Hari ini adalah hari di mana acara amal dilaksanakan. Pagi tadi Arsen sudah memberitahu Lily bahwa ia akan dijemput sore nanti sekitar pukul 6 sore, karena acara akan dilaksanakan pada pukul 7 malam.Pukul 4 sore Maggie sudah datang ke mansion, dan mulai mendandani Lily, rias wajah Lily di padupadankan dengan gaun yang kemarin di belinya bersama Arsen di butik milik Patricia.Maria pun akan pulang ke rumah orang tuanya bersama Alonzo malam ini. Ia sudah mengatakannya pada Lily."Kau berhati-hati ya, Maria. Sampaikan salamku pada ibumu, maafkan aku belum bisa berkunjung dan menemui ibumu secara langsung," ujar Lily dengan lembut, sedangkan wajahnya masih di rias oleh Maggie."Terima kasih Nyonya, akan saya sampaikan pada ibuk," ucap Maria, Lily membalasanya dengan senyuman memukau.Lily berharap Sasha bisa menemaninya untuk datang ke pesta, namun Arsen melarangnya. Karena keberadaan Sasha masih di rahasiakan. Sedikit kemungkinan, wajah Sasha dapat dikenali soleh musuh Black Nostra seba
Mike sedang duduk di atas sofa dan kini sedang berkutat dengan ponselnya sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Seharian ini ia banyak menghabiskan waktu di markas. Ia sedang menunggu Sasha yang sedang mandi, setelah itu gilirannya untuk mandi.Tubuhnya terasa sedikit lengket, padahal udara di luar begitu dingin. Setidaknya mandi air hangat akan membuat tubuhnya lebih nyaman.Sedangkan Sasha saat ini berada di dalam kamar mandi, sudah hampir 10 menit yang lalu ia selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya, tapi belum juga keluar dari kamar mandi.Sasha masih berkutat dengan lingerie-lingerie pemberian Mike. Beberapa kali ia mencoba lingerie kemudian mematut dirinya di depan cermin, kemudian mengganti dengan yang lainnya."Hmm..., Aku seperti maid saja," gumamnya ketika menggenakan lingerie kostum pelayan."Ahh, yang ini aku tampak seperti Charlotte, tapi ini sangat seksi," gumamnya lagi ketika mencoba lingerie kostum suster dengan rok yang sangat pendek, hampir 2 jengkal di atas
Sedikit sulit melepaskan lingerie yang Sasha gunakan, hingga mau tak mau Mike menggunakan tenaganya untuk merobeknya.Sretttt..Lingerie tersebut robek begitu saja. Sasha sedikit kaget namun Mike tampaknya tak peduli, ia lebih penasaran pada apa yang sedari tadi ditutupi oleh lingerie tersebut di bagian depan Sasha. Mike segera mendaratkan tangannya di sana dan memainkannya membuat Sasha melenguh panjang dalam pagutan bibir mereka.Mike memainkan di kedua sisinya. Membuat Sasha bergerak tak karuan, karena kini Mike memainkan ujungnya yang sangat sensitif bagi Sasha.Mike melepaskan pagutan bibir mereka dan mulai menurunkan wajahnya menuju tempat yang tadi dimainkan tangannya. Kemudian mulai menghisapnya dengan lembut dan perlahan sedikit keras bahkan menggigitnya kecil di bagian kanan milik Sasha, sedangkan bagian kiri dimainkan oleh tangannya."Awww..." Sasha memekik tertahan seraya mencengkram rambut Mike.Mike mulai mengganti posisi, kini ia mulai menghisap sebelah kiri dan kanan d
Mobil yang melaju membawa Lily dan Arsen mulai memasuki pelataran gedung tempat acara di laksanakan.Lobby tempat acara tampak sudah di penuhi oleh beberapa orang tamu yang baru saja datang dan anak buah Arsen yang bertugas memeriksa mereka ketika masuk.Tak terlihat ada satupun wartawan yang berada di dekat tempat tersebut. Mereka memiliki tempat khusus yang agak jauh dari lobby untuk meliput berita tersebut.Arsen memang tidak mungkin menutupi acara tersebut yang sudah santer terdengar beritanya dimana-mana. Ia hanya bisa membatasi ruang gerik para wartawan tersebut dalam memperoleh gambar Lily.Begitu mobil yang di kendarai oleh Rudolf berhenti tepat didepan lobby, anak buahnya langsung membukakan pintu dan menyambut kedatangan Tuan dan Nyonya Lazcano mereka.Ada Ivanov dan Anna diantara mereka yang menyambutnya. Arsen turun lebih dulu kemudian mengulurkan tangannya membantu Lily untuk keluar dari dalam mobil. Perutnya yang kian besar memang membatasi ruang geraknya kini.Begitu Li
Anna dan Lily sempat berbincang sebentar untuk melepas rasa rindu mereka. Namun tidak begitu lama karena semua tampak menatap mereka.Tentu saja orang-orang sangat penasaran dengan sosok istri dari seorang Arsen. Hingga setiap gerak-gerik Lily mereka awasi sekecil apapun.Di atas podium, Arsen tampak sangat gagah dan tentu saja terlihat berwibawa dalam balutan tuxedo berwarna hitam nan elegan miliknya yang senada dengan gaun yang di kenakan oleh Lily.Semua mata tampak tertuju pada Arsen.Pertama-taman Arsen menyampaikan rasa terima kasihnya pada seluruh karyawan yang sudah bekerja keras memajukan Lazcano's Corporation sehingga sampai akhir tahun ini, perusahaan tetap mendapatkan peningkatan revenue yang cukup baik di tengah persaingan global bisnis dunia yang semakin ketat.Kemudian Arsen menyampaikan dengan singkat tujuan diadakannya acara amal tersebut, ditambah ucapan terima kasih pada para donatur yang telah berpartisipasi, terutama sumbangan yang diberikan oleh walikota New York
Brukk...Tak sengaja Lily menabrak seseorang. "Maafkan aku," seru Lily spontan, ia masih menundukkan wajahnya dan menyentuh perutnya, memastikan tidak terjadi apa-apa pada kandungannya.Untung saja ia tidak menabraknya dengan kencang yang bisa membuatnya jatuh atau membahayakan kandungannya.Dengan perlahan Lily mengangkat wajahnya untuk menatap orang yang telah di tabraknya tak sengaja dan akan kembali meminta maaf.Matanya membelalak, namun Lily berusaha untuk kembali menormalkannya seperti sedia kala saat melihat siapa yang di tabraknya.'Kendrick...' gumamnya dalam hati, Lily harus segera pergi dari hadapan Ken sekarang juga. Atau Ken akan mengenalinya."Maafkan saya, permisi," ujar Lily cepat seraya meninggalkan Ken yang masih menatapnya dengan pandangan tak percaya. Dengan cepat ia mencekal tangan Lily dan menahannya.Lily tersentak kaget namun dengan cepat ia berusaha menghempaskan tangan Ken. Dan mencoba untuk kembali pergi. Tapi pegangan tangan Ken cukup kuat."Lily?" gumamny
Kendrick dan Anna tersentak kaget dan ngeri mendengar perkataan Arsen tersebut.Di belakang tampak empat orang anak buah Arsen lari terburu-buru mendekati Arsen.Lily pun terkejut bukan main mendengar kata-kata Arsen yang sarat dengan amarah dan aura membunuh. Lily tahu siapa Arsen dan mengerti dengan jelas dengan maksud kata-kata tidak layak untuk hidup. Itu bukan ancaman semata yang main-main saja diucapkan dan sekedar untuk menakut-nakuti saja.Dengan memakai tangan kirinya, Lily mengusap punggung Arsen dengan lembut guna meredam emosi Arsen."Sudahlah, biarkan saja. Jangan emosi. Ingat, saat ini kita sedang berada dimana," bisik Lily dekat telinga Arsen berusaha untuk menenangkan Arsen.Arsen mendengar dengan jelas suara Lily. Mengapa Lily seolah membiarkan Ken tetap hidup setelah menghinanya? Apakah karena saat ini mereka sedang berada di tempat umum? Atau Lily masih menaruh hati pada Ken sehingga tidak mau Ken mati padahal sudah sangat menghinanya dan merendahkannya?.Tangan kir
Saat napas Lily sudah teratur pertanda ia sudah tidur dengan lelap, Arsen segera membuka matanya. Ia menatap tangan Lily yang memeluk pinggangnya.Kemudian ia teringat sesuatu. Keningnya tampak mengernyit jijik, kemudian ia bangkit dari tempat tidur perlahan dan berjalan menuju meja dan membuka lacinya.Arsen tampak mengambil sesuatu dari dalam laci tersebut. Sebuah botol kecil, dan kemudian tak lupa Arsen membawa sekotak tisu yang berada di atas meja.Ia kembali melangkah menuju tempat tidur. Arsen kemudian duduk di sisi tempat tidur dengan dua benda tersebut dan menatap tajam tangan kanan Lily yang tadi di pegang oleh pria brengsek itu.Jika sudah tidur, Lily tidak mudah terganggu. Arsen segera menyemprotkan cairan disinfektan tersebut ke tangan Lily kemudian meratakannya dengan tangannya ke sela-sela jarinya.Meskipun Lily sudah mandi tapi itu tidak menjamin virus-virus dan kuman-kuman dari tangan Ken menghilang begitu saja. Setelah dirasa cukup Arsen mengeringkannya dengan tissu.
"Sashaaa...!!" Pekik Mike seraya menangkap tubuh Sasha yang ambruk supaya tidak jatuh ke lantai. Berkat kesigapan Mike Sasha tak terjatuh ke lantai, karena Mike berhasil menangkapnya.Riobard dan Camilio yang sedang mengobrol di dekat pintu masuk ruang meeting terkejut mendengar suara pekikan Mike. Dengan segera mereka mencari lokasi sumber suara dan segera berjalan cepat mendekati Mike dan Sasha.Sasha sudah dalam gendongan Mike saat Riobard dan Camilio datang menghampiri."Sasha kenapa Mike?" Tanya Camilio khawatir dan penasaran. Ia dapat melihat wajah Sasha yang tampak pucat. Begitu pula Riobard yang sedikit khawatir terlihat di wajahnya."Awalnya dia ikut kemari untuk bersenang-senang sedikit dengan Giu tapi mendadak ingat Tuan yang pernah memotong lengan Ken lalu dia mual dan malah pingsan!" Jelas Mike dengan sedikit panik."Bawa ke klinik saja Mike. Dokternya masih ada. Aku baru saja menengok Dante. Jeofre dan Alonzo tadi ke sana." Sahut Riobard dengan cepat."Baik, aku akan mem
Dengan perlahan Sasha melerai pelukan Mike, Mike tampak masih terlelap dalam tidurnya. Pagi sekali Mike sudah kembali ke kamar dan tidur di samping Sasha.Dengan perlahan Sasha mulai turun dari tempat tidurnya. Berusaha tak membangunkan Mike yang tampak raut kelelahan di wajahnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sasha segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Mike.Sasha memanggang beberapa lembar roti kemudian menaruh potongan daging asap, potongan tomat, selada dan satu lembaran keju di tengahnya, kemudian menaruhnya di atas piring. Sasha juga mengambil semangkuk salad kesukaan Mike dan dua gelas jus apel. Semua itu ditaruh di atas meja dorong dan dibawanya ke dalam kamar.Saat memasuki kamar, terlihat Mike mulai terbangun."Jam berapa ini?" Tanya Mike dengan suara serak seraya mengucek matanya."Hampir jam sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." jawab Sasha."Hmm.. kebetulan sekali, aku agak lapar." Jawab Mike sambil turun dari ranjang dan mende
Anggota inti Black Nostra segera memasuki helikopter. Arsen dan Mike terbang kembali ke New York memakai helikopternya yang lebih kecil sedangkan seluruh anak buahnya dan Giuseppe yang tertawan berada di dalam helikopter yang besar.Misi penumpasan Gio Bruscha terbilang sukses, meskipun ada 6 pengawal mereka yang tewas, bahkan Sam dan Dante terkena tembakan. Meskipun tidak parah.Yang terpenting adalah mereka telah menghancurkan Gio Bruscha dan menangkap Giuseppe hidup-hidup. Mereka akan mengintrogasi Giuseppe untuk memastikan tidak ada orang lain lagi dalam persekongkolannya untuk menjatuhkan Black Nostra.Arsen dan Mike duduk bersebelahan untuk mendiskusi penghargaan apa yang akan diberikan kepada beberapa pengawal yang tewas, termasuk memantau Richard membereskan urusan di Miami agar semuanya berjalan aman.Sementara di dalam helikopter, Dante tak henti-hentinya merintih dan mengomel, sesaat sebelum helikopter diterbangkan hingga mulai lepas landas."Aduh.. lenganku sakit sekali..
Arsen dan seluruh anggota inti Black Nostra telah sampai di hanggar tempat kedua helikopter diparkirkan. Jeofre dan Enrico segera menggotong Giuseppe ke dalam helikopter, sedangkan Riobard dan Alonzo memindahkan semua perlengkapan senjata ke dalam helikopter."Buka jasmu, Dante. Aku akan memeriksa lukamu," seru Camilio sambil membuka ikatan sapu tangannya di lengan Dante, lalu mengambil kotak P3K dan senter yang selalu tersedia di dalam setiap mobil.Saat masih di militer, Camilio sudah terlatih untuk mengobati luka secara darurat, baik itu luka tembak maupun luka tusukan dengan peralatan sederhana.Dante melepas jasnya dibantu oleh Pascoe dan tampak kemeja Dante yang berwarna putih, banyak noda darah di sekitar luka tembaknya pada lengan atas sebelah kanan.Dante duduk di atas kursi mobil van bagian tengah dekat pintu mobil dan Camilio berdiri di dekatnya.Camilio menarik sedikit kain lengan panjang Dante ke atas dan melalui lubang yang kena tembak itu Camilio memasukkan satu jariny
"Tuan, bagaimana dengan pria bernama Pierre itu? Alonzo mengatakan bahwa ia tak menemukan pria itu di markas Giu." Seru Mike pada Arsen sambil menolehkan wajahnya pada Arsen yang duduk di kursi belakang."Minta Pascoe untuk mencari tahu keberadaan Pierre, kemudian perintahkan Richard untuk menghabisinya. Ia terlalu berbahaya untuk Black Nostra. Karena ia tahu pasti kita lah dalang di balik penghancuran Gio Bruscha. Dia bisa menjual informasi ini ke siapapun." Jelas Arsen."Baik Tuan."Mike segera menekan tombol di earphonenya, dan menghubungi Pascoe."Pas, kau cari keberadaan Pierre. Apapun caranya, dia harus ditemukan, dan cepat kabari aku jika kau sudah menemukannya." Titah Mike pada Pascoe."Tunggu sebentar, Mike. Tidak mudah untuk menemukannya, namun aku yakin akan bisa menemukan dimana ia berada sekarang." Jawab Pascoe dengan sangat yakin.Di tempatnya Pascoe kembali mengotak-atik laptop miliknya dan berusaha mencari tahu keberadaan Pierre.Memang membutuhkan waktu yang cukup lam
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag