Baru saja Kiara melihat jumlah nominal yang masuk kedalam rekeningnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera Kiara menekan tombol hijau.
"Bagaimana? Kau sudah lihat rekeningmu?" orang diseberang sana mengingatkannya.
"Pak Ivander?"
"Tidak perlu terkejut. Aku adalah orang yang menepati janji. Apapun yang kukatakan pasti akan ku lakukan. Jadi ingat besok kita bertemu di hotel xxx. Jangan coba-coba mencari alasan dan menolak. Kau tidak akan bisa menghindariku. Paham?"
Kiara bingung, di satu sisi ia merasa sangat bahagia karena permasalahan keuangannya bisa teratasi. Bahkan lebih dari cukup, tapi untuk pergi berkencan dengan Ivander apa itu harus? Bagaimana dengan petuah yang selalu diajarkan sang ibu padanya? Apa harus ia langgar? Sungguh ia dalam dilema saat ini.
"Mengapa diam saja? Kau mau mencari alasan untuk tidak berkencan denganku?"
"Tidak, aku tidak sedang mencari alasan. Anda tidak perlu takut. Aku pasti akan menepati janjiku,"
"Baguslah kalau begitu. Aku tunggu kau besok pagi. Jangan sampai terlambat, karena aku bukanlah orang yang suka menunggu,"
Setelah itu pembicaraan merekapun. Selesai. Sungguh ini hal gila yang akan membuat hidup Kiara. Ia tidak menggubris telpon itu lagi, yang ada dipikirannya saat ini adalah ia harus segera mengirim uang yang dibutuhkan oleh adik dan ibunya. Kiara segera mentransfer ke rekening adiknya dan betapa bahagianya keluarganya saat Kiara memberikan uang sejumlah yang mereka inginkan.
***
Keesokan paginya, seperti biasa Kiara pergi bekerja di kantor, tiba-tiba seorang pria menghampirinya.
"Kau masih ingat janjimukan?" suara itu membuatnya terkesiap.
"Pak Ivander, bukankah hari ini kita ada jadwal pertemuan?" kilah gadis itu padanya.
"Jangan lupa nanti siang kita akan berkencan. Aku jadi tidak sabar menunggumu," bisik lelaki itu menggoda padanya. Membuat Kiara bergidik ngeri. Dengan cepat Kiara mengambil langkah seribu. Ia tidak ingin bicara dengan Ivander, tapi lelaki itu hanya tersenyum melihat sikap Kiara.
Tepat jam istirahat siang, Ivander langsung mencari Kiara. Ia tidak ingin gadis itu membohonginya. Ivander segera menuju ke ruangan Kiara.
Astaga, pria ini mengapa ia tidak bisa membiarkan aku bernafas lega sedikitpun? Ia benar-benar tidak bisa menunggu sebentar saja, gumam Kiara dalam hatinya.
"Apa yang kau lihat? ayo, kita harus pergi sekarang," ajak Ivander sambil mengulurkan tangannya pada wanita muda itu. Kiara hanya menatap heran padanya.
"Lama!" tanpa menunggu lagi, Ivander mengangkat tubuh Kiara ke atas bahunya dan gadis itu terkesiap.
"Pak apa-apaan ini? lepasin pak! kalau ada yang melihat nanti akan ada yang salah paham," pungkas gadis itu sambil memberontak tapi lelaki itu tidak memperdulikan ucapannya. Ia tetap saja menggendong Kiara seperti karung beras.
Bahkan para karyawan yang masih berada di sana dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan Ivander pada sekretaris pribadinya itu, tapi mereka tidak berani mengatakan apapun. Mana ada yang berani menegur Ivander si lelaki keras kepala itu. Jika berani membantah atau menegurnya ia langsung memecat orang itu.
Sesampainya di parkiran, Ivander langsung membuka pintu mobilnya dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang satu lagi masih menggendong Kiara. Ia memasukkan gadis itu ke jok depan dan langsung menyalakan mesin mobilnya.
"Pak kita mau kemana?" tanya gadis itu sedikit merasa takut. Ivander hanya mengangkat tangannya memberikan peringatan untuk tidak bertanya. Kiara tidak mampu berkata apapun ia hanya menurut.
Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan yang berarti antara keduanya, mereka lebih memilih diam. Kiara hanya menunduk menahan rasa sesak didadanya. Takut akan apa yang akan dilakukan lelaki itu padanya. Tiba-tiba matanya berembun namun Kiara cepat-cepat menoleh ke samping untuk menyembunyikan kesedihannya. Ivander sempat melirik dan memperhatikannya tapi pria itu lebih memilih diam.
***
Hanya tiga puluh menit mereka telah sampai di sebuah hotel mewah berbintang lima. Kiara terperanjat melihat kemegahan hotel itu, belum pernah sebelumnya ia masuk ke hotel se mewah itu.
Ivander langsung mengajak Kiara ke ruangan VIP yang telah di bookingnya. Setibanya diruangan itu telah tersaji hidangan mewah yang menggoda selera. Sebenarnya Kiara sangat lapar dan ingin sekali menyantap makanan yang tersedia tapi karena bersama pria yang tidak punya hati itu membuat selera makannya hilang seketika.
"Ayo cepat makanlah, kau membutuhkan tenaga untuk berkencan nanti," ucap lelaki itu membuat Kiara mengernyitkan dahinya.
Apa maksud ucapannya itu? monolognya dalam hati.
"Ayo makan jangan lama-lama. Aku tidak suka menunggu," ucap lelaki itu merasa tidak sabar.
Tidak butuh waktu lama, mereka telah selesai memakan hidangan yang tersedia. Ivander segera membawa Kiara ke dalam kamar yang berada di dekat ruangan itu. Kiara makin dibuat melongo saat melihat ukuran kamar yang begitu besar. Bahkan kamar kosnya saja tidak sampai separuh kamar itu.
"Ayo cepat masuk," Ivander menarik tangan wanita itu, karena tidak siap tiba-tiba tubuhnya terjatuh begitu saja. Namun dengan sigap Ivander memeluknya, hingga kini mereka berada dalam jarak yang begitu sangat dekat. Ada rasa yang berbeda dalam hati Ivander saat menatap bola mata gadis itu. Mata yang teduh dan sangat indah.
Ivander yang begitu berhasrat pada Kiaralangsung melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu dan menyesap bibir merah gadis itu. Kiara belum siap dan sangat terkejut dengan keagresifan Ivander, ia berusaha menolak dan memberontak tapi lelaki itu malah mempererat pelukannya dan sekarang ia malah menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam ciumannya.
Entah mengapa meskipun dibibir ia menolak apa yang dilakukan Ivander padanya namun hatinya menikmati ciuman lembut yang mendarat dibibirnya, tanpa sadar ia membalas ciuman Ivander yang sedari tadi menuntut padanya. Sesekali Ivander melepaskan tautan bibir mereka untuk menghirup oksigen.
Ivander tersenyum menatap wajah Kiara, tapi gadis itu malah membuang mukanya, membuat Ivander semakin tertantang untuk semakin menyerangnya. dengan sigap ia mengusap bibirnya ke leher jenjang dan menghembuskan nafasnya yang hangat ke leher putih mulus itu. Membuat dad Kiara kembang kempis menahan rasa yang tidak dapat dia jelaskan.
Lelaki itu mengusap rambut kecoklatan milik Kiara perlahan ia mengusap kening, hidung, hingga tangan itu berhenti di bibir yang baru saja membuatnya merasa candu. Ia mengulangi menyesap bibir kemerahan itu.
Ivander tersenyum nakal pada gadis itu dan mengeratkan tangannya pada pinggang wanita muda itu mempertemukan pinggang keduanya kemudian menggendong tubuh mungil Kiara ke ranjang dan merebahkannya.
Darah gadis itu semakin berdesir kencang tanpa basa-basi Ivander melepaskan penutup atas wanita itu sehingga memperlihatkan tubuh indah dan dua bongkahan yang terlihat kembang kempis, terlihat begitu menggodanya untuk menyentuhnya. Ivander yang sudah dipenuhi oleh hasrat langsung menggendong wanita itu kepelukannya, kenudian mendaratkan ciuman diwajah hingga dada Kiara.
Kiara mulai merasakan ada hasrat yang merasuki dirinya tanpa ia sadari ia malah membelai bulu-bulu halus diwajah pria tampan itu. Ivander semakin bergairah, ia segera melepaskan dasi dan jas yang melepaskan jas yang ia kenakan. Ia benar-benar gemas melihat wajah gadis itu, kemudian merangkak ke atas tubuh mungil itu.
Kaira menggelengkan kepalanya dan nafasnya mulai tak beraturan saat merasakan tiap tubuhnya seakan dialiri aliran listrik. Bahkan ia merutuki dirinya sendiri saat lelaki itu mulai mengambil mahkotanya. Ivander merasa kesusahan saat memasuki inti wanita itu dan benar saja saat terdengar suara robekan pada bagian inti itu. Ivander baru menyadari wanita yang bersamanya itu seorang gadis yang murni. Ia semakin menggila.
Melihat gadis itu begitu tersiksa, membuat Ivander semakin hilang kendali. Ia semakin menggila untuk menuntaskan hasratnya. Berkali-kali ia melakukan pelepasannya, hingga dirinya ambruk di sisi gadis itu setelah melewati malam panas bersamanya.
Kiara sendiri ingin segera bangkit dan membersihkan dirinya untuk segera pergi dari tempat terkutuk itu, tapi tubuhnya terasa sangat capek dan remuk. Akhirnya iapun tertidur karena kelelahan.
Kiara mengerjapkan matanya berkali-kali saat mentari pagi menyilaukan pandangannya. Perlahan ia membuka matanya dan sedikit menutupi pandangannya karena silau mentari begitu tepat diwajahnya. Kiara mencoba bangkit dari ranjangnya dan ia merasakan tubuhnya begitu lelah dan sedikit sakit diarea intimnya.Ia menoleh ke samping dan ternyata pria itu sudah tidak ada. Sepertinya ia meninggalkanny di hotel pagi-pagi sekali.Sungguh, ia tidak pernah menduga akan menghabiskan malam bersama pria yang merupakan atasannya sendiri dalam keadaan seperti ini. Belum lagi selesai ia berpikir, kini ponselnya berbunyi. Ada satu notifikasi masuk.Ivander : hari ini kau tidak perlu masuk, beristirahatlah di rumah. Atau kalau kau mau melihat suasana di sekitar hotel kau bisa berjalan-jalan dulu menikmati suasana alam di dekat hotel. Aku sedang meeting, dan pekerjaanmu sudah di selesaikan oleh Zascy. Aku juga telah mentransferkan uang lima ratus juta lagi ke rekeningmu.DEG!!!
Kiara baru saja selesai makan, saat ini ia keluar ke halaman hotel dan melihat-lihat suasana diluar. Benar yang dikatakan Ivander suasana di luar hotel sangat indah. Hotel itu terletak di dekat pantai jadi Kirana berniat untuk berjalan-jalan di tepi pantai. Pasti sangat menyenangkan, tapi baru saja ia hendak melangkahkan kakinya ke bibir pantai, sebuah mobil mewah berwarna hitam menghampirinya."Nona Kiara?" tanya si pria yang mengendarai mobil mewah itu padanya."Iya, benar. Ada apa pak?" Kiara mengernyitkan dahinya merasa tidak mengenal orang itu."Ayo silahkan naik ke mobil, tuan muda sudah menunggu anda," ujar lelaki itu sambil membukakan pintu mobil, tapi Kiara tampak enggan untuk masuk ke dalam mobil itu."Nona ayo cepat, tuan muda Ivander sudah menunggu anda. Jangan sampai terlambat, jika tidak ia bisa memarahiku habis-habisan," pria itu tampak ketakutan. Ia hanya seorang supir yang disuruh mengantarkan Kiara pada Ivander, jadi pria itu tidak bisa berbuat banyak kecuali hanya m
Mau tidak mau Kiara terpaksa mengikuti Ivander. Entah drama apa lagi yang akan dilakukan lelaki itu padanya. Dalam perjalanan pulang Kiara hanya diam, dia benar-benar tidak siap jika harus menjalani pernikahan bersama pria arogan ini. Apalagi keluarganya di desa tidak mengetahui apa yang terjadi padanya saat ini. Bagaimana kalau sampai ibunya mengetahui ia telah menikah tanpa izin dari sang ibu? Entahlah apa yang akan terjadi pada nasibnya kelak.Kiara saat ini berada di tempat kosnya, sengaja Ivander mengantarnya pulang hari itu karena ia ingin tahu dimana tempat tinggal gadis Kiara."Pak, saya turunnya di sini saja," pinta Kiara saat sampai di depan kos-kosannya. Ia tidak ingin terlihat oleh orang-orang di sekitar tempat tinggalnya kalau ia diantarkan oleh atasannya."Memangnya dimana tempat tinggalmu?" Ivander merasa penasaran."Saya tinggal di belakang gang itu pak, tapi sebaiknya bapak mengantar saya sampai di sini saja bapak tidak akan suka jika masuk ke dalam gang sempit itu,"
Ivander melajukan mobilnya begitu Kiara telah duduk di dalam mobil. Kiara hanya diam dan pasrah saat lelaki itu melajukan mobilnya. Sementara Ivander diam-diam melirik ke arah Kiara. Sungguh hatinya bergetar hebat, ia tidak pernah mengira sekretaris pribadi yang menjadi istri kecilnya itu benar-benar elegan. Meskipun dia bukan gadis yang terlahir dari keluarga kaya tapi gadis ini benar-benar mempesona.Tiba-tiba muncul ide iseng dari Ivander, ia mencoba menggenggam tangan Kiara, dan dengan cepat Kiara menepis tangannya."Pak apa yang anda lakukan?" Kiara merasa tidak suka dengan perlakuan Ivander padanya."Aku hanya menyentuh istriku," ucap lelaki sambil mencoba mencondongkan tubuhnya ke arah Kiara. Membuat Kiara semakin tidak nyaman.Pria ini benar-benar sangat menyebalkan. Dia mencari kesempatan tiap kali bersama Kiara.Tepat saat itu berada di lampu merah, Ivander tidak menyia-nyiakan kesempatan itu ia segera merangkul Kiara."Pak, jangan karena saya sudah menandatangani kontrak d
Amora dan Antonio begitu senang karena pada akhirnya putra mereka mendapatkan wanita yang benar-benar akan menjadi istrinya."Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Ivander mau menikah juga," ujar Antonio pada sang istri."Iya Momy ga menyangka dia menjalin hubungan serius dengan wanita, mengingat dulu waktu Cheryl meninggalkannya, dia begitu patah hati dan terlihat sangat hancur," kenang Amora mengingat apa yang telah terjadi pada putranya dulu.Sebegitu cintanya putranya itu pada Cheryl bahkan mereka sampai berniat untuk menikah, tapi wanita itu malah lebih memilih untuk melanjutkan karirnya sebagai model papan atas. Saat itu Cheryl sedang naik daun dan wajahnya selalu menghiasi media cetak maupun media elektronik dan penghasilannya juga sangat menjanjikan di dunia entertainment. Makanya saat ada tawaran kontrak untuk bekerja di luar negeri Cheryl lebih memilih untuk mengembangkan karirnya dan menunda pernikahannya dengan Ivander.Ivander sempat menunggunya untuk kembali tapi sayang
Ivander memulai perjalanannya bersama Gery. Ia tampak begitu bersemangat untuk pertemuannya. Bahkan ia sangat yakin kali ia akan memenangkan tender lagi.Namun, tiba-tiba saja ia merasakan sangat rindu pada Kiara. Ia segera membuka ponselnya melihat apa saja kegiatan yang dilakukan Kiara selama ia pergi.Ia melihat Kiara begitu serius dengan pekerjaannya, ada rasa kagum menjalar di dalam hatinya. Gery yang sempat memperhatikan Sahabat sekaligus atasannya itu sempat penasaran dengan sikap Ivander. Sebenarnya dia ini sedang memikirkan apa? fokus sekali, gumam Gery dalam hatinya. Ia memang penasaran dengan Ivander sejak beberapa hari yang lalu seperti sedang menyembunyikan sesuatu.Diam-diam, ia mendekat ke arah Ivander dan melirik sedikit apa yang sedang diperhatikan pria itu dan ketika ia melihat sosok wanita yang tidak asing baginya."Kiara?" spontan saja ia menyebut nama gadis itu dan membuat Ivander tersentak dari lamunannya dan menatap tajam pada sahabatnya."Kau ... jadi kau mengi
Ivander tengah sibuk dengan pertemuannya dengan kliennya, ia sedang menjelaskan tentang presentase proyeknya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ivander menghentikan aktifitasnya sejenak dan menatap ke arah layar ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal."Maaf, saya tinggal dulu sebentar. Presentasenya akan dilanjutkan oleh asisten saya," ucap Ivander pada para peserta rapat yang sedari tadi begitu fokus mendengarkan presentase Ivander.Para peserta mengangguk, kemudian Ivander keluar dari ruang rapat dan presentase yang sedang diarahkan oleh Ivander dilanjutkan oleh Gery.Ivander segera ke loby untuk mengangkat panggilan telponnya."Halo," sapanya pada orang di seberang sana."Halo sayang, ini aku. Apa kau tidak merindukanku?" ucap wanita diseberang sana dengan suara manja."Maaf anda siapa?""Kita baru saja bertemu di depan loby hotel tadi. Aku tidak sengaja menabrakmu,"Ivander mengingat kembali kejadian saat ia akan masuk ke dalam loby hotel."Cheril, mau apa kau menelponku? aku seda
Ivander tengah sibuk dengan pertemuannya dengan kliennya, ia sedang menjelaskan tentang presentase proyeknya, namun tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ivander menghentikan aktifitasnya sejenak dan menatap ke arah layar ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal."Maaf, saya tinggal dulu sebentar. Presentasenya akan dilanjutkan oleh asisten saya," ucap Ivander pada para peserta rapat yang sedari tadi begitu fokus mendengarkan presentase Ivander.Para peserta mengangguk, kemudian Ivander keluar dari ruang rapat dan presentase yang sedang diarahkan oleh Ivander dilanjutkan oleh Gery.Ivander segera ke loby untuk mengangkat panggilan telponnya."Halo," sapanya pada orang di seberang sana."Halo sayang, ini aku. Apa kau tidak merindukanku?" ucap wanita diseberang sana dengan suara manja."Maaf anda siapa?""Kita baru saja bertemu di depan loby hotel tadi. Aku tidak sengaja menabrakmu,"Ivander mengingat kembali kejadian saat ia akan masuk ke dalam loby hotel."Cheril, mau apa kau menelponku? aku sedan
Seorang wanita tengah duduk di sofa kesayangannya, ia masih kesal dengan apa yang terjadi di pesta tadi.'Gue akan buat perhitungan sama cewek sialan itu, gue pasti akan menyingkirkan cewek rendahan seperti itu!' gerutu gadis itu dalam hatinya.Bergegas ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Halo Robert, aku punya tugas untukmu!" titah wanita itu pada seorang pria di seberang sana."Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Bos?""Aku akan mengirimkanmu foto seorang wanita dan kau harus membawa wanita itu ke tempat yang aku tentukan. Jangan sampai kau dan teman-temanmu gagal mendapatkannya!" titahnya lagi pada orang yang bernama Robert itu."Baiklah, Nona. Aku akan segera menyuruh anak buahku untuk menangkap wanita itu!"Selanjutnya, pembicaraan diantara mereka berakhir dan tidak berapa lama kemudian, bunyi notifikasi masuk terdengar. Robert segera membuka layar ponselnya dan terlihat dengan jelas wajah Sheila di sana. Lelaki itu segera memanggil para anak buahnya."Hei, kalian!
'Sial, kenapa juga si Daniel pake acara membela dia di hadapan semua orang? gue jadi malu gara-gara tu cewe,' kesal Vania sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan sikap Daniel yang membentaknya dihadapan orang ramai."Gimana rasanya hmm? Lo pikir kakak gue mau sama orang kayak Lo? Asal Lo tahu, cewek yang baru saja Lo coba permalukan tadi itu adalah calon kakak ipar gue. So... ga usah cari masalah sama dia!" sekonyong-konyong Cheryl datang memberikan peringatan pada Vania."Lo siapa hah?" tanya Vania sambil menatap tak suka pada Cheryl."Gue adiknya Daniel!" bentak Cheryl pada gadis itu hingga membuatnya terdiam. Semua orang memperhatikan Vania karena keributan kecil yang ia perbuat barusan.Merasa kesal Vania menghentakkan kakinya kemudian melangkah keluar dari acara itu. Ia merasa malu karena sikap Cheryl padanya."Waw, untuk pertama kalinya ku lihat kau berbuat baik," ucap seorang pria sambil bertepuk tangan. Sontak saja hal itu membuat Cheryl menoleh ke arah sumber sua
Daniel membawa Sheila ke tengah-tengah pesta yang begitu mewah dan megah, Sheila merasa sedikit canggung dan gugup saat mengikuti pesta."Sheila, ayo sini. Kenapa kamu malah bengong seperti itu?" panggil Daniel pada karyawannya itu."Pak, apa saya ga salah tempat? saya merasa tidak pantas di acara ini," ucap Sheila merasa gugup berada dikeramaian."Acara ini dibolehkan untuk siapa saja. Termasuk kamu Sheila. Saya sengaja mengajak kamu ke sini untuk mengenalkan kamu pada relasi bisnis saya. Supaya mereka tahu, ada karyawan saya yang bisa saya andalkan dalam proyek saya nanti," jelas Daniel pada Sheila.Daniel sangat mengerti, sebagai orang baru Sheila pasti merasa gugup bertemu dengan para tamu yang elegan dan super mewah, tapi Daniel selalu memberikan semangat pada Sheila untuk mempercayakan dirinya akan tetap menjaga Sheila di acara itu."Tapi pak...""Sudah, jangan membantah. Ikuti saja perkataan saya," tegas Daniel yang tidak ingin mendengar alasan dari Sheila lagi.Acara syukuran
Hari pertama bekerja, Sheila begitu bersemangat. Ia datang lebih awal dan telah mempersiapkan semuanya."Sheila, kamu sudah datang?" sapa Daniel pada gadis muda yang berada di ruang kerjanya."Ah iya pak, kebetulan saya tidak banyak kegiatan di rumah. Jadinya saya berinisiatif untuk datang lebih awal," jawab Sheila dengan santainya."Oh baiklah. Bagaimana keadaan ibumu, bukankah kemarin kamu bilang ibumu harus dirawat di rumah sakit?" tanya Daniel kembali. Ia masih ingat ketika beberapa hari yang lalu Sheila pernah mengatakan kalau ia butuh biaya untuk pengobatan ibunya."Ibu saya, sudah lebih baik pak. Kemarin selesai mendapatkan kabar kalau saya akan bekerja di sini dan berada lebih dekat dengan beliau, keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya," tukas wanita muda itu pada atasannya."Syukurlah, senang mendengar keadaan ibumu baik-baik saja," ujar Daniel padanya."Terimakasih pak. Saya juga mau berterimakasih karena anda telah bersedia mengizinkan saya bekerja di perusahaan anda
Daniel baru saja tiba di depan perusahaannya dan memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menuju ke ruangannya. Di sana telah hadir Sheila yang duduk di sofa tamu bersama sang asisten. "Apa aku terlambat?" tanya Daniel pada Yudistira sambil melirik ke arah Sheila dan menyapanya dengan senyuman. Gadis itu juga membalas tersenyum padanya. "Sedikit bos, pihak investor hampir saja membatalkan kerja sama karena anda belum datang juga sedari tadi," jelas Yudistira kembali. Daniel hanya menghela nafas berat sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal. Daniel tahu ini memang sebuah kesalahan yang hampir saja menggagalkan proyek besarnya. "Maafkan saya tuan-tuan, karena kecerobohan saya pekerjaan anda jadi terganggu," sesal Sheila yang di sambut dengan tangan yang terangkat dari Daniel memberi kode untuk Sheila tidak memberikan tanggapan. "Ini masih belum terlambat, aku masih bisa ikut dalam pertemuan itu, dan nona terimakasih sudah bersedia datang ke sini. Ini ponselmu," ujar Daniel sambil memberik
Gery yang didesak oleh Ivander, akhirnya mengantarkan Ivander ke tempat orang yang dimaksud. Dalam perjalanan, tidak begitu banyak pembicaraan di antara keduanya, hanya Gery merasa sedikit gugup. Sesekali ia menoleh pada Ivander yang tampak tenang didekatnya. "Ada apa Ger, kok lo kayaknya mencemaskan sesuatu?" tanya Ivander heran memperhatikan sikap sahabatnya. "Ah, tidak. Gue ga kenapa-napa," jawab Gery mencoba tenang. "Gery, kok kayaknya gue tahu ni jalan yang kita lewati?" Ivander semakin mengetahui arah tujuan mereka saat ini. "Tenang Van, sebentar lagi Lo bakalan tahu siapa penolong perusahaan kita, dan gue yakin Lo bakal kaget kalau udah ketemu orang itu," pungkas Gery sambil mengarahkan mobilnya ke suatu parkiran yang terletak tak jauh dari halaman depan kantor yang mereka tuju. Ivander semakin yakin, sepertinya ia tahu kantor siapa yang sedang dituju Gery, tapi untuk menghilangkan rasa penasarannya ia tetap mengikuti arahan Gery. Betapa terkejutnya Ivander saat ia sampai
Sementara itu, di tempat berbeda seorang gadis baru saja turun dari taxi online yang ia tumpangi. Baru saja melangkahkan kakinya turun dari taxi yang dia tumpangi, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo," sapanya pada lelaki di telpon."Bos, sebentar lagi meeting akan segera dimulai. Anda dimana?" "Apa? aku bukan bosmu. Maaf anda salah orang," ucap gadis itu terburu-buru dan ia segera mematikan ponselnya."Halo bos, bos... " panggilan itu ternyata sudah tidak lagi tersambung.Menyebalkan sekali, aku baru saja pulang untuk menemui ibu tapi mengapa di telpon tentang perusahaan? gerutu gadis itu sambil menggeret kopernya.Ya, gadis itu adalah Shela. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia dan ia sengaja kembali ke Indonesia untuk menemui sang ibu, sembari mencari pekerjaan. Shela, sengaja pulang untuk merawat sang ibu sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan.Padahal di Australia, ia sudah mendapatkan rekomendasi dari kampusnya untuk bekerja di perusahaan bonafit, tapi Shela
Seperti biasa pada pagi hari, Daniel berjibaku dengan pekerjaannya. Sampai pada sore harinya, ia mendapatkan pesan singkat dari sang ayah untuk menjemputnya di bandara. "Kak, mau kemana tumben kakak cepat berangkat pulang kerjanya?" tanya Cheryl yang melihat kakaknya terburu-buru. "Aku mau menjemput papa, kemarin papa bilang mau balik ke Indonesia. Kamu mau ikut?" tawar Daniel pada sang adik. "Iya kak, aku ikut. Aku kangen sama mama dan papa," tukas Cheryl pada kakaknya. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku tunggu di parkiran," ucap Daniel yang telah bersiap-siap. Selanjutnya Cheryl merapikan ruang kerjanya dan ikut bersamanya untuk ke bandara. Jarak dari kantor Daniel ke bandara tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Daniel dan adiknya telah sampai di bandara. Mata Daniel mengitari seluruh bandara menyisiri setiap sudut bandara, hingga akhirnya ia menemukan sosok ayah dan ibunya yang sedang menanti kedatangannya sambil melambaikan tangan padanya. "Kak itu mam
"Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. "Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. Di tempat berbeda, Kiara baru saja sampai di rumah. Kiara menggendong bayi mungilnya, sementara Ivander membawakan barang-barangnya. "Akhirnya kita samp