Beranda / CEO / Ahli Waris / Kabur Saja

Share

Kabur Saja

Penulis: Esi Apresia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-05 15:53:28

Perasaanku rasanya sudah kaku. Sekaku hatiku. Bahkan, rambutku juga kaku. Hanya satu yang loyo. Belalai ini. Anteng di tempat.

Kutekan nomor Cinta. Dengan cepat dia mengangkatnya.

“Cinta, kamu jangan kelelahan dan capek ya. Aku tidak mau istri dan anakku mengalami hal yang buruk. Sampai itu terjadi, Ben akan aku hajar.”

“Besuk, Bapak sudah menyiapkan pesawat pribadi. Kamu pulang cepat ya. Dan, jangan lupa bawa Samsul.”

“Baiklah. Aku mencintaimu, Cinta.”

“Aku juga.”

Selang beberapa jam, mobil Samsul datang. Mereka semua keluar dari mobil. Ibu Menor mencengkeram lengan Minah. Samsul bersemu tersenyum membuat Rahman kesal. Minah hanya diam cemberut.

“Kenapa kalian?” tanyaku saat mereka sudah memasuki rumah.

“Minah akan menjadi istri Samsul. Dan, besuk kita ke Jogja.” Ibu Menor membuat semua diam. Minah menghampiri Rahman dan memeluknya.

“Agus tida

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ahli Waris   Jakarta

    Tanpa banyak bicara, aku mengambil jaket. Kali ini aku membutuhkan ketenangan. Kabur, itulah yang akan aku lakukan. “Cinta, kita harus pergi dari sini. Biarkan saja mereka.” Aku menarik Cinta dan mengganti bajunya.“Agus, bagaimana kita akan kabur? Apakah tidak malah membuat masalah lebih ruyam. Bapak bagaimana ama Ibu?” Cinta menatapku dengan kebingungan. Sementara aku dengan cepat mengganti pakaiannya.“Mereka akan paham, dan kita tetap akan melakukannya. Aku hanya ingin berdua denganmu tanpa ada gangguan apapun. Aku sangat capek dengan semua ini, Cinta. Pokoknya kita kabur!” kataku dengan tegas. Cinta hanya diam menuruti apa yang akan aku lakukan.Perlahan aku membuka pintu rumah. Keributan aku dengar di depan rumah. Rahman perang pantun dengan Ibu Menor. Ibu dan adik kembarku di sebelahnya hanya menggeleng. Sementara Bapak memanggil semua pengawal dan beberapa polisi untuk menuju rumah. Di ruang keluarga beliau sangat kesa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • Ahli Waris   Kenapa Pirang?

    Menikah siri? Dengan siapa? Ini harus dihentikan. Aku sama sekali tidak pernah menikahi siapapun kecuali Cinta. Kemaren Minah. Sekarang entahlah siapa. Tapi … sepertinya aku mengingat sesuatu di Jakarta dan ada hubungannya dengan pernikahan. Rahayu!“Man, ini pasti ada hubungannya dengan Rahayu. Dulu aku di Jakarta akan menikahinya, tapi tidak jadi.” Rahman menatapku sambil menganggukkan kepala, tidak tahu apa yang dia pikirkan.“Kamu memang hebat, Gus. Tiga orang mau menjadi milikmu. Aku satu saja susah ini. Nasib orang ganteng,” jawabnya nesu.“Sabar, Man. Tapi, aku tidak pernah mau sama siapapun selain Cinta,” tegasku.“Agus, ayo masuk kamar!” Cinta tiba-tiba datang, dan aku spontan melihat jam tangan yang masih setia melingkar di tangan kananku. Tentu saja baru dan aku memiliki sangat banyak.“Pukul tiga malam, dan kamu tidak mual lagi?” tanyaku serius. “Bagaimana jika aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • Ahli Waris   Cinta Pergi

    Aku terdiam lemas di sebelah Cinta. Dia membuatku kesal kali ini. Lebih baik aku tidak berbicara dengannya. Segera aku palingkan wajahku saat dia menatap. Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini. Anak yang dikandungnya sudah jelas anakku. Kenapa aku harus mempertanyakannya? Tapi … aku melihat warna tubuh bayi itu pirang. Apakah aku masih mempertanyakannya? Cinta dan aku melakukan semua cara untuk membuatnya mengandung ahli waris. Lebih baik aku diam dahulu.“Agus, apa kau mengira aku bersama Ben? Jika itu yang kau pikirkan, lebih baik aku pergi saja!” Cinta memberikan sorotan tajam. Aku memang sangat bersalah jika meragukan dirinya.“Cinta, aku sangat percaya denganmu. Tapi … kau lihat sendiri anak kita berwarna pirang!” tegasku membuat Cinta berdiri dari duduknya.“Jadi, kau masih tidak mempercayai jika ini anakmu?!” teriaknya semakin membuat semua pengunjung rumah sakit menatap kami. Seketika aku menarik lengann

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-12
  • Ahli Waris   Salah Paham

    Rian menatapku dengan tegang. Sorotannya membuatku resah. Namun, aku berusaha mengatasi semuanya dengan tenang. Menyelesaikan dengan kepala dingin, harus aku lakukan. Yang jelas tanpa meletakkan es di atas kepalaku seperti apa yang dilakukan Rahman. Kini aku dengan cepat mendekati Rian. Nenek Suri dan Bibi saling berpegangan tangan menandakan kawatir melihatku. Mereka takut jika semua teman Rian akan menyerangku.“Agus, hati-hati,” kata Nenek pelan. Aku hanya menganggukkan kepala agar semua bisa tenang.“Kamu mau apa?” tanyaku memasang wajah garang. Aku berusaha tidak memperlihatkan wajah takut. Bagaimanapun juga, ini harus aku selesaikan dengan jantan. “Jangan berbelit, Rian. Jika kau akan menye—” Aku spontan menghentikan ucapanku saat Rian tiba-tiba bersujud di depanku, begitu juga dengan teman-temannya.“Loh, kok …” Nenek bersama Bibi saling menolehkan kepala. Mereka tidak percaya dengan apa y

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-13
  • Ahli Waris   Diculik Ben

    Aku semakin berputus asa. Bagaimana aku menjelaskan kepada Cinta apa yang sebenarnya terjadi. Sementara aku terjebak dalam rencanaku sendiri. Kepalaku terasa pening. Ayu masih saja memelukku. Aku sangat lemas. Cinta meninggalkanku begitu saja dengan Bibi dan Nenek Suri. Hidupku sudah tidak bisa lagi tertolong.“Ayu, kamu salah! Rian yang membawa cincin ini untukmu. Bukan aku!” teriakku melepas pelukan Ayu yang masih saja menempel. Aku segera menghampiri Rian menarik telapak tangannya. Cincin yang berada di genggamanku, segera kuserahkan.“Wes, lamar Ayu! Aku mau mengejar Cinta!” Saat aku mau berlari, Rian menarik lenganku hingga aku menghentikan langkah.“Gus, jangan pergi sebelum masalah ini selesai. Aku tidak bisa melakukan sendirian!” teriak Rian. Sementara Rahman menepuk jidatnya.“Wes, akan aku atur masalah Rian!” selanya menyambung perkataan Rian. Pak RT dan ibu Ayu masih diam tidak berkomentar. Semua

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Ahli Waris   Akan Melahirkan

    Tidak aku sangka mendengar sesuatu yang sangat membuatku panik. Tubuhku kaku, hidungku buntu seakan aku sudah tidak bisa merasakan bau. Uratku terputus membuatku lemas tidak berdaya. Hatiku serasa lemas seakan aku tidak bisa bernapas lagi. Cinta …“Gus, kok lemes? Kurang vitamin ehem-ehem?” Rahman mendekatiku. “Ehem-ehem opo?” tanyaku kesal.“Vitamin alami, Gus. Yang enak itu, hehe,” katanya membuatku semakin menarik napas.Aku mencengkeram kerah bajunya membuat lehernya tercekik. “Gus, kamu bukan Agus! De-de-mit!” teriak Rahman terkejut dengan apa yang aku lakukan.“Hus! Aku Agus! Cinta … Cinta, Man!” ucapku keras menggoyang tubuhnya.“Kenopo? Sadar, Gus!” balasnya ikut berteriak.“Cinta, dibawa Ben!” teriakku semakin kencang.Ibu Cinta dan ibuku berdatangan mendekatiku. Mereka pasti sudah merasa jika Cinta tidak ada di tempat. Untung ac

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Ahli Waris   Lahir Pirang?

    Sebelum menghubungi Agus, Ben mengambil tangga dan menaiki atap. Dia terus mencari sinyal untuk bisa menghubungi Agus. Sementara Cinta di bawah merasakan perutnya sangat sakit. Sesuatu yang sangat basah sedikit membasahi bajunya bagian belakang.“Apa? Apa … ini air ketuban? Gawat!” Dia melangkah keluar sambil memegang perutnya. Kepalanya mendongak ke atas, melihat Ben berdiri di atap sambil mengarahkan ponselnya ke atas.“Ben! Bilang Agus sekarang! Suruh dia ke sini, karena air ketuban sedikit keluar!” teriak Cinta membuat Ben menginjak atap yang agak rapuh.“Wow, aku akan terjatuh. What, air degan. Ok Cinta my love. Aku sudah mendapatkan sinyal.” teriaknya segera menerima panggilan Agus. “Air ketuban! Bukan degan!” balas Cinta semakin berteriak. Namun, Ben tidak bisa menahan atap itu, dan, “Agusss …. Cinta akan me-la-hir-kan … air ketuban pe-cah ….! Arghhh! Braak!” dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • Ahli Waris   Akhirnya Lahir

    Ben tersenyum mendengar apa yang suster katakan. PIRANG! DAN ITU BERARTI!“My child!” teriaknya dan akan melangkah maju. Aku sontak menariknya.“Minggir kamu sok bule!” ucapku dengan lirikan sinis.“Agus, im bule. Oh my ..,” jawabnya yang tidak aku hiraukan.Aku berjalan mendekati suster. Bapak juga mendekatiku. Sementara kedua orang tua Cinta berpegangan tangan. Mereka tentu saja resah dengan apa yang didengar. “Suster, apa yang dikatakan tadi barusan apakah benar?” tanya Bapak mencoba menenangkanku. Dia memegang pundakku dan menganggukkan kepala. Aku kali ini diam, dan membiarkan Bapak melakukan apa yang beliau mau.“Suster, jelaskan dengan perlahan dan sebenarnya,” kata Bapak meyakinkan suster yang akhirnya menjawab setelah menarik napas.“Anak kembar itu sangat gagah, ganteng, hidungnya mbangir alias mancung. Alisnya tebal. Kulitnya bercahaya kuning langsat,” jawabny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18

Bab terbaru

  • Ahli Waris   KEBAHAGIAAN AHLI WARIS

    Aku terkejut mendengar perkataan Cinta. Bagaimana bisa aku tanpa sadar melepaskan Nanta, dan sekarang dia tidak berada di pangkuanku. Wah ini benar-benar gawat! “Agus! Kamu, kan, dari tadi sudah memangku Nanta. Kenapa sekarang tidak ada dipangkuanmu? Kemana anak itu?” tanya Cinta semakin membuatku panik. “Cinta! Laga juga tidak ada dipangkuan kamu!” Cinta mengangkat kedua tangannya, juga merasa panik melihatku. “Hah, apa?” Kami berdua tidak sadar jika si kembar menghilang begitu saja. Padahal perasaanku tadi, aku sudah memangkunya dengan sangat baik. Ibu berlari menuju panggung dan menemui kami. “Agus di mana si kembar? Bukannya tadi kalian memangkunya?” ucap Ibu dengan panik. Ibu Cinta menyusul kami dengan wajah panik menuju ke atas panggung. “Kalian ini bagaimana, toh! Menjaga si kembar saja kok tidak bisa. Ini acara yang sangat penting. Lihat itu, semua keluarga sudah sangat kebingungan mengamati kalian.” “Ta

  • Ahli Waris   Pengangkatan Ahli Waris

    Aku tidak percaya melihat Sesepuh datang ke rumah sakit. Mereka dengan sangat serius, berjalan mendekati kami. Hatiku bergetar. Bapak masih diam saja mengamati mereka. Semoga saja mereka tidak melakukan hal yang memancing keributan di rumah sakit ini. Jika itu terjadi, maka aku akan mengalami masalah yang sangat rumit. Mereka semakin mendekat, tubuhku semakin tegang.“Sesepuh, selamat datang,” ucap Bapak memberikan salam.“Sesepuh, salam dari saya,” balasku dengan tersenyum.Mereka menganggukkan kepala dan mengarahkan tangan menuju kursi penunggu yang jauh dari kamar Cinta.“Kita akan berbicara di sana agar tidak membuat keributan di kamar istri Agus,” katanya semakin membuatku lemas. Aku sangat berharap mereka tidak benar-benar membuat keributan.Kami duduk bersebelahan, masih dengan saling memandang tegang. Jantungku berdetak kencang. Aku semakin resah. Baru saja aku mengalami kebahagiaan yang sangat-sangat tid

  • Ahli Waris   Tersadar

    Aku semakin menyorotkan pandangan ke arah dokter yang mengatakan dengan serius sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Bahkan semua orang juga melotot ke arahnya.“Jadi istri kamu itu ...”“Dokter apa? Kenapa, Dok! Dari tadi jadi, jadi, jadi. Gimana sih ini, Dok Aku ini sudah stress dan putus asa menghadapi keadaan istri aku. Dokter ini malah tidak segera mengatakan bagaimana kondisinya,” protesku yang membuat dokter itu menepuk jidatnya.“Bagaimana bisa aku mengatakan kalau kalian semua melotot ke arahku seperti itu. Rasanya serem sekali,” gumamnya sembari melepaskan kaca matanya.“Wis. Ibu, Rahman, dan semuanya. Sudah! Jangan melihat dokter seperti itu. Nanti malah tidak konsentrasi. Sekarang katakan dokter! Aku itu membutuhkan kabar baik yang bisa membuatku agar lebih bersemangat.”“Baiklah aku akan mengatakan kalau istrimu itu ternyata hamil!”“Apa, hamil?”

  • Ahli Waris   Hasil Dokter

    Cinta, sekarang apa yang harus aku lakukan ... Kamu masih tertidur dan tidak terbangun lagi. Aku piye, Cinta?Aku perlahan berjalan masuk ke ruangan Cinta. Dia sangat lemas terbaring di atas ranjang dengan menggunakan bantuan oksigen untuk bernapas. Apalagi mesin mendeteksi jantung itu berbunyi sangat menyeramkan. Aku tidak kuasa melihatnya. Apakah aku harus menghubungi semua keluarga dan mengatakan ini? Pasti mereka akan menyalahkan aku dengan semua kejadian ini. Tidak masalah jika memang itu yang akan mereka katakan. Memang benar jika aku ini adalah suami yang tidak becus menjaga istri hingga sampai membuatnya seperti ini.“Agus!”“Rahman?”“Astaga, Agus! Kenapa Cinta sampai begini?”“Rahman, kamu kok bisa tahu jika Cinta mengalami kecelakaan seperti ini?”“Kamu tidak memberitahukan semua keluarga, Gus?” tanya Rahman menatapku dengan serius.“Aku memang sengaja melaku

  • Ahli Waris   Cinta, kenapa?

    Cinta tersungkur ke depan, dan dia terjebur!“Cinta!”Aku berlari kencang. Jalanan tidak terlihat, apalagi gelap sperti ini. Sungai dengan arus deras. Itu yang lihat. Cinta! Bagaimana dengan dia?“Cinta!”“Pak, ada apa?” tanya seorang warga mengejutkanku. “Pak, istriku tersungkur dan jatuh di sungai. Bagaimana ini, Pak,” jawabku dengan panik. Aku tanpa berpikir lagi, membuka semua baju dan menjeburkan diri ke sungai. “Byur!”“Pak, hati-hati, arus deras!” teriak warga itu yang sedikit samar aku dengar karena masih menyelam mencari Cinta.“Cinta, kamu di mana?” Aku mengamati semua arah, kemudian menyelam lagi. Dia tidak ada. Aku sangat panik. Cinta … kenapa kau teledor seperti ini? Jangan pernah melakukan hal bodoh jika mengalami semua masalah. Jika seperti ini, bagaimana nantinya dengan anak-anak.“Cinta!” teriakku sekali lagi masih b

  • Ahli Waris   Kemarahan Cinta

    Cinta masih menangis berada di pinggir jalan. Dia menolehkan pandangannya ke kanan, lalu ke kiri, sepertinya akan menyebrang. Sebuah truk melintas dengan sorotan lampu yang sangat menyilaukan. Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Spontan Aku berlari sangat kencang mendekati Cinta dan, “Cinta awas!” Untung saja aku bisa menarik tubuhnya lalu mendekapnya. Dia menangis tersedu-sedu di dalam pelukanku.“Cinta kamu jangan seperti ini! Kalau terjadi apa-apa sama kamu, lalu kembar dan aku bagaimana? Aku sangat tahu kamu memikirkan masalah ini. Aku pun, juga seperti itu. Jadi kamu sebaiknya menenangkan diri, jangan berbuat macam-macam.”“Aku tidak suka dengan cara mereka, suamiku. Aku hanya ingin menjalani kehidupan biasa saja. Semua harta dan kedudukan yang kita miliki tidak seindah yang mereka bayangkan.”Tanpa berbicara lagi, aku menggendongnya, lalu membawa Cinta untuk menghindar dari jalanan.“Mbak cint

  • Ahli Waris   Perdebatan Sengit

    Kami semua melotot melihat kembar ternyata …“Kenapa mereka sama-sama memegang buku tulis?” Ini sama sekali tidak kami sangka. Ternyata mereka memegangnya dalam waktu bersamaan. Hanya perbedaannya, mereka memegang dengan posisi yang berbeda. Nanta sangat serius, sementara Laga dengan sangat santai.“Agus. Ternyata si kembar sama-sama memegang buku tulis. Waktu yang mereka lakukan juga sama persis. Apakah semua anak kembar seperti itu?” Kata Cinta menatapku dengan resah. Sementara aku menatap Sesepuh dan Bapak yang sepertinya saling berdebat. Lebih baik aku mendekati mereka. Bagaimanapun juga si kembar adalah anakku. Bapak kandungnya yang harus menentukan masa depan mereka itu bagaimana.“Cinta, aku mau mendekati Bapak untuk membicarakan masalah ahli waris. Ini tidak boleh berlarut-larut. Masalah ini harus segera diselesaikan. Jika memang kembar melakukan sesuatu selalu bersama-sama, mungkin ini takdir mereka juga untuk dijadi

  • Ahli Waris   Tedak Sinten

    Minah menarik Rahman, mencium bibirnya seperti itu. Semua mata melotot melihatnya. Kami semua terkekeh melihat Rahman tidak bisa berciuman dengan baik, malah Minah yang sangat liar melakukannya. Rahman berdiri tegak kayak patung. Hahaha, aku semakin pengin ketawa. Sementara semua orang terus menganga melihat pertunjukan itu.“Rahman, come on! Carilah kamar kalian!” Ben melakukan protes, namun saat akan mencium Mira malah mendapatkan tamparan. “Plak!”“Mira, aku hanya mau sedikit saja menikmati bibirmu semerah bunga mawar,” rayunya membuat Mira menggeleng cepat. Sementara Leo hanya tersenyum malu di depan Intan.Syukurlah semua masalah berakhir, dan aku bisa pulang dengan kebahagiaan.**Kami sudah sampai di rumah orang tua Cinta. Mereka sangat bahagia mendengar tawa kembar, apalagi kami yang sudah rukun.“Kamu memang hebat, Agus. Bisa membawa kembar dalam waktu singkat. Bapak sudah menghubungi Pak Po

  • Ahli Waris   Mulai Reda

    Leo menghentikan mobilnya dengan mendadak. Kami semua di dalam mobil melotot tajam. melihat keempat wanita dengan sangat-sangat keren berdiri sambil menghadang kami. Tapi keempat wanita itu sangat tidak asing.“Minah?” Rahman berteriak di sebelahku, membuat aku terperanjat.“Cinta, Mira, Intan?” ucapku juga yang sangat keras membuat Leo dengan Ben menepuk jidatnya. Pengawal dan lelaki itu berlari hingga akhirnya sudah berada di sebelah mobil kami.“Kenapa semua wanita itu tiba-tiba menghalangi kita, hingga kita tidak bisa melarikan diri!” protes Leo yang sangat kesal.“Iyo, Agus! Kita ini sedikit lagi loh, bisa lolos dari lelaki yang tidak jelas itu. Namun kenapa berhenti, dan sekarang mereka menangkap kita kembali.” Rahman lemas menyandarkan punggung ke belakang.“Aku sendiri tidak tahu, Man. Ternyata para wanita ini sudah merencanakan sesuatu untuk ikut menolong kita. Namun tidak tepat waktuny

DMCA.com Protection Status