Kiara mondar-mandir di ruangannya, setelah mendengar syarat yang diminta oleh bosnya itu dia merasa tidak tenang. Bagaimana mungkin dia bisa mengembalikan uang satu milyar dalam waktu tiga hari? Sungguh hal yang sangat mustahil. Pria itu, sepertinya sengaja ingin menjebaknya.
"Eh Kia, kenapa Lo dari tadi kayak setrikaan bolak-balik Mulu?" sapa Berta teman satu ruangan dengannya.
"Ahm ga kok mbak Berta, aku lagi nyari sesuatu tapi kayaknya aku lupa narohnya dimana," jawab Kiara asal. Ia tidak mau ada orang yang mengetahui tentang masalahnya. Jika sampai ada yang tahu pasti akan bertambah rumit. Secara dia baru satu Minggu bekerja masa harus terkena masalah?
Kiara masih memutar otak untuk mengatasi permasalahannya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering.
"Halo, iya Bu ada apa?"
"Mbak, ini aku Yuda. Tadi ibu masuk rumah sakit, jantungnya kumat kayaknya. Apa mbak bisa mentransferkan uang buat pengobatan ibu? Aku juga butuh uang buat sekolah mbak, seminggu lagi aku ada praktek di sekolah. Mbak bisa bantu transfer uangnya sekarang?"
DEG!!!
Bagai di sambar petir di siang hari. Kiara terasa tidak mempunyai kekuatan sama sekali bahkan kakinya terasa sangat lemas dan ia terduduk di bangkunya. Lama ia berpikir.
"Apa? Ibu masuk rumah sakit dan kamu butuh biaya buat praktek? Tapi mbak belum gajian dek. Mbak baru aja kerja seminggu bagaimana mbak bisa mendapatkan uang secepat itu?"
"Ayo dong mbak. Bantuin aku sama ibu, kalau sampai nanti biaya rumah sakit ibu ga dilunasi bisa-bisa ibu ga diijinkan dirawat mbak. Pihak sekolah juga meminta aku melunasi uang praktek besok, kalau tidak aku bisa ga ikut praktek dan terancam putus sekolah," keluh sang adik.
Kiara semakin dilema. Apa yang harus ia lakukan? Biaya rumah sakit dan uang untuk sekolah adiknya cukup besar. Sedangkan ia di kota saja harus berhemat karena uang yang ia miliki saat ini cuma uang yang diberikan sang ibu untuk bekalnya. Kiara semakin panik.
"Ya sudah nanti mbak usahakan untuk mencari akal biar bisa mengirimkan uang buat kalian secepatnya,"
Selesai bicara dengan sang adik tangis Kiara pecah. Untungnya tidak ada orang diruangan itu karena jam istirahat. Kiara benar-benar berada diujung tanduk.
Sementara itu, Ivander yang tidak sengaja lewat di depan ruangan Kiara tak sengaja mendengar pembicaraan Kiara. Ada rasa iba menghampiri hatinya tapi ia segera menepis rasa ibanya mengingat gadis itu sudah mengotori mobilnya. Ia merasa gengsi untuk membantu gadis itu dan lebih memilih untuk mengintimidasinya.
Kiara yang tadinya sedang menangis sesegukan, langsung terdiam melihat Ivander yang berada dihadapannya. Pandangan mereka saling tertaut satu sama lain, tapi Kiara tidak ingin dianggap lemah dan ia segera menghapus jejak air mata dipipinya. Kemudian berpura-pura bekerja untuk menghindari pembicaraan dengan atasannya yang menyebalkan dan tegaan itu.
Lelaki hanya tersenyum smirk memperhatikan Kiara, sungguh meskipun gadis itu tampak membencinya tapi Ivander sangat menyukai sikap gadis itu padanya. Membuatnya tambah penasaran seberapa kuat iman gadis itu untuk tetap menolaknya.
Lihat saja Kiara seberapa lama kamu akan bertahan? Aku yakin cepat atau lambat kau pasti akan menyerahkan dirimu padaku, monolog Ivander dalam hatinya. Ia benar-benar tidak sabar menunggu hari itu tiba.
***
Malam haripun tiba, seperti biasa Ivander akan menghabiskan waktunya untuk pergi ke club malam bersama teman-temannya.
"Gery, temenin gue ke club gue lagi bosan ni," ajak Ivander pada salah seorang sahabatnya.
"Emang kenapa? Lo pasti lagi pengen maen sama cewek-cewek yang ada di club kan?" Gery tahu persis bagaimana kelakuan sahabatnya itu. Jika bosan dengan pekerjaan atau lagi ada masalah pasti club tempat yang jadi pelariannya untuk melampiaskan kekesalannya. Biar itu sekedar minum-minum ataupun sampai melepaskan hasratnya dengan wanita-wanita nakal disana.
"Ga Ger. Malam ini gue ga mau maen, gue cuma pengen minum aja. Males gue sama cewek yang udah bekas orang, gue pengen cewek yang perawan," lugas Ivander pada sahabatnya membuat Gery terkekeh.
"Serius Lo? Apa ada cewek yang masih perawan di kota seperti ini?" ledek Gery pada sahabatnya itu.
"Masihlah. Gue yakin masih ada yang perawan kok," pungkasnya penuh keyakinan.
"Jangan-jangan Lo udah ada niat buat menikah ni? Lo udah punya niatan buat nikah?" tanya Gery yang saat ini telah duduk bersama Ivander di ruang VVIP.
mereka sengaja memesan ruangan itu karena tidak ingin diganggu.
"Entahlah. Kayaknya buat sekarang belum tapi mungkin kedepannya siapa yang tahu?" Gery hanya tersenyum menggelengkan kepalanya. Sahabatnya ini memang kadang sulit ditebak.
Sejauh ini Ivander yang ia kenal bukan tipe lelaki yang akan merasa puas dengan satu wanita. Bahkan lelaki itu rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk mendapatkan layanan memuaskan diranjang dan wanita yang bersamanya bukan wanita sembarangan. Ia akan melakukan hubungan seperti itu dengan model atau artis-artis muda yang bisa di ajak bersenang-senang.
Bukan tanpa alasan Ivander bersikap seperti itu. Dulu dia adalah pria yang begitu setia pada kekasihnya, bahkan ia akan melakukan apa saja demi membahagiakan kekasihnya, tapi sayang wanita itu malah mengkhianatinya.
Cheril, gadis yang pernah membuat Ivander begitu tergila-gila padanya, tapi malah meninggalkannya demi karir dan uang. Disaat Ivander sangat membutuhkannya gadis itu malah meninggalkannya begitu saja tanpa kabar. Semenjak hari itulah Ivander tidak pernah lagi percaya pada yang namanya cinta dan kesetiaan.
Dimatanya wanita itu hanya seperti kertas tisue yang ketika ia butuh akan ia gunakan dan setelah selesai ia akan mencampakkannya. Miris bukan? Seorang pria yang memiliki separuh harta kekayaan dari keluarga besarnya malah tidak bisa memiliki cinta dalam hidupnya.
"Van, Lo udah banyak minum. Sekarang kita pulang. Gue ga mau Lo buat keributan disini nanti," ajak Gery yang langsung memapah sahabatnya yang telah tidak sadarkan diri karena terlalu banyak minum.
Ivander, Lo tu ya mestinya bersyukur terlahir dari keluarga kaya raya. Mestinya lo udah mendapatkan calon istri yang baik tapi Lo malah merusak hidup Lo kayak gini. Ga abis pikir gue sama jalan pikiran Lo, gumam Gery saat mengantarkan Ivander pulang.
Dia tidak mengerti mengapa sahabatnya itu tidak bisa move on dari Cheril? Padahal di dunia ini masih ada gadis yang jauh lebih baik darinya.
Terkadang Gery merasa kasihan dan miris pada sahabatnya itu tapi mau bagaimana lagi? Ivander tidak hanya sekedar sahabatnya tapi juga atasannya. Mau tidak mau dia akan melakukan apa yang diperintahkan padanya.
Gery membawa Ivander ke apartemennya. Lelaki itu tidak akan berani membawa Ivander pulang ke penthouse jika dalam keadaan seperti ini. Pastinya ia akan dimarahi habis-habisan oleh mamanya Ivander. Makanya untuk mengamankan sahabatnya itu ia akan membawanya ke apartemen pribadi Ivander. Setelah merapikan selimut dan memastikan sahabatnya tidur dengan nyaman, Gery kembali ke rumahnya.
Pagi hari ponsel Ivander berdering. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali, untuk mendapatkan kesadarannya. Terlalu banyak minum membuatnya jadi pusing dan seluruh badannya terasa remuk."Ya mom?" sapanya pada wanita yang berada di seberang sana."DARI MANA SAJA KAMU? MENGAPA TIDAK PULANG SEMALAMAN? KELAYABAN LAGI? IVANDER KAMU ITU UDAH DEWASA. KAMU HARUSNYA SUDAH MENIKAH DAN MEMPUNYAI ANAK TAPI MALAH KELAYABAN GA JELAS SEPERTI ITU. MALU SAMA UMUR NAK!" cerocos wanita di sebrang sana.Ivander menjauhkan ponselnya dari telinganya. Mendapatkan Omelan bertubi-tubi dari sang ibu membuatnya yang baru saja terjaga jadi hilang semangat."Hei kenapa malah diam? Dasar anak bandel, bukannya menjawab malah diam," omel sang ibu lagi dari kejauhan."Iya mom aku dengar, aku baru bangun mom. Tadi malam aku kecapean makanya aku memutuskan untuk menginap di apartemen,""Pulang sekarang juga atau kau tidak perlu datang ke rumah ini lagi!"Amora begitu marah pada putra sulungnya ini. Anak itu sangat meny
Baru saja Kiara melihat jumlah nominal yang masuk kedalam rekeningnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera Kiara menekan tombol hijau."Bagaimana? Kau sudah lihat rekeningmu?" orang diseberang sana mengingatkannya."Pak Ivander?""Tidak perlu terkejut. Aku adalah orang yang menepati janji. Apapun yang kukatakan pasti akan ku lakukan. Jadi ingat besok kita bertemu di hotel xxx. Jangan coba-coba mencari alasan dan menolak. Kau tidak akan bisa menghindariku. Paham?"Kiara bingung, di satu sisi ia merasa sangat bahagia karena permasalahan keuangannya bisa teratasi. Bahkan lebih dari cukup, tapi untuk pergi berkencan dengan Ivander apa itu harus? Bagaimana dengan petuah yang selalu diajarkan sang ibu padanya? Apa harus ia langgar? Sungguh ia dalam dilema saat ini."Mengapa diam saja? Kau mau mencari alasan untuk tidak berkencan denganku?""Tidak, aku tidak sedang mencari alasan. Anda tidak perlu takut. Aku pasti akan menepati janjiku,""Baguslah kalau begitu. Aku tunggu kau besok pagi. Ja
Kiara mengerjapkan matanya berkali-kali saat mentari pagi menyilaukan pandangannya. Perlahan ia membuka matanya dan sedikit menutupi pandangannya karena silau mentari begitu tepat diwajahnya. Kiara mencoba bangkit dari ranjangnya dan ia merasakan tubuhnya begitu lelah dan sedikit sakit diarea intimnya.Ia menoleh ke samping dan ternyata pria itu sudah tidak ada. Sepertinya ia meninggalkanny di hotel pagi-pagi sekali.Sungguh, ia tidak pernah menduga akan menghabiskan malam bersama pria yang merupakan atasannya sendiri dalam keadaan seperti ini. Belum lagi selesai ia berpikir, kini ponselnya berbunyi. Ada satu notifikasi masuk.Ivander : hari ini kau tidak perlu masuk, beristirahatlah di rumah. Atau kalau kau mau melihat suasana di sekitar hotel kau bisa berjalan-jalan dulu menikmati suasana alam di dekat hotel. Aku sedang meeting, dan pekerjaanmu sudah di selesaikan oleh Zascy. Aku juga telah mentransferkan uang lima ratus juta lagi ke rekeningmu.DEG!!!
Kiara baru saja selesai makan, saat ini ia keluar ke halaman hotel dan melihat-lihat suasana diluar. Benar yang dikatakan Ivander suasana di luar hotel sangat indah. Hotel itu terletak di dekat pantai jadi Kirana berniat untuk berjalan-jalan di tepi pantai. Pasti sangat menyenangkan, tapi baru saja ia hendak melangkahkan kakinya ke bibir pantai, sebuah mobil mewah berwarna hitam menghampirinya."Nona Kiara?" tanya si pria yang mengendarai mobil mewah itu padanya."Iya, benar. Ada apa pak?" Kiara mengernyitkan dahinya merasa tidak mengenal orang itu."Ayo silahkan naik ke mobil, tuan muda sudah menunggu anda," ujar lelaki itu sambil membukakan pintu mobil, tapi Kiara tampak enggan untuk masuk ke dalam mobil itu."Nona ayo cepat, tuan muda Ivander sudah menunggu anda. Jangan sampai terlambat, jika tidak ia bisa memarahiku habis-habisan," pria itu tampak ketakutan. Ia hanya seorang supir yang disuruh mengantarkan Kiara pada Ivander, jadi pria itu tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya m
Mau tidak mau Kiara terpaksa mengikuti Ivander. Entah drama apa lagi yang akan dilakukan lelaki itu padanya. Dalam perjalanan pulang Kiara hanya diam, dia benar-benar tidak siap jika harus menjalani pernikahan bersama pria arogan ini. Apalagi keluarganya di desa tidak mengetahui apa yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana kalau sampai ibunya mengetahui ia telah menikah tanpa izin dari sang ibu? Entahlah apa yang akan terjadi pada nasibnya kelak.Kiara saat ini berada di tempat kosnya, sengaja Ivander mengantarnya pulang hari itu karena ia ingin tahu dimana tempat tinggal gadis Kiara."Pak, saya turunnya di sini saja," pinta Kiara saat sampai di depan kos-kosannya. Ia tidak ingin terlihat oleh orang-orang di sekitar tempat tinggalnya kalau ia diantarkan oleh atasannya."Memangnya dimana tempat tinggalmu?" Ivander merasa penasaran."Saya tinggal di belakang gang itu pak, tapi sebaiknya bapak mengantar saya sampai di sini saja bapak tidak akan suka jika masuk ke dalam gang sempit itu,"
Ivander melajukan mobilnya begitu Kiara telah duduk di dalam mobil. Kiara hanya diam dan pasrah saat lelaki itu melajukan mobilnya. Sementara Ivander diam-diam melirik ke arah Kiara. Sungguh hatinya bergetar hebat, ia tidak pernah mengira sekretaris pribadi yang menjadi istri kecilnya itu benar-benar elegan. Meskipun dia bukan gadis yang terlahir dari keluarga kaya tapi gadis ini benar-benar mempesona.Tiba-tiba muncul ide iseng dari Ivander, ia mencoba menggenggam tangan Kiara, dan dengan cepat Kiara menepis tangannya."Pak apa yang anda lakukan?" Kiara merasa tidak suka dengan perlakuan Ivander padanya."Aku hanya menyentuh istriku," ucap lelaki sambil mencoba mencondongkan tubuhnya ke arah Kiara. Membuat Kiara semakin tidak nyaman.Pria ini benar-benar sangat menyebalkan. Dia mencari kesempatan tiap kali bersama Kiara.Tepat saat itu berada di lampu merah, Ivander tidak menyia-nyiakan kesempatan itu ia segera merangkul Kiara."Pak, jangan karena saya sudah menandatangani kontrak d
Amora dan Antonio begitu senang karena pada akhirnya putra mereka mendapatkan wanita yang benar-benar akan menjadi istrinya."Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Ivander mau menikah juga," ujar Antonio pada sang istri."Iya Momy ga menyangka dia menjalin hubungan serius dengan wanita, mengingat dulu waktu Cheryl meninggalkannya, dia begitu patah hati dan terlihat sangat hancur," kenang Amora mengingat apa yang telah terjadi pada putranya dulu.Sebegitu cintanya putranya itu pada Cheryl bahkan mereka sampai berniat untuk menikah, tapi wanita itu malah lebih memilih untuk melanjutkan karirnya sebagai model papan atas. Saat itu Cheryl sedang naik daun dan wajahnya selalu menghiasi media cetak maupun media elektronik dan penghasilannya juga sangat menjanjikan di dunia entertainment. Makanya saat ada tawaran kontrak untuk bekerja di luar negeri Cheryl lebih memilih untuk mengembangkan karirnya dan menunda pernikahannya dengan Ivander.Ivander sempat menunggunya untuk kembali tapi sayang
Ivander memulai perjalanannya bersama Gery. Ia tampak begitu bersemangat untuk pertemuannya. Bahkan ia sangat yakin kali ia akan memenangkan tender lagi.Namun, tiba-tiba saja ia merasakan sangat rindu pada Kiara. Ia segera membuka ponselnya melihat apa saja kegiatan yang dilakukan Kiara selama ia pergi.Ia melihat Kiara begitu serius dengan pekerjaannya, ada rasa kagum menjalar di dalam hatinya. Gery yang sempat memperhatikan Sahabat sekaligus atasannya itu sempat penasaran dengan sikap Ivander. Sebenarnya dia ini sedang memikirkan apa? fokus sekali, gumam Gery dalam hatinya. Ia memang penasaran dengan Ivander sejak beberapa hari yang lalu seperti sedang menyembunyikan sesuatu.Diam-diam, ia mendekat ke arah Ivander dan melirik sedikit apa yang sedang diperhatikan pria itu dan ketika ia melihat sosok wanita yang tidak asing baginya."Kiara?" spontan saja ia menyebut nama gadis itu dan membuat Ivander tersentak dari lamunannya dan menatap tajam pada sahabatnya."Kau ... jadi kau mengi