Beranda / CEO / Ahli Waris / Memeluk Seseorang

Share

Memeluk Seseorang

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-21 10:30:41

Duh! Mateng aku. Kayak ikan rebus. Panas, mendidih, menderita. Kalau sudah matang, pasti dikunyah Surti. Dia semakin melotot ke arahku. Aku berusaha mengalihkan perhatiannya. Alias, pura-pura ndak lihat. Cinta mengangkat kedua tangan, mengamatiku dan Rahman yang berusaha memaling. Dalam pikirannya, pasti bertanya-tanya ada apakah ini?

“Gus, kita akan terkena masalah besar! Apa kamu ingat pacarnya Surti? Besarnya melebihi kamu, dan dia sangat hitam, garang! Hiii … serem, Gus!” Rahman semakin membuatku terdiam kaku.

“Man, aku juga tidak menyangka dia akan datang. Padahal aku sudah mengatakan jika saat itu aku yang salah, tapi keputusan keluarga menjadi bulat!”

Langkah istriku yang super cantik itu walaupun badannya agak sedikit melebar, mendekatiku. Kedua tangannya memegang pipiku, dan kini wajahku tepat di hadapannya.

“Kenapa, kau sepertinya menyembunyikan sesuatu? Katakan!” bentaknya. Aku menelan saliva. Sementar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ahli Waris   Cinta Maafkan Aku

    Tidak aku percaya, bule sialan itu menolong Cinta? Kenapa dia tidak di penjara? Kok bisa dia ke sini? Apakah dia akan mencari istriku? Tidak! Awas kamu dasar!Kakiku melangkah cepat, dan aku segera menengok kanan, kiri, kemudian berlari untuk menarik tubuh istriku dari bule sok itu.“Lepaskan, atau aku pites kamu! Dasar sok Inggris!”“Agus, I save your wife. Come on! Jika aku tidak menarikya, dia akan celaka,” katanya membuatku tidak mereda. Pokoknya dia tidak akan aku biarkan! Titik, tidak pakai koma!“Come, come! Come jidatmu! Lepasin, dan go away!” balasku memeluk Cinta mengelus-elus rambutnya.“Udah, lepasin! Aku masih, marah. Dan, Ben itu menyelamatkamu. Kau harus berterima kasih kepadanya! Thanks, Ben,” ucap Cinta dengan senyuman sangat cantik ke arah Ben yang spontan tersipu malu. Wajahnya bersemu merah, merona, kayak buah semangka saat dibelah. Sangat merah.“Welcome, dear &hellip

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • Ahli Waris   Minah Hamil

    “Dia mengaku hamil, and she said, you are …”“Gawat, ini!” ucapnya membuatku panik.The father of her son!”“Sudah aku duga!”Aku sangat resah mendengar apa yang dikatakan Ben. Dia mengatakan jika Minah akan mengaku hamil dan itu anakku. Mana mungkin bisa seperti itu. Itu sudah jelas anak Rah-man!“Jadi Minah mengatakan jika dia hamil dan anak itu adalah anakku?” tanyaku sekali lagi.“Yes! You right,” jawab Ben masih dengan sok bulenya.“Gawat! Dan semua masalah kenapa aku yang menanggungnya? Aku jadi lemas. Ini adalah hal terberat dalam hidupku. Semua masalah numpuk. Kayak anak sekolah yang tidak ngerjakan tugas, sampai numpuk kayak gunung,” gumamku sendiri duduk di kursi.“Kamu salah! Masalah terberat dalam hidupmu itu, jika kau kehilangan orang tuamu. Kau sangat sendirian, tidak ada yang ngomel, merintah, ngeributi. Gini aja masi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • Ahli Waris   Dalam Bahaya

    Aku sangat sedih. Mencoba untuk tidur tapi kedua mataku ini sangat susah memejam. Seakan tidak mau aku terlelap. Hatiku tertusuk jarum. Sakit … sekali. Rasanya aku sudah mau putus asa saja. Aku mau tenggelam saja biar badanku seger, dan akan berpikir jernih.Air kolam ini sangat segar. Wes, gak apa-apa aku mandi malam-malam. Sapa tahu aku ngantuk lalu ketiduran. Besok pagi aku bisa membuatkan sarapan Cinta makanan yang sangat enak, dan kita baikan.“Aku lompat saja! Satu … dua … tig—”***Cinta di dalam rumah semakin melotot melihat Agus berdiri di depan kolam renang dengan wajahnya yang sangat sedih. Dia menggelengkan kepalanya dengan menangis. Jantungnya berdegub kencang.“Jadi … dia benar-benar akan membunuh dirinya dan meninggalkanku dengan anak-anak? A-gus!” teriak Cinta berlari cepat menghampiri suaminya.***“Agus! Jangan!”Aku tidak jadi melompat. Ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • Ahli Waris   Sangat Pusing

    Kenapa aku bertemu mereka lagi? Kemaren rebutan cengkir. Sekarang kambing!“Hei, kalian kenapa selalu saja menggangguku?” Ibu Menor sudah melakukan protes. Dan, aku tidak bisa mengambil kambing itu dari dia. Tapi … apakah itu pesanan Bapak? Lebih baik aku tanyakan.“Itu buat anakmu, apa buat Romo?” tanyaku membuat mereka melotot.“Ini buat Samsul!” jawabnya singkat dengan keras. “Bungkus, dan masukkan ke empat kambing itu ke dalam pick up!” perintahnya. Beberapa pengawalnya melakukan dengan cepat. Rumahnya di Medan memang sangat besar. Aku yakin mereka kaya. Tapi, Romo selalu saja meminta mereka untuk membantu mencarikan sesuatu, salah satunya cengkir. Namun, kambing ini tidak pesanan Romo, melainkan untuk anaknya.“Man, wes kita cari yang lain saja!” ucapku menarik lengan Rahman agar tidak melakukan keributam dengan mereka.“Oh my. Aku lama-lama tidak waras dengan kehidupanku

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • Ahli Waris   Mulai Terungkap

    Aku bersama Rahman tidak sengaja berpegangan tangan. Sosok laki-laki yang sudah aku hancurkan hidupnya ada di hadapanku. Kini dia berdiri tegak dengan wajah muramnya, dan aku bersama Rahman akan dia hancurnya. Ini namanya … pembalasan dendam!“Gus, ini gawat, dan kita tidak bisa terus-terusan seperti ini. Hadapi, Gus! Selesaikan dengan hati gagah!” Rahman entah kesambet apa dia berani sekali kali ini.“Ben, kamu yang bisa berbicara bahasa Inggris dengan benar! Turun, dan tanyakan apa kemauannya!” perintahku sontak membuat Ben melotot.“Why me?” tanyanya dengan kedua tangan terangkat ke atas.“Ben ndak usah, why, why. Keluar!” Rahman membuat Ben akhirnya keluar dari mobil. Kami berdua mengamatinya. Dia berjalan dengan santai. Ben semakin melangkah mendekati dia yang masih memasang wajah garang.“Gawat, kita akan merasa bersalah dengan Ben jika nantinya benjot, Gus. Gimana kita mengab

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • Ahli Waris   Bercerita

    Cinta dan aku saling menikmati momen mesra. Tapi, sepertinya dia nakal sekali. Emangnya mainan ditarik-tarik gitu. Cinta menyentuh dengan lembut, aku merinding. Belaiannya membuat kedua mataku mengernyip dan menarik napas panjang dengan perlahan. “Aahhh …”“Eh, ah, aduh!”“Cinta, hadew! Jangan ditarik!”Jemarinya yang semakin masuk dibalik celanaku aku keluarkan. Gimana nanti kalau kepengin, kan, aku tidak bisa melakukannya. Dia belum selesai masa kehamilan.“Cinta … sudah ya! Aku ga tahan ini,” kataku melepaskan bibirnya. Dia tersenyum mendekati telingaku. “Aku lakukan dengan cara lain, ya!”“Eh, eh, ndak usah. Aku bisa menahannya.” Aku melepaskan tubuhnya. Lalu memeluknya erat. Walaupun belalai ini sebenarnya sudah tersiksa dan melakukan protes. Tapi, aku akan bertanggung jawab dengan aturan. Sebagai laki-laki, menahan hasrat itu sangat dibutuhkan. Untuk membuat

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Ahli Waris   Mengeluarkan Bukti

    Aku bersiap dengan Cinta untuk segera menuju kediaman Bapak yang megah dengan semua ukiran khas Jawa. Kami sedikit resah. Wajah Cinta juga terlihat jika dia juga sangat gelisah. Namun, aku berusaha untuk menenangkannya.“Sudah, kita akan baik-baik saja,” kataku mengecupnya dengan mesra. Kedua matanya memejam menikmati sentuhan lembutku. Kami sejenak menikmati moment mesra sebelum bertempur dengan kedua wanita yang memusuhiku. Satunya gara aku tolak. Satunya lagi gara aku pisahkan dengan pacarnya. Semoga ini segera berhasil dan rencanaku berjalan dengan lancar.“Agus, kita akan berhati-hati dalam melakukan rencana. Apakah Rahman dan kedua bule itu bisa melakukannya dengan baik. Mereka selalu saja gagal paham dengan apapun. Kau tahu sendiri, kan,” kata Cinta yang semakin membuatku resah. Benar katanya. Aku kok malah jadi mikir …“Wes kita berdoa saja sepanjang perjalanan, dan teguh kalau pikiran kita positif, rencana ini akan b

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Ahli Waris   Ups! Gawat!

    Rahman segera menyalakan lap top yang dia bawa dan menghadirkan video bagaimana Surti bersama Minah melakukan kebohongan. Semua mata siap menancap pada sosok Rahman yang segera menekan tombol enter. Aku berharap semua bisa mempercayai video ini.Surti dengan Minah melotot melihat apa yang tidak mereka sangka. Paman sudah megepalkan kedua tangannya. Aku mendekati Ibu kemudian mengarahkan pandanganku kepada Paman yang pastinya sebentar lagi meluapkan rasa kesalnya. Surti sudah membuat keluarga malu. Perbuatan memalukan ini sudah menyakiti Paman. Apalagi Surti anak pertama yang diandalkan.Kedua orang tua Minah merasakan hal yang sama. Mereka mengurut dahi yang pastinya sangat pening. Aku harus melakukan sesuatu agar mereka tidak memarahi anak kesayangan yang sangat membuat hati mereka tentunya hancur. Ibu semakin kudekati. Telinganya kubisikkan sesuatu.“Ibu, redakan masalah ini. Bagaimanapun juga, kesalahan harus dimaafkan,” bisikku membuat Ibu mengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24

Bab terbaru

  • Ahli Waris   KEBAHAGIAAN AHLI WARIS

    Aku terkejut mendengar perkataan Cinta. Bagaimana bisa aku tanpa sadar melepaskan Nanta, dan sekarang dia tidak berada di pangkuanku. Wah ini benar-benar gawat! “Agus! Kamu, kan, dari tadi sudah memangku Nanta. Kenapa sekarang tidak ada dipangkuanmu? Kemana anak itu?” tanya Cinta semakin membuatku panik. “Cinta! Laga juga tidak ada dipangkuan kamu!” Cinta mengangkat kedua tangannya, juga merasa panik melihatku. “Hah, apa?” Kami berdua tidak sadar jika si kembar menghilang begitu saja. Padahal perasaanku tadi, aku sudah memangkunya dengan sangat baik. Ibu berlari menuju panggung dan menemui kami. “Agus di mana si kembar? Bukannya tadi kalian memangkunya?” ucap Ibu dengan panik. Ibu Cinta menyusul kami dengan wajah panik menuju ke atas panggung. “Kalian ini bagaimana, toh! Menjaga si kembar saja kok tidak bisa. Ini acara yang sangat penting. Lihat itu, semua keluarga sudah sangat kebingungan mengamati kalian.” “Ta

  • Ahli Waris   Pengangkatan Ahli Waris

    Aku tidak percaya melihat Sesepuh datang ke rumah sakit. Mereka dengan sangat serius, berjalan mendekati kami. Hatiku bergetar. Bapak masih diam saja mengamati mereka. Semoga saja mereka tidak melakukan hal yang memancing keributan di rumah sakit ini. Jika itu terjadi, maka aku akan mengalami masalah yang sangat rumit. Mereka semakin mendekat, tubuhku semakin tegang.“Sesepuh, selamat datang,” ucap Bapak memberikan salam.“Sesepuh, salam dari saya,” balasku dengan tersenyum.Mereka menganggukkan kepala dan mengarahkan tangan menuju kursi penunggu yang jauh dari kamar Cinta.“Kita akan berbicara di sana agar tidak membuat keributan di kamar istri Agus,” katanya semakin membuatku lemas. Aku sangat berharap mereka tidak benar-benar membuat keributan.Kami duduk bersebelahan, masih dengan saling memandang tegang. Jantungku berdetak kencang. Aku semakin resah. Baru saja aku mengalami kebahagiaan yang sangat-sangat tid

  • Ahli Waris   Tersadar

    Aku semakin menyorotkan pandangan ke arah dokter yang mengatakan dengan serius sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Bahkan semua orang juga melotot ke arahnya.“Jadi istri kamu itu ...”“Dokter apa? Kenapa, Dok! Dari tadi jadi, jadi, jadi. Gimana sih ini, Dok Aku ini sudah stress dan putus asa menghadapi keadaan istri aku. Dokter ini malah tidak segera mengatakan bagaimana kondisinya,” protesku yang membuat dokter itu menepuk jidatnya.“Bagaimana bisa aku mengatakan kalau kalian semua melotot ke arahku seperti itu. Rasanya serem sekali,” gumamnya sembari melepaskan kaca matanya.“Wis. Ibu, Rahman, dan semuanya. Sudah! Jangan melihat dokter seperti itu. Nanti malah tidak konsentrasi. Sekarang katakan dokter! Aku itu membutuhkan kabar baik yang bisa membuatku agar lebih bersemangat.”“Baiklah aku akan mengatakan kalau istrimu itu ternyata hamil!”“Apa, hamil?”

  • Ahli Waris   Hasil Dokter

    Cinta, sekarang apa yang harus aku lakukan ... Kamu masih tertidur dan tidak terbangun lagi. Aku piye, Cinta?Aku perlahan berjalan masuk ke ruangan Cinta. Dia sangat lemas terbaring di atas ranjang dengan menggunakan bantuan oksigen untuk bernapas. Apalagi mesin mendeteksi jantung itu berbunyi sangat menyeramkan. Aku tidak kuasa melihatnya. Apakah aku harus menghubungi semua keluarga dan mengatakan ini? Pasti mereka akan menyalahkan aku dengan semua kejadian ini. Tidak masalah jika memang itu yang akan mereka katakan. Memang benar jika aku ini adalah suami yang tidak becus menjaga istri hingga sampai membuatnya seperti ini.“Agus!”“Rahman?”“Astaga, Agus! Kenapa Cinta sampai begini?”“Rahman, kamu kok bisa tahu jika Cinta mengalami kecelakaan seperti ini?”“Kamu tidak memberitahukan semua keluarga, Gus?” tanya Rahman menatapku dengan serius.“Aku memang sengaja melaku

  • Ahli Waris   Cinta, kenapa?

    Cinta tersungkur ke depan, dan dia terjebur!“Cinta!”Aku berlari kencang. Jalanan tidak terlihat, apalagi gelap sperti ini. Sungai dengan arus deras. Itu yang lihat. Cinta! Bagaimana dengan dia?“Cinta!”“Pak, ada apa?” tanya seorang warga mengejutkanku. “Pak, istriku tersungkur dan jatuh di sungai. Bagaimana ini, Pak,” jawabku dengan panik. Aku tanpa berpikir lagi, membuka semua baju dan menjeburkan diri ke sungai. “Byur!”“Pak, hati-hati, arus deras!” teriak warga itu yang sedikit samar aku dengar karena masih menyelam mencari Cinta.“Cinta, kamu di mana?” Aku mengamati semua arah, kemudian menyelam lagi. Dia tidak ada. Aku sangat panik. Cinta … kenapa kau teledor seperti ini? Jangan pernah melakukan hal bodoh jika mengalami semua masalah. Jika seperti ini, bagaimana nantinya dengan anak-anak.“Cinta!” teriakku sekali lagi masih b

  • Ahli Waris   Kemarahan Cinta

    Cinta masih menangis berada di pinggir jalan. Dia menolehkan pandangannya ke kanan, lalu ke kiri, sepertinya akan menyebrang. Sebuah truk melintas dengan sorotan lampu yang sangat menyilaukan. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Spontan Aku berlari sangat kencang mendekati Cinta dan, “Cinta awas!” Untung saja aku bisa menarik tubuhnya lalu mendekapnya. Dia menangis tersedu-sedu di dalam pelukanku.“Cinta kamu jangan seperti ini! Kalau terjadi apa-apa sama kamu, lalu kembar dan aku bagaimana? Aku sangat tahu kamu memikirkan masalah ini. Aku pun, juga seperti itu. Jadi kamu sebaiknya menenangkan diri, jangan berbuat macam-macam.”“Aku tidak suka dengan cara mereka, suamiku. Aku hanya ingin menjalani kehidupan biasa saja. Semua harta dan kedudukan yang kita miliki tidak seindah yang mereka bayangkan.”Tanpa berbicara lagi, aku menggendongnya, lalu membawa Cinta untuk menghindar dari jalanan.“Mbak cint

  • Ahli Waris   Perdebatan Sengit

    Kami semua melotot melihat kembar ternyata …“Kenapa mereka sama-sama memegang buku tulis?” Ini sama sekali tidak kami sangka. Ternyata mereka memegangnya dalam waktu bersamaan. Hanya perbedaannya, mereka memegang dengan posisi yang berbeda. Nanta sangat serius, sementara Laga dengan sangat santai.“Agus. Ternyata si kembar sama-sama memegang buku tulis. Waktu yang mereka lakukan juga sama persis. Apakah semua anak kembar seperti itu?” Kata Cinta menatapku dengan resah. Sementara aku menatap Sesepuh dan Bapak yang sepertinya saling berdebat. Lebih baik aku mendekati mereka. Bagaimanapun juga si kembar adalah anakku. Bapak kandungnya yang harus menentukan masa depan mereka itu bagaimana.“Cinta, aku mau mendekati Bapak untuk membicarakan masalah ahli waris. Ini tidak boleh berlarut-larut. Masalah ini harus segera diselesaikan. Jika memang kembar melakukan sesuatu selalu bersama-sama, mungkin ini takdir mereka juga untuk dijadi

  • Ahli Waris   Tedak Sinten

    Minah menarik Rahman, mencium bibirnya seperti itu. Semua mata melotot melihatnya. Kami semua terkekeh melihat Rahman tidak bisa berciuman dengan baik, malah Minah yang sangat liar melakukannya. Rahman berdiri tegak kayak patung. Hahaha, aku semakin pengin ketawa. Sementara semua orang terus menganga melihat pertunjukan itu.“Rahman, come on! Carilah kamar kalian!” Ben melakukan protes, namun saat akan mencium Mira malah mendapatkan tamparan. “Plak!”“Mira, aku hanya mau sedikit saja menikmati bibirmu semerah bunga mawar,” rayunya membuat Mira menggeleng cepat. Sementara Leo hanya tersenyum malu di depan Intan.Syukurlah semua masalah berakhir, dan aku bisa pulang dengan kebahagiaan.**Kami sudah sampai di rumah orang tua Cinta. Mereka sangat bahagia mendengar tawa kembar, apalagi kami yang sudah rukun.“Kamu memang hebat, Agus. Bisa membawa kembar dalam waktu singkat. Bapak sudah menghubungi Pak Po

  • Ahli Waris   Mulai Reda

    Leo menghentikan mobilnya dengan mendadak. Kami semua di dalam mobil melotot tajam. melihat keempat wanita dengan sangat-sangat keren berdiri sambil menghadang kami. Tapi keempat wanita itu sangat tidak asing.“Minah?” Rahman berteriak di sebelahku, membuat aku terperanjat.“Cinta, Mira, Intan?” ucapku juga yang sangat keras membuat Leo dengan Ben menepuk jidatnya. Pengawal dan lelaki itu berlari hingga akhirnya sudah berada di sebelah mobil kami.“Kenapa semua wanita itu tiba-tiba menghalangi kita, hingga kita tidak bisa melarikan diri!” protes Leo yang sangat kesal.“Iyo, Agus! Kita ini sedikit lagi loh, bisa lolos dari lelaki yang tidak jelas itu. Namun kenapa berhenti, dan sekarang mereka menangkap kita kembali.” Rahman lemas menyandarkan punggung ke belakang.“Aku sendiri tidak tahu, Man. Ternyata para wanita ini sudah merencanakan sesuatu untuk ikut menolong kita. Namun tidak tepat waktuny

DMCA.com Protection Status