Share

Bab 5

Author: Butterfly 98
last update Last Updated: 2022-05-29 15:42:32

"tidak perlu dilepas, bawa saja pria itu kesini, kakakmu ini ingin melihat perawakannya." aku berkata santai sembari menyantap makananku.

"sayang, tolong jangan ikut campur masalah asmara Tania," sahut Zico. Ia terlihat sangat kesal.

raut wajah suami laknat ku ini membuatku ingin tertawa saja.

"memangnya salah? aku hanya ingin melihatnya, apa kau juga tidak penasaran? dan lagi, kalau sampe pria itu memberikan barang langka begitu pada Tania, bukankah artinya dia sangat serius pada Tania?" kataku masih dengan senyuman santai.

"Cukup kakak! Ini urusanku!" Tania meninggikan suaranya sembari menggebrak meja.

kalau dulu pasti aku akan merasa bersalah, dan membujuknya untuk meminta maaf. namun, tentu saja tidak kali ini.

"aku sudah selesai, silahkan kalian lanjutkan makannya," sambung Tania berdiri kemudian berlalu pergi.

"Lihat perbuatanmu Bella, mengapa kau membahas yang tidak penting?" sindir Zico.

mengapa dulu aku gak sadar ya, suamiku sendiri sering membela adikku secara berlebihan.

dulu aku pikir, mungkin karena Zico menganggap Tania seperti adik kandungnya sendiri.

ah, pikiran yang terlalu naif. seharusnya aku lebih peka biar gak kecolongan kayak gini.

"Tania sudah berumur 25th, sudah waktunya dia menikah, aku kakaknya, aku lebih mengkhawatirkan nya dibanding kamu Zico." tuturku santai.

mendengar itu wajah Zico berubah geram.

"sudahlah, tidak selera aku makan." Zico berdiri dan meninggalkan kursinya, makananya saja belum habis.

aku tersenyum kecut.

"Hah, mungkin saja dia sedang mengejar Tania untuk menghibur nya ... Aku tidak peduli, rasaku sudah mati pada kalian, silahkan tuai akibat perbuatan kalian," batinku sembari menyunggingkan senyum kecil.

...

Setelah makan, aku menyuruh pelayan membersihkan meja, aku menuju keatas mencari keberadaan mereka.

Kulihat mereka sedang berada di balkon.

karena penasaran, akupun diam-diam mengintip dan menguping pembicaraan mereka.

"apa kau dengar tadi yank, pasti kakak sengaja berkata begitu. Pasti ia menyindir ku yang tidak juga kunjung menikah, padahal kakak tidak pernah membahas nya sebelumnya, mengapa tiba-tiba?" terlihat  Tania sedang menangis di pelukan Zico.

benar-benar pemandangan menarik.

"tenanglah sayang, mungkin itu efek obat yg kita berikan padanya, jadi otaknya sedikit terganggu. bukankah kau tau salah satu gejalanya adalah sakit kepala dan halusinasi, mungkin saja sebentar lagi dia akan depresi. Bersabarlah sayang." Zico membelai halus kepala Tania, seakan menghiburnya.

hah, otakku terganggu katanya. tanpa sadar tanganku mengepal.

suami macam apa sebenarnya yang sudah ku pungut ini.

"sangat mengejutkan! ternyata benar racun itu bukan rencana Tania saja. Tapi rencana mereka berdua!" aku menggeleng tak habis pikir.

"Bukankah aku lebih baik dari kak Bella sayang, bukan kah kau lebih mencitaiku? Tapi mengapa ia begitu percaya diri, aku benci melihat nya seolah merendahkan ku!" Tania memajukan bibirnya sembari memelas manja.

Aku menyeringit, berpikir, " tak pernah sedikitpun aku merendahkan Tania, mengapa ia bisa berfikir begitu?" batinku.

terlihat Zico menyentil lembut hidung Tania,

"Iya sayang kamu lebih dari sempurna dibanding Bella, aku sangat sangat mencintaimu, kau pun juga lebih sangat pandai memuaskanku. Aku sangat mencitaimu," ucap Zico lembut.

Mereka berdua terlihat saling menatap kemudian wajah mereka juga ikut saling mendekat.

ya, akhirnya mereka berciuman di balkon selayaknya raja dan ratu dalam dongeng.

sedikit terasa nyeri di dada, tapi aku tak ingin mengakuinya.

bukankah nyeri ini wajar, aku sangat tulus mencintai suamiku. melihatnya begini tentu akan menyakitiku.

namun aku tak akan terlarut, aku sudah bilang rasaku untuk mereka sudah mati.

rasa nyeri ini hanya sesaat, aku tidak ingin mengakuinya.

"pertunjukkan yang menjijikan!" gumanku pergi.

...

aku berjalan ke arah kamarku dan merebahkan diri.

Aku berpikir, mengapa aku bisa terlalu bodoh? mengapa aku bisa tidak curiga sama sekali sebelumnya?

mereka bisa bermesraan dengan begitu terbuka dirumah ini, mengapa aku tidak menyadarinya?

Dan lagi, ini sangat mencurigakan mengapa para pelayan dan tukang kebun, juga penjaga keamanan tidak ada yang melaporkan apapun padaku.

apa semua orang didalm rumah ini membohongiku?

kalau dipikir-pikir, bukankah mereka para pekerja yg direkrut oleh Zico dan Tania?

Mungkinkah mereka beneran tidak tau atau menutup mata pura-pura tidak tahu?

seketika aku tertawa lepas, menertawakan kebodohanku selama ini.

aku terlihat seperti boneka polos yang bodoh, bagaimana bisa hahaha.

aku tertawa, namun air mataku keluar. apa aku sudah gila sekarang.

tidak, sepahit apapun kenyataan, tidak akan menggeserkan kewarasanku.

aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan mencoba menenangkan pikiranku.

baiklah, aku akan segera mengganti semua pekerja.

aku adalah nyonya dirumah ini, anjinh yang diam-diam menggigit majikannya harus diganti.

Untung saja surat tanah dan rumah masih atas nama ku.

Jadi mudah bagiku untuk mengganti orang-orang yang ada didalamnya.

"tunggulah kalian, penyesalan kalian akan dimulai sekarang," gumanku tersenyum licik.

'tok! tok!' ketukan pintu menarik perhatianku.

"kakak, ini aku Tania," seru Tania dibalik pintu.

untuk apa lagi dia kesini, apa dia sudah selesai bermesraan dengan suami kakaknya?

aku membersihkan wajahku terlebih dahulu dan dengan malas aku berjalan membuka pintu.

"ada apa?" tanyaku sedikit dingin.

"kakak, kau sedang apa? tidak sengaja aku mendengar suara tertawamu yang begitu kencang." Tania melirik ke dalam kamarku. matanya seolah mengamati sesuatu.

"aku sedang bosan, kadi aku menonton film komedi."

"oh benarkah? boleh aku ikut nonton bersama kakak? sudah lama kita tidak menonton film komedi bersama!" seru Tania ingin menyerobot masuk.

dengan cepat aku menahannya.

"maaf Tania, aku sudah selesai menontonnya. kau bisa nonton sendiri Nanti."

raut wajah Tania berubah, ia seperti terkejut melihatku melarangnya masuk.

biasanya ia bisa bebas keluar masuk dikamarku. aku tidak pernah melarangnya.

bahkan jika ia menorobos masuk tanpa izin, aku akan tertawa dan mengelus kepalanya.

"kembalilah ke kamarmu Tania, ini sudah larut," kataku mengusir.

"kakak, tunggu."

"ada apa?" aku masih menahan kekesalaku, tidak bisakah ia pergi saja.

"kenapa lemonteanya belum diminum?"

aku menoleh kebelakang, es lemontea yang dibuat sebelumnya kini sudah mencair.

ternyata tadi dia memperhatika gelas itu, sepertinya Tania ingin memastikan apakah aku sudah menghabiskan racun itu.

"ah, karena keasikan nonton aku jadi lupa meminumnya," ucapku berakting.

aku kembali mengambil gelas yang berisi racun itu.

"sekalian taruh gelasnya di dapur ya." aku menyerahkan gelas itu ditangan Tania.

"bagaimana kalau aku buatkan yang baru kak?" tawarnya dengan senyuman.

"tidak perlu."

"apa kakak ingin minum yang lain? aku akan membuatkannya kak," tawarnya sedikit membujuk.

"tidak, kembalilah Tania."

"tapi kak-"

tanpa mendengarkannya aku langsung menutup pintu dan menguncinya.

ia begitu gigih ingin memberiku asupan racun.

Tania menggedor-gedor pintu sembari berteriak.

aku mengabaikannya, hingga beberapa saat akhirnya ia menyerah.

"akhirnya pergi juga tuh adik lacnat," gumanku berbaring.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
kapan cerdasnya bela pasang cctv biar tahu naruh racunya dimana
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Adikku, Pelakorku.   Bab 6

    POV Tania...di kamar Zico."sayang besok adalah perayaan anniversary kita sekaligus ulang tahun kak Bella. Boleh gak aku memonopoli mu sayang? Aku hanya ingin merayakan anniv kita dengan panas." tanganku mengelus lembut dada bidangnya."Iya sayang, akupun hanya ingin bersama mu. Untuk besok aku hanya akan bersama mu," balasnya mengelus pipiku.aku tersenyum puas mendengar jawabannya."Tapi sayang, aku tak ingin membuat kak Bella curiga, bagaimana pun kita harus berhati-hati jangan sampai kak Bella curiga pada hubungan kita. Ingat Ayahku sangat menyayangi kak Bella jadi dia pasti akan memihak kak Bella," ucapku dengan raut sedih."Tenang sayang, Bella sangat mencintai ku, ia takkan mudah curiga padaku." Zico tersenyum penuh arti padaku.aku menyerit lalu mendorongnya pelan, "apa kau sudah merencanakan sesuatu sayang?" tanyaku penasaran.Zico berjalan memutar ke belakangku lalu memelukku mesra, bisa ku rasakan sentuhan bibirnya mendekat keleherku."tentu saja, aku berencana jam 12 mala

    Last Updated : 2022-05-29
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 7

    tak lama aku keluar dari kamar Zico, aku melihat Kak Bella sedang menuruni tangga."Kak Bella udah pulang?" sapaku basa-basi, aku memberikan senyuman termanis untuknya. karena kak Bella sangat suka melihatku tersenyum."Iya barusan kok, aku langsung mandi karena gerah," jawabnya juga dengan senyuman.bukankah hubungan kakak beradik kami terlihat sangat rukun."Yaudah, tunggu sebentar yah. aku akan buatkan lemontea kesukaan kakak." sesaat aku ingin ke dapur, kak Bella mencegahku."Ga perlu, kakak lagi ga pengen minum lemontea soalnya."Aku menyeritkan dahi, ini pertama kalinya kak Bella menolak tawaranku."ada apa kak? apa lemontea buatanku sudah tidak enak lagi?" tanyaku dengan mata sedikit berkaca. aku ingin menarik simpatinya."bukan begitu, hanya saja-""mungkin kah kakak bosan dengan lemontea? Yaudah aku buatkan susu yah, gak boleh nolak yah pokoknya," ucapku memotong.aku merayu memegang dan berayun dilengan kak Bella, seperti sorang adik kecil yang merengek pada kakaknya.Kak Bel

    Last Updated : 2022-05-30
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 8

    PoV Arbella...Setelah drama di ruang tamu tadi. Aku langsung kembali ke kamar pribadiku, terlalu lama bersama mereka membuatku mual.sebelumnya, saat pulang kerja. aku tak sengaja menangkap basah mereka berdua sedang bermesraan di kamar Zico, awalnya aku aku ingin mengabaikan lalu pergi.tetapi mendengar obrolan mereka, menarik sedikit perhatianku. aku mendengar tentang rencana annive romantis mereka besok dan tentang kado ulang tahunku.aku terkejut dan kembali merasa sakit hati, bagaimana tidak? ternyata annive penghianatan mereka bertepatan dengan ulang tahunku.sejak kapan?Mengapa selama ini aku tak pernah curiga?apa mereka begitu pandai menyembunyikannya?ataukah aku yang terlalu bodoh sehingga menjadi badut dirumah sendiri.walau sakit namun sudah tidak sesakit saat awal aku mengetahui nya.sepertinya hati ini sudah sedikit kebal.bagaimana jika aku mulai membalas mereka sekarang?aku tidak ingin menjadi orang bodoh lagi, sudah cukup mereka tertawa diatas penderitaanku.dan w

    Last Updated : 2022-05-31
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 9

    Aku tiba dirumah pukul 11.15 malam. mataku berkeliling memperhatikan keadaan rumah yang begit.u sunyi.hmm ... tumben Tania tidak menyambut ku, biasanya ia akan muncul dan bertanya banyak hal, mungkinkah dia sedang sibuk mempersiapkan annive-nya yang romantis itu?karena penasaran, akupun diam-diam segera menuju kamar gaming Zico, perlahan mengintip mencari sosok Tania atau Zico.namun saat ku perhatikan, kamarnya sudah kosong. tidak ada tanda-tanda kehadiran mereka."kira-kira kemana mereka?" gumanku berfikir."Sayang." Aku terkejut mendengar suara pria yang ku kenal.Zico? kenapa dia tiba-tiba ada dibelakangku?"Ada apa sayang? kenapa kau seperti pencuri yang sedang mengendap-ngendap? Apa kau sedang mencariku?" raut wajah Zico terlihat heran."ah, y-ya aku sedang mencarimu diam-diam lalu berencana akan mengagetkanmu gitu," cengirku."apa kau ingin membuatku terkejut?" Zico merangkul pinggangku sembari mendekatkan wajahnya.kalau dulu mungkin aku akan merona dan berdebar, tapi sekaran

    Last Updated : 2022-05-31
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 10

    "satuuu ... duaaa ... tigaaa ..."penutup mataku akhirnya terlepas."Supricee ... !!!!" Tania dan Zico berseru bersamaan sembari meniup terompet kecil.inikah kejutan yang mereka maksud?terlihat kue ulang tahun cantik yang bertenggerkan banyak lilin diatasnya."Selamat ulangtahun kak Bella, semoga panjang umur, sehat selalu. Juga semoga kakak lekas dapat momongan yah biar rumah kita rame dengan suara anak kecil." Tania mengatupkan kedua tangannya seakan berdoa dengan tulus."selamat ulangtahun sayang, semoga apapun yang kamu inginkan cepat tersampaikan ya." Zico mengelus rambutku lalu mengecup keningku.Aku tersenyum diam.andaikan aku tidak tahu pengkhianatan mereka, walau hanya kejutan kecil begini. mungkin aku akan terharu dan sangat bahagia."Jangan diam aja dong kak, tiup tuh lilinnya, jangan lupa berdoa dulu," celetuk Tania.Aku memejamkan mata dan berdoa dengan tulus.semoga aku bisa membalas kejatahan dan membuat mereka lebih menderita.ku tiup semua lilin itu dengan harapan d

    Last Updated : 2022-05-31
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 11

    "Kamu kok tega banget, suami sakit gini malah lebih mentingin kerjaan," lirih Zico dengan wajah melas.lihatlah si brengsek ini, ia membuatku seakan menjadi istri durhaka yang tega membiarkan suaminya.padahal dia sendiri suami durhaka, yang tidak bisa memberi nafkah dan malah seenak jidat berselingkuh."Maafkan aku sayang, bukannya kamu selalu bilang kalau perusahaan kita itu penting! Lagian ada Tania yang akan menjagamu nanti. Ini semua juga demi kamu! Aku pergi ya." tanpa memikirkan perasaanya, aku pergi meninggalakan kamarnya.Didetik terakhir sebelum pintu kamarnya tertutup, terlihat jelas guratan kesal dan menyedihkan diwajah Zico.....baiklah, selanjutnya mari kita cek Tania, jika semalam mereka berdua menghabiskan malam yang panas. pasti Tania akan terkontaminasi bubuk itu juga kan, aku penasaran bagaimana keadaanya.dengan senyum simpul, aku melangkah pasti ke arah kamar Tania.beberapa kali aku mengetuk pintu tidak ada sahutan darinya, mungkinkah ia juga terbaring lemah sepe

    Last Updated : 2022-06-01
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 12

    “Bel! ... Bella!” sentuhan Viona seketika menyadarkan ku.“Kok melamun? Jangan-jangan kamu ada sesuatu ya dengan pak Edward? Soalnya abis nyebut nama pak Edward kamu langsung terdiam gitu, Pasti ada sesuatu.” Viona mengangkat telunjuknya padaku dengan mata menyelidik.“En-enggak ah, apaan sih." ku tepis pelan jari telunjuknya.“hm, massa? kok mencurigakan ya?""apanya yang mencurigakan? Kami beneran gak ada apa-apa Vio, itu hanya asumsimu," bantahku."lagian kita itu sedang di jam kerja, Aku atasanmu jadi lebih baik kau jaga perilakumu! Oke?” lanjutku menekan dengan nada tegas. biasanya kalau udah mode tegas gini, Viona akan mundur.Viona terdiam dan mengerutkan bibirnya. "baiklah, maafkan saya bos."“kembalilah bekerja sekretaris Vio!""Hmm ya ... ya." dengan tenang Viona pun kembali ke ruangannya. tak lupa ia meninggalkan expresresi mata memicing sebelum menutup pintu.begitulah dirinya, ia selalu penasaran dengan hal kecil apapun padaku, itu adalah salah satu sifat lucu darinya. sa

    Last Updated : 2022-06-02
  • Adikku, Pelakorku.   Bab 13

    Aku tiba dirumah saat sore.rumah terlihat sepi, tidak ada suara Tania yang menyambutku, ataupun suara suamiku yang menanyakan bagaimana pekerjaan ku.Suasana yang begitu familiar, mengingatkanku saat pertama kali mengetahui perselingkuhan mereka.bedanya saat itu mereka sedang bergerumul mesra namun saat ini mungkin mereka sedang menahan gatal dan sakit di kamar masing-masing.ku langkahkan kaki menuju kamarku bergegas mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi aku berganti baju dan mengeringkan rambut, tak sengaja mataku beralih pada tas hitam diantas ranjang.ku raih tas itu dan mengeluarkan sebuah kotak kado dan membukanya.kalung yang bersinar itu kini berpindah ke jemariku, aku ingin mencobanya dan memakaikan kalung itu dileherku.“lumayan juga," gumamku memandangi pantulan cermin.“Pintar sekali dia memilih kado," sambungku.tanpa sadar senyum terukir dibibirku.tidak, tidak ... aku tidak boleh terhanyut.kalung ini adalah hadiah sebagai partner kerja saja.tanganku menggengga

    Last Updated : 2022-06-02

Latest chapter

  • Adikku, Pelakorku.   Bab 71

    "Terima! terima! terima!" David, Brian, Rachel bersorak bersamaan.Edward mengangkat telapak tangan, sorakan itu seketika berhenti. "Bella, aku sudah pernah mengungkapkan perasaanku padamu sebelumnya. Ku harap kali ini kau menerimanya," ucap Edward masih di posisinya.Ku tutup mataku sejenak, lalu menatapnya. Sebenarnya aku belum yakin untuk memulai berumah tangga lagi, aku masih belum siap. Aku sangat takut akan kegagalan dan penghianatan. Aku tahu Edward bukan orang yang seperti itu, tetapi ketakutan tetaplah ketakutan.Ku layangkan pandangan ke semua sisi, persiapan yang begitu niat dan mewah dibuat khusus untukku. Zico saja tidak pernah melakukan ini, jika aku menolaknya maka aku akan menyakiti usaha dan juga orang-orang yang hadir disini."Ya, aku bersedia," jawabku tersenyum.Mata Edward melebar binar, ia berdiri dan tersenyum bahagia menatapku. "Sungguh?" tanyanya yang ku jawab dengan anggukkan.Spontan Edward memelukku erat, "kau sudah menerimaku, jangan harap untuk berubah pi

  • Adikku, Pelakorku.   bab 70

    Seusai makan siang itu, Edward mengantarku dan Viona kembali ke kantor."Bella, apa malam ini kau ada waktu? aku ingin membawamu ke sesuatu tempat," ucap Edward di dalam mobil. Aku menatapnya sebentar, "kemana?" tanyaku.Edward tersenyum, "rahasia, kau akan tahu nanti. Berdandanlah yang cantik," jawabnya. Mendengar itu membuatku merasa dejavu, ini mengingatkanku saat pertama kali dinner bersamanya."Ehem, ehem, bisakah aku turun dulu, baru kalian lanjutkan percakapan romantisnya?" sela Viona yang duduk di kursi belakang. Ia melipat tangan sembari melirik kami berdua."Ba-baiklah, nanti kau bisa menjemputku di rumah," ujarku pada Edward, tak ingin Viona menunggu lama. Aku membuka pintu mobil dan keluar, disusul juga dengan Viona yang ikut keluar."Oke sampai jumpa nanti malam," ujar Edward didalam mobil, aku membalas tersenyum dan melambaikan tangan padanya."Apa hubungan kalian sudah ada kemajuan?" tanya Viona tiba-tiba."Kemajuan apa yang kau maksud?" aku bertanya balik padanya."Kem

  • Adikku, Pelakorku.   bab 69

    PoV Arbella…Sudah sebulan semenjak aku mengirim Tania dan Zico ke desa itu. Sekarang aku sudah tinggal kembali dirumah utama bersama ayah dan bibi. Sedang rumah lamaku telah terjual dua minggu yang lalu.Bulan lalu, aku memberitahu ayah. Bahwa aku sudah tahu tentang identitas Tania yang bukan adik kandungku. Awalnya ayah meminta maaf telah merahasiakannya, dan aku menolak permintaan maaf itu. Bagiku keputusan ayah dan mendiang ibu tidaklah salah, jadi tidak seharusnya ayah meminta maaf.Seandainya sejak awal Tania tidak mengkhianati ataupun berencana membunuhku, mungkin aku juga akan memilih untuk tidak mendengar rahasia itu.Berbicara tentang Tania, aku memberi tahu pada ayah, bahwa aku mengirimnya ke desa Geneva. Respon Ayah hanya diam, namun sorot matanya menyembunyikan kekhawatiran. Sebagai penenang aku bilang walau kota itu sedikit berbahaya, namun ada bawahan Edward yang menjaganya. Ayah menghela nafas lega setelah mendengar itu.Begitulah ayah. Sejahat apapun anaknya membuat l

  • Adikku, Pelakorku.   bab 68

    PoV Tania 2 ..."Tania … Tania … Bangunlah!" panggilan seseorang dan nafas yang begitu bau membangunkanku setengah sadar. Dengan sayup-sayup perlahan membuka mataku."Tania, …" Mataku terbelalak melihat wajah Zico yang begitu dekat dan bertelanjang dada. Sontak aku bangun dan mendorongnya. Tanganku kini kembali terikat, kepalaku terasa begitu pusing, dan kakiku yang begitu sakit.Zico terdiam dengan tangan yang juga terikat, aku menolah-noleh. Ternyata aku kembali kedalam mobil box, bedanya yang ini lebih sempit. Hanya ada aku dan Zico didalamnya.Mataku melebar melihat tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam. "D-dimana bajuku?" tanyaku menyilangkan dada.Zico menatapku dingin, "seharusnya aku yang bertanya seperti itu! dimana bajumu? kenapa kau kembali dengan bertelanjang!" tanyanya setengah berteriak.Aku memalingkan wajah dan melirik kakiku yang dililit acak menggunakan bajunya."Kenapa kau diam saja? apa benar kata penjaga itu kau berniat menggodanya? katakan!" seru Zico, mata

  • Adikku, Pelakorku.   bab 67

    PoV Tania.…Hawa yang pengap didalam sebuah box mobil, aku tengah bersandar sembari berbagi udara dengan satu pria bodoh dan dua pria yang tak ku kenal.Walau tanganku telah diikat kembali, tetapi penutup mataku sudah dilepas. Tidak ada pemandangan, hanya cahaya remang dan rasa sesak untuk bernafas. Aku membenci ini!Kenapa? kenapa semua harus berakhir begini?Ku pikir dengan kepulangan ayah itu akan membebaskanku dari neraka buatan ini. Tapi apa? ayahku, satu-satunya harapanku malah tak berpihak padaku. Rasa sesak hatiku yang merasa sangat tidak adil! tanpa sadar rasa marah itu membuatku mengungkap rahasia dengan mulutku sendiri.Apa aku menyesal? tidak juga. Saat melihat raut wajah Kak Bella yang tak berdaya membuatku sedikit terhibur. Kak Bella sangat lemah terhadap kesehatan ayah, kenapa aku tidak menggunakan kesempatan itu dari awal?Aku ingin sekali membuat Kak Bella mencium kakiku, tapi aku malah berada disini! menyebalkan!Tiba-tiba mobil terhenti. "Apa kita sudah sampai?" tan

  • Adikku, Pelakorku.   bab 66

    Aku menghela nafas, kemudian menuntun Bibi untuk duduk disofa bersama. "Bibi, sungguh aku sangat terkejut mendengarnya. Apa semua itu benar? Tania bukan adik kandungku? mengapa aku tidak tahu?" tanyaku. Kenyataan itu membuatku masih terkejut, aku ingin tahu semua kebenarannya."Baiklah, akan Bibi katakan. Sebenarnya ini adalah rahasia yang ingin dijaga ibumu Bella. Kau tahu ibumu adalah wanita baik. Sebenarnya, ibumu memilik seorang adik angkat yang diselamatkan dari korban KDRT, namanya Wenda. Ibumu sangat menyangi adik angkatnya itu seperti adiknya sendiri ...""... Tetapi Wenda sangat berbanding terbalik dengan ibumu. Jika ia menginginkan sesuatu harus terpenuhi. Suatu ketika dua bulan sebelum pernikahanku, aku memperkenalkan calon suamiku Devan. Itu adalah awal petaka bagiku, karena setelahnya. Sehari sebelum pernikahanku. Tiba-tiba Wenda mengaku tengah hamil anak Devan ...""... Kau tahu betapa hancurnya duniaku saat itu Bella, aku bahkan sampai pingsan karena terkejut. Tanpa tah

  • Adikku, Pelakorku.   bab 65

    Selepas ayahku dibawa ke rumah sakit, David mengantar kami ke tempat ayahku dirawat. Perasaan campur aduk menghampiriku saat menunggu dokter keluar dari ruang ICU.Aku terus memegang tanganku berharap dan berdoa Ayah akan baik-baik saja. Sesekali Bibi dan Edward mengiburku yang terus gelisah, tapi aku tetap tidak bisa tenang.Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan Ayah, buru-buru aku menghampirinya dan bertanya keadaan ayahku."Syukurlah pasien dibawa tepat waktu, ia berhasil melewati masa kritisnya. Namun karena masih dalam pemulihan, saat ini keluarga tidak diizinkan menjenguk hingga pasien sadar," tutur dokter.Aku mengangkat kepalaku sembari mengusap lega, "syukurlah ayah tidak apa-apa," gumanku mengatupkan tangan.Tidak lupa aku berterimakasih pada dokter sebelum ia pergi.Bibi memelukku haru,"syukurlah Bella, ayahmu sekarang baik-baik saja." Aku mengangguk membalas pelukan Bibi.Seusai memeluk Bibi, pandanganku menoleh pada sosok pria tegas yang tengah duduk di kursi tunggu.

  • Adikku, Pelakorku.   bab 64

    PoV Arbella...Dua hari berlalu sejak aku menikahkan pasangan penghianat itu, sesuai rencana. Hari ini, aku dan Edward kembali menemui Tania dan Zico dirumah hitam, aku membawa dua paperbag dan melemparkannya ke dalam sel."Apa ini?" Zico meraih paperbag itu dan membukanya, "baju?" dia menoleh padaku dan mengernyit."Ya itu pakaian untuk kalian, tidak mungkin kalian akan pergi dengan tampilan lusuh seperti itu."Zico terdiam memandangi baju yang dipegangnya, sedang Tania terlihat tidak tertarik sama sekali."Pakailah cepat," kataku berbalik pergi. Namun tiba-tiba ponselku bergetar, aku mengambil ponselku dari saku. Ternyata Rachel yang meneleponku.["Halo Rachel,"] ucapku mengangkat telepon.Hening sejenak, aku mencoba memanggilnya lagi. ["Rachel?"]["Be-Bella, Ayah dan Bibimu ada dirumah sekarang."]Mataku membulat sempurna mendengarnya, ["Ayahku ada dirumah?"] seruku terkejut.["Y-ya dia memintaku menghubungimu dan menyuruhmu untuk pulang bersama Tania,"] ucap Rachel gugup.Pandanga

  • Adikku, Pelakorku.   bab 63

    PoV Zico 2...Hingga keluar dari gedung, senyumku tak henti-hentinya mengembang. Ternyata mantan istriku benar-benar baik sampai repot-repot mengurusi pernikahan kami. Aku gak sabar pengen cepat pulang dan menikmati hidup yang baru bersama Tania, istriku.Mertuaku adalah ayah yang royal pada anaknya, meskipun Tania tidak memiliki perusahaan. Pasti ayahnya akan memberi rumah dan modal sebagai hadiah pernikahan kami, aku tak sabar menerima itu.Tapi ada yang aneh, mengapa Tania terus diam? ia bahkan tidak mengukir senyum indahnya sepertiku. Ntahlah mungkin dia masih lelah.Tania masuk ke mobil duluan, diiringi dengan aku yang duduk disampingnya."Selamat atas pernikahan kalian," ucap pria yang di panggil Brian itu. Ia menyengir dan memberi dua penutup mata padaku.Aku mengernyit heran, "untuk apa itu? bukankah kalian akan mengantarku pulang kerumah?"Pria itu tertawa, "memang kalian punya rumah? Edward menyuruhku membawa kalian kembali ke sel terlebih dahulu, nikmatilah malam pertama ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status