bahwa aku akan pulang tiga hari lagi.Tepat setelah telepon kami berakhir, gagang pintu pun berputar.Eldino yang merupakan salah satu pemeran utama dalam video itu datang menggunakan kursi rodanya.Dia mengernyit menatapku yang duduk di sofa, lalu memarahiku seperti biasa."Bukannya kamu mau merayakan ulang tahunku? Kenapa malah duduk diam?"Kue yang kubuat untuknya tergeletak tenang di dalam tempat sampah.Aku menatap Eldino itu dengan saksama, lalu pandangannya beralih ke kakinya.Sepertinya dia merasa bersalah, dia tidak berani menatapku untuk sesaat.Dia malah memalingkan wajahnya dengan panik sambil berkata dengan tidak sabar."Sudahlah, sudah kuduga kamu memang nggak bisa diandalkan. Aku juga nggak berharap kamu mau memban

DMCA.com Protection Status