Beranda / Romansa / After 30 / 56. Kesempatan emas.

Share

56. Kesempatan emas.

Penulis: Tamie_chan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-27 23:25:01

"Ada apa ya? Kok tiba-tiba staff admin sama staff gudang di suruh meeting?" gumam Mita.

Mereka berempat, Novi, Rita, Mita dan Lia sedang berjalan menuju ruang meeting, karena baru saja Pak Revan mengirim pesan agar segera berkumpul di ruang meeting.

"Nggak tau nih, sales juga sudah pada berangkat jadi nggak ada yang ikut meeting," timpal Rita.

"Mungkin yang meeting cuma staff admin dan gudang saja," Mita membalas.

"Duh, ada apa ya? Bikin deg-degan deh!" Rita mengelus dadanya, takut.

"Kamu nggak tau, Li?" Tanya Novi sedikit ketus.

Lia menoleh ke arah Novi, bingung dengan pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

"Kamu kan tadi di ruangan Pak Revan, lama pula. Pasti kalian ngobrol, kan? Siapa tau tadi Pak Revan sudah ngomong sama kamu!" Sinis Novi.

Rita dan Mita yang penasaran, langsung menatap Lia.

"Tadi aku lama, karena di ruang Pak Revan ada tamu. Jadi aku nunggu sampai tamunya pergi," Jawab Lia, enggan berdebat.

"Kirain sudah tau dan dapat bocoran," Novi mencibir kan mulutnya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Putrinya Chaniago
cemburu kan awas ditikung kalau kelamaan halalin si lia
goodnovel comment avatar
Putrinya Chaniago
wkwkwk dapat rival dah revan rasain
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • After 30   57. Mulai gundah.

    Lia memarkir motornya di carport rumah Revan. Dia sengaja meletakkan motornya mepet ke tembok supaya jika mobil Revan masuk, tidak kesusahan. Lia tiba lebih dulu di rumah Revan dan tak lama kemudian, mobil Revan masuk dan berhenti tepat di dekat Lia. Lia tersenyum saat melihat Revan keluar dari mobilnya, namun Revan tak membalas senyumnya. Dia tampak tak senang dan kesal. Kenapa? Revan berjalan menuju teras, kemudian masuk ke dalam rumah meninggalkan Lia yang masih berada di luar.Lia terdiam tak percaya, tadi dia disuruh datang, tapi malah di cuekin? Ada apa gerangan dengan pacar barunya ini?Lia menghela napas, sebelum akhirnya berjalan menyusul Revan, masuk ke dalam rumah. Lia mencari keberadaan Revan, dia tak ada di ruang tamu sehingga Lia memutuskan untuk ke dapur. Dan benar saja, Revan ada di sana, membuka pintu kulkas, mengambil sebotol air mineral dan menenggaknya hingga tandas. Revan seperti unta yang kehausan. "Kenapa?" Tanya Lia, hati-hati. Dia tau suasana hati kekasi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • After 30   58. Perubahan Revan.

    Pagi ini Lia berangkat kerja dengan perasaan yang tidak menentu. Entah kenapa, sejak menjalin hubungan dengan Revan, hidupnya yang semula datar dan biasa saja berubah drastis seperti naik roller coaster.Mungkin juga ini memang salah Lia sendiri, karena sudah berani mengambil keputusan yang sangat besar, yaitu menjalin hubungan dengan suami orang.Lia menghela napas dengan kasar. Hatinya terasa sesak, tapi dia tak bisa berbuat apa apa. Lia pasrah akan apa yang akan terjadi nanti, dia juga tak akan menyalahkan Revan, jika dia berubah pikiran dan memutuskan hubungan dengan Lia. Lia sadar diri, dia hanya wanita biasa tak ada kelebihan apa apa.Lagi lagi, Lia menghela napas saat menempelkan jempolnya di mesin absensi."Kenapa? dari tadi aku perhatikan, kok, menghela napas terus?"Lia tersentak kaget dan menoleh ke asal suara yang begitu dekat di telinganya."Pak Tristan…" gumamnya."Ck! jangan panggil, Pak! Tristan aja. Kesannya kok tua amat," Tristan tersenyum.Lia mengangguk."Oiya, maa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06
  • After 30   59. Ajakan Revan.

    "Kamu punya sakit maag, tapi pagi pagi sudah minum kopi bahkan belum sarapan!" Tristan duduk di sebelah ranjang Lia sambil melipat kedua tangannya di dada. Dia menggelengkan kepala tanda tak percaya pada sikap Lia yang kurang peduli dengan kesehatannya sendiri. Lia diam, dia memang merasa bersalah. Mungkin karena semalaman stres memikirkan Revan jugalah salah satu penyebab maag nya kambuh. "Makasih Pak, sudah menolong Saya," Ucap Lia lirih. Dia menunduk tak berani menatap Tristan yang masih memelototinya. "Saya mau pulang dan istirahat di rumah saja," Lia hendak bangun dari tidurnya, namun Tristan dengan cepat mencegahnya. "Kata dokter, setelah infusnya habis, baru boleh pulang. Kamu ingin makan apa? Biar kucarikan," lanjut Tristan. "Saya nggak ingin makan apa-apa," jawab Lia lemah. "Ck! Aku carikan roti di minimarket dekat dekat sini ya," Tristan terlihat menahan emosinya. Saat Tristan hendak bangun dari duduknya, tiba-tiba Anita muncul dan memeluk Lia yang masih berbaring di

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-08
  • After 30   60. Cewe gue, cuma Lia!

    "Tapi, Pak…" Lia berusaha menghentikan laju roda kursinya. Dia tak mau tinggal di rumah Revan. Bagaimana jika suatu saat orang tuanya datang lagi? Atau mungkin yang lebih parah, istrinya datang? Ah! Membayangkannya saja, kaki Lia langsung terasa lemas dan perutnya seperti diaduk-aduk, rasanya mual dan ingin muntah. "Saya nggak bisa! Tolong jangan paksa Saya!" Pekik Lia. Revan terdiam, dia langsung menghentikan langkah kakinya. "Tolong jangan buat aku makin stres! Gara-gara tingkah konyol mu kemarin, aku jadi stres dan membuat diriku sendiri sakit! Aku mau sendiri! Aku butuh istirahat!" Bentak Lia, kesal. "Maafkan sikapku kemarin, Lia. Aku tau aku salah karena kekanak-kanakan," sesal Revan. Lia hanya menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan keras. Saat melihat Anita dan Tristan dari kejauhan, Lia merasa lega. Buru-buru dia memanggil sahabatnya. "Anita!" Lia berusaha bangun dari duduknya. "Lho, Lia? kamu sudah boleh pulang?" Anita langsung mendekat dan memegangi tang

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • After 30   61. Gombal.

    "Lia, makan dulu, yuk." Anita berusaha membangunkan Lia yang masih tertidur."Bubur ayamnya sudah datang, mumpung masih anget loh," lanjut Anita."Hmm, aku malas makan, Nit," jawab Lia dengan malas. Dia hanya ingin tidur dan beristirahat."Makan dulu lah, dari pagi belum makan loh, ntar nggak sembuh-sembuh.""Biar lah, nggak sembuh juga nggak apa-apa, biar bisa ketemu Ibu…" desis Lia. Entah bisikan apa yang merasuki Lia sehingga dia bicara ngelantur seperti itu. Lia terlihat lesu dan tak punya semangat."Amalia Hapsari!" teriak Anita marah. "Jaga bicaramu ya! kamu mau aku pukul pakai sapu! cepat bangun dan makan!"Anita menarik tangan Lia dengan keras dan membuat Lia dengan terpaksa terbangun dari tidurannya."Buka mulutmu!" titah Anita sambil menyuapkan sesendok bubur ke mulut Lia.Dengan malas, Lia membuka mulutnya dan menelan bubur yang disuapkan Anita."Sudah, Nit," Lia berusaha menepis suapan ke dua, namun Anita tak menggubrisnya. Dia tetap memaksakan sendok berisi bubur itu agar

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • After 30   62. Godaan 1

    "Lia…" Revan mengetuk pintu rumah Lia. "Baru jam delapan malam, apa mungkin dia sudah tidur?" ucap Revan bermonolog ketika pintu yang dia ketuk tak kunjung dibuka. Namun tak lama kemudian, pintu rumah Lia pun dibuka, dan muncullah Lia yang hanya mengenakan gaun tidur yang dipadukan dengan sweater. "Ada apa Pak Revan ke sini?" tanya Lia kebingungan. "Saya tadi telepon Anita, katanya dia nggak nginep di sini. Jadi kamu sendirian?" Revan masih berdiri di ambang pintu, dia tak berani masuk mengingat waktu sudah malam dan Lia tinggal di rumah ini sendirian. Revan takut jika warga sekitar tak suka dan membuat Lia kesusahan nantinya. "Iya, Saya yang suruh dia pulang buat istirahat." Lia menarik sweater nya agar menutupi bagian dadanya yang sedikit terbuka. Apalagi Lia sudah melepas bra nya tadi, karena memang Lia tak pernah tidur menggunakan bra. "Tapi kamu kan masih sakit, kalau ada apa-apa tengah malam bagaimana?" Omel Revan. "Aku sudah sembuh kok, lihat jalan ku sudah nggak bungkuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-15
  • After 30   63. Godaan 2.

    Lia terbangun saat cahaya matahari menusuk kelopak matanya yang masih terpejam. Dengan senyum cerah, Lia merenggangkan tangannya, mengendurkan otot-ototnya yang kaku.Dia merasa sangat segar pagi ini. Perutnya tak terasa sakit, tidurnya pun nyenyak tak seperti biasanya yang sering terbangun di malam hari."Kenapa ya? bisa nyenyak sekali tidurku? mungkin karena kasurnya empuk?" gumam Lia bermonolog.Lia melihat sekitarnya, dia tidak melihat Revan, di mana kekasihnya yang bawel itu? Byur!Lia terdiam saat mendengar suara berisik air dari luar, dengan segera dia beranjak dan tak lupa menyambar sweaternya, kemudian berjalan keluar dari kamar mewah itu.Saat sudah sampai di luar kamar, Lia langsung tahu asal suara berisik barusan, ternyata Revan sedang asyik berenang di kolam renang yang berada tepat di depan kamar yang dia tempati semalam. .Revan menghentikan aktivitasnya saat melihat Lia sedang berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan dirinya. Dia tersenyum lalu berenang ke arah si

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-17
  • After 30   64. Merasa bersalah.

    Lia menuju kamarnya dan mengambil tas jinjing yang semalam di bawa Revan. Dia mulai mencari-cari baju apa yang bisa dia pakai untuk berenang.Ya, Lia sebenarnya sangat ingin berenang tapi dia malu pada Revan."Berenang nggak ya?" gumamnya sambil memandangi kaos ketat tak berlengan yang dia temukan di dalam tas nya. Kriing! Lia terkejut karena tiba-tiba teleponnya berdering. Buru-buru dia mencari asal suara itu dan akhirnya menemukannya di meja bulat yang ada di tengah kamarnya. "Anita?" Lirih Lia saat membaca nama sahabatnya muncul di layar ponselnya. "Halo?""Halo! Kamu di mana, Lia!" Seru Anita dari seberang. "Aku… aku… di…" Lia terbata, dia bingung harus menjawab apa. "Aku di rumah kamu, dan pintunya terkunci. Kamu ada di mana? Jangan bilang kamu tidur di rumah Pak Revan!""Ee.. ini, di… villa…""Amalia!" Teriak Anita setengah emosi. "Kamu nggak dengerin ucapanku!" sambungnya kesal. "Soalnya semalam…""Di apain kamu sama dia! Kamu nggak macam-macam, kan? Kalian nggak tidur

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20

Bab terbaru

  • After 30   92. lanjut tidak?

    “Ayo, Lia!” ajak Tinik sambil menarik tangan Lia yang sedang sibuk memasukkan nota ke dalam map. Karena uang yang diberikan Nyonya Cici tak cukup untuk membeli map ordner, Lia memutuskan membeli map plastik yang murah. “Kemana, Mbak?” tanya Lia bingung. “Kalau sudah jam setengah 4, kita harus turun, ketemu sales dan terima setoran mereka, sambil dengerin briefing dari Bos.”Masih bingung, namun Lia menurut saja. Lia di ajak ke garasi mobil, dan disanalah sudah berjejer banyak lelaki paruh baya, ada beberapa yang masih muda dan seumuran Lia. Lia melihat Anggi sedang membagikan makanan dan minuman dan sesekali beberapa seles menggodanya. Anggi tersenyum bahkan tertawa karena candaan para lelaki itu. Lia menelan salivanya, sedikit enggan bergabung dengan orang-orang ini, tapi dia harus bekerja, kan? “Nah, ini ada karyawan baru, namanya Lia,” ucap lelaki yang tadi bertemu Lia di ruang tengah dan bertelanjang dada. Untunglah sekarang dia sudah mengenakan kaos oblong tapi masih menggu

  • After 30   91. Tempat kerja baru.

    Lia menatap pantulan dirinya di cermin dan merapikan lipatan bajunya yang masuk ke dalam celana bahan kain warna hitam. Hari ini Lia mendapat panggilan interview di sebuah perusahaan distributor alat-alat listrik. Ya, memang bidang alat-alat listrik belum pernah Lia geluti sebelumnya. Karena semenjak lulus hingga sekarang, Lia hanya bekerja di perusahaan distribusi obat-obatan. Tapi, tidak ada salahnya mencoba hal baru, kan? lagi pula jika Lia mencari perusahaan yang sama seperti sebelumnya, dia takut gosip tentang dirinya pasti tersebar di beberapa distributor obat saingan perusahaannya sebelumnya.“Aku pasti bisa!” ucap Lia bermonolog, mengafirmasi dirinya dengan energi positif.“Oke,semuanya sudah siap, aku harus be_” tiba-tiba ponselnya berbunyi dan dengan segera Lia mengangkatnya.“Halo, Van? aku lagi buru-buru, nih.”“....”“Halo? Van?”“Hatiku sakit,” jawab Revan dengan lemas.“Kenapa? ada apa?” tanya Lia, kaget. Lia Bahkan membeku di ambang pintu menunggu jawaban Revan.“Aku

  • After 30   90. Menyiksa.

    “Tlililit… Tlililit…’“Siapa sih, pagi-pagi gini…?!” Dengan mata masih setengah terpejam, Lia meraba-raba kasur busanya, mencoba mencari-cari di mana ponselnya berada. “Ini dia!” dengan lega, Lia berhasil menemukan ponsel yang ternyata tertindih tubuhnya sendiri. Saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, mata Lia langsung terbuka lebar, kantuk yang dari tadi masih menggantung di kelopak matanya seketika menghilang. “Revan?” pekiknya lirih.“Halo.”“Baru bangun?” tanya Revan dari seberang. Suaranya sama paraunya seperti Lia, sehingga Lia yakin jika Revan pun baru saja bangun tidur sama seperti dirinya.“Iya…” jawab Lia sambil tersenyum.“....”“Halo? Revan?”“Eh, ya. Kamu sehat-sehat saja kan?”Lia mengernyitkan alis, merasa aneh dengan pertanyaan Revan. “Ada apa?”“Ng… Nggak ada apa-apa.”“Hmmm… dasar aneh, oh ya, kemarin aku jalan-jalan sama Anita.”“jalan ke mana?” sambar Revan cepat.“Ke Mall, shopping sama jajan dimsum…”“Terus?” tanya Revan penasaran. Sebenarnya Revan i

  • After 30   89. Ulah Novi

    “jadi kamu sekarang sudah pindah? kos di tempat yang sama dengan Adrian?” tanya Tristan. Nada suaranya menunjukkan dia sangat terkejut.“Kenapa?”Lia tersenyum, “nggak apa-apa. Rumah itu juga kan, bukan milikku seorang, jadi memang ada rencana di jual. Aku cuma mempercepat pindahanku.”“Tapi Revan, kan, punya Vila, kenapa kamu nggak tinggal di sana saja?” cecar Tristan. “Kalian nggak lagi bertengkar, kan?”“Nggak kok, Villa Revan itu kan jauh, kemana-mana jauh, dan terlalu besar untuk aku tinggali sendiri, jadi aku memilih sewa kamar kos aja.”Tristan berpikir sejenak,”kamu tau? aku selalu siap membantu jika kamu butuh apapun. Jangan sungkan minta tolong padaku ya?”Lia tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, “terima kasih,” ucapnya lirih.“Aku heran! cuma di sini pelakor di sanjung-sanjung! dimana-mana yang namanya pelakor itu kan biasanya di maki-maki, di hajar sampai babak belur atau di laporin ke polisi! huh, dunia memang sudah mau kiamat!” ucap Novi sambil melirik sinis pada Li

  • After 30   88. Dunia memang sempit

    “Mbak Lia, nggak makan?” tanya Adrian yang sejak tadi memperhatikan Lia. “Eh? Makan kok,” Lia mencoba tersenyum sambil mengambil gelas jusnya dan meminumnya melalui sedotan. “Nggak napsu makan karena nggak ada Pak Revan, ya?” Celetuk Novi sambil menggigit kentang goreng dan tersenyum sinis pada Lia. Lia tak peduli, dia enggan menanggapi omongan Novi yang selalu sinis padanya. Lagipula jika dia meladeni Novi, Lia takut perayaan ulang tahun Adrian akan kacau. Lia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya kemudian menghela napas, “Sudah jam sembilan malam, aku pulang dulu ya,” ucap Lia pada Adrian. “Loh, kenapa, Mbak? Acaranya sampai jam 12 loh. Setelah ini ada live perfomance aku, masa Mbak Lia nggak mau nonton?” Lia tersenyum kecil, “Anita besok harus kerja, aku nggak enak sama dia.” Adrian tampak kecewa, “paling tidak makanlah ini, dari tadi aku perhatikan Mbak Lia cuma minum jus,” Adrian mendekatkan sepiring spageti ke arah Lia. “Aku nggak mau Mbak Lia

  • After 30   87. Drama.

    Bibir Lia tersenyum lebar saat membaca pesan masuk yang dikirimkan Revan. 'Asti sudah setuju untuk bercerai. Aku akan urus semuanya setelah itu kita bisa langsung menikah.'Lia merebahkan tubuhnya masih dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Jantungnya berdebar kencang membayangkan akhirnya dia akan menikah dengan Revan. Tak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya jika dirinya akan menikah dengan lelaki setampan dan sesempurna Revan. Bagi Lia, Revan adalah lelaki pertama dan terakhir yang bertahta di hatinya, walaupun bagi Revan Lia bukan yang pertama. Mengingat itu, senyum Lia langsung sirna. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba melintas, namun dengan cepat Lia berusaha menangkisnya. "Asti yang berselingkuh lebih dulu! Dia menyakiti Revan dan wajar Revan berpisah dengannya, tak ada hubungannya denganku…" gumam Lia sambil memejamkan matanya. Lia bangun dari tidurannya dan kembali berpikir, "bolehkan aku bahagia dengan perpisahan Revan?" tanyanya bermonolog. "Duuh kenapa sih aku?" Li

  • After 30   86. Akhirnya.

    "Nanti aku ceritakan semuanya, tapi telpon di HP ku aja, ini HP orang aku nggak enak," Jawab Lia lirih, takut Adrian mendengar percakapannya. "Aku tanya kamu tidur di mana?" Ulang Revan meminta jawaban. "Aku sekarang tinggal di kos," Jawab Lia singkat. "Kenapa?""Nanti aku ceritakan semua setelah HP ku ambil, kemarin HP ku jatuh dan nggak mau nyala…""HP mu sudah jadi, dari semalam aku menelpon tapi nggak aktif. Dan barusan aku telpon sudah bisa, berarti HP mu sudah jadi. Buruan di ambil lalu telepon aku secepatnya!""Iya… jam 8 saat konter buka langsung aku ambil.""Ck, baiklah. Langsung telpon aku setelah diambil. Jangan lupa!" Ingat Revan. "Iya, sudah dulu…""Ya," Tut.. Tut.. Tut.. Lia menatap ponsel Adrian yang sudah mati. Semburat kekecewaan menghampiri hatinya karena Revan langsung memutuskan telpon begitu saja. Kenapa dia tak menanyakan kabar Lia? Sebegitu sibukkah dia sampai tak sempat berpikir untuk menanyakan keadaan Lia? Perasaan gelisah kini hinggap di relung hati

  • After 30   85. Salah paham.

    Sudah dua hari berlalu, namun Revan tak ada kabar sama sekali. Jangankan menelpon, kirim chat pun tidak. Ada apakah gerangan? Lia ingin sekali menelepon atau mengirimkan chat, namun dia takut. Takut jika ternyata Revan memang sengaja tak menghubunginya karena ingin kembali pada Asti. Entah kenapa, jika Revan tak menghubunginya lebih dulu, Lia merasa tak boleh menelponya. Jika Lia nekat menelpon atau mengirim chat, Lia jadi merasa dirinya benar-benar wanita jahat yang merebut lelaki orang. Lia menghela nafas sambil melempar pelan ponselnya ke atas meja kecil yang ada di sebelah ranjangnya. Namun naas ponselnya malah tergelincir dan jatuh. Sebenarnya meja ini tak terlalu tinggi, namun entah kenapa ponsel Lia malah retak karenanya. "Bego banget sih, Lia!" Geram Lia pada dirinya sendiri sambil menjitak kepalanya pelan. "Duh, mati lagi…" Lia berusaha menekan tombol power tapi ponselnya tak kunjung menyala. Akhirnya Lia memutuskan pergi mencari konter HP untuk memperbaiki ponselnya.

  • After 30   84. Drama Asti

    "Bikin malu!" Teriakan Ayah Revan menggema di seluruh ruangan. "Kamu selingkuh?! Kamu punya wanita lain dan memilih bercerai dengan Asti?! Apa kamu sudah nggak waras, Revan!""Revan mau menjelaskan, tapi kalau Ayah sudah menganggap buruk tentang Revan, sepertinya percuma Revan bicara," Revan berusaha menurunkan emosinya. Dia tahu Ayahnya pasti marah besar karena beliau adalah sahabat baik Pak Wijaya - Ayah dari Asti. "Mau penjelasan apa lagi?! Semua sudah jelas! Asti sampai menangis dan mengadu pada Ayahnya. Ayah benar-benar nggak tahu lagi mau ditaruh mana wajah Ayah kalau bertemu mereka! Dan setelah itu semua, Asti masih mau menerima kamu tapi kamu sendiri memilih untuk bercerai! Hanya karena wanita nggak jelas yang baru kamu kenal?! Kamu- pikiran kamu sudah rusak!" Teriakan dan makian dari Ayah Revan menggema memenuhi seluruh ruangan yang hanya berisi tiga orang yaitu Revan, Ayahnya dan Ibunya. "Ayah, tolong tenang. Biarkan Revan menjelaskan," Ucap Ibu Revan yang sejak tadi terd

DMCA.com Protection Status