"Cepet bergerak! Kita cuma punya waktu 2 Jam!" Titah seorang gadis dengan rambut terurai rapih. Mendengar perkataannya, beberapa murid segera berhambur menyusuri setiap sudut ruangan kelas XII IPS III.
Dengan gerakan yang cepat, mereka menggeledah setiap tas di dalam ruangan itu. Hal ajaibnya adalah, mereka banyak menemukan barang-barang terlarang yang tak semestinya berada di sekolah. Mereka menyita beberapa alat make up, majalah dan kaset dewasa, bahkan mereka mendapat beberapa barang tumpul berbahaya yang biasa digunakan sebagai alat tawuran antar sekolah.
"Ayo, pindah ke kelas sebelah lagi! Upacara hampir selesai, waktu kita gak banyak!"
Jam upacara adalah waktu yang tepat untuk menggeledah tas semua murid-murid teladan SMA Abdi Bangsa. Karna bagaimanapun bentuk teguran dan ancaman yang diberikan, tak akan memberikan efek jera pada mereka.
Ketika pembina upacara meninggalkan lapangan upcara, maka waktunya barisan di bubarkan, hal itu membuat seluruh murid bernafas lega.
"Ehh, Yo! Udah ngerjain tugas dari bu Vivi belum lu?"Yoga Bramasta Nugroho, salah satu antek dari anggota ATALIYON. Pria tampan dengan sejuta fikiran kotor memenuhi otaknya. Siapa yang tidak kenal dengan geng ini? Kumpulan berandal penguasa di SMA Abdi Bangsa.
"Lah ini gua juga mau nyontek di Adipati." Yoga beralih tatap pada lelaki tegap bernetra putih dengan manik mata coklat karamel yang membuat siapapun yang di tatapnya terbius asmara.
"Di, lu udah kan?"
Ia berdiri tegap dan kekar, menyombongkan diri.
"Soal model kayak gitu mah, udah basi!" Ia mengibaskan lengannya. "Bentar."Lelaki itu mengambil buku tulis tak bersampul dengan tulisan 'EKONOMI' dan memberikannya pada Yoga dan Alex.
Jangan lupa dengan Alexander Fabian Raymond, anggota Geng ATALIYON dengan kemampuan cerdas meretas segala macam perangkat elektronik.
"Nyontek lagi? Udah jadi rutinitas ya?" Celetuk Novian, membuat Yoga dan Alex memutar bola mata malas.
"Lu sama Adipati, kan emang udah pinter dari lahir" Omel Yoga dengan jemari yang sibuk berkutat dengan pena dan buku tulisnya.
Perkataan Yoga sepenuhnya benar, dalam Geng ATALIYON, hanya Adipati dan Novan yang dikaruniai otak cemerlang dari Tuhan. Contohnya Novan Ananda Purnomo. Si pendiam yang memiliki otak cerdas. Tapi jangan salah, terkadang diamnya Novan, mampu mematikan setiap musuhnya.
"Lex, lu lihat kaset sama majalah HOT yang baru gua beli gak?" Adipati membongkar setiap lekuk tas miliknya namun barang yang ia cari tak kunjung ia temukan.
"Kaset yang lu beli sama Yoga kemarin? Kok bisa ilang sih?" Dahi Alex mengernyit dalam. Begitupun dengan Adipati yang mengedikkan bahu. Lagi pula, makhluk mana yang berani mengusik kepemilikan Geng ATALIYON?
Samar-samar Adipati mendengar bisikan-bisikan suara para gadis yang kehilangan make up nya di tengah kegaduhan kelas.
"Ra, Gua pinjem lip tint lu dong, punya gua ilang." Ucap salah seorang gadis yang bernama Rena."Punya gua juga ilang! Kayaknya di ambil deh sama anak-anak OSIS." Ucap Rana, saudari kembar Rena.
Adipati beranjak dari kursinya dan berdiri tegap menatap seluruh penghuni kelas.
"DENGAR! GUA BARU AJA KEHILANGAN BARANG, SIAPA DIANTARA KALIAN YANG LANCANG MENGGELEDAH BARANG GENG ATALIYON?!" Suara tegas Adipati menggelegar ke seluruh ruangan.
Mendadak ruangan kelas hening. Para murid terdiam membisu dengan wajah pucat. Hal seperti ini sudah sering kali terjadi, suasana akan berubah mencekam apabila Adipati telah murka.
Salah seorang murid memberanikan diri untuk membuka suara.
"Bukan kita yang lakuin itu. Kebanyakan dari kita juga barang-barang nya ilang. Alat make up gue ilang.""Iya, Di. Rokok gua juga gak ada, padahal udah gua sembunyiin di tas." Ucap Gilang
"Gua yakin ini ulah anak-anak OSIS!! Jadwal penyitaan barang yang akan mereka lakuin itu, tiap senin pagi!" Ucap Divanya yang memiliki tubuh molek dan wajah jelita.
"ATALIYON, BERGERAK!!" Suara itu sudah seperti sirine untuk Geng mereka berkumpul. Adipati terlihat murka dengan manik mata yang berubah menjadi gelap.
"Gua mau liat wajah mana yang udah ngerusak mood gua pagi ini!" Suara Adipati jelas mengisyaratkan bahwa akan ada hal besar yang terjadi nanti. Geng ATALIYON bersatu dan bergegas dengan langkah yang lebar menuju ruang OSIS.
"Gua demen nihh, udah lama kita gak main sama mangsa baru." Ujar Yoga tertawa renyah sambil high five dengan Alex dan juga Novan. Mereka menaiki tangga menuju lantai tiga dan melewati kumpulan murid yang selalu terpana memandang mereka.
Kebanyakan murid memandang takjub ke arah mereka yang dikaruniai Tuhan memiliki wajah rupawan, dan ada juga yang memandang mereka ketakutan.
Inilah Geng ATALIYON, kumpulan para lelaki penguasa sekolah yang siap membantai siapapun yang mengusik mereka. Tentu saja, Geng ini di ketuai oleh Adipati Gamael Abraham. Lelaki tampan dengan sejuta karismatik, penghancur hati wanita, pria arogan yang senang melihat lawan terkapar, dan sosok yang ditakuti semua orang, bahkan para guru pun tak ingin berurusan dengannya.
Setelah sampai di depan ruangan OSIS, tanpa disuruh oleh Adipati, Yoga dan Alex mendobrak pintu ruangan tersebut dengan satu kali tendangan. Lalu nampaklah para murid-murid berdasi yang terlonjak kaget dengan raut wajah ketakutan. Pemandangan yang selalu digemari oleh Geng ATALIYON.
"Hai adik-adik maniss!!" Sapa Yoga dan Alex pada seluruh murid yang mulai bercucuran keringat dibuat tegang oleh mereka.
"Lex, Yo, orang-orang kayak mereka gak pantes dilembutin" Tandas Adipati membuat suasana makin tegang. Ditatapnya satu per satu setiap wajah di ruangan ini, dan ada satu hal yang membuat Adipati tertarik. Ada satu wajah gadis yang terlihat tak gentar sedikitpun.
Gadis dengan rambut terurai rapih itu berdiri tegap dan berjalan tepat dihadapan ke empat lelaki Geng ATALIYON tanpa ragu. Cukup membuat mereka takjub.
"Daff.." Suara lembut itu memanggil salah seorang rekannya.
"I-iyaa Del..?" Jawab Daffa Ragu
"Catat semua material kerusakan dan kerugian yang mereka sebabkan. Itu akan jadi kado buat mereka sebagai sambutan hangat dari gue." Tandas gadis itu tanpa ragu.
Adipati dan para antek-anteknya tertawa melihat nyali yang dimiliki gadis di hadapan mereka. Lelaki itu menatap badge name di seragam yang ia gunakan.
"Adelia Saphire Ardanta. Gua mengapresiasi keberanian lo! Tepuk tangan dulu dong, guys!" Mereka pun tertawa sambil bertepuk tangan memandang wajah Adelia."Tapi lu juga harus perhatiin jalan sebelum lu melangkah, jangan sampai lu menghalangi jalan kita." Desis Adipati penuh makna, namun Adelia tetap berdiri tegap tak goyah sedikitpun. Lelaki itu menyilangkan lengannya di dada. "Kita dateng kesini cuma mau ngambil barang yang gak seharusnya lo sentuh.
"ATALIYON!!! GELEDAH TEMPAT INI! DAPATKAN KEMBALI BARANG KITA, DAN JANGAN BIARKAN ADA SATUPUN TERLEWAT!"
Sedetik kemudian mereka menggeledah seluruh penjuru ruangan ini, lebih tepatnya adalah menghancurkan seisi ruangan. Para anggota OSIS yang lain mati kutu dan tak mampu berbicara sepatah katapun.
"Yo! cari yang bener dong!! Di atas meja ada gak?!" Seru Adipati
"Gak ada, Boss!"
"Yaudah berarti di bawah meja!"
Yoga mengacungkan jempol dan tersenyum smirk. Lelaki itu menungging meja yang biasa digunakan rapat, membuat semua barang yang berada diatas meja itu jatuh, termasuk laptop serta ponsel mereka.
"Laptop gue" Salah satu lelaki menatap nanar ke arah laptop barunya yang layarnya retak akibat jatuh dari meja.
"Boss!! Ketemu!" Seru Alex setelah menghamburkan seluruh isi lemari.
Adelia menatap sekeliling ruangannya. Dadanya menggebu-gebu menahan buncahan amarah yang setengah mati ia tahan.
"Denger baik-baik KAK ADIPATI YANG TERHORMAT! Saya akan tetap berjalan tanpa ragu di jalan yang menurut saya benar! Jika ANDA merasa terganggu, silahkan cari jalan lain, karna tak seorangpun yang dapat menghentikan saya, terlebih jika itu Anda ataupun geng preman Anda ini!" Ucap Adelia dengan tegas."Jika sudah mendapat barang yang kalian cari, silahkan angkat kaki dari sini, dan bersiaplah untuk esok hari kejutan yang saya berikan untuk kalian. Karna saya akan pastikan Kepala Sekolah akan mengeluarkan kalian dari sekolah ini secara tidak terhormat!"
Adipati dan kawan-kawannya terkikik geli.
"Makasih atas waktunya, saya tunggu kejutan dari Anda Adelia" Ucap Adipati yang meniru gaya bahasa yang dipakai oleh Adelia dengan menggunakan kata 'Saya-Anda'. Lelaki itu melambai pada Adelia yang wajahnya kian memerah menahan amarah.****************************************************************************
Pria tua itu membenarkan letak kaca matanya. Masa mudanya telah berlalu, dan sepertinya ia membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak dari penat yang ia emban selaku kepala sekolah. Di hadapannya sudah ada seorang murid yang memandangnya dengan tatapan tak percaya. Wajahnya memerah dan emosinya membuncah sampai di ubun-ubun, namun hebatnya ia masih dapat menahan itu semua di hadapannya.Pria tua itu menautkan jarinya, berfikir keras."Maaf, Adelia. Saya tak bisa berbuat banyak dalam hal ini."Adelia mengusap wajahnya kasar, "pak, ini gak bisa dibiarin. Kejadian ini gak boleh berlanjut. Kami selaku Tim OSIS banyak dirugikan! Lagi pula, akibat ulah mereka banyak juga sarana dan prasarana sekolah rusak.""Iya.. Saya mengerti. Tapi saya selaku kepala sekolah juga bisa apa? Orang tua mereka adalah donatur tetap di sekolah ini. Begitu pula Orang tua Adipati, beliau adalah pemilik Yayasan SMA Abdi Bangsa. Mereka memiliki hak istimewa di sekolah ini, jadi u
Adelia menghembuskan nafasnya kasar. Ia membawa nampan berisi pesanannya ke salah satu meja yang telah dipenuhi oleh teman-temannya. Ia meletakkan nampannya ke meja dengan keras, membuat sebagian kuah baksonya tertumpah. Teman-temannya dibuat terkejut olehnya."Apaan sih Del, dateng-dateng ngamuk!" Kesal salah seorang temannya, Aura.Daffa dapat memahami raut kekesalan yang tercetak jelas di wajah Adelia."Udah gua bilang kan, Del. Kelas XII IPS III, adalah area terlarang yang gak semestinya kita ganggu. Lu belum tau aja Geng ATALIYON kalau udah murka, gimana." Suara Daffa terdengar samar di tengah keramaian namun masih dapat terdengar jelas oleh Aura dan Adelia, sengaja agar murid lain tak mendengar percakapan sakral mereka."Gimana emangnya?" Aura mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang disuguhkan Daffa.Yang mereka bicarakan pun muncul melalui keramaian. Seakan sudah tau, para murid meluaskan jalan untuk para Geng ATALIYON. Namun sayangnya, m
Seorang lelaki bertubuh tegap dan tinggi, siap melancarkan aksi dengan kayu balok di genggamannya. Ia mencoba memanggil temannya untuk mengatur siasat yang strategis. Ke empat orang itu menepi ke sisi kanan gerbang yang cukup jauh dari kegaduhan. "Kita kalah jumlah, Di!" Gerutu Yoga sambil mengacak rambutnya kesal. "Tenang dulu, Yo. Kita gak boleh panik." Ujar Novan menenangkan. Adipati berfikir keras, sampai ada satu ide yang terlintas di fikirannya. "Kalau mereka nyerang kita dari depan, maka kita harus serang mereka dari belakang tanpa sepengetahuan mereka." Mereka mengagguk setuju. Ide Adipati selalu brilliant dan tak pernah mengecewakan. "Tapi, Di. Gua rasa kita perlu ngumpulin anak-anak buat bantu para satpam di sini buat nahan gerbang." Usul Alex. Mereka beralih tatap pada ketiga satpam yang berusaha menahan gerbang yang hampir roboh akibat dorongan brutal dari luar. "Yo. Kumpulin anak-anak, suruh jaga gerbang. Alex
Seorang gadis dengan rambut yang terurai rapih, berjalan masuk ke pintu gerbang SMA Abdi Bangsa. Sepertinya ia penghuni pertama pada pagi ini.Waktu telah menunjukkan 06:50. Sepertinya itu masih terlalu pagi bagi para murid kebanyakan.Pagi ini matahari pun masih malu menampakkan semburat cahayanya. Suara kicauan burung yang bersaut-sautan pun mengalun indah di telinga gadis itu, membuatnya tersenyum senang. Siapa lagi jika bukan Adelia?Adelia menapakan kakinya dan berlari kecil menaiki tangga karena letak kelasnya berada di lantai dua di pojok kanan koridor.Dan begitu terkejutnya dia saat melihat suguhan di pagi hari. Kelasnya yang begitu indah, dengan sampah pelastik sisa makanan yang berserakan, gumpalan tissue dan kertas, dan beberapa noda saus di lantai, menjadi alasan yang tepat penghancur mood nya di pagi hari. Apakah hanya Adelia yang memiliki rasa tanggung jawab dan kewajiban tinggi atas kebersihan kelasnya?Dengan helaan nap
Seorang gadis dengan rambut yang terurai rapih, berjalan masuk ke pintu gerbang SMA Abdi Bangsa. Sepertinya ia penghuni pertama pada pagi ini.Waktu telah menunjukkan 06:50. Sepertinya itu masih terlalu pagi bagi para murid kebanyakan.Pagi ini matahari pun masih malu menampakkan semburat cahayanya. Suara kicauan burung yang bersaut-sautan pun mengalun indah di telinga gadis itu, membuatnya tersenyum senang. Siapa lagi jika bukan Adelia?Adelia menapakan kakinya dan berlari kecil menaiki tangga karena letak kelasnya berada di lantai dua di pojok kanan koridor.Dan begitu terkejutnya dia saat melihat suguhan di pagi hari. Kelasnya yang begitu indah, dengan sampah pelastik sisa makanan yang berserakan, gumpalan tissue dan kertas, dan beberapa noda saus di lantai, menjadi alasan yang tepat penghancur mood nya di pagi hari. Apakah hanya Adelia yang memiliki rasa tanggung jawab dan kewajiban tinggi atas kebersihan kelasnya?Dengan helaan nap
Seorang lelaki bertubuh tegap dan tinggi, siap melancarkan aksi dengan kayu balok di genggamannya. Ia mencoba memanggil temannya untuk mengatur siasat yang strategis. Ke empat orang itu menepi ke sisi kanan gerbang yang cukup jauh dari kegaduhan. "Kita kalah jumlah, Di!" Gerutu Yoga sambil mengacak rambutnya kesal. "Tenang dulu, Yo. Kita gak boleh panik." Ujar Novan menenangkan. Adipati berfikir keras, sampai ada satu ide yang terlintas di fikirannya. "Kalau mereka nyerang kita dari depan, maka kita harus serang mereka dari belakang tanpa sepengetahuan mereka." Mereka mengagguk setuju. Ide Adipati selalu brilliant dan tak pernah mengecewakan. "Tapi, Di. Gua rasa kita perlu ngumpulin anak-anak buat bantu para satpam di sini buat nahan gerbang." Usul Alex. Mereka beralih tatap pada ketiga satpam yang berusaha menahan gerbang yang hampir roboh akibat dorongan brutal dari luar. "Yo. Kumpulin anak-anak, suruh jaga gerbang. Alex
Adelia menghembuskan nafasnya kasar. Ia membawa nampan berisi pesanannya ke salah satu meja yang telah dipenuhi oleh teman-temannya. Ia meletakkan nampannya ke meja dengan keras, membuat sebagian kuah baksonya tertumpah. Teman-temannya dibuat terkejut olehnya."Apaan sih Del, dateng-dateng ngamuk!" Kesal salah seorang temannya, Aura.Daffa dapat memahami raut kekesalan yang tercetak jelas di wajah Adelia."Udah gua bilang kan, Del. Kelas XII IPS III, adalah area terlarang yang gak semestinya kita ganggu. Lu belum tau aja Geng ATALIYON kalau udah murka, gimana." Suara Daffa terdengar samar di tengah keramaian namun masih dapat terdengar jelas oleh Aura dan Adelia, sengaja agar murid lain tak mendengar percakapan sakral mereka."Gimana emangnya?" Aura mulai tertarik dengan topik pembicaraan yang disuguhkan Daffa.Yang mereka bicarakan pun muncul melalui keramaian. Seakan sudah tau, para murid meluaskan jalan untuk para Geng ATALIYON. Namun sayangnya, m
Pria tua itu membenarkan letak kaca matanya. Masa mudanya telah berlalu, dan sepertinya ia membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak dari penat yang ia emban selaku kepala sekolah. Di hadapannya sudah ada seorang murid yang memandangnya dengan tatapan tak percaya. Wajahnya memerah dan emosinya membuncah sampai di ubun-ubun, namun hebatnya ia masih dapat menahan itu semua di hadapannya.Pria tua itu menautkan jarinya, berfikir keras."Maaf, Adelia. Saya tak bisa berbuat banyak dalam hal ini."Adelia mengusap wajahnya kasar, "pak, ini gak bisa dibiarin. Kejadian ini gak boleh berlanjut. Kami selaku Tim OSIS banyak dirugikan! Lagi pula, akibat ulah mereka banyak juga sarana dan prasarana sekolah rusak.""Iya.. Saya mengerti. Tapi saya selaku kepala sekolah juga bisa apa? Orang tua mereka adalah donatur tetap di sekolah ini. Begitu pula Orang tua Adipati, beliau adalah pemilik Yayasan SMA Abdi Bangsa. Mereka memiliki hak istimewa di sekolah ini, jadi u
"Cepet bergerak! Kita cuma punya waktu 2 Jam!" Titah seorang gadis dengan rambut terurai rapih. Mendengar perkataannya, beberapa murid segera berhambur menyusuri setiap sudut ruangan kelas XII IPS III.Dengan gerakan yang cepat, mereka menggeledah setiap tas di dalam ruangan itu. Hal ajaibnya adalah, mereka banyak menemukan barang-barang terlarang yang tak semestinya berada di sekolah. Mereka menyita beberapa alat make up, majalah dan kaset dewasa, bahkan mereka mendapat beberapa barang tumpul berbahaya yang biasa digunakan sebagai alat tawuran antar sekolah."Ayo, pindah ke kelas sebelah lagi! Upacara hampir selesai, waktu kita gak banyak!"Jam upacara adalah waktu yang tepat untuk menggeledah tas semua murid-muridteladanSMA Abdi Bangsa. Karna bagaimanapun bentuk teguran dan ancaman yang diberikan, tak akan memberikan efek jera pada mereka.Ketika pembina upacara meninggalkan lapangan upcara, maka w