Cheril tidak terima dengan semua penolakan Ivander, ia merencanakan niat jahat untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Kiara. Ia menelpon seseorang untuk melakukan misinya.Cheril menelpon orang suruhannya, dan tanpa perlu menunggu lama orang itu segera mengangkat ponselnya."Halo nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya orang di seberang sana padanya."Jean, aku punya pekerjaan untukmu, aku mau kau melakukannya sekarang juga,"Cheryl menjelaskan dengan detail apa yang harus dilakukan Jean, orang kepercayaannya itu."Baiklah nona, aku akan segera melakukan tugas yang anda berikan secepatnya,"Cheryl tersenyum licik setelah bercerita dengan orang suruhannya. Ia sangat yakin sekali apa yang ia lakukan saat ini akan meruntuhkan kepercayaan Kiara pada Ivander.Sedang asyik-asyiknya membayangkan bagaimana ekspresi istri Ivander mendapatkan kejutan darinya, tiba-tiba pintu rumahnya di ketuk. Membuat Cheril tersentak dari lamunannya.Siapa pagi-pagi begini datang ke rumahku mengganggu saja, g
Sore itu dikediaman Ivander, sepasang suami istri sedang menikmati kebersamaan mereka, Kiara sedang bermanja-manja dengan sang suami. Tiba-tiba saja terdengar suara pintu diketuk, "mas, kayaknya ada tamu, aku lihat dulu ya siapa yang datang," ujar Kiara yang merasa ingin tahu siapa tamu yang datang di jam istirahat mereka?"Biarkan saja sayang, aku masih kangen sama kamu," ucap Ivander manja dan tak ingin melepaskan pelukannya dari sang istri. Semenjak menikah pria berusia tiga puluh lima tahun ini semakin manja dengan istri kecilnya.Sementara itu, suara ketukan pintu terdengar kembali, sepertinya tamu yang datang enggan beranjak pergi sebelum menyampaikan maksudnya."Tuch dengarkan mas, tamunya masih mengetuk pintu, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan oleh tamunya," ucap Kiara lagi pada suaminya yang masih betah memeluk tubuh rampingnya."Aaaa ya sudah, kalau begitu kamu lihat dulu siapa tamunya," Ivander berdecak kesal. Ia melepas pelukannya dari sang istri dan membia
Kiara yang merasa kesal dengan suaminya, ia memilih diam dan tidak mau membahas apapun. Sangking kesalnya, Kiara hanya memunggungi Ivander saat tidur. Merasa tidak diacuhkan oleh sang istri Ivander berusaha membujuk Kiara. "Sayang, tidurnya jangan membelakangi aku gitu dong, masa aku dikasih punggung doang?" rengek Ivander pada sang istri. Kiara hanya pura-pura tidak mendengar, ia masih kesal saja mengingat foto-foto yang ia lihat tadi.Hati istri mana yang tidak akan kecewa saat melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain? walaupun itu hanya sebuah foto tetap saja Kiara merasa cemburu. Ivander adalah suaminya, jelas saja ia tidak ingin berbagi dengan wanita manapun."Sayang, malah dicuekin gini," gerutu Ivander yang masih saja diabaikan sang istri, "aku hitung sampai tiga ya yang kalau kamu ga membalikkan badan ke arahku jangan salahkan aku kalau aku memaksamu," ancam Ivander pada sang istri. Dia tahu persis jika ia mengancam seperti itu Kiara pasti takut, karena kalau sudah bic
Kiara saat ini sedang berada di ruang kerjanya, semenjak menikah Kiara masih ingin bekerja seperti biasanya. Padahal Ivander telah memintanya untuk berhenti bekerja supaya fokus pada pernikahannya tapi Kiara tetap saja ingin melakukan pekerjaannya sebagai sekretaris."Sayang, kamu jangan terlalu sibuk kerjanya aku kan sudah bilang sebaiknya kamu tidak usah menyibukkan diri untuk bekerja lagi, sekarang kamu sudah menjadi istriku, semua kebutuhanmu bisa aku penuhi, jadi kamu tidak perlu repot-repot bekerja seperti ini," ucap Ivander menghampiri istrinya.Saat ini, ruangan Kiara sengaja dibuat satu ruangan dengan Ivander, karena Ivander tidak ingin istrinya diganggu oleh karyawan lainnya. Semenjak menikahi Kiara, ia lebih protektif pada wanitanya. Ivander sengaja membuatkan ruangan Kiara berdekatan dengannya agar ia bisa mengawasi Kiara dan yang paling utama ia bisa memperhatikan Kiara setiap waktu pastinya."Iya sayang, aku mengerti tapi kamu kan tahu kalau aku tidak suka jika menghabis
Ivander begitu bahagia dengan kehamilan sang istri, dia berniat untuk memberitahukan kabar gembira itu pada kedua orang tuanya."Sayang, hari ini kita ke mansion ya. Aku mau memberitahukan kabar gembira ini pada momy dan Dady," Ivander tampak sangat bahagia dan tidak sabar ingin memberitahukan orang tuanya tentang kehamilan sang istri."Tapi, bukankah hari ini kamu ada rapat mas?" Kiara masih ingat jadwal pertemuan sang suami. Sungguh, istri Ivander ini sangat disiplin. Dalam keadaan hamil seperti itu ia masih ingat akan hal-hal penting dalam pekerjaan suaminya."Kamu benar-benar perhatian sayang. Tahu kapan aku akan ada pertemuan penting dan kapan aku harus menjadi suami di rumah," puji Ivander pada sang istri."Itu sudah tugasku sebagai sekretarismu, jadi aku tahu apa saja jadwal pentingmu sayang," Kiara menatap sendu pada sang suami membuat Ivander tersenyum dan mengusap pelan kepala Kiara."Dengar sayang, hari ini me time aku ingin menghabiskan waktu bersamamu dan juga calon anak
"Sayang, sebelum kita mengadakan syukuran bagaimana kalau kita bertemu dengan ibumu dulu? aku ingin sekali memperkenalkan diriku pada ibu. Aku tidak mau sampai dikatakan menantu durhaka, karena telah menikahi anaknya tapi tidak pernah bertemu dengan ibu dari istriku,"Ivander yang sedang bersama Kiara di kamarnya tiba-tiba saja teringat akan ibu mertuanya. memang benar, sejauh ini ia belum pernah bertemu dengan ibu mertuanya, Kiara sendiri belum pernah memintanya untuk bertemu dengan ibunya."Mas serius, mau ketemu ibu?" tanya Kiara dengan mata membola sempurna. Ia sangat senang dengan perkataan suaminya itu."Iya sayang, aku mau tahu bagaimana ibu mertuaku? Semoga saja saat bertemu denganku nanti ibu mertuaku akan menyukaiku," Ivander merendahkan hatinya. Ia sangat tulus berniat untuk mengenal ibu mertuanya."Iya mas, aku akan kasih tahu ibu kalau kita akan pergi ke rumah ibu. Aku yakin ibu pasti sangat senang," ujar Kiara begitu antusiasnya saat melihat ketulusan di mata suaminya it
Setelah pertemuan dengan sang ibu, Kiara dan Ivander kembali ke mansion. Seperti yang telah dijanjikan mereka akan mengadakan syukuran untuk kehamilan Kiara.Antonio dan Amora sedang mempersiapkan semua acara, mulai dari dekorasi, makanan hingga semua keperluan untuk acara sudah dipenuhi oleh orang tua Ivander. Mereka sengaja memberikan kejutan untuk anak dan menantunya."Mom, dad, aku dan Kia udah pulang ni," sorak Ivander saat sampai di mansion. Ia pulang bersama Kiara dan ibunya, niat hati Ivander ingin mengenalkan mertuanya pada kedua orang tuanya tapi mansion megah itu tampak sepi."Momy dan Dady kemana? kenapa sepi sekali?" Kiara ikut merasa heran. Sebelumnya, pasangan yang tak lagi muda itu tidak pernah pergi tanpa memberikan kabar tapi kali ini mereka tidak terlihat berada di rumah."Apa mereka sedang ada urusan?" Tami mencoba menebak-nebak.Ivander ingin merespon perkataan mertuanya tapi tiba-tiba ponselnya berdering, "sebentar ya Bu, saya akan menerima telpon dulu," ucap Iva
Berita tentang kehamilan Kiara telah sampai di telinga Cheryl. Sungguh membuat Cheryl merasa sangat kesal. Ini tidak bisa dibiarkan, gue ga bakal biarkan wanita itu melahirkan anaknya dengan selamat! lihat saja gue bakal buat dia kehilangan anaknya atau kalau perlu gue bakal buat dia berpisah sama Ivander, senyum seringai terbit diwajah Cheryl. Gadis ini benar-benar sangat terobsesi pada Ivander.Surat undangan untuk menghadiri acara syukuran bahkan telah di remas oleh Cheryl dan ia buang ke tong sampah.Bertepatan dengan itu pula, Daniel dan Ivander datang. Mereka berencana akan mengadakan kerja sama untuk proyek baru mereka.Cheryl yang melihat kedatangan Ivander segera melancarkan rencananya. Ia memperhatikan dari ruangannya. Saat ini Cheryl menjabat sebagai Wakil Direktur di perusahaan sang kakak, Ivander sendiri tidak pernah tahu kalau Cheryl adalah adik dari Daniel sahabatnya, karena selama mengenal dan menjalin hubungan dengan Cheryl tidak pernah membahas tentang keluarganya.
Seorang wanita tengah duduk di sofa kesayangannya, ia masih kesal dengan apa yang terjadi di pesta tadi.'Gue akan buat perhitungan sama cewek sialan itu, gue pasti akan menyingkirkan cewek rendahan seperti itu!' gerutu gadis itu dalam hatinya.Bergegas ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Halo Robert, aku punya tugas untukmu!" titah wanita itu pada seorang pria di seberang sana."Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda, Bos?""Aku akan mengirimkanmu foto seorang wanita dan kau harus membawa wanita itu ke tempat yang aku tentukan. Jangan sampai kau dan teman-temanmu gagal mendapatkannya!" titahnya lagi pada orang yang bernama Robert itu."Baiklah, Nona. Aku akan segera menyuruh anak buahku untuk menangkap wanita itu!"Selanjutnya, pembicaraan diantara mereka berakhir dan tidak berapa lama kemudian, bunyi notifikasi masuk terdengar. Robert segera membuka layar ponselnya dan terlihat dengan jelas wajah Sheila di sana. Lelaki itu segera memanggil para anak buahnya."Hei, kalian!
'Sial, kenapa juga si Daniel pake acara membela dia di hadapan semua orang? gue jadi malu gara-gara tu cewe,' kesal Vania sambil mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan sikap Daniel yang membentaknya dihadapan orang ramai."Gimana rasanya hmm? Lo pikir kakak gue mau sama orang kayak Lo? Asal Lo tahu, cewek yang baru saja Lo coba permalukan tadi itu adalah calon kakak ipar gue. So... ga usah cari masalah sama dia!" sekonyong-konyong Cheryl datang memberikan peringatan pada Vania."Lo siapa hah?" tanya Vania sambil menatap tak suka pada Cheryl."Gue adiknya Daniel!" bentak Cheryl pada gadis itu hingga membuatnya terdiam. Semua orang memperhatikan Vania karena keributan kecil yang ia perbuat barusan.Merasa kesal Vania menghentakkan kakinya kemudian melangkah keluar dari acara itu. Ia merasa malu karena sikap Cheryl padanya."Waw, untuk pertama kalinya ku lihat kau berbuat baik," ucap seorang pria sambil bertepuk tangan. Sontak saja hal itu membuat Cheryl menoleh ke arah sumber sua
Daniel membawa Sheila ke tengah-tengah pesta yang begitu mewah dan megah, Sheila merasa sedikit canggung dan gugup saat mengikuti pesta."Sheila, ayo sini. Kenapa kamu malah bengong seperti itu?" panggil Daniel pada karyawannya itu."Pak, apa saya ga salah tempat? saya merasa tidak pantas di acara ini," ucap Sheila merasa gugup berada dikeramaian."Acara ini dibolehkan untuk siapa saja. Termasuk kamu Sheila. Saya sengaja mengajak kamu ke sini untuk mengenalkan kamu pada relasi bisnis saya. Supaya mereka tahu, ada karyawan saya yang bisa saya andalkan dalam proyek saya nanti," jelas Daniel pada Sheila.Daniel sangat mengerti, sebagai orang baru Sheila pasti merasa gugup bertemu dengan para tamu yang elegan dan super mewah, tapi Daniel selalu memberikan semangat pada Sheila untuk mempercayakan dirinya akan tetap menjaga Sheila di acara itu."Tapi pak...""Sudah, jangan membantah. Ikuti saja perkataan saya," tegas Daniel yang tidak ingin mendengar alasan dari Sheila lagi.Acara syukuran
Hari pertama bekerja, Sheila begitu bersemangat. Ia datang lebih awal dan telah mempersiapkan semuanya."Sheila, kamu sudah datang?" sapa Daniel pada gadis muda yang berada di ruang kerjanya."Ah iya pak, kebetulan saya tidak banyak kegiatan di rumah. Jadinya saya berinisiatif untuk datang lebih awal," jawab Sheila dengan santainya."Oh baiklah. Bagaimana keadaan ibumu, bukankah kemarin kamu bilang ibumu harus dirawat di rumah sakit?" tanya Daniel kembali. Ia masih ingat ketika beberapa hari yang lalu Sheila pernah mengatakan kalau ia butuh biaya untuk pengobatan ibunya."Ibu saya, sudah lebih baik pak. Kemarin selesai mendapatkan kabar kalau saya akan bekerja di sini dan berada lebih dekat dengan beliau, keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya," tukas wanita muda itu pada atasannya."Syukurlah, senang mendengar keadaan ibumu baik-baik saja," ujar Daniel padanya."Terimakasih pak. Saya juga mau berterimakasih karena anda telah bersedia mengizinkan saya bekerja di perusahaan anda
Daniel baru saja tiba di depan perusahaannya dan memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menuju ke ruangannya. Di sana telah hadir Sheila yang duduk di sofa tamu bersama sang asisten. "Apa aku terlambat?" tanya Daniel pada Yudistira sambil melirik ke arah Sheila dan menyapanya dengan senyuman. Gadis itu juga membalas tersenyum padanya. "Sedikit bos, pihak investor hampir saja membatalkan kerja sama karena anda belum datang juga sedari tadi," jelas Yudistira kembali. Daniel hanya menghela nafas berat sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal. Daniel tahu ini memang sebuah kesalahan yang hampir saja menggagalkan proyek besarnya. "Maafkan saya tuan-tuan, karena kecerobohan saya pekerjaan anda jadi terganggu," sesal Sheila yang di sambut dengan tangan yang terangkat dari Daniel memberi kode untuk Sheila tidak memberikan tanggapan. "Ini masih belum terlambat, aku masih bisa ikut dalam pertemuan itu, dan nona terimakasih sudah bersedia datang ke sini. Ini ponselmu," ujar Daniel sambil memberik
Gery yang didesak oleh Ivander, akhirnya mengantarkan Ivander ke tempat orang yang dimaksud. Dalam perjalanan, tidak begitu banyak pembicaraan di antara keduanya, hanya Gery merasa sedikit gugup. Sesekali ia menoleh pada Ivander yang tampak tenang didekatnya. "Ada apa Ger, kok lo kayaknya mencemaskan sesuatu?" tanya Ivander heran memperhatikan sikap sahabatnya. "Ah, tidak. Gue ga kenapa-napa," jawab Gery mencoba tenang. "Gery, kok kayaknya gue tahu ni jalan yang kita lewati?" Ivander semakin mengetahui arah tujuan mereka saat ini. "Tenang Van, sebentar lagi Lo bakalan tahu siapa penolong perusahaan kita, dan gue yakin Lo bakal kaget kalau udah ketemu orang itu," pungkas Gery sambil mengarahkan mobilnya ke suatu parkiran yang terletak tak jauh dari halaman depan kantor yang mereka tuju. Ivander semakin yakin, sepertinya ia tahu kantor siapa yang sedang dituju Gery, tapi untuk menghilangkan rasa penasarannya ia tetap mengikuti arahan Gery. Betapa terkejutnya Ivander saat ia sampai
Sementara itu, di tempat berbeda seorang gadis baru saja turun dari taxi online yang ia tumpangi. Baru saja melangkahkan kakinya turun dari taxi yang dia tumpangi, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo," sapanya pada lelaki di telpon."Bos, sebentar lagi meeting akan segera dimulai. Anda dimana?" "Apa? aku bukan bosmu. Maaf anda salah orang," ucap gadis itu terburu-buru dan ia segera mematikan ponselnya."Halo bos, bos... " panggilan itu ternyata sudah tidak lagi tersambung.Menyebalkan sekali, aku baru saja pulang untuk menemui ibu tapi mengapa di telpon tentang perusahaan? gerutu gadis itu sambil menggeret kopernya.Ya, gadis itu adalah Shela. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya di Australia dan ia sengaja kembali ke Indonesia untuk menemui sang ibu, sembari mencari pekerjaan. Shela, sengaja pulang untuk merawat sang ibu sang ibu yang sudah mulai sakit-sakitan.Padahal di Australia, ia sudah mendapatkan rekomendasi dari kampusnya untuk bekerja di perusahaan bonafit, tapi Shela
Seperti biasa pada pagi hari, Daniel berjibaku dengan pekerjaannya. Sampai pada sore harinya, ia mendapatkan pesan singkat dari sang ayah untuk menjemputnya di bandara. "Kak, mau kemana tumben kakak cepat berangkat pulang kerjanya?" tanya Cheryl yang melihat kakaknya terburu-buru. "Aku mau menjemput papa, kemarin papa bilang mau balik ke Indonesia. Kamu mau ikut?" tawar Daniel pada sang adik. "Iya kak, aku ikut. Aku kangen sama mama dan papa," tukas Cheryl pada kakaknya. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang. Aku tunggu di parkiran," ucap Daniel yang telah bersiap-siap. Selanjutnya Cheryl merapikan ruang kerjanya dan ikut bersamanya untuk ke bandara. Jarak dari kantor Daniel ke bandara tidak terlalu jauh, tidak butuh waktu lama Daniel dan adiknya telah sampai di bandara. Mata Daniel mengitari seluruh bandara menyisiri setiap sudut bandara, hingga akhirnya ia menemukan sosok ayah dan ibunya yang sedang menanti kedatangannya sambil melambaikan tangan padanya. "Kak itu mam
"Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. "Cheryl!" teriak Gery pada Cheryl sehingga gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh padanya. "Aku mencintaimu, jika kau mau berubah aku pastikan aku tidak akan menyia-nyiakanmu," setelah lama memendam perasaannya, Gery mengungkapkannya kembali. Bukannya menjawab Cheryl hanya berlalu begitu saja dari hadapan Gery. Cheryl mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam hatinya, tapi ia mengabaikan perasaannya itu. Di tempat berbeda, Kiara baru saja sampai di rumah. Kiara menggendong bayi mungilnya, sementara Ivander membawakan barang-barangnya. "Akhirnya kita samp