Sasha mulai membuka matanya perlahan, saat sedikit guncangan terasa di tubuhnya. Ingatan tentang tembakan itu membuat dirinya tersentak seketika dan membangunkan dirinya dari tidurnya"Mike.." pekiknya.Namun kini ia berada dalam sebuah mobil yang melaju, ia mulai mengerjap-ngerjapkan matanya agar cepat tersadar. Bahkan kini Sasha sedang melihat Mike yang sedang mengemudi di sampingnya."M-mike..?" seru Sasha ragu, ia masih belum sepenuhnya sadar, bukankah tadi Yuri.. Ahh..., Sasha tidak ingin mengingat hal itu."Hmm.." Mike bergumam tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan."Apa kita berada di surga? Mengendarai mobil?" tanya Sasha ragu dengan wajah polosnya.Entahlah, Mike enggan untuk menjawab pertanyaan Sasha tersebut. Bahkan ia tidak menggubrisnya sama sekali. Yang ada rasanya Mike ingin mendorong Sasha keluar dari dalam mobil. Namun tentu saja ia tidak melakukannya.Mike tetap tenang melajukan mobilnya, sedangkan Sasha masih berusaha untuk mengembalikan kesadarannya."Kau..,
Kini Sasha mengantar Mike di bandara, Sergei menemaninya. Tidak berapa lama Mike dan Sasha berada di apartemen, ketika Mike selesai membereskan pakaiannya Sergei datang untuk membantu dan mengantarkan Mike ke bandara terbang ke New York.Hanya tidak banyak bicara, karena hatinya begitu sedih akan berpisah dengan Mike."Ada ponsel Sasha, ada ponsel, ingat itu," gumamnya pelan menghibur dirinya sendiri.Ia jadi merasa malu sendiri mengapa dirinya selalu tampak bodoh di depan Mike.Begitu Mike pergi Sasha harus segera menyelesaikan misinya secepat mungkin dan langsung terbang ke Praha.Ia tak mau berlama-lama berpisah dengan Mike. Rasanya sungguh menyiksa.Sasha menatap Mike dengan mata nanarnya, air matanya sudah berontak hendak keluar meluncur bebas dari matanya dan turun ke pipi. Tapi ia menahannya. Sasha terus menenangkan dirinya.Sasha menguncangkan lengan Mike. Seperti anak kecil yang meminta sesuatu pada ibunya.Mike menoleh pada Sasha seraya berujar, "Apa?" tanyanya pelan. Kini m
Arsen sedang menikmati makan malam bersama kolega. Ada yang membuatnya sedikit muak, karena koleganya membawa seorang sekretaris, beberapa kali sekretarisnya mengerlingkan mata padanya. Jangan harap Arsen tergoda dengan hal itu.Sesekali wanita itu membenarkan pakaiannya di bagian dada, Arsen tahu itu hanya untuk menggodanya saja.Ia ingin meninggalkan pertemuan ini, namun sayangnya dia merupakan kolega penting. Sehingga ia harus bertahan hanya untuk beberapa menit lagi.Arsen meminum wine miliknya, hanya baru menyentuh lidahnya saja ia dapat merasakan ada sesuatu yang berbeda pada rasa wine tersebut. Lain dari saat ia tinggalkan sebelum ke kamar mandi.'Shit!!' umpatnya dalam hati.Ia lupa bahwa tadi ia ke kamar mandi sebentar dan meninggalkan meja beserta minumannya. Sedangkan Ivanov sedang tidak menemaninya karena sibuk mengurusi acara amal yang akan di adakan akhir tahun ini.Arsen bukan orang bodoh yang bisa di bodoh-bodohi dengan hal kecil seperti ini. Ia mengerti dengan maksud
Lily hampir tertidur ketika Arsen masuk ke dalam kamar. "Kau sudah pulang," gumam Lily dengan wajah yang ketara menahan kantuk.Arsen melepaskan dasinya kemudian jasnya. "Ya, kenapa kau belum tidur?" tanyanya seraya menaruh jas dan dasinya di sofa.Lily yang sudah duduk di atas tempat tidur seraya bangkit untuk mengambil pakaian kotor Arsen. " ku hampir tertidur saat kau masuk," ucap Lily sambil mengambil pakaian yang sudah Arsen lepaskan."Aku akan menyiapkan air untukmu," lanjut Lily."Tidak usah, kau istirahat saja," tolak Arsen.Lily menggeleng, "Ini tugasku Arsen," ucapnya sambil menatap Arsen dengan lembut, kemudian menyimpan pakaian kotor Arsen."Tapi aku tidak ingin kau lelah," sanggah Arsen."Ini bukan pekerjaan sulit," Lily tersenyum, kemudian melangkah mendekati Arsen dan mulai membantu melepaskan kancing kemeja Arsen satu persatu.Setelah itu Lily beranjak ke kamar mandi untuk menyiapkan air. Tak ingin membuat kecewa Lily Arsen tak lain menyanggah setiap tindakan yang Lily
Maria hendak kabur dari James, namun ia mencengkram tangan Maria dengan kuat. "Lepaasss!!" pekik Maria. Namun James tetap tak melepaskannya."Kenapa? Kau takut ketahuan oleh pacar kota mu itu, hah?!" ledek James, karena ia sudah melihat Maria sedari tadi ketika bersama seorang pria.James akan membuntutinya, namun nasib baik berpihak padanya, Maria kembali lagi kali ini sendirian.James sendiri sedang membeli barang bersama teman-temannya, mereka sedang menunggunya di dalam mobil saat ini. James akan menyeret Maria untuk ikut bersamanya.'Apa yang bisa di lakukan oleh pria kota tersebut,' gumamnya dalam hati. Sudah jelas James jauh lebih kuat dan lebih besar dari pria yang bersama Maria tadi.Ditambah ia sedang bersama teman-temannya. Anggota geng di tempat ini. Bahkan mereka ditakuti oleh penduduk disini. Sherif setempatpun sudah enggan dan jengah menghadapi keributan yang mereka lakukan.Sehingga mereka semakin semena-mena."Lepas James!!" Maria kembali memekik dan berusaha melepas
Alonzo terus mengikuti mobil James, hingga kini mereka sudah berada di pinggiran desa. Tidak ada lagi rumah yang terlihat, hanya hutan dengan jalan setapak yang bisa di lalui mobil.Hingga akhirnya mereka berhenti di dekat jurang. Maria tampak ketakutan. Air matanya sudah menggenang di matanyanya."Kau tenang saja." Alonzo mengeluarkan sebuah senjata api dari dashboard mobilnya, "Untuk berjaga-jaga," lanjutnya seraya menyerahkannya pada Maria."Tapi aku tidak bisa menggunakannya Tuan," seru Maria sambil menerima pistol tersebut."Ini mudah, kau tinggal mengarahkannya kemudian menarik pelatuknya," jelas Alonzo. Walau ragu Maria tetap mengangguk."Tapi aku pastikan kau tak akan menggunakannya. Aku akan menghabisi mereka tanpa senjata api." Alonzo menenangkan kembali Maria. "Kau di dalam saja, jangan keluar jika aku tidak menyuruhmu," lanjut Alonzo yang kembali di angguki oleh Maria.James dan ketiga temannya sudah keluar dari mobil dan menunggu Alonzo. Mereka sudah bersiap dengan memega
Lily sedang bersama Charlotte saat Paman Albert mendatanginya dan mengatakan bahwa malam nanti pukul 7 Lily akan di jemput oleh Arsen untuk berjalan-jalan keluar mansion."Benarkah itu Paman?" tanya Lily antusias."Benar Nyonya, pukul 5 akan ada yang datang untuk mengantarkan baju dan merias wajah Anda Nyonya," jelas Paman Albert."Merias?" mulut Lily membulat bahkan ia memiringkan wajahnya.Paman Albert mengangguk pelan, "Iya Nyonya, karena Anda akan keluar mansion maka penampilan Anda harus di samarkan."Lily mengangguk paham. Ia sudah sadar dengan itu, tidak masalah jika ia harus kembali di dandani seperti saat ia ke Mexico dulu. Lily paham dengan maksud Arsen.Waktu tidak terasa, berjalan dengan cepat begitu saja. Tepat pukul 5 sore, seseorang yang membawa baju dan akan mendandani Lily akhirnya datang."Maggie.." seru Lily saat wanita muda itu datang menemui Lily. "Aku merindukanmu, sudah lama.""Nyonya Lazcano, bagaimana kabarmu?" Tanya Maggie dengan senyuman manis di bibirnya. B
Lily dan Arsen menghabiskan makan malam mereka, kemudian mereka berbincang dan menikmati pandangan. Lily begitu senang dengan semua ini.Seorang pelayan membawakan segelas mocktail Blueberry Mojito dan menuangkan kembali wine di gelas Arsen yang sudah kosong.Lily merasa bingung karena minuman beralkohol berwarna agak kemerahan tersebut di simpan di hadapannya. "Aku tidak minum alkohol Arsen," seru Lily.Tentu saja tak akan pernah menyentuhnya lagi, apalagi kini ia sedang hamil, maka Lily merasa bingung mengapa Arsen memesankan minuman tersebut untuknya."Itu bukan cocktail, itu mocktail tidak mengandung alkohol sama sekali," jelas Arsen."Begitukah?" tanya Lily bingung karena ia memang tidak mengetahuinya.Arsen mengangguk pelan, "Ya.""Baiklah, aku akan meminumnya," seru Lily, kemudian ia mulai menyesapnya sedikit, dan rasanya benar-benar menyegarkan dimulutnya. "Ini enak." Gumamnya pelan.Tentu saja Arsen bukan orang bodoh yang akan memberikan sesuatu yang membahayakan bagi calon a
Sasha dan Yuri berjalan keluar kamar perlahan-lahan menuju tempat di mana acara pernikahan dilangsungkan.Semua tamu yang hadir langsung bangkit berdiri melihat Sasha dan Yuri telah tiba di depan pintu masuk ruangan.Sasha mulai resah melihat semua yang hadir berdiri dan mengarahkan pandangan matanya kepadanya.Tangan Sasha agak gemetar dalam genggaman tangan Yuri dan ia sedikit menundukkan mukanya. Yuri menepuk-nepuk tangan Sasha yang ada dalam kaitan lengan kirinya dan berbisik "Tenanglah. Lihat ke depan! Mike sudah menunggumu. Tersenyumlah!"Sasha mengangkat pandangan matanya dan melihat Mike telah berdiri di depan altar sedang memandang Sasha dan Yuri. Mike kelihatan sangat gagah dan begitu tampan dalam balutan setelah celana panjang dan tuxedo putih.'Handsome.'seru Sasha dalam hati. Mike tersenyum melihat penampilan Sasha saat ini. Begitu sangat berbeda.Mike pernah melihat Sasha berhias memakai gaun pesta berwarna merah saat hendak menjebak Leonid. Tapi kali ini Sasha kelihata
Tampak kesibukan terlihat diantara para pelayan dibawah perintah Paman Albert di pagi hari. Mereka sudah mempersiapkan beberapa roti, teh dan kopi untuk sarapan para tamu di tempat jamuan dan di ruang makan.Paman Albert mengantar sarapan pagi Arsen, Lily dan Marissa di kamar mereka masing-masing. Tidak lupa segelas susu ibu hamil tersedia di sarapan pagi Lily. Sasha dan Mike pun mendapatkan sarapan mereka di kamar, sebelum Eleanor datang untuk merias Sasha.Paman Albert dan para pelayan masih berkutat di tempat untuk menyediakan hidangan jamuan pesta pernikahan di siang hari.Selesai mandi, Lily menyiapkan kemeja, dasi dan tuxedo hitam untuk Arsen. Selanjutnya Lily segera mematut wajah dan rambutnya di meja rias. Lily mengenakan dress panjang berbahan sutera dengan warna broken white dengan hiasan bunga-bunga biru, pink dan emas pada bagian bawah, dada dan bagian bawah lengannya.Dress tersebut longgar di bagian perut sehingga perut Lily yang mulai membuncit benar-benar tampak. Lil
Besok adalah hari dimana Mike dan Sasha mengucap janji mereka. Dan saat ini semua anggota keluarga sedang berkumpul di dalam mansion untuk membicarakan acara yang akan berlangsung esok tersebut.Lain halnya dengan Maria dan Alonzo. Sore tadi Alonzo meminta Maria untuk menunggunya di tempat biasa malam ini. Beberapa hari ini memang mereka berdua tidak bertemu di tempat ini, karena sangat sibuk untuk mempersiapkan pernikahan Mike dan Sasha.Maria sedikit lega, karena kini hubungannya dengan Alonzo sudah direstui oleh Marissa. Hingga bertemu dengan Alonzo seperti ini saat beberapa pelayan masih berlalu-lalang tidak membuatnya merasa malu lagi.Alonzo sudah datang lebih dahulu, ia tampak sudah duduk di tempat biasa mereka bertemu. Begitu melihat dirinya Alonzo tersenyum dari kejauhan dan tentu saja di balas kembali oleh Maria dengan sebuah senyuman andalan milikinya.Maria tampak berkerut karena melihat sebuah bungkusan di samping Alonzo. Hatinya tampak bertanya-tanya, apa yang di bawa ol
Mereka berkumpul di ruang keluarga. Kini Arsen dan Mike ikut bergabung, namun tidak dengan Alonzo, ia kembali berjaga dan ikut mengawasi para pelayan yang mempersiapkan pernikahan Mike dan Sasha."Aku masih tidak menyangka kita akan bertemu lagi dan bahkan kita akan menjadi besan," ujar Marissa.Yuri tersenyum penuh arti pada Marissa. "Demikian denganku," jawab Yuri."Rupanya masa kita sudah lewat dan telah digantikan dengan penerus-penerus kita. Semua terasa seperti baru saja kemarin terjadi," Marissa memejamkan matanya mengingat semua yang sudah ia lewati bertahun-tahun yang lalu."Ya, semua ada masanya. Bahkan kita tak tahu sampai kapan kita masih bisa menghirup udara di dunia ini," ujar Yuri."Kau benar Yuri. Aku pun sedang menanti panggilan Tuhan untuk menemani David, dan aku merasa umurku mungkin tidak lama lagi," ujar Marissa seraya menatap dalam Yuri ada kesedihan di dalamnya, namun ia begitu tegar dan siap untuk menghadapinya.Marissa memang wanita yang kuat, maka dari itu ia
Dua hari lagi acara pernikahan Mike dan Sasha akan di laksanakan. Meskipun tertutup dari dunia luar, namun suasana mansion sudah nampak terlihat sibuk.Beberapa pelayan tampak mondar-mandir menyiapkan dekorasi di tempat akan dilaksanakannya pernikahan Mike dan Sasha.Pernikahan dilaksanakan di samping mansion di dekat taman. Pelayan mansion sudah membersihkan halaman dengan menyingkirkan salju dari sana, dan memasang tenda kecil.Tamu undanganpum tidak banyak, tamu dari luar dapat dipastikan tidak lebih dari 20 orang, meningat pernikahan ini harus tersembunyi dan tertutup. Sisanya anak buah Black Nostra dan Yuri.Tidak ada satupun anggota Five Familia yang diundang. Mengingat apa yang sudah menimpa Mike dan Sasha membuat penjagaan harus diperketat. Karena sampai saat ini dalang dibalik penculikan Mike dan penyerangan Dante di Vietnam belum terungkap.Musuh Black Nostra saat ini sangat lihai, mereka bersembunyi dan mengendalikan kelompok-kelompok kecil. Bahkan bisa memperdaya kelompok
Eleanor mengajak Sasha untuk memilih gaun pengantin. Eleanor membawa sekitar 8 baju pengantin terbaik yang akan di coba oleh Sasha.Mulai dari model Ball Gown yang memiliki detail rok yang terlihat mekar sehingga dapat menutupi bagian pinggul serta paha.Kemudian model A-Line Dress yang bervolume dari bagian pinggang ke bawah. Ada juga model Mermaid Dress, gaun berbentuk mermaid atau puteri duyung ini dapat mempertegas lekuk bentuk tubuh.Kemudian Sheath Dress sebuah gaun berdetail rok lurus ditengah betis, atau bisa juga lebih pendek.Dan terakhir model Empire Waist, gaun dengan potongan yang tepat di bawah dada ini pas dikenakan untuk tubuh yang petite, dapat membuat tubuh yang mungil terkesan lebih tinggi.Setelah melewati perdebatan panjang panjang, akhirnya pilihan jatuh pada gaun dengan model mermaid berbahan lace. Model tersebut sangat cocok ditubuh Sasha.Meski gaun pengantin model mermaid ini yang membungkus ketat tubuh Sasha. Gaun ini menyempit pada bagian pinggang dan pin
Setelah makan siang, Mike kembali merebahkan dirinya, dengan Sasha di sampingnya. Ia tidak terlelap hanya membaringkan saja tubuhnya.Sedangkan Sasha ia tertidur dengan memeluk tubuh Mike. Sesekali Mike memperhatikan wajah Sasha yang terlelap.Hingga akhirnya sebuah ketukan di pintu membuat Mike mau tak mau harus beranjak dari atas tempat tidur.Dengan perlahan ia turun dari atas tempat tidur dan berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang sudah mengetuk pintunya. Karena sebelum kembali berbaring Mike sudah mengunci pintu kamarnya."Tuan..." sapa Paman Albert begitu pintu dibuka."Maafkan saya Tuan Mike, Nyonya Marissa meminta Anda dan Nona Sasha untuk menemuinya di ruang keluarga," jelas Paman Albert.Mike mengangguk pelan. "Terima kasih, Paman," ucap Mike. Setelah Paman Albert pamit Mike kembali menutup pintu kembali.Ia melihat Sasha yang masih terlelap. Kemudian membangunkannya. Bagaimana pun Mike sangat menghormati Grandma Marissa, karena Grandma lah yang mengurus dan merawatn
Mike mulai memakan makanan yang di bawakan oleh Sasha. "Apa kau sudah makan?" tanya Mike."Sudah," jawab Sasha seraya mengangguk dan duduk dekat Mike.Sasha akan menemani Mike makan dan membereskan bekas makan Mike nantinya."Jika kau tenang dan bersikap lembut seperti ini kau tampak lebih dewasa," seru Mike di sela-sela makannya.Sasha tertunduk malu, Sasha menyadari dirinya memang kekanakan dan sangat jauh dari sikap Mike yang terkesan sangat tenang dan berwibawa. Ia sempat berpikir apakah ia mampu untuk mendampingi Mike. Apakah wanita idaman Mike seperti Nyonya Lazcano yang begitu lembut dan anggun. Tanpa sadar Sasha menghembuskan napas panjang."Aku dididik oleh Yuri tanpa sentuhan seorang wanita. Aku hampir lupa bagaimana dulu ibuku mendidikku," Sasha tampak berpikir. "Aku selalu berlatih dengan keras setiap harinya dibawah bimbingan Yuri. Hingga aku terbentuk dengan sikapku yang seperti saat ini, " lanjutnya kemudian Sasha menarik napas panjang lagi."Tapi melihat bagaimana sika
"Selamat datang di mansion ini, Sasha," seru Lily begitu memasuki ruang keluarga, tangannya masih menggenggam tangan Sasha dengan lembut.Sasha salah tingkah, ia bingung harus bersikap seperti apa pada Lily yang begitu lembut dan anggun. Sedangkan dirinya..ok Sasha akui dirinya begitu bar-bar dan urakan."T-terima kasih," ujarnya sedikit terbata.Lily menyadari bahwa Sasha sedikit canggung dengannya. Lily mengajak Sasha untuk duduk di sofa.Lily menatap Sasha dengan lembut dan tersenyum dengan penuh kehangatan."Jangan canggung padaku Sasha, aku temanmu saat ini. Ada Maria dan Charlotte juga yang akan menjadi temanmu," ujar Lily seraya menatap Maria dan Charlotte."Benar, kami akan menjadi temanmu juga, Nona Sasha," ujar Maria. Charlotte ikut mengangguk di samping Maria."Dan kau akan menikah dengan Mike minggu depan, maka kau akan menjadi keluarga kami disini," timpal Lily."Ah, iya. Maaf aku hanya masih sedikit hmm.." Sasha tak meneruskan ucapannya.Lily menggeleng pelan, "Aku menge