Home / Romansa / Air Mata Aruna / BAB 15 : Kecemasan Aruna

Share

BAB 15 : Kecemasan Aruna

Author: Parikesit70
last update Last Updated: 2022-04-26 15:01:57

Selesai makan siang bersama Sari diruang Customer Service, Aruna melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dilihat waktu istirahat dari satu jam yang diberikan masih tersisa dua puluh menit lagi. Kemudian, ia memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk menghubungi Arumi adiknya, yang pulang ke rumah selepas sekolah.

Untuk pertama kalinya, ia akan sendiri berada di rumah, karena Arimbi akan pulang sore hari. Oleh karena itu, ia ingin memastikan adik bungsunya untuk selalu waspada saat berada di rumah. Dan ia juga ingin mengingatkan adiknya, agar lebih berhati-hati saat berada di rumah. 

“Rumi..., lagi dimana? Masih di sekolah?” tanya Aruna saat mendengar suara riuh saat menghubunginya.

“Baru saja Rumi keluar dari kelas, untung kakak hubungi Rumi waktu udah diluar kelas, kalau nggak, bisa-bisa ponselnya disita sama guru, Kak,” ucapnya, tanpa memberitahukan penyebab dari aturan itu.

“Koq begitu, memang ada aturan baru dari se
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Air Mata Aruna   BAB 16 : Aruna & Kehormatannya

    Mobil yang membawa Lukman dan Aruna pun mampir ke tempat penjual makanan. Kali ini Lukman mampir ke tempat penjual sate kambing. Mengingat banyaknya anggota keluarga Aruna, maka Lukman pun memesan lima porsi sate kambing dan tiga porsi gulai kambing.“Bang Lukman kenapa banyak sekali sih belinya, biasanya kami di rumah beli dua porsi sate dan satu porsi gulai itu cukup buat kami makan bersama, lebih baik dua porsi ini dipisahkan aja buat mama dan papa si rumah,” ucap Aruna seraya meminta plastik pada pedagang satenya. “Runa.., mama dan papa sudah nggak makan kambing lagi. Mereka punya sakit hipertensi,” ungkap Lukman kala Aruna memisahkan dua porsi sate kambing pada plastik lainnya.“Yakin nih bang?” tanya Aruna kembali pada Lukman. Dan Lukman pun menganggukkan kepalanya.Setelah Lukman membayar pesanan sate dan gulai kambing itu, mereka pun kembali masuk ke dalam mobil menuju rumah Aruna.Sekitar lima belas menit kemudian, mereka pun sampai di rumah Aruna. Dan Lukman memarkir k

    Last Updated : 2022-12-07
  • Air Mata Aruna   BAB 17 : Pernikahan Aruna

    Akhirnya, sebulan kemudian, hari yang ditunggu Lukman dan Aruna pun terjadi. Mereka mengikat janji suci di hadapan penghulu dan kedua orang tua Lukman, Syamsudin dan Latifah serta ayah Aruna, Darmawan yang menjadi wali pada saat pernikahan putrinya. Kedua mempelai menggunakan busana adat nan elok. Warna merah pada pakaian adat mereka yang di padu dengan warna hijau serta gemerlapnya hiasan kepala Aruna membuat kecantikannya kian terpancar dari wajahnya dan membuat orang yang memandangnya ikut terpesona. Ditambah tampilan make up lengkap Aruna menjadi wanita tercantik yang dimilik Lukman saat ini.Derai air mata Aruna mengawali acara pembacaan ijab kabul pada Lukman seorang lelaki yang baru dikenalnya tiga bulan. Karena cinta dan kepedulian Lukman pada keluarganya membuat Aruna pun menerima tulus cinta Lukman. Air mata Aruna berderai saat teringat pada Almarhum Ibundanya. Dalam hatinya, Aruna meminta restu pada sang ibu yang telah berpulang, ‘Buu.., Runa minta restu.., Runa berjanji a

    Last Updated : 2022-12-10
  • Air Mata Aruna   BAB 18 : Malam Pertama babak 1

    Lukman yang memanggil Aruna di depan kamar mandi, tidak mendapat sahutan dari Aruna.., karena itu, Lukman pun mengetuk pintu kamar mandi itu dengan perlahan karena ia malu, jika mama dan adiknya mendengar kala ia memanggil dan mengetuk pintu kamar mandi yang ada di kamarnya. “Aruna.., Runa.., sayang.., aku mau pipis,” ujar Lukman berbohong pada Aruna. Aruna yang malu menggunakan pakaian tidur nan seksi berikut celana dalamnya memang berdiam diri di kamar mandi, maka ia pun berdiam diri di kamar mandi. Namun kala mendengar Lukman akan buang air keci, maka mau nggak mau ia pun membuka pintu kamar mandi yang ia kunci dengan tujuan agar Lukman tidak masuk ke kamar mandi, walaupun ia sudah tahu baju tidur model apa yang diberikan Lukman untuknya. Cklek...! Pintu kamar mandi pun terbuka. Saat Aruna melangkah keluar dari kamar mandi, Lukman yang memandang keseksian Aruna saat menggunakan lingerie yang diberikannya, langsung membopong tubuh Aruna. “Abang...,” desah Aruna menatap wajah le

    Last Updated : 2022-12-11
  • Air Mata Aruna   BAB 19 : Menembus Milik Aruna

    Lukman yang satu hari sebelum hari pernikahannya telah mempersiapkan diri pada alat tempurnya. Ia menggunduli batang kenikmatannya dari rimbunnya hutan belantara yang menutupi bagian tergagah dari miliknya dengan tujuan agar ia bisa melihat darah keperawanan yang kata beberapa orang yang pernah merasakannya akan menempel pada batang kenikmatannya.Kini saat ia telah berada di atas tubuh Aruna, Ia pun melakukan pemanasan dengan mengesek batang kenikmatan pada bagian luar dari bagian kenikmatan milik Aruna dan mengenai bagian daging merah yang menyembul diantara hutan lebat miliknya.Kedua tangan kekar Lukman menopang tubuhnya, sementara bokongnya naik turun terus menggesek daging merah yang kian membesar dan mengeras seiring desahan dan tangan kanan Aruna yang kini membelai punggungnya hingga menekan-nekan bokongnya.Sementara tangan kanannya meremas benda kenyal dengan napas yang menderu, sampai akhirnya Aruna meminta batang kenikmatan miliknya untuk dimasukkan ke dalam rongga semp

    Last Updated : 2022-12-13
  • Air Mata Aruna   BAB 20 : Serangan Fajar Lukman

    Sekitar jam lima pagi, Lukman terbangun dari tidurnya, terduduk dan melihat ke arah Aruna yang ada di sebelahnya dalam keadaan polos tanpa selembar kain pun. Semalam mereka bertempur hingga tiga kali melakukan pelepasan, lalu menyerah karena rasa kantuk pada matanya yang sejak subuh kemarin terbangun dan baru sekitar jam satu malam mereka tepar dalam keadaan sangat lelah namun terpuaskan.Diciumnya kening Aruna yang berada sisinya, dipandangi wajah cantik nan rupawan istri tercintanya. Lukman menghela napas atas rasa syukurnya telah mempersunting Aruna menjadi istri, belahan jiwanya. Dan dari perkenalan yang hanya tiga bulan, dilanjutkan dengan menikah, membuat mereka kini melewati masa pacaran dengan rasa pernikahan. Ditutupinya tubuh mulus Aruna yang masih dalam keadaan polos dengan selimut tebal sebelum ia turun dari ranjang kenikmatan mereka. Lukman keluar dengan menggunakan piama dan memakai pakaian dalamnya.“Pagii.., Lukman.., Runa belum bangun tidur?” tanya Latifah, mertua

    Last Updated : 2022-12-14
  • Air Mata Aruna   BAB 21 : Melepas Hasrat Usai Resepsi

    Resepsi pernikahan yang diadakan pada sebuah gedung pernikahan pun berlangsung dengan meriah dan hampir seluruh teman kerja Aruna di Bank hadir. Begitu juga teman baiknya yang bernama Sari. Dan Sari pun hadir bersama pacarnya lalu berkenalan dengan Aruna dan Lukman. Kini dalam pandangan sebagian rekan kerja Aruna, mereka memandangnya sebagai gadis yang beruntung, karena dinikahi oleh nasabahnya yang tajir seperti Lukman, terlebih mereka tahu kalau Aruna punya empat orang adik dan tiga orang adiknya masih memerlukan biaya pendidikan dan semua didengar saat Aruna bercerita tentang keluarganya. Dalam acara photo bersama pengantin itu, Sari sahabat Aruna berbisik padanya, “Gimana udah jebol keperawanan elo?” “Udah.., kemaren malam abis Ijab,” bisik Aruna tersenyum semeringah. “Gue tunggu ceritanya kalau elo udah masuk kantor,” pinta Sari tertawa lebar seraya menyalami kedua mempelai pada saat acara resepsi di gedung itu selesai. Acara yang di hadiri teman-teman kuliah Lukman dan Aruna

    Last Updated : 2022-12-15
  • Air Mata Aruna   BAB 22 : Dicukur Suami

    Aruna dan Lukman pun berjalan menuju halaman parkir gedung resepsi tersebut, menuju mobil yang dikendarai oleh Ahmad. Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan mobil pun keluar dari dalam gedung bergabung dengan kepadatan jalan di malam minggu ini. Di dalam mobil itu, Aruna menyandarkan kepalanya pada bahu Lukman yang merengkuhnya dengan mesra. Sesekali pucuk kepala Aruna dikecupnya. Terlihat Lukman berbisik di telinga Aruna, “Sayang.., aku lelah sekali. Sampai di rumah boleh aku minta tolong?” “Minta tolong apa Bang?” tanya Aruna mendongak menatap wajah Lukman yang terlihat tampan walau dengan kepala plontos. “Apa bisa nanti kamu buatkan aku telur ayam kampung setengah matang, lalu kamu isi merica bubuk seujung sendok teh.” “Apa bahannya ada di rumah?” tanya Aruna meragukan bahan yang diminta oleh Lukman. “Pak Ahmad, apa ada warung dekat kompleks rumah?” tanya Lukman yang ikut ragu pada bahan yang akan dibuat penambah stamina. “Ada Pak, apa ada yang mau dibeli?” tanya Ahm

    Last Updated : 2022-12-17
  • Air Mata Aruna   BAB 23 : Kenakalan sang Ipar

    Aruna tak dapat menolak keinginan Lukman, untuk menciumi bagian ternikmat miliknya yang baru saja di cukur habis. Dan Lukman yang melihat bentuk polos bagian ternikmat milik Aruna pun tidak bosan-bosannya menciuminya.Dalam hati Lukman pun berbisik, ‘Kenapa punya Aruna aromanya sangat enak.., nggak bau amis atau ada bau yang menyengat yaa? Aromanya enak.’Dijilatinya bagian terluar dan seluruh selangkangan Aruna dengan sesekali mengecup biji kacang merah yang mulai menguncup.“Aarrgh..., Ouwwhh..., Bang..., stop...! Runa haus mau minum dulu.., dan itu juga telur setengah matangnya gimana?” desah Aruna seraya meraih wajah Lukman, saat ia rasa kering pada tenggorokan karena terus mendesah.“Ooh.., aku sampai lupa. Yaa.., sini sayang.. kita main di sofa aja,” Lukman pun menyudahi jilatannya dan mengecup bagian kacang merah Aruna. Lalu beranjak dari tempat tidur dan mengajak Aruna ke sofa yang ada di depan tempat tidurnya.Mereka pun beranjak ke sofa, lalu Aruna meminum susu cair ras

    Last Updated : 2022-12-18

Latest chapter

  • Air Mata Aruna   Bab 83 : Tabir Gelap Aruna & Lukman (THE END)

    Tepat pada saat kehamilan Aruna yang di prediksi oleh Lukman dan anggota keluarga mereka berusia 7 bulan. Aruna telah mengalami kontraksi dua minggu setelah Lukman mengunjungi Arimbi. Sekitar pukul 2 malam, Aruna merasakan sakit pada perutnya, hingga ia pun meminta pada Lukman untuk mengantarnya ke Rumah Sakit.“Bang, sakit sekali perutku,” keluh Aruna dengan keringat yang membasahi baju dasternya kala menahan rasa sakit teramat sangat pada perutnya.“Apa kamu akan melahirkan? Bukankah, baru kita membuat selamat 7 bulan seminggu lalu,” ungkap Lukman saat Aruna pucat pasi menahan sakit pada perutnya.Latifah yang mendengar rasa sakit pada perut Aruna pun terbangun di tengah malam buta. Wanita yang sangat berbahagia dengan kehamilan Aruna justru meminta Lukman untuk bersiap-siap membawa Aruna ke Rumah Sakit seraya berkata, “Cepat! Kau siapkan mobil. Bisa jadi Aruna melahirkan prematur. Seminggu lalu kan, dia 7 bulan. Bisa jadi dia melahirkan saat kandungannya 7 bulan.”Setelah itu, deng

  • Air Mata Aruna   Bab 82 : Arimbi melahirkan bayi Lukman?

    Enam bulan kemudian di saat Aruna tengah hamil tujuh setengah bulan, saat Lukman mengendarai mobilnya ke toko perhiasan miliknya, terdengar panggilan telepon berulang kali. Hingga akhirnya, Lukman pun menjawab panggilan tersebut.“Hello dari mana?” Tanya Lukman.“Pagi Pak, saya perawat dari Rumah Sakit bersalin di Semarang. Saya ingin menyampaikan, kalau istri Bapak bernama Arimbi telah melahirkan dengan selamat, jenis kelamin laki-laki panjang 51 centi meter. Ini, istri bapak mau bicara,” ucap seorang wanita dari ujung telepon hingga membuat Lukman harus meminggirkan mobilnya ke sisi kiri karena begitu shock saat mendengar apa yang dikatakan perawat tersebut.“Halo, Abang..., maafkan Arim. Maafkan Arim yang nggak mengikuti saran Abang untuk menggugurkan bagi ini. Maafkan Arim, Bang..., hikss....,” tangis Arimbi dalam sambungan telepon perawat tersebut, karena Lukman telah memblokir telepon Arimbi, kala wanita itu menyatakan kehamilannya pada Lukman.“Kapan kamu melahirkan? Aku yang h

  • Air Mata Aruna   Bab 81 : Aib yang tertutupi

    Satu bulan setengah, setelah keputusan Aruna berhenti bekerja yang disambut bahagia oleh Latifah dan anggota keluarga lainnya, membuat Aruna harus setiap hari berada di rumah. Terkadang, wanita cantik itu juga ikut Lukman ke tokonya, tetapi kegiatan yang membosankan itu, membuat Aruna memilih tinggal di rumah dengan menonton televisi ataupun membaca buku.Namun, saat Aruna mendengar kabar dari Sari yang telah melahirkan, Aruna pun minta diantar oleh pak Imam selaku sopir pribadi di rumah itu untuk mengantarkannya ke Rumah Sakit, usai ia meminta izin pada Lukman yang sedang sibuk mengurusi begitu banyak pesanan dan pada Latifah yang begitu sangat memperhatikan Aruna.“Pak Imam, tolong hati-hati bawa mobilnya,” tegur Latifah saat Aruna telah berpamitan padanya.Sekitar satu jam perjalanan ke Rumah Sakit, mereka pun sampai pada sebuah Rumah Sakit bersalin. Setelah itu, Aruna pun berjalan menuju ruang perawatan pasca operasi pada Sari, yang melakukan operasi cecar dua hari lalu dengan mem

  • Air Mata Aruna   Bab 80 : Aruna berhenti bekerja

    Setelah berlibur ke Vila, hari ini Aruna yang diminta untuk tidak bekerja oleh Lukman, memaksa bekerja dengan alasan akan ada penilaian kinerja dan ia tidak bisa izin atau cuti mendadak.“Runa, sebaiknya kamu istirahat di rumah? Karena kita akan ke dokter kandungan selesai Abang kerja di toko. Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu,” tutur Lukman.“Biar aku kerja Bang, soalnya hari ini akan ada penilaian. Sepulang kantor aja, kita ke dokter kandungan,” ucap Aruna.“Ya sudahlah kalau memang itu maumu. Setelah itu, mereka pun menikmati sarapan pagi bersama. Tepat jam setengah delapan Aruna dan Lukman pun berpamitan pada seluruh orang rumah untuk ke kantor.Di dalam perjalanan menuju kantor, terdengar dering ponsel Lukman. Dilihat ada nomor yang tak tertera di layar ponselnya. Melihat hal itu, Lukman pun berkata, “ Ah! Ini nomor bolak balik menghubungi aku untuk menawarkan kartu kredit. Padahal sudah aku tolak.” Lukman mengatakan hal ini, karena mengira Arimbi yang menghubunginya deng

  • Air Mata Aruna   Bab 79 : Bertiga lebih Nikmat

    Satu bulan kemudian, saat Lukman sedang berlibur ke Vila bersama keluarga besarnya dengan membawa Ridwan Junior. Diam-diam Lukman pergi ke halaman belakang untuk membalas pesan Arimbi yang mengancamnya. Usai ia tidak menjawab panggilan dari adik iparnya.[Pesan masuk Arimbi : Kalau sampai sore ini, Abang nggak menjawab pesan dan panggilanku. Maka aku akan bongkar semua yang Abang lakukan padaku]Membaca pesan ini, membuat Lukman pun menghubungi iparnya.“Ada apa Arim? Kami sedang ke Vila. Ponsel Abang lowbat makanya nggak Abang jawab,” alasan Lukman atas ketakutannya pada Aruna yang kini telah kembali baik pada ia dan mama papanya.“Bang! Aku hamil!” ucap Arimbi.Jantung Lukman seketika berdetak cukup kencang. Dirinya begitu ketakutan hingga jemarinya bergetar saat memegang ponselnya.“Bang! Abang....? Hello....!” panggil Arimbi berulang-ulang usai keterkejutannya Lukman atas berita yang tak disangkanya.“Ya Arim..., tapi apa memang itu anak Abang?” tanya Lukman dengan nada tak perca

  • Air Mata Aruna   Bab 78 : Aruna bertengkar dengan Rudi

    Di hari ini, tidak seperti hari biasanya, Aruna menerima tawaran Lukman untuk mengantarnya bekerja seperti biasa. Hal itu dilakukan Aruna untuk menghindarinya dari Rudi yang dianggap memanfaatkan dirinya. Padahal selama ini, teman-teman di kantor telah tahu, adanya hubungan Aruna dengan Rudi.Sesampai di halaman kantor, Aruna dengan sengaja mengajak Lukman untuk menemui Sari yang telah hamil besar sembari membawakan bolu yang dibuatnya bersama Tuti kemarin sore.“Abang nanti tunggu di ruang CS yaa...,” pinta Aruna tersenyum manis dan meninggalkan Lukman yang sudah terbiasa ke Bank itu.Beberapa Teller dan kasir serta bagian lain yang telah mengenal Lukman menyapanya saat Aruna berjalan menuju tempat absensi. Usai Aruna melakukan absensi, wanita cantik itu masuk ke ruangan yang biasa dipakai untuk menaruh tas dan merapikan penampilannya.“Sari...! Dicari sama laki, gue!” panggil Aruna mengejutkan Sari yang sedang berdandan.“Serius? Tumben ... Elo diantar lagi sama laki lo? Gimana tuh,

  • Air Mata Aruna   Bab 77 : Perubahan hati Latifah

    Keesokan paginya, saat Tuti tengah di dapur untuk memasak, Latifah yang telah bangun dari tidurnya menghampiri Tuti. Dan wanita yang paling berkuasa di rumah itu, meminta Tuti untuk duduk di ruang makan.“Tuti, kemarilah..., ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ajak Latifah di ruang makan.Tuti pun mengecilkan kompornya dan berjalan menuju meja makan, dimana Latifah terlihat telah duduk di ruang makan.“Duduklah,” pinta Latifah.“Tuti, melihat putramu saja aku sudah sangat yakin, kalau anak lelaki pintar dan tampan itu, adalah anak dari Almarhum Ridwan. Terus terang, awalnya aku meragukan pernyataan Runa waktu mengatakan wanita yang akan dinikahi putraku adalah kamu. Tapi, setelah aku melihat putramu, aku meyakini seribu persen kalau darah yang mengalir dari tubuh Ridwan junior adalah darah putraku, Ridwan.”“Ya, Bu..., saya sudah dengar dari kak Runa. Tujuan saya kesini hanya ingin mengajak putra saya untuk ziarah ke makam ayahnya. Biarpun masih kecil, Ridwan harus tau dimana keluar

  • Air Mata Aruna   Bab 76 : Latifah bertemu Ridwan kecil

    “Runa keluarlah, aku sudah di pintu keluar stasiun. Macet sekali jalannya,” pinta Lukman dalam sambungan telepon.“Ya, aku ke sana,” ucap Aruna dan ia pun menggandeng tangan Ridwan junior dengan bahagia. Kerinduannya atas sosok bayi mungil menghiasi kehidupannya bisa terobati dengan kehadiran Ridwan junior.Sesampai di luar pintu stasiun, Lukman terlihat melambaikan tangannya. Aruna langsung mengendong anak lelaki berusia 2 tahun dengan perasaan bahagia, diikuti oleh Tuti di belakangnya. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mobil bagian depan dan Tuti duduk di bagian belakang.“Ayo, Ridwan salam dulu sama ayah,” pinta Aruna pada anak kecil itu.Ridwan junior pun, mencium tangan Lukman. Dengan gemas Lukman pun mencium kedua pipi anak lelaki kecil itu.“Ibuu..., ini ayah?” tanya Ridwan yang sangat pintar berkata-kata.“Iya, ini ayah Lukman. Abang dari ayah Ridwan,” ujar Tuti tersenyum kepada anak lelaki kecil yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti maksud dari perkataan Tuti.Lukm

  • Air Mata Aruna   Bab 75 : Aruna bertemu Tuti & bocah kecil

    Aruna yang keluar dari rumah menggunakan ojek, akhirnya turun pada sebuah mini market jalan keluar perumahan Latifah. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mini market untuk membeli beberapa camilan sembari menghubungi seseorang dalam sambungan teleponnya.“Mas Rudi lagi dimana?” tanya Aruna.“Aku di rumah mama lagi sama anakku. Kamu sendiri dimana? Udah di rumah ayahmu?” Rudi balik bertanya pada Aruna.“Aku lagi di mini market dekat kompleks perumahan mertuaku. Kayaknya aku nggak ke rumah ayah. Boleh aku numpang nginap di apartemenmu?” tanya Aruna kembali.“Pasti boleh dong sayang. Ya udah sekarang aku akan jemput kamu. Dan kita akan bersama-sama ke apartemen. Tapi, kamu nggak lagi menstruasi, kan? Nanti malah aku rugi jemput kamu ke sana, malah nggak bisa di pakai. Hehehehehe. Soalnya aku kangen sama kamu,” rayu Rudi dalam sambungan telepon.“Iya sama, aku juga kangen sama Mas Rudi..., nanti aku mau cerita banyak sama Mas Rudi. Ya udah sekarang aku tunggu yaa..., sampai ketemu,” sambut

DMCA.com Protection Status