Lily mendongak menatap orang yang sudah mendorongnya. "A-apa yang t-terjadi?"DOR…Mata Lily terbelalak saat bodyguard yang mendorongnya kini ikut tersungkur dan jatuh di sampingnya dengan darah mulai mengalir dari kepalanya. Lily memekik ketakutan.Rasa sakit di kepalanya akibat benturan dengan batu tidak ia indahkan, kini tubuhnya semakin bergetar saat Lily melihat tubuh ketiga bodyguardnya sudah tergeletak tak bernyawa.Lily hanya bisa terdiam membeku dengan kejadian yang menimpanya. Ini sangat mengerikan, bahkan ia tidak bisa melihat siapa yang menembaki bodyguard yang menjaganya.'Lily kamu tidak boleh takut!' Seru Lily dalam hati. Namun itu berbanding terbalik dengan tubuhnya, tubuhnya kian bergetar, dengan susah payah ia berusaha untuk bangkit. Bersamaan dengan itu seorang pria datang menghampirinya.Lily sempat tertegun, namun dengan cepat ia berusaha sadar dengan keadaan. "S-siapa kau?" Tanya Lily dengan terbata, bahkan ia sedikit memundurkan langkahnya menjauhi pria tersebut
DORR…Arsen dan Mike saling bertatapan saat mendengar suara letusan pistol yang tidak terlalu keras, benar dugaannya. Pistol orang yang membunuh anak buahnya dan membawa istrinya pergi telah dipasangi peredam.'Shit!!' Umpat Arsen dalam hati. Seperti kerasukan ia melesat berlari menuju sumber suara diikuti oleh Mike.Jantungnya berdebar dengan sangat kencang, mengingat istrinya sedang bersama orang gila yang berani berulah di wilayah kekuasaannya.Baru kali ini Arsen merasakan jantungnya hendak melompat dari tempatnya seperti ini. Pikirannya sudah jauh melayang entah kemana. Memikirkan hal terburuk yang akan menimpa istrinya, Lily.Seharusnya ia tak melepaskan pandangannya dari Lily, shitt! Brengsek! Bodohh!! Arsen terus memaki dirinya.Langkahnya terhenti saat melihat tubuh Lily yang bersandar di pohon. Ia melihat pria dengan pakaian pelayan sedang menodongkan pistolnya pada Lily yang sepertinya sudah pingsan karena matanya tertutup.Saat pria itu hendak melepaskan tembakannya,DORR.
Arsen melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang penyiksaan. Terdengar suara jeritan di dalam sana. Tiga jam yang lalu Mike menghubungi Arsen, jika Esme sempat kritis setelah ke sepuluh jari tangannya di potong oleh Jeofre.Namun dokter berhasil menghentikan pendarahannya. Dan Esme sudah siuman setengah jam yang lalu. Mike dan Jeofre kembali menyiksanya.Wanita malang itu sudah terikat dengan posisi berdiri dengan tiang sebagai sanggahan tubuhnya. Arsen menatap tajam Esme yang sudah berlumuran darah di sekujur tubuhnya.Wajah Arsen teramat sangat datar. Kedatangannya di ketahui oleh anak buahnya yang langsung menghentikan cambukan untuk menyiksa Esme dan menunduk memberi hormat padanya.Dengan sisa tenanganya ia mendongakkan wajahnya menatap Arsen yang sudah berdiri di hadapannya. Esme menatap Arsen dengan penuh pengharapan, matanya sayu dengan air mata bercampur keringat dan darah.Yang dirasakan Arsen adalah emosi yang meluap teramat sangat. Namun ia tetap bersikap datar. Sungguh peng
Esme jatuh tertelungkup di atas rumput. Anak buah Arsen menyeret dan menghempaskan tubuh Esme yang masih belum sadarkan diri begitu saja di depan sebuah kandang peliharaan Arsen.Arsen berdiri dan menatap tubuh Esme yang tergeletak tak berdaya, dengan memasukkan kedua tangannya di saku celana.Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Di mana saatnya Arsen memberi makan peliharaannya. Kali ini harimau peliharaannya lah yang mendapatkan jatah makanan segar mereka. Makanan yang masih dalam keadaan hidup. Mereka akan sangat menyukainya. Arsen menyeringai dengan seringai iblisnya.Dua ekor harimau itu tampak sangat buas dan tidak sabaran. Bahkan mereka sudah mengeram begitu melihat makanan mereka yang tergeletak di depan kandang mereka.Harimau itu menatap Esme dengan tatapan lapar. Bahkan salah satu mengeluarkan kaki depannya dan mengeluarkan cakarnya yang tajam, berusaha untuk meraih tubuh Esme dari balik jeruji besi. Sedangkan harimau yang satunya lagi tampak mondar mandir di sisi harimau
Dua hari sudah Lily terbaring dan belum sadarkan diri. Seakan enggan untuk membuka mata karena terbuai dengan indahnya alam mimpinya. Lebih indah dari dunia nyata. Dunia yang penuh dengan tragedi, drama ahh..., Lily lelah. Ini sangat nyaman, tidak ada beban atau apapun.Tapi…Semua kenyamanan ini sangat hampa, ada sesuatu yang terasa kurang di hatinya.Kosong…Ya kekosongan yang ia rasakan, ia rindu dengan sentuhan hangat, ia rindu dengan pelukan hangat, dari seseorang.Arsen..., ya Arsenio, suaminya, tanpanya terasa kosong dan hampa.Mengapa? Padahal Lily masih merasa takut terhadap suami jika di dekatnya, tapi saat tak ada mengapa ia merasa kosong?.Menjelang malam di luar angin berhembus sedikit kencang, mungkin karena sudah memasuki musim gugur.Pada musim ini merupakan salah satu waktu terbaik ke New York. Berjalan-jalan keliling Central Park di antara daun-daun yang berguguran dan bersantai di pinggir danau sambil menikmati udara musim gugur yang sejuk pastinya dapat menjadi be
Arsen mengumpulkan semua anggota inti Balck Nostra. Mike, Alonzo, Camilio, Jeofre, Enrico, Riobard dan tentu saja Pascoe."Kalian sudah mendapatkan info mengenai pria itu ?" Tanya Arsen dengan datar dan menatap satu persatu wajah anak buahnya.Mike mengangguk. "Marco Estebat, kakak dari gadis bernama Magdalena Estebat. Motifnya balas dendam." Jawab Mike sambil menatap Arsen. Arsen hanya mengernyitkan dahinya.Magdalena Estebat?Sama sekali tidak ada gambaran dalam diri Arsen mengenai gadis bernama Magdalena. Ia sama sekali tidak ingat dengan gadis itu."Model yang pernah bertemu dengan anda 4 tahun yang lalu." Seru Mike, namun Arsen masih mengernyitkan dahinya. Ia benar-benar tidak ingat. Meskipun ia berusaha untuk mengingatnya."4 tahun yang lalu anda bertemu dengannya di acara 500 The Richest yang diadakan oleh Forbes di Dallas. Gadis itu berusaha mendekati anda. Bahkan ia datang ke New York ke kantor. Namun anda tidak pernah menjumpainya dan menolakknya. Ternyata penolakkan anda me
"Aku pergi, Maria akan datang dan menemanimu, kau boleh berjalan-jalan di mansion." Ucap Arsen.Lily mengangguk "Terima kasih." Ucap Lily dengan tulus, betapa bahagianya, kini ia tak akan merasa bosan dan sendirian lagi di dalam kamar, bahkan kini ia bisa keluar dari kamar ini.Arsen yang sudah melangkah pergi kini kembali menghampiri Lily. " da yang tertinggal?" Tanya Lily bingung. Arsen mengangguk, kemudian mendekatkan wajahnya pada Lily dan mengecup singkat bibir mungil Lily. " Ini.." Serunya kemudian pergi meninggalkan Lily yang masih berdiri terpaku di tempat.Tanpa Lily sadari ia tersenyum dengan perlakuan kecil dari suaminya tersebut. Ia menyentuh bibirnya yang tadi dikecup suaminya.Begitu banyak kejutan manis bagi Lily. Setelah semalam ia diberitahu bahwa dirinya sedang mengandung, pagi ini kembali Arsen memperlakukannya dengan lembut, ya meskipun ekspresi wajah suaminya tidak berubah, masih tetap datar dan sedingin es, namun hal tersebut benar-benar sangat manis untuk Lily.
"Tuan, saya mendapatkan info, jika Marco kini berada di Rusia." Jelas Mike pada Arsen."Rusia?" Tanya Arsen tak percaya yang kemudian diangguki oleh Mike."Susul dan tangkap dia, jangan sampai lepas, hubungi Yuri Lyonechka untuk melindungimu di sana." Ujar Arsen."Baik Tuan." Seru Mike seraya pamit dari hadapan Arsen.Yuri Lyonechka adalah ketua dari Salntsevskaya Bratva yang merupakan mafia Rusia afiliasi Black Nostra.Jika Five Familia adalah kelompok Mafia Italia yang berada di Amerika. Lain halnya dengan The Under God.The Under God adalah perkumpulan dari kelompok mafia besar dan kuat di dunia. Kelompok ini tidak diketahui oleh mafia manapun, semua mafia yang ada di penjuru dunia. Kelompok ini sangat rahasia dan benar-benar tertutup.Keberadaan kelompok ini hanya diketahui oleh para petinggi kelompok yang tergabung di dalamnya saja.Anggota The Under God bukan hanya mafia, namun kartel, gangster dan kelompok-kelompok yang melakukan kejahatan lainnya. Diantaranya, Black Nostra dar
Malam ini Arsen akan kembali meminta Lily untuk mempraktekkan hasil latihannya tadi pagi bersama Sasha.Dengan sengaja ia meminta Riobard untuk memberikan pistol air soft gun dan menaruhnya di balik jas miliknya. Sesampainya di kamar ia menaruhnya di laci meja.Ia membersihkan diri kemudian makan malam bersama Lily. Ia akan mengetest Lily nanti saja, sebelum tidur.Seperti biasa Arsen dan Lily makan malam di ruang makan. Akhir-akhir ini mereka memang lebih sering makan di sana ketimbang di kamar mereka sendiri."Aku ingin melihatmu, mempraktekkan apa yang tadi di ajarkan oleh Sasha," ucap Arsen seraya memeluk Lily yang kini sedang duduk di sisi tempat tidur."Menembak target maksudmu?" tanya Lily memastikan."Ya," jawab Arsen singkat seraya melerai pelukannya, kemudian berjalan menjauhi Lily dan mengambil pistol yang tadi disimpannya.'Hmm..., aku harus mempraktekannya lagi, jangan-jangan setelah ini ada hukuman yang menanti ku lagi,' gumam Lily seraya menghampiri Arsen.Arsen memberi
Malam menjelang, dan semua kembali ke tempatnya masing-masing setelah makan malam. Termasuk Lily dan Arsen, Mike dan Sasha.Sasha langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Namun, sebelum sempat Sasha masuk ke dalam kamar mandi Mike menghentikan langkah Sasha dengan menarik tanganya.Sasha yang ditarik tangannya langsung menolehkan wajahnya dan mengkerutkan keningnya. "Apa?" tanyanya bingung."Pakai baju tidur ini saja. Aku tadi membelinya," ujar Mike dengan datar seraya menyerahkan sebuah paper bag yang entah sejak kapan ada di tangannya."Kau membelikan piyama untukku?" tanya Sasha dengan sumringah, karena ini kali pertama Mike memberinya sesuatu. Senyuman lebar terlukis di bibirnya seraya mengintip ke dalam paper bag tersebut."Terima kasih, Handsome," serunya dengan senyumannya, Sasha melanjutkan langkahnya dengan bahagia menuju kamar mandi.Dengan cepat Sasha membasuh tubuhnya, hanya 5 menit ia menyelesaikannya karena tidak sabar menggunakan piyama pemberian suaminy
Latihan yang mereka lakukan berjalan dengan baik. Meskipun, Maria dan Charlotte tampak keteteran dan sedikit kesulitan. Sering kali peluru yang mereka tembakkan tak mengenai target. Bahkan melenceng jauh dari papan target.Namun, Sasha selalu menyemangati mereka. Lain halnya dengan Lily, hampir semua tembakannya mengenai sasaran meskipun tidak tepat di tengah sasaran target. Dan sisanya entah menembak kemana."Lumayan," puji Sasha pada Lily.Lily yang mendapat pujian tersenyum dengan lembut. "Aku masih mengingat apa yang sudah Arsen ajarkan beberapa bulan yang lalu, hmm.. rupanya aku masih mengingatnya dengan baik," ujarnya."Dengan pistol sungguhan?" tanya Sasha penasaran."Ya, Glock 17.""Oh..., aku mengerti," gumam Sasha sambil menganggukan kepalanya perlahan. Ia juga percaya pasti Arsen melatihan dengan kejam. Ah, ia tak ingin membayangkannya.Mike saja kadang membuatnya pusing dan takut apalagi Tuan Lazcano. Sasha berharap tak pernah bermasalah dengan Arsen. Yuri pernah bercerita
Charlotte kembali ke dalam kamar yang ditempati oleh Camilio dan anaknya Mario dengan membawa obat di tangan.Sedikit ragu namun Charlotte mengetuk pintu terlebih dahulu, rasanya tidak sopan jika harus masuk begitu saja. Meskipun ia tahu jika pintu dalam keadaan tak terkunci.Terdengar suara sahutan dari dalam yang mengizinkan ia boleh masuk. Dengan perlahan namun pasti Charlotte segera memutar kenop pintu tersebut dan mendorong pintu perlahan."Maafkan saya Tuan, sedikit lama," ujar Charlotte sedikit tak enak, karena ia memutuskan untuk menganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum kembali memberi obat pada Mario, Charlotte sudah tak nyaman dengan pakaian yang sudah ia gunakan sejak pagi.Camilio sedikit menoleh pada Charlotte dan memperhatikan Charlotte yang sudah berganti pakaian. "Tidak apa-apa, itu bukan masalah," ucapnya pelan seraya kembali menolehkan perhatiannya pada anaknya yang terbaring di atas tempat tidur.Wajahnya yang terkesan dingin dan datar namun sebenarnya menyembuny
Di saat yang bersamaan Maria dan Alonzo sedang berbincang di tempat biasa. Tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama untuk bercengkrama. "Aku baru tahu Sasha sangat hebat," ujar Sasha pada Alonzo yang sedang menatapnya."Ya, dia memang hebat. Harus aku akui itu," jelas Alonzo.Maria mengangguk paham. "Saat baru saja tiba di New York, ia harus menyelamatkan Mike yang diculik oleh musuh. Ia bertarung sendirian dan menghabisi semua musuh di sana," Alonzo bercerita.Maria mendengarkan dengan baik dan terpukau saat Alonzo menceritakan tentang Sasha."Dia keren sekali," gumam Maria."Ya. Tapi karena hal itu, ia terkena tendangan di perut dan harus kehilangan calon bayi mereka," lanjut Alonzo.Ah, Maria hampir saja lupa, jika Sasha harus mengalami keguguran. Ia sempat mendengar cerita ini dari Alonzo sebelumnya. Tapi tidak tahu dengan jelas mengenai ceritanya.Alonzo menggenggam tangan Maria, "Kau tidak usah harus sehebat Sasha, yang penting bisa digunakan untuk menjaga dirimu sendiri.
Setelah menyantap makan malam mereka, Arsen dan Lily kembali ke kamar. Kemudian bersiap untuk tidur, setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti pakaian terlebih dahulu.Lily lebih dulu berbaring di tempat tidur. Tidak perlu untuk meminum susu lagi, karena ia sudah meminumnya tadi saat makan malam. Dan sediakan oleh Maria.Semakin hari perutnya kian bertambah besar, membuat pergerakannya sedikit terhalang. Setelah menemukan posisi yang nyaman ia mulai mencoba untuk memejamkan matanya. Kini Arsen sudah berada di samping dan bergabung ke dalam selimut.Mengetahui Arsen yang sudah di dekatnya Lily mendekatkan tubuhnya pada Arsen dan memeluknya. Pelukan Arsen memang membuat tidurnya semakin nyenyak. Jika tak memeluk Arsen Lily susah untuk terpejam.Kini posisi mereka saling berhadapan. Arsen sedikit menyibakkan rambut Lily yang menutupi wajahnya ke belakang, agar ia bisa menatap wajah istri cantiknya itu dengan jelas."Bagaimana latihanmu tadi?" tanya Arsen. Arsen akan bersikap pura
5 buah senjata api jenis pistol dan revolver berjejer rapi di atas meja, serta satu set pisau survival di tambah pisau kesayangan Sasha yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama.Lily, Maria dan Charlotte berkumpul mengelilingi meja dan memperhatikan Sasha dengan seksama. Hingga akhirnya Sasha mulai menjelaskan satu persatu mengenai senjata tersebut pada mereka bertiga.Sebelumnya Sasha sudah mengeceknya terlebih dahulu satu persatu dan mengeluarkan peluru dari dalamnya. Agar tak berbahaya, mengingat kedua orang tersebut awam terhadap senjata, dan takut jika mereka salah memegang, dan menekan pelatuk senjata berpeluru, maka akan berbahaya.Penggunaan pistol tentunya harus digunakan dengan hati-hati karena berkaitan dengan nyawa seseorang.Pertama Sasha mengambil sebuah senjata api berwarna hitam, dengan moncong yang cukup pendek. Keningnya sedikit berkerut, mengingat asal dan dan jenisnya, karena ia jarang sekali menggunakan tipe senjata api ini."Pistol G2 Combat Kal. 9 mm, menggunaka
Arsen sudah memerintahkan Mike untuk meminta Riobarf menyiapkan beberapa senjata yang dibutuhkan oleh Sasha untuk melatih Lily dan yang lainnya.Riobard mengambil senjata dari gudang senjata yang berada di mansion. Selain di markas, di mansion pun terdapat gudang senjata, namun tak sebesar yang berada di markas.Letaknya ada di ruang bawah tanah mansion. Setelah mendapatkan perintah langsung dari Mike. Riobard segera menyiapkan senjata tersebut dan kemudiam menyerahkannya pada Mike.Ada sekitar 5 senjata api berjenis pistol, laras pendek dan laras panjang, serta beberapa jenis pisau survival yang kecil dan ringan, cocok di gunakan oleh wanita.Mike membawanya pagi ini, kemudian memberikannya pada Sasha setelah sarapan pagi."Mari kubantu bawa ke lantai 5," tawar Mike"Tidak usah, handsome. Ini tidak berat kok," seru Sasha."Ck! Kau tidak mau kuperhatikan? Nanti protes lagi!" Mike berdecak, seraya memutar bola matanya jengah, karena Sasha selalu mengatakan bahwa dirinya tak perhatian.
Setelah Sasha berlatih mereka berbincang sejenak. Maria mengingat obrolannya bersama Alonzo tempo hari, agar Maria setidaknya bisa menguasai salah satu bela diri atau senjata.Namun hingga kini Alonzo belum sempat mengajarinya sama sekali."Sasha, apa kau bisa mengajariku?" tanya Maria."Mengajari? " tanya Sasha sedikit tidak paham seraya mengernyitkan dahinya. Namun kemudian ia sadar pada arah pembicaraan Maria, "Bela diri? Atau senjata? Itu maksudmu?" tanya Sasha.Maria mengangguk pelan, dan menatap Sasha dengan penuh harapan.Sasha memberikan cengiran lebarannya, "Tentu saja aku bisa mengajarimu, serahkan padaku," ujar Sasha dengan penuh semangat.Lily yang mendengarnya ikut tertarik, karena ia pun harus bisa menguasai senjata, namun keadaannya yang kini tengah hamil menghalanginya."Aku juga mau, karena Arsen meminta ku untuk bisa menjaga diriku," timpal Lily.Sasha, Maria dan Charlotte menolehkan pandangannya pada Lily. Dan menatapnya tak percaya."Hmm..., maksudku tidak sekarang