Saat napas Lily sudah teratur pertanda ia sudah tidur dengan lelap, Arsen segera membuka matanya. Ia menatap tangan Lily yang memeluk pinggangnya.Kemudian ia teringat sesuatu. Keningnya tampak mengernyit jijik, kemudian ia bangkit dari tempat tidur perlahan dan berjalan menuju meja dan membuka lacinya.Arsen tampak mengambil sesuatu dari dalam laci tersebut. Sebuah botol kecil, dan kemudian tak lupa Arsen membawa sekotak tisu yang berada di atas meja.Ia kembali melangkah menuju tempat tidur. Arsen kemudian duduk di sisi tempat tidur dengan dua benda tersebut dan menatap tajam tangan kanan Lily yang tadi di pegang oleh pria brengsek itu.Jika sudah tidur, Lily tidak mudah terganggu. Arsen segera menyemprotkan cairan disinfektan tersebut ke tangan Lily kemudian meratakannya dengan tangannya ke sela-sela jarinya.Meskipun Lily sudah mandi tapi itu tidak menjamin virus-virus dan kuman-kuman dari tangan Ken menghilang begitu saja. Setelah dirasa cukup Arsen mengeringkannya dengan tissu.
Lily mulai terbangun dari tidurnya. Entah berapa lama ia sudah tertidur. Tapi seingatnya ia tidak tidur di atas tempat tidur. Ia ingat betul jika ia tertidur di sofa.'Apa Arsen yang memindahkan ku?' tanyanya pada diri sendiri. Karena tidak mungkin ia tertidur di sofa dan berjalan sendiri dalam tidur kemudian pindah ke atas tempat tidur.Lily mengulas senyumnya membayangkan Arsen yang sudah kembali peduli padanya, kemudian ia segera memposisikan tubuhnya untuk duduk.'Bahkan Arsen menyelimutiku.'Lily melihat Arsen yang sekarang duduk di sofa dan masih berkutat dengan tabletnya.Arsen bergerak sedikit meregangkan ototnya yang agak kaku. Arsen menyadari Lily yang sudah terbangun dari tidurnya tapi kembali mengacuhkannya.Lily mendengus kesal, karena Arsen masih juga belum menggubrisnya.Sudah lima belas menit berlalu dan Arsen tetap tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Lily sungguh tersiksa dan sedih dengan sikap Arsen ini.Lily segera menyusulnya dan duduk di samping Arsen. Ia benar-b
Charlotte dan Sasha berolah raga ringan kali ini tidak di lantai lima, tapi di ruangan besar di lantai 2, karena mereka tidak di ijinkan ke lantai 5 jika tidak bersama Lily. Mereka hanya berdua karena Maria sedang cuti dan Lily sedang ingin bersama Arsen seharian.Tidak sampai satu jam, mereka melakukan proses pendinginan otot, dengan berjalan kembali ke kamar masing-masing sambil mengobrol.Sesampainya di kamar, mereka segera membersihkan diri dan berjanji akan bersama menemani Mario untuk jalan-jalan di sekitar mansion karena Camilio sedang beristirahat setelah berjaga malam."Tante, besok siang aku harus pulang ke rumah nenek," ujar Mario ketika Charlotte sudah bersamanya dan Sasha."Oh benarkah?" tanya Charlotte dan Mario mengangguk dengan wajah yang muram."Kenapa mukamu muram, sayang?" tanya Charlotte seraya menangkup pipi Mario."Karena aku harus berpisah dengan daddy dan tante" sahut M,ario lirih. Charlotte tersenyum dengan penuh kehangatan, Charlotte tahu jika Mario memang ma
Beberapa menit yang lalu Arsen dan Lily kembali ke kamar setelah mereka menghabiskan sarapan pagi mereka.Badan Lily sedikit sakit karena akibat percintaan mereka yang panas dan menggebu sore kemarin yang dilanjutkan pada malam tadi.Namun Lily bahagia karena Arsen sudah tidak marah lagi perihal masalah Ken lagi."Aku akan pergi ke markas sejam lagi," ujar Arsen pada Lily yang duduk di sampingnya. Kini mereka berdua telah duduk di sofa di dalam kamar mereka.Mendengar markas secara langsung pikiran Lily tertuju pada Ken. Ia ingat betul Arsen memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ken ke markas Black Nostra.Bisa dipastikan Arsen akan memberikan hukumannya pada Ken.Lily mengangguk pelan. "Aku mengerti," jawabnya pelan."Kau jangan kemana-mana selama aku tak ada. Jangan terlalu lelah, sebaiknya kau beristirahat saja hari ini," ucap Arsen penuh perhatian, karena ia yakin Lily pasti kelelahan karena aktifitas panas mereka tadi malam.Dengan kondisi istrinya yang sedang hamil besar mema
Hanya sedikit pembicaraan yang di ucapkan Arsen di dalam rapat bersama anggota inti Black Nostra. Arsen sekali lagi mengenalkan Sasha sebagai anggota inti Black Nostra yang baru kepada semuanya.Kemudian Arsen meminta Mike dan Jeofre untuk menyiapkan ruang biasa tempat ia bermain-main dengan mainan barunya.Yang tentu saja langsung di laksanakan oleh ke duanya. Mereka berdua segera keluar dari ruang rapat terlebih dahulu, sedangkan yang lainnya masih berdiam di tempat masing-masing."Psstt..psstt.." panggil Dante pelan pada Pascoe."Hmm?" jawab Pascoe tanpa menolehkan pandangannya dari layar laptopnya. Pascoe mendapatkan tugas untuk menghapus semua informasi mengenai Kendrick Edbert yang berhubungan dengan Laczano's Corps.Arsen tak ingin menghilangnya Ken, suatu saat akan disangkut pautkan dengan perusahaannya maupun Black Nostra."Siapa Kendrick?!" tanyanya penasaran.Pascoe sudah meretas CCTV saat kejadian Lily, Kendrick dan Anna di lorong saat kejadian. Selain itu Ivanov juga meng
Arsen bangkit dari duduk nya kemudian berjalan menghampiri Ken yang sudah sadar dan menatapnya.Arsen begitu muak menatap Ken dengan wajah menjijikkannya dengan memasang wajah ibanya. Memelas meminta ampunan. Hanya sebuah topeng dan akting yang biasa ia lakukan.Tentu saja Arsen mengetahui siapa Ken yang sesungguhnya karena Arsen sudah menerima laporan secara detail dari Ivanov mengenai Ken. Apa yang ia lakukan, bagaimana kehidupannya dan semuanya.Bahkan Arsen sudah mengetahui jika dulu Lily hanya dijadikan sebuah taruhan olehnya dan teman-temannya.'Oh, itu sungguh memuakkan,' seru Arsen dalam hati.Bahkan Arsen mengetahui jika Ken sering memanfaatkan wanita-wanita yang lainnya, entah sudah berapa banyak dan ia tak peduli."Kau sudah sadar rupanya?" tanya Arsen dengan dingin dan datarnya yang merupakan ciri khasnya.Kemudian Arsen sedikit meregangkan otot-otot di lehernya dan tangannya. Selanjutnya ia mulai mengeluarkan pisau kesayangannya yang tajam.Mata Ken membelalak begitu mel
Efek suntikan penghilang rasa sakit mulai bereaksi. Tidak sampai lima belas menit, Ken menggeliat dan rasa perih di sekujur tubuhnya membangkitkan kesadarannya kian penuh. Ken mulai meringis kesakitan dan semuanya itu terdengar sangat merdu di telinga Arsen.Arsen menyeringai melihat mainannya sudah mulai sadar dan bergerak."Let's continue to the next level," gumamnya seraya menatap Ken yang sudah membuka matanya.Arsen berdiri dan mengambil pedang Damascusnya. Ia langsung mengelus-elus pedangnya setelah mengeluarkan dari tempatnya."Kau membutuhkan pemanasan sebelum mulai bermain-main, buddy!" seru Arsen pada pedang Damascus miliknya itu.Kemudian Arsen menggerak-gerakkan Damaskusnya sebentar. Suara angin yang terbelah oleh keleturan Damaskus terdengar nyaring dalam ruangan itu.Perlahan lahan Arsen bergerak, memainkan Damaskus kian mendekat pada Ken. Wajahnya tampak begitu sangat santai, lain halnya dengan Ken yang mulai bercucuran keringat dan wajahnya yang kian memucat.Beberapa
Sasha mengikuti langkah Mike yang berjalan dengan membawa ember yang berisi potongan tangan pria yang bernama Ken tadi menuju kandang peliharaan Tuan mereka, lebih tepatnya kandang singa, sesuai dengan perintahnya tadi.Saat berada di dalam mobil Mike sempat menceritakan pada Sasha mengenai siapa pria tersebut. Mike mengatakan bahwa pria tersebut adalah mantan kekasih Nyonya dulu. Sasha memperhatikan dengan seksama penuturan Mike tersebut.Sampai ia merasa paham benar mengapa Arsen melakukan hal yang kejam seperti tadi. Sampai saat ini Sasha masih merasa sedikit mual. Perutnya terasa seperti diaduk-aduk."Kau mau mencoba memberi mereka makan secara langsung?" tawar Mike pada Sasha ketika mereka sudah berada di depan kandang singa.Kedua singa tersebut masih berada di dalam gua mereka, terlihat salah satu ekor milik singa tersebut menjulur keluar gua. Sasha menolehkan wajahnya pada Mike, sedangkan kedua tangannya ia peluk karena suhu begitu dingin."Hmm..., sepertinya tidak, kau saja,"
Kejadian Margaret yang di seret dengan kuda sudah berlalu dua hari. Dan Lily sudah kembali terlihat seperti biasanya.Namun, Arsen sudah berjanji pada dirinya akan memberikan hadiah bagi Lily atas keberaniannya membunuh Elliot dan menyiksa Margaret. Yang Arsen tahu, jika dalam kondisi biasa dan bukan mereka berdua, Lily tak akan mungkin melakukannya.Tapi setelah dua hari berlalu, Arsen masih belum bisa mendapatkan hadiah apa yang akan di berikan pada istrinya tersebut.Arsen menatap Lily yang sedang memakan sarapan paginya.Lily yang merasa di tatap menyadarinya kemudian menolehkan wajah pada Arsen."Ada apa?" tanyanya dengan lembut setelah menaruh sendoknya di atas piring."Tidak ada, hanya...., Hmm apa kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Arsen pada akhirnya.Lily tampak mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Arsen tersebut."Aku ingin memberimu hadiah, tapi belum menemukan yang cocok untukmu. Jadi katakan apa yang kau inginkan," seru Arsen."Hadiah?"Arsen mengang
Setelah membereskan meja makan dan dapur, Charlotte berjalan mendekati Mario dan Silvia yang sedang bersama menyusun sebuah puzzle yang cukup besar di atas meja.Sebelum sampai rumah, Camilio dan Charlotte menyempatkan diri untuk membeli kue untuk Chaterine dan mainan untuk anak-anak. Camilio membelikan lima buah puzzle dari yang paling mudah sampai agak sulit. Camilio juga membelikan dua buah magic block untuk Mario dan Silvia. Camilio ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk anak-anaknya dan melatih perkembangan otak mereka."Bagaimana? Bisa?" tanya Charlotte dengan lembut pada Mario dan Silvia yang tampak sangat serius menyusun puzzle milik mereka."Bisa," jawab Mario tanpa mengalihkan perhatiannya pada puzzle yang ada di hadapannya."Tadi sudah berhasil dua. Yang ini sulit, Mom," lapor Silvia dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan."Sabar ya sayang. Kau menyusun puzzlenya tidak sendiri, tapi bersama Mario. Pasti kalian bisa. Anak-anak mommy kan pintar semua," kata Ch
"Mike, semua sudah selesai dan tidak ada yang dikerjakan lagi. Aku pulang dulu ya," pamit Alonzo seraya melambaikan tangan pada Mike dan menepuk lengan Camilio."Ya, aku juga pamit. ini sudah menjelang sore. Aku pulang dulu, Mike," pamit Camilio pada Mike."Kau pulang ke rumah ibumu hari ini?" tanya Mike pada Camilio."Ya, seperti biasa. Sabtu sore aku dan Charlotte pulang dan besok malam aku sudah sampai mansion lagi," jawab Camilio."Ok. Berhati-hatilah," kata Mike sambil tersenyum."Jika ada tugas mendadak, jangan sungkan untuk menghubungiku. Anytime," ujar Camilio."Ok Cam. Selamat menikmati waktu bersama anak-anakmu. Dan sampaikan salam ku pada ibumu, dan kedua anakmu," sahut Mike.Camilio hanya membalas dengan mengangkat tangan dan tersenyum tipis. Ia bergegas menuju mobilnya untuk menjemput Charlotte dan segera pulang bersama ke rumahnya dan bertemu dengan buah hati mereka, Mario dan Silvia.Mike memasuki ruangan rapat sebentar untuk mengecek segala sesuatu sebelum meninggalka
Margaret di seret dengan paksa oleh Alonzo dan Camilio ke halaman belakang mansion.Dengan sangat jelas Margaret masih ingat tempat ini, dimana ia harus menonton Lily yang sedang berlatih menembak dan Elliot lah yang menjadi target tembaknya.Margaret terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah kini gilirannya menjadi sasaran tembak Lily? Tapi, tadi ia mendengar kuda dan jalan-jalan. Ia benar-benar tak mengerti.Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya terjawab sudah, saat kedua tangannya diikat menjadi satu dan diikatkan pada seekor kuda hitam yang tampak besar dan terlihat begitu gagah.Tampak pula Lily dan Arsen yang memperhatikannya saat dirinya diikat.'Aku salah memperhitungkan jalang cilik itu! Ia benar-benar berubah dan sangat berbeda dengan Lily yang dulu penakut dan penurut. Siall!!' umpat Margaret dalam hati."Ini kali kedua ku datang ke markasmu, jadi aku ingin tahu keadaan disekitar sini. Hingga memutuskan untuk berjalan-jalan," bisik Lily pada Arsen."Dengan senang hati
Bugh....Kali ini Lily meninju mulut Margaret untuk menghentikan ucapan Margaret.Hingga Margaret memekik kesakitan."Akhh..." Margaret memekik kesakitan."Brengsek!!" umpat Margaret.Sungguh Margaret sangat kesal pada Lily. Gara-gara Lily meninju hidungnya beberapa hari yang lalu. Hidungnya sedikit bengkok, sepertinya silikon hasil operasinya bergeser dari tempatnya.Bukan itu saja, wajah mulusnya hasil dari botox nya pun kini terdapat luka memanjang hasil cakaran Lily.'Aku harus membalasnya!' geram Margaret dalam hati.Operasi plastik yang sudah lama di mimpikan nya dirusak begitu saja. Tentu saja Margaret marah dan kesal. Susah payah Margaret merayu Elliot untuk membiayai operasi plastik ini.Margaret kembali meringis, karena tinjuan Lily di mulutnya membuat kepalanya pusing.Lily hanya tersenyum meremehkan, membuat Margaret semakin dongkol dan marah saja."Cuhhh..." Margaret meludah pada Lily, untung saja tidak mengenai wajah Lily karena dengan cepat Lily dapat menghindarinya.Ar
Sabtu pagi setelah Arsen dan Lily menikmati sarapannya, mereka kembali ke kamar untuk menyempatkan diri bermain-main dengan Theo sebentar sebelum pergi ke markas. Setelah sekitar dua jam kemudian, Theo mulai merengek karena sudah waktunya ia minum susu dan tidur.Saat Lily menemani Theo minum susu, Arsen mengirimkan pesan pada Mike bahwa ia akan menemani Lily bermain-main dengan wanita tua itu."Aku titip Theo pada kalian," kata Lily pada Charlotte dan Maria."Kami pasti akan menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Charlotte yang langsung diangguki oleh Maria.Lily segera keluar dari kamar Theo menuju kamarnya. Kali ini Lily mengenakan pakaian yang lebih kasual dan nyaman dikenakan. Kerena ia akan bersenang-senang hari ini, hingga ia memilih pakaian yang memudahkannya untuk bergerak.Legging yang sedikit tebal di padukan dengan atasan oversize yang panjangnya melebihi bokong. Memastikan lekuk pinggul tersembunyi dari pandangan orang lain. Karena Arsen tak akan menyukainya.Terak
Arsen mendengar kabar dari Camilio jika tangan Mike sempat terluka."Bagaimana dengan tanganmu? Aku mendengarnya dari Camilio," tanya Arsen.Mike menatap lengannya yang terluka di balik lengan jasnya. "Bukan luka besar, tidak masalah," jawab Mike pada Arsen, dan Arsen hanya mengangguk pelan."Han?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alis matanya."Ya, anak dari Lam Phuong. Anak itu di rawat oleh Vargaz bahkan diangkatnya menjadi anak. Saat aku akan membunuh Vargaz dengan tiba-tiba anak itu muncul entah dari mana dan menikam lenganku," jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, "aku mengerti. Apa kau sudah obati?" tanya Arsen."Sasha sudah mengobatinya sesampainya aku di mansion Subuh tadi," ujar Mike."Sebaiknya lain kali lebih berhati-hati lagi.""Baik Tuan. Terima kasih," ucap Mike dengan tulus."Kumpulkan anggota inti Mike, aku mau bicara dengan mereka," titah Arsen."Mereka ada di ruang rapat semua kecuali Enrico, Riobard dan Alonzo. Mereka sedang mempersiapkan barang untuk pengiriman
Mike segera melaporkan hasil penyergapan dan pengakuan Vargaz mengenai Morons pada Arsen, setelah mereka selesai mengeksekusi Vargaz dan seluruh anak buahnya. Karena saat ini sudah hampir pukul 02.00 pagi, Mike tahu jika Arsen sedang beristirahat makanya ia memberitahunya melalui sebuah aplikasi percakapan.Mike meminta Richard untuk membereskan semua kekacauan yang sudah mereka buat, dan segera menghilangkan semua bukti terkait eksekusi Vargaz dan seluruh anggota Bleeding Corp.Setelah dirasa semua selesai, Mike dan yang lainnya meninggalkan Jacksonville dini hari itu juga.Sedangkan bocah bernama Han itu, diserahkan pada Richard untuk di urus. Ada anak buah Richard yang bertahun-tahun menikah belum dikaruniai anak. Maka Han akan di asuh olehnya.Dalam waktu kurang lebih dua jam, akhirnya Mike dan yang lainnya sampai di New York. Tanpa menunggu lama, Mike memerintahkan yang lainnya untuk segera beristirahat. Mike tahu jika semuanya merasa lelah dan butuh istirahat, termasuk dirinya.
"Jawabbb!! Apa hubunganmu dengan Mark, Vargaz!!" pekik Mike lagi karena Vargaz masih diam dan menutup mulutnya.Kali ini Vargas sedikit tersentak karena Mike memekik tepat di depan wajahnya.Dorrr..Seorang pria yang merupakan anak buah Vargaz kembali terkapar di lantai dengan darah yang mengalir di dadanya.Mike kembali menembak salah satu anak buah Vargaz tanpa belas kasihan. Keringat dingin terlihat mengucur dari pelipis Vargaz. Mike dapat melihat, Vargaz mulai ketakutan kembali."M-Mark adalah temanku," jawabnya dengan mulut bergetar. Mike memang sudah terkenal tak kenal belas kasihan dan sadis. Kali ini ia melihat sendiri dengan mata kepalanya.Dan menurut Leonid dulu. Ketua Black Nostra yang sesungguhnya lebih sadis jika dibandingkan dengan Mike.Mike menyeringai mendengar ucapan Vargaz. Ia masih bertanya-tanya dalam hatinya, apakah pembelotan Morina karena Dimitri?."Apakah Morons membelot karena Dimitri!?" tanya Mike dengan nada tajamnya."A-aku tidak tahu secara pasti, tapi M