Setelah menyelesaikan sarapanya, Lily langsung didandani oleh Maggie, untuk merubah penampilannya. Rambut pirang dengan gaya rambut yang berbeda sudah disiapkan untuk Lily oleh Maggie.Lily mengenakan dress panjang navy v-neck yang tidak terlalu rendah di bagian dada. Terdapat aksen bernuansa silver dan beberapa tempelan variasi bunga pada seputar v-neck menambah kesan jenjang di leher keanggunannya. Warna navy sangat kontras dengan kulit Lily yang putih dan lembut.Tidak sampai satu jam, Lily telah selesai didandani. Ia langsung keluar menghampiri Arsen, Mike dan Sasha yang sudah menunggunya.Sasha mengenakan dress panjang A-line berwarna soft gold, sangat cocok dengan rambut pirangnya yang dibiarkan tergerai. Hanya sebuah jepit emas disematkan pada di atas telinga kirinya.Dengan merangkul pinggang Lily, Arsen melangkahkan kaki menuju tempat dimana Rudolf sudah siap mengantar.Dengan tangan yang melingkar di lengan kiri Mike, Sasha mengikuti Mike yang berjalan menuju mobilnya.Merek
Acara pernikahan Alonzo dan Maria berjalan dengan lancar. Dilanjutkan dengan acara ramah tamah, dan ucapan selamat dari para tamu kepada pengantin.Begitupula dengan Camilio dan Charlotte. Camilio tampak begitu tenang, namun berbeda dengan Charlotte yang sedikit gugup, karena ia merasa di tatap dengan sedikit menyelidik. Padahal itu hanya perasaannya saja.Lily berdiri di samping Arsen yang tak melepaskan rangkulannya di pinggangnya sedikitpun. Arsen tak ingin Lily sampai terjatuh atau tersenggol oleh orang lain, hingga ia protektif dan posesif menjaganya.Saat tadi duduk di bangku ketika Alonzo dan Maria mengucap janji, sudut mata Lily tak sengaja melihat Charlotte yang duduk di samping Camilio. Bukan itu saja yang membuatnya sedikit kaget. Tapi tangan mereka saling bertautan.Lily berharap jika Charlotte menemukan pasangan yang tepat untuknya, dan jika itu Camilio tentu ia sangat senang.Lily sedikit berjinjit untuk mencapai telinga Arsen dan berbisik."Arsen..., apa kau melihat Cha
Setelah mengganti gaun pengantinnya dengan dress panjang warna broken white di kamar tempat pagi tadi ia di rias, Maria bergegas keluar, menemani Alonzo yang sedang beramah tamah di lobby hotel menemani keluarganya dan beberapa saudara Maria yang berasal dari luar kota. Mereka berbasa-basi dan hendak berpamitan pulang.Rombongan dari Black Nostra sudah keluar dari hotel satu jam yang lalu menuju ke New York, kecuali Dante. Ia akan berkencan sebentar dengan gadis kembar yang di temuinya kemarin dan gadis yang ditemuinya siang tadi. Jelang malam, baru ia akan kembali ke New York dan ikut rapat di markas besok pagi.Alonzo dan Maria bergandengan tangan menuju kamar pengantin mereka. Senyum bahagia tidak bisa lepas dari bibir mereka berdua.Alonzo membuka kamar dan menggandeng Maria untuk memasukinya.Maria terdiam melihat dekorasi cantik kain tile dan sutra bernuansa biru laut dengan bunga dan pita warna warni tampak menghiasi kamar mereka. Maria sangat terpesona dengan pemandangan yang
"Cam?" sapa Charlotte saat membuka pintu kamarnya dan melihat Camilio yang sedang berdiri di depan pintu."Kau sedang apa? Lama sekali," keluh Camilio pada Charlotte."Aku baru saja berbaring. Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Charlotte penuh perhatian."Ck! Aku sudah menduganya," gumam Camilio sambil menarik napas panjang.Charlotte mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti maksud gumaman dari Camilio tersebut."Apa kau lupa kalau kita sudah menikah?" tanya Camilio seraya mengangkat satu alis matanya."Ya, tentu saja aku ingat kita sudah menikah. Tapi aku tidak mengerti dengan maksudmu, Cam?" sahut Charlotte dengan wajah bingungnya.Camilio menarik tangan Charlotte keluar dari kamarnya seraya berkata. "Kalau kau tidak lupa kita sudah menikah, mengapa kau membiarkan suamimu tidur sendiri, hemm?""Ah iya iya..." kini Charlotte mengerti dengan maksud dari Camilio."Maaf, aku lupa," sahut Charlotte tersenyum malu dengan wajah yang merona.Mungkin karena masih sangat baru dan tidak pernah m
Senyum bahagia tidak lepas dari wajah Sasha karena Mike semalam memintanya menyiapkan satu stel pakaian untuk mereka berdua. Mike akan pergi jalan-jalan berdua saja dengannya, sesuai janjinya tiga hari yang lalu.Mike sudah meminta ijin pada Arsen untuk memakai helikopternya, pergi bersama Sasha selama satu hari. Dan akan pulang keesokan harinya."Kita mau jalan-jalan kemana, Handsome?" tanya Sasha penasaran."Nanti kau akan tahu!" seru Mike masih dengan nada dinginnya yang merupakan ciri khas seorang Mike Foland.Sasha langsung mengerucutkan bibirnya dan menggerutu "Isshh..., kenapa jawabnya begitu? Katamu kalau kita sedang berdua saja, kau akan bersikap manis padaku. Dari semalam aku bertanya, kau jawabnya besok aku akan tahu. Karena sudah ganti hari, kau masih belum memberitahu juga. Maka dari itu aku tanya, Handsome. Tapi kau mal--hmmpt.""Kau berisik sekali seperti ribuan lebah!" bisik Mike setelah mengecup bibir istrinya yang sejak tadi bergerak dan mengomel yang mulai membuatny
Arsen menandatangani beberapa dokumen yang diberikan oleh Anna."Katakan pada Ivanov bahwa aku mau pulang setelah ini dan ingatkan dia setelah sampai kantor untuk lebih berkoordinasi dengan bagian lapangan supaya kecelakaan seperti kemarin tidak terjadi lagi," titah Arsen."Baik, Tuan. Saya sudah mengurus asuransi pekerja tersebut pagi tadi dan claimnya bisa cair sore ini," jawab Anna."Hmm..., Ivanov sudah paham bahwa pekerja yang baik dan loyal akan mendapat kompensasi lebih dariku selain asuransi," seru Arsen sambil berdiri dan bersiap untuk berjalan meninggalkan ruangannya.Arsen sedang dalam perjalanan pulang. Ia sudah berjanji pada Lily untuk menemaninya memeriksan kandungannya.***Sudah hampir pukul 4 sore namun Arsen belum juga kunjung datang, padahal ia ingin Arsen menemaninya saat ia melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin calon bayi mereka dengan jelas.Setidaknya, Lily ingin ditemani oleh Arsen agar menjadi momen tak terlupakan. Namun, jika Arsen sibuk ia tak ingin m
Sepanjang perjalanan menuju ke kantor, Arsen terus teringat bayangan samar wajah anaknya yang muncul di layar USG kemarin sore. Matanya sempat membuka dan tangan kecilnya yang bergerak. Semua itu seperti gerakan slow motion yang terukir indah di ingatannya."Laki-laki."Suara Bella yang memastikan jenis kelamin anaknya terngiang terus di telinganya.Hati Arsen sangat bahagia dan itu terpancar dari sinar matanya meskipun bibirnya tidak menyungging sebuah senyuman.Arsen tetaplah Arsen, yang selalu bermuka datar dan dingin.Setelah menerima kabar baik mengenai cicitnya, Marisaa segera bertandang ke mansion Arsen, untuk menemui cucu menantu kesayangannya dan calon cicitnya.Marissa datang kembali membawa sekotak cake yang akan ia berikan pada Lily."Grandma..." seru Lily saat melihat kedatangan Marissa."Aku ingin menyentuh cicitku," ujarnya seraya berjalan mendekati Lily dan menyentuh perutnya dengan lembut.Rasanya ia benar-benar bahagia, karena sudah mengetahui dengan pasti penerus La
Robert baru saja membantu misi temannya di K-Force untuk bertransaksi ganja yang diselundupkan lewat jalur darat pada sebuah truck besar bermuatan hewan potong menuju Philadelphia, Pennsylvania.Jarak dari kota New York ke Philladephia tidak begitu jauh, hanya sekitar dua jam dengan menumpang truck besar tersebut. Ia menyuap sopir truck yang merupakan kenalan lamanya.Robert berangkat mengawal transaksi pada tengah malam dan baru bisa kembali sore hari iniTampak wajah Robert sangat cerah karena dia baru saja mendapat komisi yang lumayan. Dia ingin merayakannya bersama Margareth kekasihnya malam ini.Saat membuka kamarnya, ia melihat Margareth sedang tidur dengan pakaian yang agak tersingkap di bagian paha.Robert sudah tak tahan dengan hasratnya. Ia segera membuka ikat pinggang dan celananya dan segera menyergap Margaret yang baru saja membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.Robert sudah menahannya sejak semalam namun Margaret tak kunjung pulang. Ia sangat kesal, maka dari itu ia
Kejadian Margaret yang di seret dengan kuda sudah berlalu dua hari. Dan Lily sudah kembali terlihat seperti biasanya.Namun, Arsen sudah berjanji pada dirinya akan memberikan hadiah bagi Lily atas keberaniannya membunuh Elliot dan menyiksa Margaret. Yang Arsen tahu, jika dalam kondisi biasa dan bukan mereka berdua, Lily tak akan mungkin melakukannya.Tapi setelah dua hari berlalu, Arsen masih belum bisa mendapatkan hadiah apa yang akan di berikan pada istrinya tersebut.Arsen menatap Lily yang sedang memakan sarapan paginya.Lily yang merasa di tatap menyadarinya kemudian menolehkan wajah pada Arsen."Ada apa?" tanyanya dengan lembut setelah menaruh sendoknya di atas piring."Tidak ada, hanya...., Hmm apa kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Arsen pada akhirnya.Lily tampak mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Arsen tersebut."Aku ingin memberimu hadiah, tapi belum menemukan yang cocok untukmu. Jadi katakan apa yang kau inginkan," seru Arsen."Hadiah?"Arsen mengang
Setelah membereskan meja makan dan dapur, Charlotte berjalan mendekati Mario dan Silvia yang sedang bersama menyusun sebuah puzzle yang cukup besar di atas meja.Sebelum sampai rumah, Camilio dan Charlotte menyempatkan diri untuk membeli kue untuk Chaterine dan mainan untuk anak-anak. Camilio membelikan lima buah puzzle dari yang paling mudah sampai agak sulit. Camilio juga membelikan dua buah magic block untuk Mario dan Silvia. Camilio ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk anak-anaknya dan melatih perkembangan otak mereka."Bagaimana? Bisa?" tanya Charlotte dengan lembut pada Mario dan Silvia yang tampak sangat serius menyusun puzzle milik mereka."Bisa," jawab Mario tanpa mengalihkan perhatiannya pada puzzle yang ada di hadapannya."Tadi sudah berhasil dua. Yang ini sulit, Mom," lapor Silvia dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan."Sabar ya sayang. Kau menyusun puzzlenya tidak sendiri, tapi bersama Mario. Pasti kalian bisa. Anak-anak mommy kan pintar semua," kata Ch
"Mike, semua sudah selesai dan tidak ada yang dikerjakan lagi. Aku pulang dulu ya," pamit Alonzo seraya melambaikan tangan pada Mike dan menepuk lengan Camilio."Ya, aku juga pamit. ini sudah menjelang sore. Aku pulang dulu, Mike," pamit Camilio pada Mike."Kau pulang ke rumah ibumu hari ini?" tanya Mike pada Camilio."Ya, seperti biasa. Sabtu sore aku dan Charlotte pulang dan besok malam aku sudah sampai mansion lagi," jawab Camilio."Ok. Berhati-hatilah," kata Mike sambil tersenyum."Jika ada tugas mendadak, jangan sungkan untuk menghubungiku. Anytime," ujar Camilio."Ok Cam. Selamat menikmati waktu bersama anak-anakmu. Dan sampaikan salam ku pada ibumu, dan kedua anakmu," sahut Mike.Camilio hanya membalas dengan mengangkat tangan dan tersenyum tipis. Ia bergegas menuju mobilnya untuk menjemput Charlotte dan segera pulang bersama ke rumahnya dan bertemu dengan buah hati mereka, Mario dan Silvia.Mike memasuki ruangan rapat sebentar untuk mengecek segala sesuatu sebelum meninggalka
Margaret di seret dengan paksa oleh Alonzo dan Camilio ke halaman belakang mansion.Dengan sangat jelas Margaret masih ingat tempat ini, dimana ia harus menonton Lily yang sedang berlatih menembak dan Elliot lah yang menjadi target tembaknya.Margaret terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah kini gilirannya menjadi sasaran tembak Lily? Tapi, tadi ia mendengar kuda dan jalan-jalan. Ia benar-benar tak mengerti.Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya terjawab sudah, saat kedua tangannya diikat menjadi satu dan diikatkan pada seekor kuda hitam yang tampak besar dan terlihat begitu gagah.Tampak pula Lily dan Arsen yang memperhatikannya saat dirinya diikat.'Aku salah memperhitungkan jalang cilik itu! Ia benar-benar berubah dan sangat berbeda dengan Lily yang dulu penakut dan penurut. Siall!!' umpat Margaret dalam hati."Ini kali kedua ku datang ke markasmu, jadi aku ingin tahu keadaan disekitar sini. Hingga memutuskan untuk berjalan-jalan," bisik Lily pada Arsen."Dengan senang hati
Bugh....Kali ini Lily meninju mulut Margaret untuk menghentikan ucapan Margaret.Hingga Margaret memekik kesakitan."Akhh..." Margaret memekik kesakitan."Brengsek!!" umpat Margaret.Sungguh Margaret sangat kesal pada Lily. Gara-gara Lily meninju hidungnya beberapa hari yang lalu. Hidungnya sedikit bengkok, sepertinya silikon hasil operasinya bergeser dari tempatnya.Bukan itu saja, wajah mulusnya hasil dari botox nya pun kini terdapat luka memanjang hasil cakaran Lily.'Aku harus membalasnya!' geram Margaret dalam hati.Operasi plastik yang sudah lama di mimpikan nya dirusak begitu saja. Tentu saja Margaret marah dan kesal. Susah payah Margaret merayu Elliot untuk membiayai operasi plastik ini.Margaret kembali meringis, karena tinjuan Lily di mulutnya membuat kepalanya pusing.Lily hanya tersenyum meremehkan, membuat Margaret semakin dongkol dan marah saja."Cuhhh..." Margaret meludah pada Lily, untung saja tidak mengenai wajah Lily karena dengan cepat Lily dapat menghindarinya.Ar
Sabtu pagi setelah Arsen dan Lily menikmati sarapannya, mereka kembali ke kamar untuk menyempatkan diri bermain-main dengan Theo sebentar sebelum pergi ke markas. Setelah sekitar dua jam kemudian, Theo mulai merengek karena sudah waktunya ia minum susu dan tidur.Saat Lily menemani Theo minum susu, Arsen mengirimkan pesan pada Mike bahwa ia akan menemani Lily bermain-main dengan wanita tua itu."Aku titip Theo pada kalian," kata Lily pada Charlotte dan Maria."Kami pasti akan menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Charlotte yang langsung diangguki oleh Maria.Lily segera keluar dari kamar Theo menuju kamarnya. Kali ini Lily mengenakan pakaian yang lebih kasual dan nyaman dikenakan. Kerena ia akan bersenang-senang hari ini, hingga ia memilih pakaian yang memudahkannya untuk bergerak.Legging yang sedikit tebal di padukan dengan atasan oversize yang panjangnya melebihi bokong. Memastikan lekuk pinggul tersembunyi dari pandangan orang lain. Karena Arsen tak akan menyukainya.Terak
Arsen mendengar kabar dari Camilio jika tangan Mike sempat terluka."Bagaimana dengan tanganmu? Aku mendengarnya dari Camilio," tanya Arsen.Mike menatap lengannya yang terluka di balik lengan jasnya. "Bukan luka besar, tidak masalah," jawab Mike pada Arsen, dan Arsen hanya mengangguk pelan."Han?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alis matanya."Ya, anak dari Lam Phuong. Anak itu di rawat oleh Vargaz bahkan diangkatnya menjadi anak. Saat aku akan membunuh Vargaz dengan tiba-tiba anak itu muncul entah dari mana dan menikam lenganku," jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, "aku mengerti. Apa kau sudah obati?" tanya Arsen."Sasha sudah mengobatinya sesampainya aku di mansion Subuh tadi," ujar Mike."Sebaiknya lain kali lebih berhati-hati lagi.""Baik Tuan. Terima kasih," ucap Mike dengan tulus."Kumpulkan anggota inti Mike, aku mau bicara dengan mereka," titah Arsen."Mereka ada di ruang rapat semua kecuali Enrico, Riobard dan Alonzo. Mereka sedang mempersiapkan barang untuk pengiriman
Mike segera melaporkan hasil penyergapan dan pengakuan Vargaz mengenai Morons pada Arsen, setelah mereka selesai mengeksekusi Vargaz dan seluruh anak buahnya. Karena saat ini sudah hampir pukul 02.00 pagi, Mike tahu jika Arsen sedang beristirahat makanya ia memberitahunya melalui sebuah aplikasi percakapan.Mike meminta Richard untuk membereskan semua kekacauan yang sudah mereka buat, dan segera menghilangkan semua bukti terkait eksekusi Vargaz dan seluruh anggota Bleeding Corp.Setelah dirasa semua selesai, Mike dan yang lainnya meninggalkan Jacksonville dini hari itu juga.Sedangkan bocah bernama Han itu, diserahkan pada Richard untuk di urus. Ada anak buah Richard yang bertahun-tahun menikah belum dikaruniai anak. Maka Han akan di asuh olehnya.Dalam waktu kurang lebih dua jam, akhirnya Mike dan yang lainnya sampai di New York. Tanpa menunggu lama, Mike memerintahkan yang lainnya untuk segera beristirahat. Mike tahu jika semuanya merasa lelah dan butuh istirahat, termasuk dirinya.
"Jawabbb!! Apa hubunganmu dengan Mark, Vargaz!!" pekik Mike lagi karena Vargaz masih diam dan menutup mulutnya.Kali ini Vargas sedikit tersentak karena Mike memekik tepat di depan wajahnya.Dorrr..Seorang pria yang merupakan anak buah Vargaz kembali terkapar di lantai dengan darah yang mengalir di dadanya.Mike kembali menembak salah satu anak buah Vargaz tanpa belas kasihan. Keringat dingin terlihat mengucur dari pelipis Vargaz. Mike dapat melihat, Vargaz mulai ketakutan kembali."M-Mark adalah temanku," jawabnya dengan mulut bergetar. Mike memang sudah terkenal tak kenal belas kasihan dan sadis. Kali ini ia melihat sendiri dengan mata kepalanya.Dan menurut Leonid dulu. Ketua Black Nostra yang sesungguhnya lebih sadis jika dibandingkan dengan Mike.Mike menyeringai mendengar ucapan Vargaz. Ia masih bertanya-tanya dalam hatinya, apakah pembelotan Morina karena Dimitri?."Apakah Morons membelot karena Dimitri!?" tanya Mike dengan nada tajamnya."A-aku tidak tahu secara pasti, tapi M