Ivander masuk ke dalam ruang rawat Kiara. Ia melihat Kiara yang sedang terbaring lemah tak berdaya tapi tetap saja wanita itu mengukirkan senyuman diwajahnya."Bagaimana keadaanmu sayang?" tanya Ivander sambil mendekat ke arah Kiara."Aku baik-baik saja," jawab Kiara dengan mata yang tampak sayu. Saat ini Kiara benar-benar merasa sangat lelah."Maafkan aku sayang, seharusnya ini semua tidak perlu terjadi tapi ...""Tidak perlu menyalahkan dirimu atas semua ini. aku hanya kelelahan. Ini bukan salah kamu, aku saja yang terlalu lemah," ucap Kiara dengan wajah sendu. Ia tidak ingin suaminya menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Kiara."Kia, kamu baik-baik sajakan nak?" Utami datang menghampiri putrinya sambil menatap tajam pada Ivander.Utami merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi pada putri dan calon cucunya. Sejak awal Utami memang tidak menyukai lelaki itu tapi entah kenapa Kiara begitu mencintai pria itu. "Aku tidak apa-apa Bu," ucap Kiara sambil tersenyum. I
Selesai bicara dengan Ivander, Utami kembali ke ruang rawat Kiara. Ia memperhatikan putrinya yang dalam keadaan lemah. Utami kecewa, tapi ia juga tidak mungkin berbuat banyak pada rumah tangga putrinya. Sementara Ivander, meskipun saat ini, berada dekat dengan Kiara tapi pikirannya seakan-akan tidak berada bersamanya. Ia cukup terkejut saat Utami memberikan peringatan keras padanya. Sungguh, Ivander merasa sangat takut membayangkan jika harus berpisah dengan Kiara. *** Di tempat berbeda, Gery sedang disibukkan dengan proyek-proyek yang sedang dijalankan, dikarenakan Ivander sedang sibuk dengan Kiara yang masih sakit maka Gery yang diberikan tugas untuk menghandle perusahaan, tapi ia dikejutkan dengan apa yang baru saja ia temukan saat ini. "Apa-apaan ini? bagaimana bisa saham perusahaan kita anjlok seperti ini?" tanya Gery pada salah satu staf keuangannya sambil mengernyitkan dahinya. Sungguh, ini angkat mengejutkan sekali. Hanya dalam waktu beberapa jam saham perusahaan keluarga
Setelah melewati masa perawatan di rumah sakit, akhirnya Kiara diizinkan oleh dokter untuk kembali pulang. Ivander telah mempersiapkan semua kebutuhan Kiara untuk kembali pulang. "Sayang, kamu yakin akan pulang hari ini?" tanya Ivander pada istrinya sambil membantu Kiara untuk bangkit dan menggendongnya ke kursi roda. Ia cukup khawatir dengan kondisi Kiara yang belum terlalu kuat. Dokter telah menyarankan padanya untuk bad rest di rumah sakit dalam beberapa hari ini, tapi Kiara tidak betah berlama-lama di rumah sakit. Ia bersikeras untuk pulang dari rumah sakit, sehingga mau tidak mau Ivander harus mengikuti keinginan istrinya itu, jika tidak istri kecilnya itu akan menangis. Mungkin hormon kehamilan yang membuat Kiara sedikit manja dan emosional saat ini. "Iya sayang, aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah tidak apa-apa. Dokter juga telah memberikan obat penguat kandungan dan vitamin. Ayolah sayang izinkan aku pulang. Pleeeaaasssee," rengek Kiara pada suaminya s
Ivander bergegas menuju ke perusahaannya dan menemui Gery yang sedang berada di ruang kerjanya. "Apa yang terjadi Ger? kenapa perusahaan kita jadi jatuh begini?" raut wajah kekecewaan terpancar jelas dimata Ivander. Ia tidak menduga perusahaan yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun kini nyaris saja bangkrut. "Ini semua karena Daniel, dia telah menyabotase data perusahaan kita, dan mempengaruhi para investor untuk menghentikan kerja sama dengan kita," ungkap Gery padanya. "Keterlaluan, gue ga pernah menyangka dia akan berbuat sepicik ini ke gue," keluh Ivander pada Gery. Belum selesai Ivander menghirup oksigen untuk sejenak menenangkan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar. "Maaf pak, boleh saya masuk" tanya salah satu staf yang kini berada di depan pintu. "Ya, masuklah. Katakan apa yang terjadi, mengapa di luar ribut sekali?" Ivander melihat raut ketakutan pada stafnya. "Di bawah ada banyak wartawan yang ingin meliput berita tentang perusahaan kita pak
Ivander merasa sangat lelah, setelah menghadapi para awak media yang cukup menguras energinya. Ivander ingin segera mengistirahatkan dirinya terlebih dahulu dan ia memilih untuk kembali ke rumah saja. "Gery, gue cukup merasa lelah hari ini. Gue mesti pulang dulu buat menenangkan pikiran gue. Tolong bantu gue untuk mengurus masalah kantor," pintanya pada Gery. Lelaki itu menganggukkan kepala paham. Ia sangat paham, peliknya permasalahan yang sedang dihadapi oleh Ivander saat ini. "Iya Van sebaiknya Lo istirahat aja di rumah. Gue akan menggantikan tugas Lo di sini," bujuk Gery pada sahabatnya. Ia sangat paham dengan kondisipn Ivander saat ini. "Gue kelihatan cape banget ya?" tanya Ivander sambil mengambil jasnya yang tersampir dikursi. selanjutnya Ivander kembali ke rumahnya. *** Sesampainya di rumah Ivander duduk di sofa sambil melonggarkan dasi yang melekat pada kemejanya. "Sayang, kamu udah pulang?" sambut Kiara pada suaminya sambil membawakan minuman dan cemilan untuk suaminy
Tepat pada pagi harinya. Ivander segera membersihkan diri. Kiara sendiri menyiapkan makanan untuk sarapan pagi sang suami. "Sayang, masak apa? harum sekali baunya, bikin aku jadi tidak sabar untuk memakannya," jahil Ivander sambil memeluk istrinya dan menciumi ceruk leher sang istri dari belakang. Ia memang memuji masakan istrinya tapi lebih tepatnya menggoda sang istri saat ini. "Kamu itu, modus banget sich mas. Udah, ayo duduk dulu sini kamu makan dulu jangan gangguin aku," ujar Kiara sambil memegang tangan suaminya dan mengajaknya duduk di meja makan. Kiara tahu persis kebiasaan suaminya itu, kalau Kiara membiarkannya terus-terusan berada dibelakangnya yang ada Ivander akan menyeretnya ke kamar. Ivander tersenyum sambil menatap wajah sang istri sambil menopangkan dagu dikedua tangannya. "Kenapa menatapku seperti itu?" Kiara merasa ada sesuatu yang aneh dengan tatapan suaminya. "Tidak, aku hanya merasa senang bisa menatapmu seperti ini," ucap Ivander pada istrinya. Ia sangat suk
Ivander telah bertekad untuk mengajukan gugatan, ia segera meminta orang kepercayaannya untuk mencari barang bukti. "Van, bagaimana perkembangan kasus Lo?" Gery yang penasaran dengan kelanjutan kasus Ivander kini mulai banyak bertanya. "Ya, seperti yang dikatakan oleh pengacara Lee, gue harus mendapatkan bukti-bukti yang akurat secepatnya," pungkas Ivander sambil membaca berkas-berkas proyek yang telah dikembalikan para investor karena kasus yang dialaminya. Ivander mengalami kerugian yang cukup besar karena kelakuan Cheryl tapi Ivander tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan tetap mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi kemajuan perusahaannya. "Emangnya Lo minta bantuan sama siapa untuk mencari tahu tentang alat bukti itu?" Gery duduk dihadapan Ivander bersiap untuk mendengarkan cerita sahabatnya itu. "Gue sudah meminta security untuk di melacak kamera CCTV, selebihnya biar Andrew yang akan menyelesaikan semuanya," tukas Ivander. "Syukurlah kalau begitu, semoga urusan Lo le
Cheryl melangkahkan kakinya dengan sangat kesal. Sungguh, ia merasa diperlakukan tidak baik oleh Ivander. Ia merasa sangat malu hari ini. 'Sial! dalam keadaan terjepit seperti itu pun dia masih saja angkuh! tetap saja dia menolakku. Harus dengan cara apalagi, supaya dia mau mengikuti semua keinginanku seperti dulu lagi?' gerutu Cheryl dalam hatinya. Sungguh ia benar-benar sudah kehabisan cara untuk mendapatkan Ivander.Padahal, dulu Ivander sangat tergila-gila padanya, ia selalu melakukan apapun demi menyenangkan hati Cheryl, bahkan ia sanggup mengorbankan kebahagiaannya demi mendapatkan perhatian Cheryl. Sementara, Cheryl saat itu tidak pernah memperdulikan perasaan. Ivander. Dulu, saat Ivander masih tergila-gila padanya, Cheryl mengabaikannya. Hanya memanfaatkan ketulusan Ivander untuk membesarkan hati Ivander. Baginya Ivander hanya tempat untuk bergantung hidup supaya dia bisa bersenang-senang. Sementara, mengenai cinta Ivander Cheryl tidak pernah perduli pada cinta tukus yang di
Seorang wanita tengah duduk di sofa kesayangannya, ia masih kesal dengan apa yang terjadi di pesta tadi.'Gue akan buat perhitungan sama cewek sialan itu, gue pasti akan menyingkirkan cewek rendahan seperti itu!' gerutu gadis itu dalam hatinya.Bergegas ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Halo Robert, aku punya tugas untukmu!" titah wanita itu pada seorang pria di seberang sana."Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Bos?""Aku akan mengirimkanmu foto seorang wanita dan kau harus membawa wanita itu ke tempat yang aku tentukan. Jangan sampai kau dan teman-temanmu gagal mendapatkannya!" titahnya lagi pada orang yang bernama Robert itu."Baiklah, Nona. Aku akan segera menyuruh anak buahku untuk menangkap wanita itu!"Selanjutnya, pembicaraan diantara mereka berakhir dan tidak berapa lama kemudian, bunyi notifikasi masuk terdengar. Robert segera membuka layar ponselnya dan terlihat dengan jelas wajah Sheila di sana. Lelaki itu segera memanggil para anak buahnya."Hei, kalian!
'Sial, kenapa juga si Daniel pake acara membela dia di hadapan semua orang? gue jadi malu gara-gara tu cewe,' kesal Vania sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan sikap Daniel yang membentaknya dihadapan orang ramai."Gimana rasanya hmm? Lo pikir kakak gue mau sama orang kayak Lo? Asal Lo tahu, cewek yang baru saja Lo coba permalukan tadi itu adalah calon kakak ipar gue. So... ga usah cari masalah sama dia!" sekonyong-konyong Cheryl datang memberikan peringatan pada Vania."Lo siapa hah?" tanya Vania sambil menatap tak suka pada Cheryl."Gue adiknya Daniel!" bentak Cheryl pada gadis itu hingga membuatnya terdiam. Semua orang memperhatikan Vania karena keributan kecil yang ia perbuat barusan.Merasa kesal Vania menghentakkan kakinya kemudian melangkah keluar dari acara itu. Ia merasa malu karena sikap Cheryl padanya."Waw, untuk pertama kalinya ku lihat kau berbuat baik," ucap seorang pria sambil bertepuk tangan. Sontak saja hal itu membuat Cheryl menoleh ke arah sumber sua
Daniel membawa Sheila ke tengah-tengah pesta yang begitu mewah dan megah, Sheila merasa sedikit canggung dan gugup saat mengikuti pesta."Sheila, ayo sini. Kenapa kamu malah bengong seperti itu?" panggil Daniel pada karyawannya itu."Pak, apa saya ga salah tempat? saya merasa tidak pantas di acara ini," ucap Sheila merasa gugup berada dikeramaian."Acara ini dibolehkan untuk siapa saja. Termasuk kamu Sheila. Saya sengaja mengajak kamu ke sini untuk mengenalkan kamu pada relasi bisnis saya. Supaya mereka tahu, ada karyawan saya yang bisa saya andalkan dalam proyek saya nanti," jelas Daniel pada Sheila.Daniel sangat mengerti, sebagai orang baru Sheila pasti merasa gugup bertemu dengan para tamu yang elegan dan super mewah, tapi Daniel selalu memberikan semangat pada Sheila untuk mempercayakan dirinya akan tetap menjaga Sheila di acara itu."Tapi pak...""Sudah, jangan membantah. Ikuti saja perkataan saya," tegas Daniel yang tidak ingin mendengar alasan dari Sheila lagi.Acara syukuran
Hari pertama bekerja, Sheila begitu bersemangat. Ia datang lebih awal dan telah mempersiapkan semuanya."Sheila, kamu sudah datang?" sapa Daniel pada gadis muda yang berada di ruang kerjanya."Ah iya pak, kebetulan saya tidak banyak kegiatan di rumah. Jadinya saya berinisiatif untuk datang lebih awal," jawab Sheila dengan santainya."Oh baiklah. Bagaimana keadaan ibumu, bukankah kemarin kamu bilang ibumu harus dirawat di rumah sakit?" tanya Daniel kembali. Ia masih ingat ketika beberapa hari yang lalu Sheila pernah mengatakan kalau ia butuh biaya untuk pengobatan ibunya."Ibu saya, sudah lebih baik pak. Kemarin selesai mendapatkan kabar kalau saya akan bekerja di sini dan berada lebih dekat dengan beliau, keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya," tukas wanita muda itu pada atasannya."Syukurlah, senang mendengar keadaan ibumu baik-baik saja," ujar Daniel padanya."Terimakasih pak. Saya juga mau berterimakasih karena anda telah bersedia mengizinkan saya bekerja di perusahaan anda
Daniel baru saja tiba di depan perusahaannya dan memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menuju ke ruangannya. Di sana telah hadir Sheila yang duduk di sofa tamu bersama sang asisten. "Apa aku terlambat?" tanya Daniel pada Yudistira sambil melirik ke arah Sheila dan menyapanya dengan senyuman. Gadis itu juga membalas tersenyum padanya. "Sedikit bos, pihak investor hampir saja membatalkan kerja sama karena anda belum datang juga sedari tadi," jelas Yudistira kembali. Daniel hanya menghela nafas berat sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal. Daniel tahu ini memang sebuah kesalahan yang hampir saja menggagalkan proyek besarnya. "Maafkan saya tuan-tuan, karena kecerobohan saya pekerjaan anda jadi terganggu," sesal Sheila yang di sambut dengan tangan yang terangkat dari Daniel memberi kode untuk Sheila tidak memberikan tanggapan. "Ini masih belum terlambat, aku masih bisa ikut dalam pertemuan itu, dan nona terimakasih sudah bersedia datang ke sini. Ini ponselmu," ujar Daniel sambil memberik
Gery yang didesak oleh Ivander, akhirnya mengantarkan Ivander ke tempat orang yang dimaksud. Dalam perjalanan, tidak begitu banyak pembicaraan di antara keduanya, hanya Gery merasa sedikit gugup. Sesekali ia menoleh pada Ivander yang tampak tenang didekatnya. "Ada apa Ger, kok lo kayaknya mencemaskan sesuatu?" tanya Ivander heran memperhatikan sikap sahabatnya. "Ah, tidak. Gue ga kenapa-napa," jawab Gery mencoba tenang. "Gery, kok kayaknya gue tahu ni jalan yang kita lewati?" Ivander semakin mengetahui arah tujuan mereka saat ini. "Tenang Van, sebentar lagi Lo bakalan tahu siapa penolong perusahaan kita, dan gue yakin Lo bakal kaget kalau udah ketemu orang itu," pungkas Gery sambil mengarahkan mobilnya ke suatu parkiran yang terletak tak jauh dari halaman depan kantor yang mereka tuju. Ivander semakin yakin, sepertinya ia tahu kantor siapa yang sedang dituju Gery, tapi untuk menghilangkan rasa penasarannya ia tetap mengikuti arahan Gery. Betapa terkejutnya Ivander saat ia sampai
Sementara itu, di tempat berbeda seorang gadis baru saja turun dari taxi online yang ia tumpangi. Baru saja melangkahkan kakinya turun dari taxi yang dia tumpangi, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo," sapanya pada lelaki di telpon."Bos, sebentar lagi meeting akan segera dimulai. Anda dimana?" "Apa? aku bukan bosmu. Maaf anda salah orang," ucap gadis itu terburu-buru dan ia segera mematikan ponselnya."Halo bos, bos... " panggilan itu ternyata sudah tidak lagi tersambung.Menyebalkan sekali, aku baru saja pulang untuk menemui ibu tapi mengapa di telpon tentang perusahaan? gerutu gadis itu sambil menggeret kopernya.Ya, gadis itu adalah Shela. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia dan ia sengaja kembali ke Indonesia untuk menemui sang ibu, sembari mencari pekerjaan. Shela, sengaja pulang untuk merawat sang ibu sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan.Padahal di Australia, ia sudah mendapatkan rekomendasi dari kampusnya untuk bekerja di perusahaan bonafit, tapi Shela
Seperti biasa pada pagi hari, Daniel berjibaku dengan pekerjaannya. Sampai pada sore harinya, ia mendapatkan pesan singkat dari sang ayah untuk menjemputnya di bandara. "Kak, mau kemana tumben kakak cepat berangkat pulang kerjanya?" tanya Cheryl yang melihat kakaknya terburu-buru. "Aku mau menjemput papa, kemarin papa bilang mau balik ke Indonesia. Kamu mau ikut?" tawar Daniel pada sang adik. "Iya kak, aku ikut. Aku kangen sama mama dan papa," tukas Cheryl pada kakaknya. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku tunggu di parkiran," ucap Daniel yang telah bersiap-siap. Selanjutnya Cheryl merapikan ruang kerjanya dan ikut bersamanya untuk ke bandara. Jarak dari kantor Daniel ke bandara tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Daniel dan adiknya telah sampai di bandara. Mata Daniel mengitari seluruh bandara menyisiri setiap sudut bandara, hingga akhirnya ia menemukan sosok ayah dan ibunya yang sedang menanti kedatangannya sambil melambaikan tangan padanya. "Kak itu mam
"Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. "Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. Di tempat berbeda, Kiara baru saja sampai di rumah. Kiara menggendong bayi mungilnya, sementara Ivander membawakan barang-barangnya. "Akhirnya kita samp