Maria hendak kabur dari James, namun ia mencengkram tangan Maria dengan kuat. "Lepaasss!!" pekik Maria. Namun James tetap tak melepaskannya."Kenapa? Kau takut ketahuan oleh pacar kota mu itu, hah?!" ledek James, karena ia sudah melihat Maria sedari tadi ketika bersama seorang pria.James akan membuntutinya, namun nasib baik berpihak padanya, Maria kembali lagi kali ini sendirian.James sendiri sedang membeli barang bersama teman-temannya, mereka sedang menunggunya di dalam mobil saat ini. James akan menyeret Maria untuk ikut bersamanya.'Apa yang bisa di lakukan oleh pria kota tersebut,' gumamnya dalam hati. Sudah jelas James jauh lebih kuat dan lebih besar dari pria yang bersama Maria tadi.Ditambah ia sedang bersama teman-temannya. Anggota geng di tempat ini. Bahkan mereka ditakuti oleh penduduk disini. Sherif setempatpun sudah enggan dan jengah menghadapi keributan yang mereka lakukan.Sehingga mereka semakin semena-mena."Lepas James!!" Maria kembali memekik dan berusaha melepas
Alonzo terus mengikuti mobil James, hingga kini mereka sudah berada di pinggiran desa. Tidak ada lagi rumah yang terlihat, hanya hutan dengan jalan setapak yang bisa di lalui mobil.Hingga akhirnya mereka berhenti di dekat jurang. Maria tampak ketakutan. Air matanya sudah menggenang di matanyanya."Kau tenang saja." Alonzo mengeluarkan sebuah senjata api dari dashboard mobilnya, "Untuk berjaga-jaga," lanjutnya seraya menyerahkannya pada Maria."Tapi aku tidak bisa menggunakannya Tuan," seru Maria sambil menerima pistol tersebut."Ini mudah, kau tinggal mengarahkannya kemudian menarik pelatuknya," jelas Alonzo. Walau ragu Maria tetap mengangguk."Tapi aku pastikan kau tak akan menggunakannya. Aku akan menghabisi mereka tanpa senjata api." Alonzo menenangkan kembali Maria. "Kau di dalam saja, jangan keluar jika aku tidak menyuruhmu," lanjut Alonzo yang kembali di angguki oleh Maria.James dan ketiga temannya sudah keluar dari mobil dan menunggu Alonzo. Mereka sudah bersiap dengan memega
Lily sedang bersama Charlotte saat Paman Albert mendatanginya dan mengatakan bahwa malam nanti pukul 7 Lily akan di jemput oleh Arsen untuk berjalan-jalan keluar mansion."Benarkah itu Paman?" tanya Lily antusias."Benar Nyonya, pukul 5 akan ada yang datang untuk mengantarkan baju dan merias wajah Anda Nyonya," jelas Paman Albert."Merias?" mulut Lily membulat bahkan ia memiringkan wajahnya.Paman Albert mengangguk pelan, "Iya Nyonya, karena Anda akan keluar mansion maka penampilan Anda harus di samarkan."Lily mengangguk paham. Ia sudah sadar dengan itu, tidak masalah jika ia harus kembali di dandani seperti saat ia ke Mexico dulu. Lily paham dengan maksud Arsen.Waktu tidak terasa, berjalan dengan cepat begitu saja. Tepat pukul 5 sore, seseorang yang membawa baju dan akan mendandani Lily akhirnya datang."Maggie.." seru Lily saat wanita muda itu datang menemui Lily. "Aku merindukanmu, sudah lama.""Nyonya Lazcano, bagaimana kabarmu?" Tanya Maggie dengan senyuman manis di bibirnya. B
Lily dan Arsen menghabiskan makan malam mereka, kemudian mereka berbincang dan menikmati pandangan. Lily begitu senang dengan semua ini.Seorang pelayan membawakan segelas mocktail Blueberry Mojito dan menuangkan kembali wine di gelas Arsen yang sudah kosong.Lily merasa bingung karena minuman beralkohol berwarna agak kemerahan tersebut di simpan di hadapannya. "Aku tidak minum alkohol Arsen," seru Lily.Tentu saja tak akan pernah menyentuhnya lagi, apalagi kini ia sedang hamil, maka Lily merasa bingung mengapa Arsen memesankan minuman tersebut untuknya."Itu bukan cocktail, itu mocktail tidak mengandung alkohol sama sekali," jelas Arsen."Begitukah?" tanya Lily bingung karena ia memang tidak mengetahuinya.Arsen mengangguk pelan, "Ya.""Baiklah, aku akan meminumnya," seru Lily, kemudian ia mulai menyesapnya sedikit, dan rasanya benar-benar menyegarkan dimulutnya. "Ini enak." Gumamnya pelan.Tentu saja Arsen bukan orang bodoh yang akan memberikan sesuatu yang membahayakan bagi calon a
Arsen dan Lily kembali bincang saat rasa pusing Lily sudah benar-benar hilang. Banyak yang mereka bicarakan. Mulai dari hal yang tidak penting hingga penting.Arsen kembali menatap jam di tangannya, sudah terlalu larut malam. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang. Namun kali ini ia tidak akan mengajak Lily pulang ke mansion. Tapi apartemen Arsen yang berada tidak jauh dari sini. Karena Lily terlihat sudah sedikit mengantuk.Sudah lama mereka tidak kembali ke apartemen. Sedikit mengingatkan kenangan bagi Arsen, saat awal-awal kebersamaan mereka.Arsen mengajak Lily untuk meninggalkan restaurant. Mereka mulai melangkah meninggalkan tempat tersebut.Anak buahnya beserta General Manager hotel kembali menyambut mereka begitu keluar dari lift."Selamat jalan Mr.Lazcano," ucap GM hotel tersebut dengan ramah. Arsen hanya mengangguk sedikit.Saat mereka keluar dari pintu lobby menuju mobil mereka yang sedang terparkir ada beberapa tamu hotel yang baru saja datang.Lily segera mengikuti Ar
Maria keluar dari mobil dan mendekati Alonzo, terdapat sedikit darah dan luka lebam di wajah Alonzo membuat Maria sedikit panik."Kau tidak apa-apa Tuan?" tanya Maria panik dan khawatir."Aku baik-baik saja Maria, tidak usah khawatir," seru Alonzo menenangkan Maria, namun Maria tak dapat menahan air matanya, ia kembali menangis di hadapan Alonzo."Heyy, apa yang harus di tangisi aku baik-baik saja." Alonzo kembali berseru dan menghapus air mata di pipi Maria.Maria tak bisa berucap, ia hanya bisa terisak. Alonzo mengambil senjata ditangan Maria. "Tunggu sebentar, aku akan membereskan ini dahulu."Mata Maria membulat, ia mengerti apa maksud dari Tuannya tersebut. Bahwa ia akan menghabisi nyawa James dan teman-temannya."T-tuan.." lirih Maria, Alonzo langsung kembali menolehkan pandangannya pada Maria."Sudah Tuan, anda tidak harus mengotori tangan anda karena saya. Jangan bunuh mereka Tuan, aku mohon," pinta Maria dengan lirih.Alonzo menatap Maria dengan lembut, ia ingin mendengarkan
"Heeeyyyy..., Maniakkk, rupanya kau masih hidup hah??!"Seketika Dante menoleh pada sumber suara dan memutar bola matanya jengah.Sudah jelas Dante tahu siapa pemilik suara yang menyebalkan tersebut. Dante tidak peduli, pura-pura tidak melihatnya. Masa bodo.Tidak akan ada pelukan, tidak ada tangisan yang mengharu biru antara penyelamat dan orang yang di selamatkan, hanya ada keributan. Kenapa mesti bocah tengil itu yang menyelamatkanku hah?!."Wahhh.., kau sedang membakar ikan? Kau tahu aku akan dan menyelamatkanmu, maka dari itu kau membuat ikan bakar itu untukku kan?!" seru Pascoe riang, karena perutnya memang sudah lapar, apalagi dari kejauhan sudah tercium wangi ikan di bakar hingga perutnya berontak minta diisi."Ck! Tangkap sendiri sana," Dante menunjuk ke sungai."Ahh.., tidak, ribet, aku ingin yang sudah matang, dan tinggal makan saja," dengus Pascoe seraya menunduk dan mengambil ikan yang sudah matang begitu saja."Kauuu!!!" geram Dante."Aku lapar, Dante!!' seru Pascoe sera
Alonzo tidak dapat tidur, meskipun sudah larut malam, namun matanya seakan enggan untuk terpejam. Bahkan ingatannya terperangkap dalam kejadian tadi, ketika Maria mengecup pipinya.Padahal ia sendiri tahu arti dari kecupan Maria hanya sekedar bentuk ungkapan terima kasih, tidak lebih.Alonzo menyentuh dada sebelah kirinya, ia merasakan jantungnya masih berdebar, sama seperti saat kejadian tadi.Ia sudah terlalu dalam rupanya mencintai Maria. Sedangkan Maria sendiri sudah menolaknya, apakah ia sanggup hidup dengan luka seperti ini? Berapa lama ini akan sembuh?.Tapi ucapan Estes kembali terngiang di telinganya, bahkan Alonzo sudah membunuh orang yang menyakiti Maria di masa lalu yang membuatnya tak percaya pada pria.Apa aku harus bersabar dan mendekatinya perlahan? Apa aku mampu? Semoga saja.Alonzo kembali mencoba untuk memejamkan kembali matanya, ia butuh istirahat. Meskipun lawannya mudah tapi tetap saja terasa ngilu di beberapa bagian tubuhnya.Setelah larut sekian lama dalam lamu
Sore hari Arsen kembali ke markas, rupanya Mike sudah menghandle semuanya dan sudah menyiapkan conference call bersama Five Familia.Ketiga ketua kelompok anggota Five Familia sudah menyetujui conference call sore ini bersama Arsen.Dan mereka adalah :Devonte Luciano - Cuore Nero - Minnesota.Bartolomeo Diangelo - La Extrema - Texas.Edard Fabriano - Morte Sanguinante - California.Arsen duduk di kursinya. Kemudian Pascoe mulai menghubungi mereka dengan menyambungkannya ke sebuah layar besar. Agar terlihat oleh semua anggota inti yang ada di ruang rapat.Tak berapa lama panggilan pun terhubung, satu persatu dari mereka mulai terhubung dengan panggilan Arsen, dan wajah mereka mulai terlihat di layar.Arsen mulai menyapa mereka satu persatu, Denvonte, Diangelo, dan Edard."Selamat sore, semuanya." Arsen mulai membuka percakapan.Dengan serempak mereka membalas ucapan salam dari Arsen yang merupakan capo de tutti capi mereka."Seperti yang kalian ketahui, mungkin berita ini sudah menyeb
"Aku memang iblis, iblis yang akan mencabut nyawamu juga pria tua!" Seru Arsen dengan seringainya kemudian beranjak dari kursinya dan mulai mengeluarkan belati miliknya dari balik jas.Mata Giuseppe semakin membulat. "Bunuh aku secepatnya!" Serunya meski rasa takut kembali menyeruak di dalam tubuhnya."Haha, tak semudah itu pria tua. Sudah ku katakan, aku tak akan membiarkan mu mati dengan mudah, itu terlalu enak untukmu." Ujar Arsen dengan seringainya seraya mulai memainkan belati miliknya.'Sial!!' Pekik Giuseppe dalam hati."Pegangi dia!!" Titah Arsen pada Camilio dan Alonzo yang langsung diangguki oleh keduanya dan langsung memegangi Giuseppe.Tentunya Giuseppe memberikan perlawanan saat anak buah Arsen hendak memeganginya. Ia berusaha untuk menghindar dan melepaskan cengkraman tangan Camilio dan Alonzo.Namun, tentu saja dengan luka ditangannya, serta Giuseppe yang terlalu terbawa dan terbakar emosinya, ia tak mampu melawan Camilio dan Alonzo.Camilio dan Alonzo memiting tubuh Gi
Setelah menerima beberapa vitamin untuk ibu hamil, Sasha dan Mike berjalan beriringan keluar ruangan. Wajah Mike tampak sangat sumringah dan selalu tersenyum."Handsome, kau dari tadi tersenyum terus, jadi kelihatan makin tampan. Apa itu kode kau minta kucium, hah?" Tanya Sasha dengan wajah tengilnya."Aku sangat bahagia, Sasha. sekitar 7 bulan lagi aku akan punya anak. Sekaligus 2 anak. Ini sangat luar biasa" seru Mike sambil mengeratkan rangkulannya pada pinggang Sasha dan mencium pucuk kepala Sasha."Aku juga sangat bahagia sekali dan rasanya aku ingin melompat-lompat." Seru Sasha.Mike langsung mencubit pinggang Sasha."Aduhh..." pekik Sasha."Kalau aku sampai melihat kau melompat 1 kali saja, aku akan akan mengikat dan mengurungmu di dalam kamar!" Ancam Mike."Yayaya, aku mengerti," jawab Sasha sambil mengerucutkan bibirnya.Mereka memasuki lift untuk menuju ke kamar mereka yang berada di lantai 2."Kau sudah jadi calon ibu, Sasha. Kurang lebih 7 bulan lagi anak kita lahir. Kau h
"Usia kehamilan sudah masuk 11 minggu. Ini calon anak anda, Tuan. Lihat ini. Ada dua titik, yang merupakan calon bayi kembar Anda." Seru Bella sambil menunjukkan jarinya pada layar monitor.Mike tampak tersenyum lebar dan sangat bahagia mendengar kata-kata Bella. Satu tangan yang semula berada di saku celana, segera dikeluarkan untuk menggenggam erat tangan kiri Sasha dengan kedua tangannya."Sekali lagi selamat untuk anda Tuan, Nyonya Foland." Seru Bella dengan tulus."Selamat Sasha. Selamat Tuan." Ujar Charlotte sambil tersenyum ikut merasakan kebahagiaan untuk Mike dan Sasha.Mike tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Charlotte dan Bella. Mike tak mampu berkata banyak, namun hatinya amatlah bahagia."Whaa.. Handsome, anak kita kembar! Aku akan punya anak kembar, Charl! Hebat.. ini keren. Laki-laki semua atau perempuan semua, Bella?" Tanya Sasha dengan senyum ceria dan penuh rasa penasaran.Charlotte hanya tersenyum lebar dan Mike tersenyum bahagia. Mike meremas dan mengecup te
Mike dan Sasha duduk di hadapan Bella yang sedang serius membaca blangko catatan kesehatan Sasha selama dia diperiksa olehnya beberapa kali dan Bella pun telah berbicara dengan dokter Harry mengenai hasil pemeriksaannya sementara Sasha."Saya sudah mendengar hasil pemeriksaan dokter Harry di telpon. Tekanan darah Nyonya Sasha sangat rendah. Tidak sedang kelelahan, tidak sedang diet ketat, tidak kurang tidur tapi pingsan karena teringat sesuatu yang mengerikan. Dan dokter Harry sudah mengambil darah untuk pemeriksaan tapi hasilnya masih beberapa jam lagi." Kata Bella memberikan analisa awal.Mike dan Sasha menganggukkan kepalanya. Mengiyakan ucapan Bella berdasarkan pemeriksaan awal dokter Harry.Bella tampak menuliskan sesuatu di blangko catatan kesehatan Sasha."Setelah Nyonya konsultasi pada saya hampir 2 bulan yang lalu, apakah anda masih belum menstruasi atau keluar bercak?" Tanya Bella.Sasha menautkan kedua alisnya dan berusaha untuk mengingat-ingat."Seingatku belum, dan tidak
"Sashaaa...!!" Pekik Mike seraya menangkap tubuh Sasha yang ambruk supaya tidak jatuh ke lantai. Berkat kesigapan Mike Sasha tak terjatuh ke lantai, karena Mike berhasil menangkapnya.Riobard dan Camilio yang sedang mengobrol di dekat pintu masuk ruang meeting terkejut mendengar suara pekikan Mike. Dengan segera mereka mencari lokasi sumber suara dan segera berjalan cepat mendekati Mike dan Sasha.Sasha sudah dalam gendongan Mike saat Riobard dan Camilio datang menghampiri."Sasha kenapa Mike?" Tanya Camilio khawatir dan penasaran. Ia dapat melihat wajah Sasha yang tampak pucat. Begitu pula Riobard yang sedikit khawatir terlihat di wajahnya."Awalnya dia ikut kemari untuk bersenang-senang sedikit dengan Giu tapi mendadak ingat Tuan yang pernah memotong lengan Ken lalu dia mual dan malah pingsan!" Jelas Mike dengan sedikit panik."Bawa ke klinik saja Mike. Dokternya masih ada. Aku baru saja menengok Dante. Jeofre dan Alonzo tadi ke sana." Sahut Riobard dengan cepat."Baik, aku akan mem
Dengan perlahan Sasha melerai pelukan Mike, Mike tampak masih terlelap dalam tidurnya. Pagi sekali Mike sudah kembali ke kamar dan tidur di samping Sasha.Dengan perlahan Sasha mulai turun dari tempat tidurnya. Berusaha tak membangunkan Mike yang tampak raut kelelahan di wajahnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sasha segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Mike.Sasha memanggang beberapa lembar roti kemudian menaruh potongan daging asap, potongan tomat, selada dan satu lembaran keju di tengahnya, kemudian menaruhnya di atas piring. Sasha juga mengambil semangkuk salad kesukaan Mike dan dua gelas jus apel. Semua itu ditaruh di atas meja dorong dan dibawanya ke dalam kamar.Saat memasuki kamar, terlihat Mike mulai terbangun."Jam berapa ini?" Tanya Mike dengan suara serak seraya mengucek matanya."Hampir jam sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." jawab Sasha."Hmm.. kebetulan sekali, aku agak lapar." Jawab Mike sambil turun dari ranjang dan mende
Anggota inti Black Nostra segera memasuki helikopter. Arsen dan Mike terbang kembali ke New York memakai helikopternya yang lebih kecil sedangkan seluruh anak buahnya dan Giuseppe yang tertawan berada di dalam helikopter yang besar.Misi penumpasan Gio Bruscha terbilang sukses, meskipun ada 6 pengawal mereka yang tewas, bahkan Sam dan Dante terkena tembakan. Meskipun tidak parah.Yang terpenting adalah mereka telah menghancurkan Gio Bruscha dan menangkap Giuseppe hidup-hidup. Mereka akan mengintrogasi Giuseppe untuk memastikan tidak ada orang lain lagi dalam persekongkolannya untuk menjatuhkan Black Nostra.Arsen dan Mike duduk bersebelahan untuk mendiskusi penghargaan apa yang akan diberikan kepada beberapa pengawal yang tewas, termasuk memantau Richard membereskan urusan di Miami agar semuanya berjalan aman.Sementara di dalam helikopter, Dante tak henti-hentinya merintih dan mengomel, sesaat sebelum helikopter diterbangkan hingga mulai lepas landas."Aduh.. lenganku sakit sekali..
Arsen dan seluruh anggota inti Black Nostra telah sampai di hanggar tempat kedua helikopter diparkirkan. Jeofre dan Enrico segera menggotong Giuseppe ke dalam helikopter, sedangkan Riobard dan Alonzo memindahkan semua perlengkapan senjata ke dalam helikopter."Buka jasmu, Dante. Aku akan memeriksa lukamu," seru Camilio sambil membuka ikatan sapu tangannya di lengan Dante, lalu mengambil kotak P3K dan senter yang selalu tersedia di dalam setiap mobil.Saat masih di militer, Camilio sudah terlatih untuk mengobati luka secara darurat, baik itu luka tembak maupun luka tusukan dengan peralatan sederhana.Dante melepas jasnya dibantu oleh Pascoe dan tampak kemeja Dante yang berwarna putih, banyak noda darah di sekitar luka tembaknya pada lengan atas sebelah kanan.Dante duduk di atas kursi mobil van bagian tengah dekat pintu mobil dan Camilio berdiri di dekatnya.Camilio menarik sedikit kain lengan panjang Dante ke atas dan melalui lubang yang kena tembak itu Camilio memasukkan satu jariny