hari berganti dengan pagi yang cerah. aku kembali bekerja dikantor seperti biasa, tak lupa aku membawa berkas yang diperlukan yang ingin kuberikan pada pengacara Nowela nanti.“Bella." Viona datang memasuki ruanganku. suaranya terdengar tidak bersemangat dan wajahnya juga tampak murung.“ada apa Vio?” aku menghentikan sebentar pekerjaanku.“Ini, berkas projek yang akan dipakai rapat besok lusa, ada beberapa halaman yang sudah aku perbaiki karena tidak sesuai dengan perencanaan awal. Kamu periksa saja dulu, kalau tidak ada masalah langsung saja tandatangan." Viona menaruh berkas dengan lesu.Aku dan Viona sudah lama berteman, kami berteman sejak kuliah lalu kami semakin dekat hingga menjadi sahabat, tetapi aku menganggapnya lebih dari itu, ia sudah seperti saudaraku sendiri, ia peka dan sangat peduli padaku.Aku juga sangat sayang dan peduli padanya, kami bahkan menggunakan bahasa informal walaupun aku seorang atasan sekaligus bos pemilik perusahaan. Tidak ada kata bos dan bawahan diant
sepulangnya dari kantor aku berencana mengajak Edward bertemu untuk mengembalikan jas-nya semalam.kalau dipikir beberapa hari ini kami semakin sering bertemu yah.Ting! Tertanda ada pesan masuk di ponselku.{“Kita akan bertemu dirumahmu sekarang."} isi pesan balasan Edward.{“Baiklah.”} aku mengirim pesan balasan.Aku tidak tahu mengapa Edward ingin bertemu dirumahku, dan tanpa berfikir panjang aku menyetujuinya saja. Lagian jas nya juga ada dirumah.setengah jam kemudian aku sampai dirumah, kulihat mobil Edward sudah terparkir didepan rumahku.ku hampiri mobil hitamnya itu "Sudah lama menunggu?”“Tidak, baru saja,” jawab Edward. Ia turun dan langsung masuk rumah bersamaku.Namun sebelum kakiku memasuki rumah, tak sengaja aku melihat tukang kebun rumahku mengarahkan kamera ponselnya pada kami.mencurigakan! sepertinya orang itu telah memotret kami diam-diam.“masuklah duluan, aku ada urusan sebentar,” ucapku meninggalkan Edward.Aku berjalan menghampiri tukang kebun itu.“pak Diman, s
“Bella, apa kau sungguh ingin memecat mereka?” tanya Edward tiba-tiba.aku menoleh menatapnya, “Bagaimana menurutmu Edward? Sebelumnya aku sudah memecat seluruh pelayan bawahan Zico dan menggantinya dengan pelayan baru. Sekarang aku juga ingin memecat mereka karena mereka juga bawahan Zico. Tapi ..."Aku melirik Pak Diman dan Leri, rasanya berat sekali untuk memecat mereka.“Kalau begitu kau tidak perlu pecat mereka,” saran Edward sembari merubah posisi duduknya lebih santai.Pak Diman dan Leri menoleh kearah Edward dengan penuh harap.“Maksudmu?”“kurasa mereka berkata jujur," ucap Edward santai."ya, aku juga merasa begitu. tapi tetap saja mereka itu bawahan Zico." dari awal aku sudah bertekad untuk membersihkan semua bawahan Zico dirumah ini, walaupun Pak Diman Dan Leri berkata tidak mengetahui perselingkuhan mereka, tetap saja mereka sudah kurang ajar memata-mataiku dibawah perintah Zico.ini membuatku bingung."Bella, jika kau mengganti semua orangnya Zico, ia pasti akan sangat cu
Beberapa hari berlalu sejak terakhir Edward berkunjung kerumahku. saat akan mengembalikan jasnya waktu itu Edward berkata nanti saja, akibat perkataannya itu sampe sekarang aku belum juga mengembalikan jasnya itu.Dan kemarin aku mendapat kabar dari mata-mataku di rumah sakit. katanya Zico dan Tania akan kembali hari ini.Ternyata duo penghianat itu sudah sembuhtak ku sangka, lebih cepat dari perkiraanku. Tapi tak apa, aku sudah menyelamatkan aset dan mengganti bawahan mereka. Aku hanya perlu merencanakan sesuatu yang lain untuk menghancurkan mereka perlahan.Getaran ponsel mengalihkan perhatianku, terlulis panggilan nama ayah di layarnya.[“Halo ayah,”] sapaku mengangkat telpon.[“Halo putriku sayang, ayah ingin mengabarkan sesuatu. hari ini Tania dan Zico sudah boleh pulang penyakit mereka sudah kering dan sembuh."] suara ayah terdengar lega, aku tersenyum mendegar suara ayah saja.[“syukurlah ayah, Bella senang dengernya. Yaudah Bella kesana ya jemput mereka.”][“Tidak perlu. kami
"tidak perlu ayah, aku saja sudah cukup, tidak perlu membawa kak Bella," tolak Tania dengan senyuman. namun hanya aku yang tahu bahwa matanya menyorotkan kekesalan.“kalian belum pernah bertemu kan? Edward saja tidak tahu wajahmu, ini pertemuan kalian pertama kalinya. Kalian butuh orang ketiga untuk memulai pembicaraan. Kebetulan Bella mengenal Edward, mudah bagi Bella untuk memperkenalkan kalian nanti. Jika nanti kau tak suka setelah bertemu dengannya, kau bisa bilang pada kakakmu," jelas ayah.Tania berdiri dengan tegas, "tidak ayah, aku juga tidak berencana menolak Kak Edward. biarkan aku pergi sendiri!""jangan membantah Tania! kau tidak boleh pergi sendiri, Bella tetap harus menemanimu!" ayah meninggikan suaranya dengan tegas."tapi ayah-""tidak ada tapi-tapian, dengarkan atau ayah batalkan?" suara ayah terdengar serius. Tania hanya terdiam lalu membuang muka, ia kembali duduk disampingku dengan kesal. wajahnya yang semula riang tadi ntah menguap kemana.aku hanya tersenyum semba
PoV Tania...setelah percakapan bersama kak Bella dan ayah tadi aku langsung pamit pergi ke kamar."Sial! ... kenapa ayah harus membicarakan perjodohan itu pada Zico sih! aku kan sudah memintanya jangan bahas depan Zico! Ah merepotkan sekali."Aku mengigit jari dengan resah, khawatir Zico akan sangat marah padaku. Walau sebelumnya aku tidak pernah membuatnya marah, ntah kenapa aku takut melihat wajahnya yang menahan amarah karena cemburu buta.'ceklek!' pintu kamarku terbuka lebar. Zico berdiri masih dengan sorot mata tajamnya. “Ka-kak ipar!” walau aku takut aku berusaha bersikap tenang."a-ada apa kakakk ipar? bu-bukankah kak Bella masih dibawah?"tanpa menjawabku Zico masuk kekamarku, ia mengunci pintu dan mulai melangkah mendekatiku.aku merasa aura mencengkam dari tubuhnya, kakiku reflek melangkah mundur.“Tania, kenapa kau tidak menolak rencana Perjodohan itu?” tanyanya dengan wajah menyeramkan. suaranya terdengar dingin.aku membeku ditempat, aura kecemburuannya serasa seperti m
PoV Tania 2...setelah keluar kamar aku ke lantai bawah menuju dapur untuk mencari makan, karena sedari tadi siang aku belum sempat makan.langkahku terhenti saat melihat kak Bella sedang menemani Zico makan malam dimeja makan.ku pikir Zico kembali ke kamarnya, ternyata ia turun untuk mengisi tenanganya.“Tania, badanmu sudah enakan?” sapa Kak Bella. Zico langsung menoleh ke arahku.“Iya kak, badanku sudah enakan dan saat ini aku sedang lapar." Aku mendekat dan duduk didepan kak Bella.Pelayan yang menyadariku langsung menyiapkan alat makan didepanku. Namun saat ku perhatikan wajah pelayan itu tampak asing, sepertinya dia pelayan baru.“Kakak menambah pelayan baru ya?”“Nggak kok." tanpa menoleh, kak Bella menjawab santai sembari memainkan ponsel.aku menyerit, “Lah yang tadi itu, bukannya pelayan baru?"“iya baru, tapi aku gak nambah pelayan!"“maksud kakak?”Kak Bella menutup ponselnya kemudian menoleh padaku. “Aku gak nambah pelayan, Tania. aku hanya mengganti semua pelayan diruma
PoV Tania 3 end...“mengapa kau sangat kepo soal Edward? Apa kau sangat menyukainya?" kak Bella menatapku lewat cermin. aku membalas tersenyum sembari memegang pundaknya.“Tentu saja! aku sangat menyukainya kak Edward. walau kami bekum bertemu aku tau pasti ia adalah jodohku! ...""... kakak tau sendiri, Kak Edward merupakan pria yang tampan dan mapan. menjadi istrinya adalah keinginan semua wanita termasuk aku kak. Aku akan sangat bahagia menjadi istrinya kelak!” ucapku dengan mata berbinar.menggaet kak Edward sekarang sudah mejadi salah satu tujuan hidupku. pria itu memiliki semua hal yang aku inginkan, wajah tampan, nama baik, kekuasaan dan yang paling penting kekakayaan yang melimpah!jika aku menjadi istrinya, aku akan lebih mudah menghancurkan kak Bella. Dan Zico juga tidak dapat menyentuhku sedikitpun.“Jika kau bukan tipenya bagaimana?” aku tersentak mendengarnya, pertanyannya membuatku membuyarkan lamunan indahku.“tidak mungkin kakak! tidak ada yang bisa menolak pesona dan
"Terima! terima! terima!" David, Brian, Rachel bersorak bersamaan.Edward mengangkat telapak tangan, sorakan itu seketika berhenti. "Bella, aku sudah pernah mengungkapkan perasaanku padamu sebelumnya. Ku harap kali ini kau menerimanya," ucap Edward masih di posisinya.Ku tutup mataku sejenak, lalu menatapnya. Sebenarnya aku belum yakin untuk memulai berumah tangga lagi, aku masih belum siap. Aku sangat takut akan kegagalan dan penghianatan. Aku tahu Edward bukan orang yang seperti itu, tetapi ketakutan tetaplah ketakutan.Ku layangkan pandangan ke semua sisi, persiapan yang begitu niat dan mewah dibuat khusus untukku. Zico saja tidak pernah melakukan ini, jika aku menolaknya maka aku akan menyakiti usaha dan juga orang-orang yang hadir disini."Ya, aku bersedia," jawabku tersenyum.Mata Edward melebar binar, ia berdiri dan tersenyum bahagia menatapku. "Sungguh?" tanyanya yang ku jawab dengan anggukkan.Spontan Edward memelukku erat, "kau sudah menerimaku, jangan harap untuk berubah pi
Seusai makan siang itu, Edward mengantarku dan Viona kembali ke kantor."Bella, apa malam ini kau ada waktu? aku ingin membawamu ke sesuatu tempat," ucap Edward di dalam mobil. Aku menatapnya sebentar, "kemana?" tanyaku.Edward tersenyum, "rahasia, kau akan tahu nanti. Berdandanlah yang cantik," jawabnya. Mendengar itu membuatku merasa dejavu, ini mengingatkanku saat pertama kali dinner bersamanya."Ehem, ehem, bisakah aku turun dulu, baru kalian lanjutkan percakapan romantisnya?" sela Viona yang duduk di kursi belakang. Ia melipat tangan sembari melirik kami berdua."Ba-baiklah, nanti kau bisa menjemputku di rumah," ujarku pada Edward, tak ingin Viona menunggu lama. Aku membuka pintu mobil dan keluar, disusul juga dengan Viona yang ikut keluar."Oke sampai jumpa nanti malam," ujar Edward didalam mobil, aku membalas tersenyum dan melambaikan tangan padanya."Apa hubungan kalian sudah ada kemajuan?" tanya Viona tiba-tiba."Kemajuan apa yang kau maksud?" aku bertanya balik padanya."Kem
PoV Arbella…Sudah sebulan semenjak aku mengirim Tania dan Zico ke desa itu. Sekarang aku sudah tinggal kembali dirumah utama bersama ayah dan bibi. Sedang rumah lamaku telah terjual dua minggu yang lalu.Bulan lalu, aku memberitahu ayah. Bahwa aku sudah tahu tentang identitas Tania yang bukan adik kandungku. Awalnya ayah meminta maaf telah merahasiakannya, dan aku menolak permintaan maaf itu. Bagiku keputusan ayah dan mendiang ibu tidaklah salah, jadi tidak seharusnya ayah meminta maaf.Seandainya sejak awal Tania tidak mengkhianati ataupun berencana membunuhku, mungkin aku juga akan memilih untuk tidak mendengar rahasia itu.Berbicara tentang Tania, aku memberi tahu pada ayah, bahwa aku mengirimnya ke desa Geneva. Respon Ayah hanya diam, namun sorot matanya menyembunyikan kekhawatiran. Sebagai penenang aku bilang walau kota itu sedikit berbahaya, namun ada bawahan Edward yang menjaganya. Ayah menghela nafas lega setelah mendengar itu.Begitulah ayah. Sejahat apapun anaknya membuat l
PoV Tania 2 ..."Tania … Tania … Bangunlah!" panggilan seseorang dan nafas yang begitu bau membangunkanku setengah sadar. Dengan sayup-sayup perlahan membuka mataku."Tania, …" Mataku terbelalak melihat wajah Zico yang begitu dekat dan bertelanjang dada. Sontak aku bangun dan mendorongnya. Tanganku kini kembali terikat, kepalaku terasa begitu pusing, dan kakiku yang begitu sakit.Zico terdiam dengan tangan yang juga terikat, aku menolah-noleh. Ternyata aku kembali kedalam mobil box, bedanya yang ini lebih sempit. Hanya ada aku dan Zico didalamnya.Mataku melebar melihat tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam. "D-dimana bajuku?" tanyaku menyilangkan dada.Zico menatapku dingin, "seharusnya aku yang bertanya seperti itu! dimana bajumu? kenapa kau kembali dengan bertelanjang!" tanyanya setengah berteriak.Aku memalingkan wajah dan melirik kakiku yang dililit acak menggunakan bajunya."Kenapa kau diam saja? apa benar kata penjaga itu kau berniat menggodanya? katakan!" seru Zico, mata
PoV Tania.…Hawa yang pengap didalam sebuah box mobil, aku tengah bersandar sembari berbagi udara dengan satu pria bodoh dan dua pria yang tak ku kenal.Walau tanganku telah diikat kembali, tetapi penutup mataku sudah dilepas. Tidak ada pemandangan, hanya cahaya remang dan rasa sesak untuk bernafas. Aku membenci ini!Kenapa? kenapa semua harus berakhir begini?Ku pikir dengan kepulangan ayah itu akan membebaskanku dari neraka buatan ini. Tapi apa? ayahku, satu-satunya harapanku malah tak berpihak padaku. Rasa sesak hatiku yang merasa sangat tidak adil! tanpa sadar rasa marah itu membuatku mengungkap rahasia dengan mulutku sendiri.Apa aku menyesal? tidak juga. Saat melihat raut wajah Kak Bella yang tak berdaya membuatku sedikit terhibur. Kak Bella sangat lemah terhadap kesehatan ayah, kenapa aku tidak menggunakan kesempatan itu dari awal?Aku ingin sekali membuat Kak Bella mencium kakiku, tapi aku malah berada disini! menyebalkan!Tiba-tiba mobil terhenti. "Apa kita sudah sampai?" tan
Aku menghela nafas, kemudian menuntun Bibi untuk duduk disofa bersama. "Bibi, sungguh aku sangat terkejut mendengarnya. Apa semua itu benar? Tania bukan adik kandungku? mengapa aku tidak tahu?" tanyaku. Kenyataan itu membuatku masih terkejut, aku ingin tahu semua kebenarannya."Baiklah, akan Bibi katakan. Sebenarnya ini adalah rahasia yang ingin dijaga ibumu Bella. Kau tahu ibumu adalah wanita baik. Sebenarnya, ibumu memilik seorang adik angkat yang diselamatkan dari korban KDRT, namanya Wenda. Ibumu sangat menyangi adik angkatnya itu seperti adiknya sendiri ...""... Tetapi Wenda sangat berbanding terbalik dengan ibumu. Jika ia menginginkan sesuatu harus terpenuhi. Suatu ketika dua bulan sebelum pernikahanku, aku memperkenalkan calon suamiku Devan. Itu adalah awal petaka bagiku, karena setelahnya. Sehari sebelum pernikahanku. Tiba-tiba Wenda mengaku tengah hamil anak Devan ...""... Kau tahu betapa hancurnya duniaku saat itu Bella, aku bahkan sampai pingsan karena terkejut. Tanpa tah
Selepas ayahku dibawa ke rumah sakit, David mengantar kami ke tempat ayahku dirawat. Perasaan campur aduk menghampiriku saat menunggu dokter keluar dari ruang ICU.Aku terus memegang tanganku berharap dan berdoa Ayah akan baik-baik saja. Sesekali Bibi dan Edward mengiburku yang terus gelisah, tapi aku tetap tidak bisa tenang.Sampai akhirnya dokter keluar dari ruangan Ayah, buru-buru aku menghampirinya dan bertanya keadaan ayahku."Syukurlah pasien dibawa tepat waktu, ia berhasil melewati masa kritisnya. Namun karena masih dalam pemulihan, saat ini keluarga tidak diizinkan menjenguk hingga pasien sadar," tutur dokter.Aku mengangkat kepalaku sembari mengusap lega, "syukurlah ayah tidak apa-apa," gumanku mengatupkan tangan.Tidak lupa aku berterimakasih pada dokter sebelum ia pergi.Bibi memelukku haru,"syukurlah Bella, ayahmu sekarang baik-baik saja." Aku mengangguk membalas pelukan Bibi.Seusai memeluk Bibi, pandanganku menoleh pada sosok pria tegas yang tengah duduk di kursi tunggu.
PoV Arbella...Dua hari berlalu sejak aku menikahkan pasangan penghianat itu, sesuai rencana. Hari ini, aku dan Edward kembali menemui Tania dan Zico dirumah hitam, aku membawa dua paperbag dan melemparkannya ke dalam sel."Apa ini?" Zico meraih paperbag itu dan membukanya, "baju?" dia menoleh padaku dan mengernyit."Ya itu pakaian untuk kalian, tidak mungkin kalian akan pergi dengan tampilan lusuh seperti itu."Zico terdiam memandangi baju yang dipegangnya, sedang Tania terlihat tidak tertarik sama sekali."Pakailah cepat," kataku berbalik pergi. Namun tiba-tiba ponselku bergetar, aku mengambil ponselku dari saku. Ternyata Rachel yang meneleponku.["Halo Rachel,"] ucapku mengangkat telepon.Hening sejenak, aku mencoba memanggilnya lagi. ["Rachel?"]["Be-Bella, Ayah dan Bibimu ada dirumah sekarang."]Mataku membulat sempurna mendengarnya, ["Ayahku ada dirumah?"] seruku terkejut.["Y-ya dia memintaku menghubungimu dan menyuruhmu untuk pulang bersama Tania,"] ucap Rachel gugup.Pandanga
PoV Zico 2...Hingga keluar dari gedung, senyumku tak henti-hentinya mengembang. Ternyata mantan istriku benar-benar baik sampai repot-repot mengurusi pernikahan kami. Aku gak sabar pengen cepat pulang dan menikmati hidup yang baru bersama Tania, istriku.Mertuaku adalah ayah yang royal pada anaknya, meskipun Tania tidak memiliki perusahaan. Pasti ayahnya akan memberi rumah dan modal sebagai hadiah pernikahan kami, aku tak sabar menerima itu.Tapi ada yang aneh, mengapa Tania terus diam? ia bahkan tidak mengukir senyum indahnya sepertiku. Ntahlah mungkin dia masih lelah.Tania masuk ke mobil duluan, diiringi dengan aku yang duduk disampingnya."Selamat atas pernikahan kalian," ucap pria yang di panggil Brian itu. Ia menyengir dan memberi dua penutup mata padaku.Aku mengernyit heran, "untuk apa itu? bukankah kalian akan mengantarku pulang kerumah?"Pria itu tertawa, "memang kalian punya rumah? Edward menyuruhku membawa kalian kembali ke sel terlebih dahulu, nikmatilah malam pertama ka