Arsen bangkit dari duduk nya kemudian berjalan menghampiri Ken yang sudah sadar dan menatapnya.Arsen begitu muak menatap Ken dengan wajah menjijikkannya dengan memasang wajah ibanya. Memelas meminta ampunan. Hanya sebuah topeng dan akting yang biasa ia lakukan.Tentu saja Arsen mengetahui siapa Ken yang sesungguhnya karena Arsen sudah menerima laporan secara detail dari Ivanov mengenai Ken. Apa yang ia lakukan, bagaimana kehidupannya dan semuanya.Bahkan Arsen sudah mengetahui jika dulu Lily hanya dijadikan sebuah taruhan olehnya dan teman-temannya.'Oh, itu sungguh memuakkan,' seru Arsen dalam hati.Bahkan Arsen mengetahui jika Ken sering memanfaatkan wanita-wanita yang lainnya, entah sudah berapa banyak dan ia tak peduli."Kau sudah sadar rupanya?" tanya Arsen dengan dingin dan datarnya yang merupakan ciri khasnya.Kemudian Arsen sedikit meregangkan otot-otot di lehernya dan tangannya. Selanjutnya ia mulai mengeluarkan pisau kesayangannya yang tajam.Mata Ken membelalak begitu mel
Efek suntikan penghilang rasa sakit mulai bereaksi. Tidak sampai lima belas menit, Ken menggeliat dan rasa perih di sekujur tubuhnya membangkitkan kesadarannya kian penuh. Ken mulai meringis kesakitan dan semuanya itu terdengar sangat merdu di telinga Arsen.Arsen menyeringai melihat mainannya sudah mulai sadar dan bergerak."Let's continue to the next level," gumamnya seraya menatap Ken yang sudah membuka matanya.Arsen berdiri dan mengambil pedang Damascusnya. Ia langsung mengelus-elus pedangnya setelah mengeluarkan dari tempatnya."Kau membutuhkan pemanasan sebelum mulai bermain-main, buddy!" seru Arsen pada pedang Damascus miliknya itu.Kemudian Arsen menggerak-gerakkan Damaskusnya sebentar. Suara angin yang terbelah oleh keleturan Damaskus terdengar nyaring dalam ruangan itu.Perlahan lahan Arsen bergerak, memainkan Damaskus kian mendekat pada Ken. Wajahnya tampak begitu sangat santai, lain halnya dengan Ken yang mulai bercucuran keringat dan wajahnya yang kian memucat.Beberapa
Sasha mengikuti langkah Mike yang berjalan dengan membawa ember yang berisi potongan tangan pria yang bernama Ken tadi menuju kandang peliharaan Tuan mereka, lebih tepatnya kandang singa, sesuai dengan perintahnya tadi.Saat berada di dalam mobil Mike sempat menceritakan pada Sasha mengenai siapa pria tersebut. Mike mengatakan bahwa pria tersebut adalah mantan kekasih Nyonya dulu. Sasha memperhatikan dengan seksama penuturan Mike tersebut.Sampai ia merasa paham benar mengapa Arsen melakukan hal yang kejam seperti tadi. Sampai saat ini Sasha masih merasa sedikit mual. Perutnya terasa seperti diaduk-aduk."Kau mau mencoba memberi mereka makan secara langsung?" tawar Mike pada Sasha ketika mereka sudah berada di depan kandang singa.Kedua singa tersebut masih berada di dalam gua mereka, terlihat salah satu ekor milik singa tersebut menjulur keluar gua. Sasha menolehkan wajahnya pada Mike, sedangkan kedua tangannya ia peluk karena suhu begitu dingin."Hmm..., sepertinya tidak, kau saja,"
Pendaftaran pernikahan Alonzo dan Maria sudah dilakukan kemarin.Booking hotel untuk out door party, lengkap dengan dekorasinya pun sudah dipilih oleh Alonzo dan Maria, termasuk makanan, lengkap dengan dessert dan minuman.Alonzo juga sudah booking beberapa kamar untuk teman-teman Black Nostra dan keluarga Maria yang akan datang dari luar kota.Tamu undangan dari pihak Maria diperkirakan tidak lebih dari seratus orang.Minggu pagi tadi Maria dan Alonzo pun sudah melakukan fitting baju pengantin. Mereka akan kembali ke Palmer dua hari menjelang tanggal pernikahan. Mereka akan menikah pada hari Minggu berikutnya.Selesai makan siang, Maria dan Alonzo berpamitan pada Luisa dan Estes untuk kembali ke New York. Mereka harus kembali bekerja dan mengambil cuti lagi minggu depan.Di dalam mobil, Alonzo dan Maria boleh bernafas dengan lega karena segala sesuatu berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan.Sepanjang perjalanan, sambil menyetir mobil, satu tangan Alonzo terus menggenggam j
Arsen masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas susu yang sudah ia buat untuk Lily."Minumlah," seru Arsen seraya mengangkat gelas susu tersebut untuk memperlihatkannya pada Lily."Iya," sahut Lily kemudian bangkit dengan perlahan dari sofa dan meletakkan buku bacaannya di atas meja.Lily melangkah menghampiri Arsen. Ia kemudian meminum susu tersebut dengan perlahan, dalam empat kali jeda tegukan. Arsen tersenyum mengambil gelas kosong dan meletakkannya di meja kecil di dekat tempat tidur."Kau tampak kekenyangan padahal tadi porsi makanmu biasa saja," ujar Arsen merasa heran dengan kondisi Lily seperti yang kewalahan, searaya menyusul Lily yang duduk di pinggir ranjang."Perutku makin besar. Aku mudah kenyang tapi juga mudah lapar lagi. Aku tidak bisa makan tiga kali sehari dengan porsi banyak. Mungkin tiga kali sehari saja ditambah cemilan buah atau biskuit satu atau dua jam kemudian," jelas Lily sambil mencari posisi duduk yang nyaman.Arsen meraih bahu Lily dan memeluknya seolah
"Aku berangkat!" seru Arsen kemudian memberikan satu kecupan di bibir istrinya."Hati-hati," ujar Lily dengan lembut melepas Arsen untuk berangkat ke kantor.Lily langsung bersiap-siap untuk senam hamil di lantai lima, ditemani oleh Charlotte dan Maria.Charlotte dan Maria pun sudah berganti pakaian olah raga untuk bersiap memulai olah raga yang dipimpin oleh Sasha."Selamat pagi!" sapa Sasha dengan riang.Semua menoleh ke arah pintu sambil tersenyum menanggapi sapaan Sasha.Sasha langsung mengambil posisi menyiapkan peralatan menembak selagi menunggu Lily menyelesaikan senam hamilnya.Selesai senam, Lily duduk santai mengamati Maria, Charlotte dan Sasha melakukan pemanasan, dilanjut dengan teknik dasar bela diri. Setelah satu jam, mereka berhenti untuk beristirahat sambil mengobrol."Tiap hari kau semakin baik Maria. Tidak kepayahan seperti pertama kali latihan!" puji Sasha sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil."Iya, karena saat itu aku sudah lama tidak berolah raga," sahu
"Al dan Maria akan kembali ke Palmer pada hari Kamis sore. Hari Minggu nya mereka akan menikah," ucap Arsen pada Lili di sela sarapannya.Lily membulatkan matanya, Lily sangat terkejut karena mendengar kabar Maria yang akan menikah secepat itu.Maria dan Alonzo memang sudah kembali ke mansion dan Lily sudah bertemu dengan Maria kemarin, tapi Maria belum menceritakannya. Sebentar lagi ia akan segera bertemu dan menanyakan masalah ini. 'Ah, mungkin dia malu,'seru Lily dalam hati.Rasa kagetnya hilang kemudian di gantikan dengan sebuah senyuman bahagia."Benarkah itu?" tanya Lily masih tak percaya.Arsen mengangguk, "ya," jawabnya singkat."Al kemarin sore menemuiku dan menceritakan semua sekaligus meminta ijin untuk pergi lagi pada hari Kamis sore. Aku lupa membahasnya denganmu semalam karena kemarin aku sibuk memikirkan dan memperlajari transaksi Black Nostra dengan salah satu afiliasi," jawabnya singkat kemudian melanjutkan sarapannya.Kemarin sepulang dari kantor, Arsen langsung menu
Pukul tiga pagi, Alonzo, Jeofre, Camilio dan beberapa anak buahnya sudah berangkat untuk mengirimkan sejumlah barang pesanan dari salah satu afiliansi mereka, yaitu senjata api, peledak dan sejumlah obat-obatan terlarang.Mereka berangkat pagi buta untuk menghindari pemeriksaan yang mungkin terjadi di sepanjang jalan besar dan tak bersamaan untuk menghindari kecurigaan pihak berwenang.Beberapa kali mereka harus menghindari titik-titik rawan dimana seringkali ada polisi yang berjaga dengan masuk ke jalan alternatif yang lebih kecil.Lokasi transaksi yang sudah ditentukan ada di dekat pantai sebelah selatan kota New York dan mereka membutuhkan waktu perjalanan sekitar tiga puluh menit.Mike dan Sasha mengikuti mereka dari belakang dengan jarak dua kilometer, agar tak di curigai.Arsen duduk bersama Pascoe di markas untuk ikut mengawasi mereka melalui CCTV yang terpasang di sepanjang perjalanan menuju lokasi yang sudah di retasnya.Pengalaman terakhir bersama Moron's sungguh membuat Bla
Jeofre dan Dimitri berjalan berputar dengan perlahan. Tatapan mereka saling mengunci untuk mencari kelemahan masing-masing.Dalam hati, Jeofre mengakui bahwa Dimitri sangat hebat, baik dari sisi fisik, teknik, pernapasan maupun tenaganya di saat usia Dimitri yang sudah tidak muda lagi.Jeofre menyadari bahwa hanya faktor usia dirinya yang jauh lebih muda saja yang menjadi keunggulannya.Tapi Jeofre tidak mau lengah dengan hanya bertahan dan mengharapkan Dimitri kelelahan karena Jeofre tahu bahwa Dimitri pun menyadari kelemahannya. Jeofre tetap memberikan tenaga yang penuh pada setiap serangan ataupun balasannya.'Aku benar-benar menemukan lawan yang sepadan dengan ku,' gumam Jeofre kembali dalam hati.Seraya menatap Dimitri, Jeofre mulai sedikit melemaskan otot-ototnya yang sudah terasa panas kemudian mengepalkan kedua tangannya di depan dengan memasang kuda-kuda.Seluruh otot harus terlihat lemas atau dalam keadaan rileks sehingga dapat membentuk posisi yang nyaman serta fisik dan me
Kini mereka berdua mulai berjalan mendekat, yang kini sudah saling berhadapan. Dan jarak mereka hanya terpisah 1 meter saja.Dimitri dan Jeofre sama-sama meregangkan otot ya masing-masing sebelum memulai duel mereka dengan mata yang sudah saling mengunci.Setelah siap Dimitri langsung memasang kuda-kuda. Jeofre mengamati dengan seksama gerakan kuda-kuda yang dilakukan oleh Dimitri kemudian tersenyum. Ia sudah tahu, akan melakukan bela diri apa untuk kali pertama duel mereka ini."Grappling hold, hmm?" gumam Jeofre seraya mengikuti gerakan Dimitri."Yeah, ayo kita bertarung," balas Dimitri.Grappling hold yaitu teknik kuda-kuda yang dilakukan sebagai langkah awal atau tahap pertama untuk menyerang lawan dan menjatuhkannya dalam bela diri gulat.Setelah melakukan grappling hold Dimitri dan Jeofre langsung saling menyerang bersamaan.Mereka berdua saling beradu dan mengeluarkan teknik serangan mereka. Mereka benar-benar menggunakan kekuatannya untuk saling mengalahkan dan menjatuhkan.Sa
Dimitri melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang, hingga Alonzo yang terpaut jarak beberapa menit dapat menyusulnya."Aku sudah dibelakang mobilnya, ia menuju arah kalian," lapor Alonzo, pada Mike yang terhubung melalui earphonenya."Copy that!" jawab Mike.Kemudian terdengar suara Mike lakukan instruksi kepada yang lainnya agar bersiap.Dimitri dalam keadaan santai, namun tiba-tiba matanya menatap spion mobil tengah dan melihat ada sebuah motor tak jauh dari mobil yang dikendarainya, ia sama sekali tak menaruh curiga pada awalnya.Namun, begitu mobilnya sampai di area yang sedikit sepi ia mulai melihat ada dua mobil di hadapannya dengan melaju berdampingan. Seakan menghalangi laju mobilnya.Dimitri mulai merasakan sesuatu yang mengganjal dan mencurigakan, namun ia tetap bersikap tenang. Dibukanya ya dashboard mobil dan mengecek senjata api miliknya di sana. Dan masih tersimpan rapi seperti saat ia menaruhnya tadi.Tak ada rasa takut dalam dirinya, bahkan ketika dua mobil di depannya
Dan Alonzo kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan club seraya berjalan menuju meja bar untuk memesan sebuah minuman.Setelah menerima segelas Blueberry martini cocktail yang terbuat dari campuran vodka dengan blueberry yang berpadu menciptakan rasa minuman yang sempurna dari bartender, Blueberry martini dikenal sebagai minuman premium di antara penikmat vodka. Alonzo kemudian mencari tempat duduk yang kosong untuk menikmati minuman dan mencari keberadaan Dimitri di ruangan ini.Beberapa wanita malam cantik dengan memakai baju terbuka yang sexy mencoba menyapa Alonzo dan menggodanya. Alonzo hanya mengangkat satu tangan dan mengarahkan pandangannya lurus ke depan, yang secara tidak langsung mengisyaratkan dia sedang tidak ingin diganggu. Wanita-wanita penghibur itu memahami isyarat tersebut dan segera menyingkir untuk mencari mangsa lainnya.Seorang pelayan pria sejak tadi mengamati sikap Alonzo yang dingin dan acuh, lalu mencoba berjalan mendekatinya."Selamat malam, Tuan
Setelah mendapat kabar dari Mike, Arsen bergegas menutup laptopnya sambil menghubungi Rudolf untuk segera bersiap mengantarnya meninggalkan kantor menuju ke markas. Sebelum meninggalkan kantor, Arsen berpamitan pada Ivanov."Tuan, jam empat nanti Tuan ada meeting dengan bagian keuangan dan pengadaan barang terkait dengan proyek baru kita di Greenwood, Missisippi," jawab Ivanov saat Arsen berpamitan dengannya.Arsen mengerutkan dahinya untuk berpikir sejenak."Aku harus pergi segera untuk urusan yang sangat mendesak di markas. Jadi kau saja yang memimpin rapat dengan mereka. Jangan diundur lagi karena proyek pembangunan harus dimulai tiga minggu lagi. Email kan hasil rapatnya padaku supaya bisa kupelajari dan kita bisa segera rapatkan ulang dengan bagian lapangan. Semua hasil rapat harus mulai dijalankan minggu depan. Jangan terlalu mepet karena banyak hal tak terduga yang bisa saja terjadi," kata Arsen."Saya paham, Tuan," sahut Ivanov."Aku akan pergi sekarang," pamit Arsen seraya me
Kejadian Margaret yang di seret dengan kuda sudah berlalu dua hari. Dan Lily sudah kembali terlihat seperti biasanya.Namun, Arsen sudah berjanji pada dirinya akan memberikan hadiah bagi Lily atas keberaniannya membunuh Elliot dan menyiksa Margaret. Yang Arsen tahu, jika dalam kondisi biasa dan bukan mereka berdua, Lily tak akan mungkin melakukannya.Tapi setelah dua hari berlalu, Arsen masih belum bisa mendapatkan hadiah apa yang akan di berikan pada istrinya tersebut.Arsen menatap Lily yang sedang memakan sarapan paginya.Lily yang merasa di tatap menyadarinya kemudian menolehkan wajah pada Arsen."Ada apa?" tanyanya dengan lembut setelah menaruh sendoknya di atas piring."Tidak ada, hanya...., Hmm apa kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Arsen pada akhirnya.Lily tampak mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Arsen tersebut."Aku ingin memberimu hadiah, tapi belum menemukan yang cocok untukmu. Jadi katakan apa yang kau inginkan," seru Arsen."Hadiah?"Arsen mengang
Setelah membereskan meja makan dan dapur, Charlotte berjalan mendekati Mario dan Silvia yang sedang bersama menyusun sebuah puzzle yang cukup besar di atas meja.Sebelum sampai rumah, Camilio dan Charlotte menyempatkan diri untuk membeli kue untuk Chaterine dan mainan untuk anak-anak. Camilio membelikan lima buah puzzle dari yang paling mudah sampai agak sulit. Camilio juga membelikan dua buah magic block untuk Mario dan Silvia. Camilio ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk anak-anaknya dan melatih perkembangan otak mereka."Bagaimana? Bisa?" tanya Charlotte dengan lembut pada Mario dan Silvia yang tampak sangat serius menyusun puzzle milik mereka."Bisa," jawab Mario tanpa mengalihkan perhatiannya pada puzzle yang ada di hadapannya."Tadi sudah berhasil dua. Yang ini sulit, Mom," lapor Silvia dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan."Sabar ya sayang. Kau menyusun puzzlenya tidak sendiri, tapi bersama Mario. Pasti kalian bisa. Anak-anak mommy kan pintar semua," kata Ch
"Mike, semua sudah selesai dan tidak ada yang dikerjakan lagi. Aku pulang dulu ya," pamit Alonzo seraya melambaikan tangan pada Mike dan menepuk lengan Camilio."Ya, aku juga pamit. ini sudah menjelang sore. Aku pulang dulu, Mike," pamit Camilio pada Mike."Kau pulang ke rumah ibumu hari ini?" tanya Mike pada Camilio."Ya, seperti biasa. Sabtu sore aku dan Charlotte pulang dan besok malam aku sudah sampai mansion lagi," jawab Camilio."Ok. Berhati-hatilah," kata Mike sambil tersenyum."Jika ada tugas mendadak, jangan sungkan untuk menghubungiku. Anytime," ujar Camilio."Ok Cam. Selamat menikmati waktu bersama anak-anakmu. Dan sampaikan salam ku pada ibumu, dan kedua anakmu," sahut Mike.Camilio hanya membalas dengan mengangkat tangan dan tersenyum tipis. Ia bergegas menuju mobilnya untuk menjemput Charlotte dan segera pulang bersama ke rumahnya dan bertemu dengan buah hati mereka, Mario dan Silvia.Mike memasuki ruangan rapat sebentar untuk mengecek segala sesuatu sebelum meninggalka
Margaret di seret dengan paksa oleh Alonzo dan Camilio ke halaman belakang mansion.Dengan sangat jelas Margaret masih ingat tempat ini, dimana ia harus menonton Lily yang sedang berlatih menembak dan Elliot lah yang menjadi target tembaknya.Margaret terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah kini gilirannya menjadi sasaran tembak Lily? Tapi, tadi ia mendengar kuda dan jalan-jalan. Ia benar-benar tak mengerti.Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya terjawab sudah, saat kedua tangannya diikat menjadi satu dan diikatkan pada seekor kuda hitam yang tampak besar dan terlihat begitu gagah.Tampak pula Lily dan Arsen yang memperhatikannya saat dirinya diikat.'Aku salah memperhitungkan jalang cilik itu! Ia benar-benar berubah dan sangat berbeda dengan Lily yang dulu penakut dan penurut. Siall!!' umpat Margaret dalam hati."Ini kali kedua ku datang ke markasmu, jadi aku ingin tahu keadaan disekitar sini. Hingga memutuskan untuk berjalan-jalan," bisik Lily pada Arsen."Dengan senang hati