"Di mana cucu menantu kesayanganku, Albert?" tanya Marissa pada Paman Albert yang menyambut kedatangannya di depan pintu."Nyonya muda sedang ada di kamarnya, Nyonya," sahut Albert."Albert, tolong pindahkan cake ini di piring untuk makan malam cucuku. Aku langsung ke kamarnya saja," seru Marissa sambil dengan semangat menuju kamar Lily dan Arsen."Baik nyonya," sahut Albert dengan hormat.Ceklekk.."Lily sayang, bagaimana kabarmu?" seru Marissa saat melihat Lily sedang duduk di depan meja rias sambil menyisir rambutnya."Grandma," panggil Lily dengan sumringah dan langsung berdiri menyambut Marissa yang masuk ke kamarnya dan segera memeluknya."Sayang, Grandma sangat rindu padamu. Lihat..," seru Marissa menjeda kakimatnya sebentar."Perutmu semakin membesar saja. Aku sudah sangat tidak sabar menanti cicitku lahir dan ingin segera menimangnya." Seru Marissa sambil tersenyum dan mengelus-elus perut Lily dengan sangat lembut dan hati-hati."Iya Grandma, aku pun juga tidak sabar menunggu
"Charlotte, apakah kau bersedia menjadi ibu untuk Mario?" tanya Camilio dengan serius dan tanpa basa basi."Hahh?!"Mulut Charlotte menganga seketika dengan mata yang membulat sempurna tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnyaKemudian ia mengerjap-ngerjapkan mata memastikan semuanya, bahwa ia tak salah dengar.Tapi seingatnya telinganya tak bermasalah sama sekali.'Aku yakin ini hanya mimpi saja!' gumamnya dalam hati dan masih tak percaya ddngan apa yang di dengarnya.Tentu saja Charlotte sangat terkejut mendengar pertanyaan Camilio tersebut. Dengan mata yang membulat Charlotte sempat menolehkan wajahnya beberapa saat pada Camilio yang sedang memandangnya tapi Charlotte buru-buru menundukkan mukanya.Dengan kepala menunduk, Charlotte coba mengingat apa yang didengar oleh telinganya beberapa detik yang lalu'Apa aku salah dengar? Ah, ini bukan mimpi. Dan telingaku memang normal. Sama sekali tidak bermasalah,' serunya dalam hati.Tiga puluh detik berlalu dan Charlotte masih di
"Aku mau menikah denganmu, Camilio," ujarnya dengan penuh keyakinan serta pipi yang merona.Camilio tersenyum bahagia mendengar jawaban dari Charlotte. Dia mengangkat dagu Charlotte dan menangkup satu pipinya, memandang wajah Charlotte beberapa detik.Camilio mendekatkan bibirnya pada bibir Charlotte dan mengecupnya dengan lembut selama sekilas."Terima kasih, Charlotte. Aku yakin, kau yang terbaik untukku dan Mario. Percayalah, aku pun akan berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu dan Silvia," bisik Camilio di depan bibir Charlotte lalu meraih Charlotte masuk dalam pelukannya."Aku pegang janjimu, Cam," sahut Charlotte dengan lirih dalam pelukan Camilio.Camilio menganggukkan kepalanya sambil tetap mendekap Charlotte."Aku akan memberitahumu setelah selesai mendaftarkan pernikahan kita. Setahuku, pernikahan sipil di Balai Kota di adakan hari Senin sampai Jumat, mulai pukul sembilan pagi sampai pukul empat sore. Jadi kita keluar dari sini hari dua hari lagi, sekitar jam satu siang
Ddrrrtt..ddrrrtt..Elliot menegakkan badan dan meraih ponselnya yang bergetar di saku jasnya.Ia sedikit mengkerutkan kening begitu melihat siapa yang menghubungi dari layar ponselnya. Dengan cepat ia segera menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan suara tersebut."Ada perkembangan kabar apa tentang bocah itu dan kelompoknya?" suara seorang pria dari seberang sana, mendahului dirinya untuk menyapa terlebih dahulu."Belum ada Tuan. Aku sudah mengamati terus tapi belum bisa menemukan apa-apa," seru Elliot dengan sedikit nada penyesalan."Bodoh! Kau tidak becus! Aku sudah mengeluarkan uang banyak untuk orang tidak berguna!" seru pria tersebut tampak marah. Elliot sudah dapat memprediksi mengenai hal ini. Karena ia pun sedikit kesal karena belum juga ada perkembangan mengenai informasi yang dicarinya."Aku mengawasi mereka terus Tuan, tapi memang belum ada sesuatu hal yang bisa ku laporkan. Aku belum tahu celah apa yang bisa kita manfaatkan untuk menyerang mereka dalam waktu dekat
Camilio merangkul pinggang Charlotte berjalan keluar dari kantor Balai Kota dan tampak Charlotte mendekap sebuah map yang berisi akte pernikahan mereka dengan senyum yang mengembang di bibirnya.Impiannya untuk menikah dalam hidupnya akhirnya tercapai juga. Kini hatinya sedang berbunga-bunga. Dan merasa sangat bahagia. Jika tak ada siapapun mungkin Charlotte akan melompat-lompat kegirangan.Kini Camilio dan Charlotte sudah tercatat resmi menjadi sepasang suami istri yang sah di Balai Kota Manhattan kota New York.Pernikahan yang dilaksanakan di Balai Kota memang tidak lama karena berlangsung sangat sederhana. Bahkan pakaian yang mereka berdua kenakanpun sangat sederhana.Camilio dengan setelan jasnya. Dan Charlotte dengan menggunakan dress di bawah lutut berwarna pastel berbalut mantel agar dingin tak menusuk kulitnya.Camilio dan Charlotte hanya saling bertukar sumpah setia dalam upacara sederhana yang digelar dalam sebuah lokasi tertutup di dalam balai kota, kemudian diakhiri dengan
Sabtu siang, tampak mobil sport warna merah milik Dante keluar dari mansion, disusul oleh mobil sport warna biru milik Pascoe lima menit kemudian.Mereka beriringan untuk melakukan perjalanan menuju Palmer. Di mana pernikahan Alonzo dan Maria akan di laksanakan.Jeofre berada dalam satu mobil dengan Pascoe. Sedangkan Camilio akan menyusul sore nanti bersama Charlotte.Mike mengerahkan dua puluh lima orang anak buahnya yang naik empat buah mobil van, telah berangkat satu jam yang lalu.Mike memonitor langsung lewat radio panggil yang berada di dalam tiap mobil tersebut dan earpiece yang diberikan pada setiap anggota inti Black Nostra.Pascoe, Dante dan Jeofre menyusul untuk mengepalai langsung penyisiran lokasi, karena besok Arsen, Lily, Mike dan Sasha akan datang ke acara tersebut menggunakan helikopter pribadi.Alonzo tentu saja tidak dapat banyak bergerak karena ia harus berkumpul bersama keluarga Maria.Dengan memakai kacamata hitam, Dante mengendarai mobil sport merahnya sambil b
"Dari mana kau Dante? Jam segini baru pulang? Tadi kau membuat kami cemas karena kau mendadak hilang," cecar Pascoe yang baru saja mengeluarkan piring kotor bekas makan malamnya dan meletakkan di lantai karpet dekat kamarnya untuk diambil oleh roomboy saat melihat Dante yang sedang berjalan di koridor hotel."Aku cuma jalan-jalan sebentar tapi kalian sudah merindukanku. Ternyata bukan cuma wanita-wanitaku yang merindukanku," sahut Dante dengan wajah bangga dan cengiran lebarnya namun tetap menawan."Ahh..., kau terlalu percaya diri. Coba bicara seperti itu di depan Jeo, Cam atau Mike, habis kau!" sengit Pascoe, dan Dante hanya terkekeh saja seraya membetulkan kerah kemejanya. Kemudian melepas kancing lengan kemejanya."Psstt.. Dante, tadi aku melihat Cam datang kemari bersama wanita. Sepertinya itu kekasihnya," seru Pascoe dengan memelankan suaranya yang sebelumnya menengok ke seluruh koridor hotel untuk memastikan tak ada siapapun di sana kecuali mereka berdua."Hahh!? Cam punya kek
Kini Charlotte duduk di sisi tempat tidur dengan gelisah. Malam ini adalah untuk pertama kalinya mereka tidur di kamar yang sama. Katakan saja seperti itu, karena Charlotte dan Camilio pernah tidur di kamar yang sama saat ,charlotte harus merawat Mario saat itu. Lain halnya dengan saat ini.Saat berada di rumah Camilio, Charlotte tidur berdua dengan Silvia, sedangkan Mario, Camilio dan Catherine tidur di kamar mereka masing-masing.Butuh waktu untuk Silvia agar merasa nyaman dengan Camilio baru mereka akan menceritakan perihal pernikahannya pada kedua anak mereka.Camilio keluar dari kamar mandi dan melihat Charlotte seperti melamun."Kenapa? Kau memikirkan Silvia?" tanya Camilio dengan lembut.Charlotte terkejut melihat Camilio sudah ada di sampingnya."Ehh iya. Sedikit," jawab Charlotte sedikit kaku."Sabtu depan kita bisa menengoknya. Jangan terlalu dipikirkan. Silvia dan Mario tidak akan kesepian lagi karena mereka akan bermain dan belajar bersama," ujar Camilio."Iya, kau benar,"
Kejadian Margaret yang di seret dengan kuda sudah berlalu dua hari. Dan Lily sudah kembali terlihat seperti biasanya.Namun, Arsen sudah berjanji pada dirinya akan memberikan hadiah bagi Lily atas keberaniannya membunuh Elliot dan menyiksa Margaret. Yang Arsen tahu, jika dalam kondisi biasa dan bukan mereka berdua, Lily tak akan mungkin melakukannya.Tapi setelah dua hari berlalu, Arsen masih belum bisa mendapatkan hadiah apa yang akan di berikan pada istrinya tersebut.Arsen menatap Lily yang sedang memakan sarapan paginya.Lily yang merasa di tatap menyadarinya kemudian menolehkan wajah pada Arsen."Ada apa?" tanyanya dengan lembut setelah menaruh sendoknya di atas piring."Tidak ada, hanya...., Hmm apa kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Arsen pada akhirnya.Lily tampak mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Arsen tersebut."Aku ingin memberimu hadiah, tapi belum menemukan yang cocok untukmu. Jadi katakan apa yang kau inginkan," seru Arsen."Hadiah?"Arsen mengang
Setelah membereskan meja makan dan dapur, Charlotte berjalan mendekati Mario dan Silvia yang sedang bersama menyusun sebuah puzzle yang cukup besar di atas meja.Sebelum sampai rumah, Camilio dan Charlotte menyempatkan diri untuk membeli kue untuk Chaterine dan mainan untuk anak-anak. Camilio membelikan lima buah puzzle dari yang paling mudah sampai agak sulit. Camilio juga membelikan dua buah magic block untuk Mario dan Silvia. Camilio ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk anak-anaknya dan melatih perkembangan otak mereka."Bagaimana? Bisa?" tanya Charlotte dengan lembut pada Mario dan Silvia yang tampak sangat serius menyusun puzzle milik mereka."Bisa," jawab Mario tanpa mengalihkan perhatiannya pada puzzle yang ada di hadapannya."Tadi sudah berhasil dua. Yang ini sulit, Mom," lapor Silvia dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan."Sabar ya sayang. Kau menyusun puzzlenya tidak sendiri, tapi bersama Mario. Pasti kalian bisa. Anak-anak mommy kan pintar semua," kata Ch
"Mike, semua sudah selesai dan tidak ada yang dikerjakan lagi. Aku pulang dulu ya," pamit Alonzo seraya melambaikan tangan pada Mike dan menepuk lengan Camilio."Ya, aku juga pamit. ini sudah menjelang sore. Aku pulang dulu, Mike," pamit Camilio pada Mike."Kau pulang ke rumah ibumu hari ini?" tanya Mike pada Camilio."Ya, seperti biasa. Sabtu sore aku dan Charlotte pulang dan besok malam aku sudah sampai mansion lagi," jawab Camilio."Ok. Berhati-hatilah," kata Mike sambil tersenyum."Jika ada tugas mendadak, jangan sungkan untuk menghubungiku. Anytime," ujar Camilio."Ok Cam. Selamat menikmati waktu bersama anak-anakmu. Dan sampaikan salam ku pada ibumu, dan kedua anakmu," sahut Mike.Camilio hanya membalas dengan mengangkat tangan dan tersenyum tipis. Ia bergegas menuju mobilnya untuk menjemput Charlotte dan segera pulang bersama ke rumahnya dan bertemu dengan buah hati mereka, Mario dan Silvia.Mike memasuki ruangan rapat sebentar untuk mengecek segala sesuatu sebelum meninggalka
Margaret di seret dengan paksa oleh Alonzo dan Camilio ke halaman belakang mansion.Dengan sangat jelas Margaret masih ingat tempat ini, dimana ia harus menonton Lily yang sedang berlatih menembak dan Elliot lah yang menjadi target tembaknya.Margaret terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah kini gilirannya menjadi sasaran tembak Lily? Tapi, tadi ia mendengar kuda dan jalan-jalan. Ia benar-benar tak mengerti.Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya terjawab sudah, saat kedua tangannya diikat menjadi satu dan diikatkan pada seekor kuda hitam yang tampak besar dan terlihat begitu gagah.Tampak pula Lily dan Arsen yang memperhatikannya saat dirinya diikat.'Aku salah memperhitungkan jalang cilik itu! Ia benar-benar berubah dan sangat berbeda dengan Lily yang dulu penakut dan penurut. Siall!!' umpat Margaret dalam hati."Ini kali kedua ku datang ke markasmu, jadi aku ingin tahu keadaan disekitar sini. Hingga memutuskan untuk berjalan-jalan," bisik Lily pada Arsen."Dengan senang hati
Bugh....Kali ini Lily meninju mulut Margaret untuk menghentikan ucapan Margaret.Hingga Margaret memekik kesakitan."Akhh..." Margaret memekik kesakitan."Brengsek!!" umpat Margaret.Sungguh Margaret sangat kesal pada Lily. Gara-gara Lily meninju hidungnya beberapa hari yang lalu. Hidungnya sedikit bengkok, sepertinya silikon hasil operasinya bergeser dari tempatnya.Bukan itu saja, wajah mulusnya hasil dari botox nya pun kini terdapat luka memanjang hasil cakaran Lily.'Aku harus membalasnya!' geram Margaret dalam hati.Operasi plastik yang sudah lama di mimpikan nya dirusak begitu saja. Tentu saja Margaret marah dan kesal. Susah payah Margaret merayu Elliot untuk membiayai operasi plastik ini.Margaret kembali meringis, karena tinjuan Lily di mulutnya membuat kepalanya pusing.Lily hanya tersenyum meremehkan, membuat Margaret semakin dongkol dan marah saja."Cuhhh..." Margaret meludah pada Lily, untung saja tidak mengenai wajah Lily karena dengan cepat Lily dapat menghindarinya.Ar
Sabtu pagi setelah Arsen dan Lily menikmati sarapannya, mereka kembali ke kamar untuk menyempatkan diri bermain-main dengan Theo sebentar sebelum pergi ke markas. Setelah sekitar dua jam kemudian, Theo mulai merengek karena sudah waktunya ia minum susu dan tidur.Saat Lily menemani Theo minum susu, Arsen mengirimkan pesan pada Mike bahwa ia akan menemani Lily bermain-main dengan wanita tua itu."Aku titip Theo pada kalian," kata Lily pada Charlotte dan Maria."Kami pasti akan menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Charlotte yang langsung diangguki oleh Maria.Lily segera keluar dari kamar Theo menuju kamarnya. Kali ini Lily mengenakan pakaian yang lebih kasual dan nyaman dikenakan. Kerena ia akan bersenang-senang hari ini, hingga ia memilih pakaian yang memudahkannya untuk bergerak.Legging yang sedikit tebal di padukan dengan atasan oversize yang panjangnya melebihi bokong. Memastikan lekuk pinggul tersembunyi dari pandangan orang lain. Karena Arsen tak akan menyukainya.Terak
Arsen mendengar kabar dari Camilio jika tangan Mike sempat terluka."Bagaimana dengan tanganmu? Aku mendengarnya dari Camilio," tanya Arsen.Mike menatap lengannya yang terluka di balik lengan jasnya. "Bukan luka besar, tidak masalah," jawab Mike pada Arsen, dan Arsen hanya mengangguk pelan."Han?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alis matanya."Ya, anak dari Lam Phuong. Anak itu di rawat oleh Vargaz bahkan diangkatnya menjadi anak. Saat aku akan membunuh Vargaz dengan tiba-tiba anak itu muncul entah dari mana dan menikam lenganku," jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, "aku mengerti. Apa kau sudah obati?" tanya Arsen."Sasha sudah mengobatinya sesampainya aku di mansion Subuh tadi," ujar Mike."Sebaiknya lain kali lebih berhati-hati lagi.""Baik Tuan. Terima kasih," ucap Mike dengan tulus."Kumpulkan anggota inti Mike, aku mau bicara dengan mereka," titah Arsen."Mereka ada di ruang rapat semua kecuali Enrico, Riobard dan Alonzo. Mereka sedang mempersiapkan barang untuk pengiriman
Mike segera melaporkan hasil penyergapan dan pengakuan Vargaz mengenai Morons pada Arsen, setelah mereka selesai mengeksekusi Vargaz dan seluruh anak buahnya. Karena saat ini sudah hampir pukul 02.00 pagi, Mike tahu jika Arsen sedang beristirahat makanya ia memberitahunya melalui sebuah aplikasi percakapan.Mike meminta Richard untuk membereskan semua kekacauan yang sudah mereka buat, dan segera menghilangkan semua bukti terkait eksekusi Vargaz dan seluruh anggota Bleeding Corp.Setelah dirasa semua selesai, Mike dan yang lainnya meninggalkan Jacksonville dini hari itu juga.Sedangkan bocah bernama Han itu, diserahkan pada Richard untuk di urus. Ada anak buah Richard yang bertahun-tahun menikah belum dikaruniai anak. Maka Han akan di asuh olehnya.Dalam waktu kurang lebih dua jam, akhirnya Mike dan yang lainnya sampai di New York. Tanpa menunggu lama, Mike memerintahkan yang lainnya untuk segera beristirahat. Mike tahu jika semuanya merasa lelah dan butuh istirahat, termasuk dirinya.
"Jawabbb!! Apa hubunganmu dengan Mark, Vargaz!!" pekik Mike lagi karena Vargaz masih diam dan menutup mulutnya.Kali ini Vargas sedikit tersentak karena Mike memekik tepat di depan wajahnya.Dorrr..Seorang pria yang merupakan anak buah Vargaz kembali terkapar di lantai dengan darah yang mengalir di dadanya.Mike kembali menembak salah satu anak buah Vargaz tanpa belas kasihan. Keringat dingin terlihat mengucur dari pelipis Vargaz. Mike dapat melihat, Vargaz mulai ketakutan kembali."M-Mark adalah temanku," jawabnya dengan mulut bergetar. Mike memang sudah terkenal tak kenal belas kasihan dan sadis. Kali ini ia melihat sendiri dengan mata kepalanya.Dan menurut Leonid dulu. Ketua Black Nostra yang sesungguhnya lebih sadis jika dibandingkan dengan Mike.Mike menyeringai mendengar ucapan Vargaz. Ia masih bertanya-tanya dalam hatinya, apakah pembelotan Morina karena Dimitri?."Apakah Morons membelot karena Dimitri!?" tanya Mike dengan nada tajamnya."A-aku tidak tahu secara pasti, tapi M