Daniel menggenggam erat hasil tes kehamilan yang diberikan Cheryl padanya. sungguh, itu sangat membuat Daniel marah. "Kenapa kamu sampai melakukan hal sebodoh ini, hah?" geram Daniel pada adiknya."Aku tidak tahu, pasti ini semua terjadi begitu saja. Waktu itu kami sama-sama mabuk dan terjadilah hal terlarang itu," pungkas Cheryl. "Kurang ajar! aku tidak akan tinggal diam. Aku harus mengambil tindakan!" ucap Daniel dengan penuh kemarahan, kemudian dia segera keluar dari apartemen."Kak, kakak mau kemana?" Cheryl yang merasa penasaran mencoba menahan sang kakak. Ia takut kalau kakaknya melakukan tindakan yang lebih fatal."Diamlah disini! aku akan membuat perhitungan dengan Ivander!" tegas Daniel pada Cheryl. Entah apa yang dipikirkan oleh Daniel saat ini, tapi yang pastinya ia sangat marah pada Ivander karena telah menghamili adiknya dan tidak mau bertanggung jawab.***Setelah kepergian Cheryl dari kediaman Rivandra, acara syukuran tetap berjalan dengan lancar hingga akhir. Akan t
Ivander masuk ke dalam ruang rawat Kiara. Ia melihat Kiara yang sedang terbaring lemah tak berdaya tapi tetap saja wanita itu mengukirkan senyuman diwajahnya."Bagaimana keadaanmu sayang?" tanya Ivander sambil mendekat ke arah Kiara."Aku baik-baik saja," jawab Kiara dengan mata yang tampak sayu. Saat ini Kiara benar-benar merasa sangat lelah."Maafkan aku sayang, seharusnya ini semua tidak perlu terjadi tapi ...""Tidak perlu menyalahkan dirimu atas semua ini. aku hanya kelelahan. Ini bukan salah kamu, aku saja yang terlalu lemah," ucap Kiara dengan wajah sendu. Ia tidak ingin suaminya menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Kiara."Kia, kamu baik-baik sajakan nak?" Utami datang menghampiri putrinya sambil menatap tajam pada Ivander.Utami merasa kesal dengan apa yang baru saja terjadi pada putri dan calon cucunya. Sejak awal Utami memang tidak menyukai lelaki itu tapi entah kenapa Kiara begitu mencintai pria itu. "Aku tidak apa-apa Bu," ucap Kiara sambil tersenyum. I
Selesai bicara dengan Ivander, Utami kembali ke ruang rawat Kiara. Ia memperhatikan putrinya yang dalam keadaan lemah. Utami kecewa, tapi ia juga tidak mungkin berbuat banyak pada rumah tangga putrinya. Sementara Ivander, meskipun saat ini, berada dekat dengan Kiara tapi pikirannya seakan-akan tidak berada bersamanya. Ia cukup terkejut saat Utami memberikan peringatan keras padanya. Sungguh, Ivander merasa sangat takut membayangkan jika harus berpisah dengan Kiara. *** Di tempat berbeda, Gery sedang disibukkan dengan proyek-proyek yang sedang dijalankan, dikarenakan Ivander sedang sibuk dengan Kiara yang masih sakit maka Gery yang diberikan tugas untuk menghandle perusahaan, tapi ia dikejutkan dengan apa yang baru saja ia temukan saat ini. "Apa-apaan ini? bagaimana bisa saham perusahaan kita anjlok seperti ini?" tanya Gery pada salah satu staf keuangannya sambil mengernyitkan dahinya. Sungguh, ini angkat mengejutkan sekali. Hanya dalam waktu beberapa jam saham perusahaan keluarga
Setelah melewati masa perawatan di rumah sakit, akhirnya Kiara diizinkan oleh dokter untuk kembali pulang. Ivander telah mempersiapkan semua kebutuhan Kiara untuk kembali pulang. "Sayang, kamu yakin akan pulang hari ini?" tanya Ivander pada istrinya sambil membantu Kiara untuk bangkit dan menggendongnya ke kursi roda. Ia cukup khawatir dengan kondisi Kiara yang belum terlalu kuat. Dokter telah menyarankan padanya untuk bad rest di rumah sakit dalam beberapa hari ini, tapi Kiara tidak betah berlama-lama di rumah sakit. Ia bersikeras untuk pulang dari rumah sakit, sehingga mau tidak mau Ivander harus mengikuti keinginan istrinya itu, jika tidak istri kecilnya itu akan menangis. Mungkin hormon kehamilan yang membuat Kiara sedikit manja dan emosional saat ini. "Iya sayang, aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah tidak apa-apa. Dokter juga telah memberikan obat penguat kandungan dan vitamin. Ayolah sayang izinkan aku pulang. Pleeeaaasssee," rengek Kiara pada suaminya s
Ivander bergegas menuju ke perusahaannya dan menemui Gery yang sedang berada di ruang kerjanya. "Apa yang terjadi Ger? kenapa perusahaan kita jadi jatuh begini?" raut wajah kekecewaan terpancar jelas dimata Ivander. Ia tidak menduga perusahaan yang telah dibangunnya selama bertahun-tahun kini nyaris saja bangkrut. "Ini semua karena Daniel, dia telah menyabotase data perusahaan kita, dan mempengaruhi para investor untuk menghentikan kerja sama dengan kita," ungkap Gery padanya. "Keterlaluan, gue ga pernah menyangka dia akan berbuat sepicik ini ke gue," keluh Ivander pada Gery. Belum selesai Ivander menghirup oksigen untuk sejenak menenangkan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar. "Maaf pak, boleh saya masuk" tanya salah satu staf yang kini berada di depan pintu. "Ya, masuklah. Katakan apa yang terjadi, mengapa di luar ribut sekali?" Ivander melihat raut ketakutan pada stafnya. "Di bawah ada banyak wartawan yang ingin meliput berita tentang perusahaan kita pak
Ivander merasa sangat lelah, setelah menghadapi para awak media yang cukup menguras energinya. Ivander ingin segera mengistirahatkan dirinya terlebih dahulu dan ia memilih untuk kembali ke rumah saja. "Gery, gue cukup merasa lelah hari ini. Gue mesti pulang dulu buat menenangkan pikiran gue. Tolong bantu gue untuk mengurus masalah kantor," pintanya pada Gery. Lelaki itu menganggukkan kepala paham. Ia sangat paham, peliknya permasalahan yang sedang dihadapi oleh Ivander saat ini. "Iya Van sebaiknya Lo istirahat aja di rumah. Gue akan menggantikan tugas Lo di sini," bujuk Gery pada sahabatnya. Ia sangat paham dengan kondisipn Ivander saat ini. "Gue kelihatan cape banget ya?" tanya Ivander sambil mengambil jasnya yang tersampir dikursi. selanjutnya Ivander kembali ke rumahnya. *** Sesampainya di rumah Ivander duduk di sofa sambil melonggarkan dasi yang melekat pada kemejanya. "Sayang, kamu udah pulang?" sambut Kiara pada suaminya sambil membawakan minuman dan cemilan untuk suaminy
Tepat pada pagi harinya. Ivander segera membersihkan diri. Kiara sendiri menyiapkan makanan untuk sarapan pagi sang suami. "Sayang, masak apa? harum sekali baunya, bikin aku jadi tidak sabar untuk memakannya," jahil Ivander sambil memeluk istrinya dan menciumi ceruk leher sang istri dari belakang. Ia memang memuji masakan istrinya tapi lebih tepatnya menggoda sang istri saat ini. "Kamu itu, modus banget sich mas. Udah, ayo duduk dulu sini kamu makan dulu jangan gangguin aku," ujar Kiara sambil memegang tangan suaminya dan mengajaknya duduk di meja makan. Kiara tahu persis kebiasaan suaminya itu, kalau Kiara membiarkannya terus-terusan berada dibelakangnya yang ada Ivander akan menyeretnya ke kamar. Ivander tersenyum sambil menatap wajah sang istri sambil menopangkan dagu dikedua tangannya. "Kenapa menatapku seperti itu?" Kiara merasa ada sesuatu yang aneh dengan tatapan suaminya. "Tidak, aku hanya merasa senang bisa menatapmu seperti ini," ucap Ivander pada istrinya. Ia sangat suk
Ivander telah bertekad untuk mengajukan gugatan, ia segera meminta orang kepercayaannya untuk mencari barang bukti. "Van, bagaimana perkembangan kasus Lo?" Gery yang penasaran dengan kelanjutan kasus Ivander kini mulai banyak bertanya. "Ya, seperti yang dikatakan oleh pengacara Lee, gue harus mendapatkan bukti-bukti yang akurat secepatnya," pungkas Ivander sambil membaca berkas-berkas proyek yang telah dikembalikan para investor karena kasus yang dialaminya. Ivander mengalami kerugian yang cukup besar karena kelakuan Cheryl tapi Ivander tidak akan menyerah begitu saja. Ia akan tetap mencoba untuk melakukan yang terbaik bagi kemajuan perusahaannya. "Emangnya Lo minta bantuan sama siapa untuk mencari tahu tentang alat bukti itu?" Gery duduk dihadapan Ivander bersiap untuk mendengarkan cerita sahabatnya itu. "Gue sudah meminta security untuk di melacak kamera CCTV, selebihnya biar Andrew yang akan menyelesaikan semuanya," tukas Ivander. "Syukurlah kalau begitu, semoga urusan Lo le