Akhirnya, sebulan kemudian, hari yang ditunggu Lukman dan Aruna pun terjadi. Mereka mengikat janji suci di hadapan penghulu dan kedua orang tua Lukman, Syamsudin dan Latifah serta ayah Aruna, Darmawan yang menjadi wali pada saat pernikahan putrinya. Kedua mempelai menggunakan busana adat nan elok. Warna merah pada pakaian adat mereka yang di padu dengan warna hijau serta gemerlapnya hiasan kepala Aruna membuat kecantikannya kian terpancar dari wajahnya dan membuat orang yang memandangnya ikut terpesona. Ditambah tampilan make up lengkap Aruna menjadi wanita tercantik yang dimilik Lukman saat ini.Derai air mata Aruna mengawali acara pembacaan ijab kabul pada Lukman seorang lelaki yang baru dikenalnya tiga bulan. Karena cinta dan kepedulian Lukman pada keluarganya membuat Aruna pun menerima tulus cinta Lukman. Air mata Aruna berderai saat teringat pada Almarhum Ibundanya. Dalam hatinya, Aruna meminta restu pada sang ibu yang telah berpulang, ‘Buu.., Runa minta restu.., Runa berjanji a
Lukman yang memanggil Aruna di depan kamar mandi, tidak mendapat sahutan dari Aruna.., karena itu, Lukman pun mengetuk pintu kamar mandi itu dengan perlahan karena ia malu, jika mama dan adiknya mendengar kala ia memanggil dan mengetuk pintu kamar mandi yang ada di kamarnya. “Aruna.., Runa.., sayang.., aku mau pipis,” ujar Lukman berbohong pada Aruna. Aruna yang malu menggunakan pakaian tidur nan seksi berikut celana dalamnya memang berdiam diri di kamar mandi, maka ia pun berdiam diri di kamar mandi. Namun kala mendengar Lukman akan buang air keci, maka mau nggak mau ia pun membuka pintu kamar mandi yang ia kunci dengan tujuan agar Lukman tidak masuk ke kamar mandi, walaupun ia sudah tahu baju tidur model apa yang diberikan Lukman untuknya. Cklek...! Pintu kamar mandi pun terbuka. Saat Aruna melangkah keluar dari kamar mandi, Lukman yang memandang keseksian Aruna saat menggunakan lingerie yang diberikannya, langsung membopong tubuh Aruna. “Abang...,” desah Aruna menatap wajah le
Lukman yang satu hari sebelum hari pernikahannya telah mempersiapkan diri pada alat tempurnya. Ia menggunduli batang kenikmatannya dari rimbunnya hutan belantara yang menutupi bagian tergagah dari miliknya dengan tujuan agar ia bisa melihat darah keperawanan yang kata beberapa orang yang pernah merasakannya akan menempel pada batang kenikmatannya.Kini saat ia telah berada di atas tubuh Aruna, Ia pun melakukan pemanasan dengan mengesek batang kenikmatan pada bagian luar dari bagian kenikmatan milik Aruna dan mengenai bagian daging merah yang menyembul diantara hutan lebat miliknya.Kedua tangan kekar Lukman menopang tubuhnya, sementara bokongnya naik turun terus menggesek daging merah yang kian membesar dan mengeras seiring desahan dan tangan kanan Aruna yang kini membelai punggungnya hingga menekan-nekan bokongnya.Sementara tangan kanannya meremas benda kenyal dengan napas yang menderu, sampai akhirnya Aruna meminta batang kenikmatan miliknya untuk dimasukkan ke dalam rongga semp
Sekitar jam lima pagi, Lukman terbangun dari tidurnya, terduduk dan melihat ke arah Aruna yang ada di sebelahnya dalam keadaan polos tanpa selembar kain pun. Semalam mereka bertempur hingga tiga kali melakukan pelepasan, lalu menyerah karena rasa kantuk pada matanya yang sejak subuh kemarin terbangun dan baru sekitar jam satu malam mereka tepar dalam keadaan sangat lelah namun terpuaskan.Diciumnya kening Aruna yang berada sisinya, dipandangi wajah cantik nan rupawan istri tercintanya. Lukman menghela napas atas rasa syukurnya telah mempersunting Aruna menjadi istri, belahan jiwanya. Dan dari perkenalan yang hanya tiga bulan, dilanjutkan dengan menikah, membuat mereka kini melewati masa pacaran dengan rasa pernikahan. Ditutupinya tubuh mulus Aruna yang masih dalam keadaan polos dengan selimut tebal sebelum ia turun dari ranjang kenikmatan mereka. Lukman keluar dengan menggunakan piama dan memakai pakaian dalamnya.“Pagii.., Lukman.., Runa belum bangun tidur?” tanya Latifah, mertua
Resepsi pernikahan yang diadakan pada sebuah gedung pernikahan pun berlangsung dengan meriah dan hampir seluruh teman kerja Aruna di Bank hadir. Begitu juga teman baiknya yang bernama Sari. Dan Sari pun hadir bersama pacarnya lalu berkenalan dengan Aruna dan Lukman. Kini dalam pandangan sebagian rekan kerja Aruna, mereka memandangnya sebagai gadis yang beruntung, karena dinikahi oleh nasabahnya yang tajir seperti Lukman, terlebih mereka tahu kalau Aruna punya empat orang adik dan tiga orang adiknya masih memerlukan biaya pendidikan dan semua didengar saat Aruna bercerita tentang keluarganya. Dalam acara photo bersama pengantin itu, Sari sahabat Aruna berbisik padanya, “Gimana udah jebol keperawanan elo?” “Udah.., kemaren malam abis Ijab,” bisik Aruna tersenyum semeringah. “Gue tunggu ceritanya kalau elo udah masuk kantor,” pinta Sari tertawa lebar seraya menyalami kedua mempelai pada saat acara resepsi di gedung itu selesai. Acara yang di hadiri teman-teman kuliah Lukman dan Aruna
Aruna dan Lukman pun berjalan menuju halaman parkir gedung resepsi tersebut, menuju mobil yang dikendarai oleh Ahmad. Setelah itu, mereka pun masuk ke dalam mobil dan mobil pun keluar dari dalam gedung bergabung dengan kepadatan jalan di malam minggu ini. Di dalam mobil itu, Aruna menyandarkan kepalanya pada bahu Lukman yang merengkuhnya dengan mesra. Sesekali pucuk kepala Aruna dikecupnya. Terlihat Lukman berbisik di telinga Aruna, “Sayang.., aku lelah sekali. Sampai di rumah boleh aku minta tolong?” “Minta tolong apa Bang?” tanya Aruna mendongak menatap wajah Lukman yang terlihat tampan walau dengan kepala plontos. “Apa bisa nanti kamu buatkan aku telur ayam kampung setengah matang, lalu kamu isi merica bubuk seujung sendok teh.” “Apa bahannya ada di rumah?” tanya Aruna meragukan bahan yang diminta oleh Lukman. “Pak Ahmad, apa ada warung dekat kompleks rumah?” tanya Lukman yang ikut ragu pada bahan yang akan dibuat penambah stamina. “Ada Pak, apa ada yang mau dibeli?” tanya Ahm
Aruna tak dapat menolak keinginan Lukman, untuk menciumi bagian ternikmat miliknya yang baru saja di cukur habis. Dan Lukman yang melihat bentuk polos bagian ternikmat milik Aruna pun tidak bosan-bosannya menciuminya.Dalam hati Lukman pun berbisik, ‘Kenapa punya Aruna aromanya sangat enak.., nggak bau amis atau ada bau yang menyengat yaa? Aromanya enak.’Dijilatinya bagian terluar dan seluruh selangkangan Aruna dengan sesekali mengecup biji kacang merah yang mulai menguncup.“Aarrgh..., Ouwwhh..., Bang..., stop...! Runa haus mau minum dulu.., dan itu juga telur setengah matangnya gimana?” desah Aruna seraya meraih wajah Lukman, saat ia rasa kering pada tenggorokan karena terus mendesah.“Ooh.., aku sampai lupa. Yaa.., sini sayang.. kita main di sofa aja,” Lukman pun menyudahi jilatannya dan mengecup bagian kacang merah Aruna. Lalu beranjak dari tempat tidur dan mengajak Aruna ke sofa yang ada di depan tempat tidurnya.Mereka pun beranjak ke sofa, lalu Aruna meminum susu cair ras
Hubungan terlarang yang terjadi pada Ridwan adik Lukman dengan pembantunya yang bernama Tuti, wanita yang lebih tua sepuluh tahun darinya, telah berlangsung cukup lama, kala itu Ridwan berusia tujuh belas tahun masih duduk dikelas dua SMA dan berlanjut sampai ia kuliah. Tuti janda tanpa anak itu, telah dua kali menggugurkan kandungannya dari hubungan terlarang dengan Ridwan. Semua dikarenakan Tuti kasihan pada Ridwan yang pada saat kehamilan pertamanya, Ridwan masih berusia tujuh belas tahun.Terlebih, saat ia katakan pada Ridwan, remaja itu mengancam akan bunuh diri bila Tuti mengatakan pada Mamanya. Maka Tuti pun ke bidan yang bisa menggugurkan kandungannya. Sejak kejadian itu Tuti menolak untuk melayaninya.Sampai akhirnya Tuti yang telah lama tidak merasakan kenikmatan, sengaja masuk ke kamar Ridwan dan kala itu Ridwan kelas tiga SMA, dan Tuti pun mengalami kehamilan kedua karena intensitas hubungan intim yang terus dilakukan oleh mereka. Kembali ia menggugurkan kandungannya.