Dekorasi dalam gedung hotel ini terlihat begitu mewah dan sempurna. Semua pernak-pernik tertata rapi dengan nuansa serba pink dan putih, sesuai dengan warna kesukaanku dan Mas Sony.Begitu banyak tamu undangan yang hadir, hingga memenuhi semua ruangan gedung hotel ini. Acara pesta pernikahan kami juga di meriahkan oleh salah satu penyanyi solo terbaik tanah air. Aku benar-benar tak menyangka, Bu Maysaroh mempersiapkan acara pesta yang begitu mewah luar biasa. Entah berapa kocek yang dikeluarkan oleh keluarga Bu Maysaroh, aku tak ingin menduga-duga, takut aku pingsan jika tahu nominalnya. Hihihi ...Tepat pukul 20.30 malam, pembawa acara pesta pernikahan ini yang juga pembawa acara paling terkenal di kotaku, menyuruh aku dan Mas Sony menaiki panggung. Aku sedikit gugup, karena ini kali pertama aku menaiki panggung di acara pesta pernikahan. Mas Sony menggenggam erat tanganku, dan mengangguk seolah memberi isyarat untuk ikut dengannya naik ke atas panggung.Dengan perasaan gugup, aku me
POV Kenzie"Aaarrrggghhh!" Aku berteriak frustasi, lalu memukul tembok dengan kuat menggunakan kepalan tanganku.Rasa sakit di kepalan tanganku saat ini tak sebanding dengan rasa sakit yang ada dalam hatiku. Sedih, muak, benci, dan juga jijik bercampur menjadi satu. Aku masih tak menyangka, wanita yang masih sah menjadi istriku itu begitu tega berkhianat di belakangku.Anggun yang selama ini aku pikir berasal dari keluarga baik-baik dan tak pernah berbuat macam-macam itu, ternyata sama murahannya dengan wanita-wanita yang biasa aku bayar untuk memuaskan nafsuku. Begitu bodohnya aku, bisa tertipu dengan seorang wanita seperti Anggun."Ma ... maafkan aku, Mas," lirih Anggun.Aku membalikkan tubuhku ke arah Anggun, tanpa aku sadari, ternyata kini Anggun telah berpakaian lengkap, tak seperti tadi."Ck! Maaf? Menjijikkan!" lirihku."Karena kamu sudah tahu semuanya, aku mau minta cerai dari kamu, Mas. Aku udah gak bisa untuk bertahan hidup sama kamu," kata Anggun dengan wajah takut-takut.A
Setelah sampai di rumah Ibu, ternyata Ibu juga baru sampai di depan rumah, setelah berkeliling berjualan pecel. Wajah lelah Ibu membuatku merasa iba. Di usia Ibu yang sudah cukup tua, harusnya Ibu bisa menikmati masa tua, bukan malah banting tulang untuk bekerja."Ken, kamu baru pulang kerja?" tanya Ibu setelah kami masuk ke dalam rumah."Iya, Bu," jawabku berbohong."Loh, tapi kok kamu bawa-bawa tas besar? Kamu ribut sama Anggun? Apa kamu diusir?" tanya Ibu seperti terkejut.Aku hanya mengangguk, aku belum bisa menceritakan tentang masalahku yang sebenarnya dengan Anggun saat ini. Takut Ibu kepikiran dan menambah beban untuk Ibu. Ibu terlihat mendesah pelan."Kalau kamu sudah gak kuat hidup sama Anggun, lebih baik kalian bercerai saja. Ibu kasihan lihat kamu, selalu terlihat tertekan hidup dengan Anggun," kata Ibu."Iya, Bu," jawabku pelan."Muka kamu pucat sekali, Ken? Kamu sakit?""Iya, Bu. Hanya demam aja," jawabku."Ya sudah. Kamu istirahat dulu, nanti Ibu bikinkan bubur untuk ka
Dengan langkah gontai, aku berjalan keluar dari klinik dokter spesialis kulit yang baru saja aku kunjungi. Sedih rasanya, menjalani hidup yang seperti tak ada artinya ini. Saat ini, istri aku tak punya. Bahkan, anak pun aku tak ada. Siapa lagi tempatku untuk berbagi kasih sayang? Kalau sudah begini, tak ada lagi semangat dalam hidupku.Ting!Bunyi satu pesan masuk di ponselku. Dengan lesu, aku mengambil ponsel dari saku celanaku. Ternyata pesan dari Ibu.["Ken, Ibu sudah buatkan bubur untukmu makan siang. Hari ini, Dini sudah mulai masuk sekolah. Kunci rumah Ibu titipkan pada tetangga sebelah. Ibu mau jualan pecel keliling dulu."] Bunyi pesan dari Ibu.Membaca pesan dari Ibu, seketika hatiku menghangat. Aku baru tersadar, aku masih memiliki Ibu dan juga Dini yang masih peduli dan menyayangiku. Jika aku tak ada, pastilah Ibu dan Dini akan sedih bukan? Karena hanya akulah yang bisa diandalkan untuk membantu biaya kehidupan Ibu dan juga Dini adikku.Tiba-tiba, semangat hidupku kembali la
Pagi ini, cuaca cukup cerah. Secerah hatiku yang kembali bersemangat untuk menjalani hidup kembali. Sebagai seorang pria, memanglah aku harus kuat bukan? Aku tak ingin terus-menerus meratapi nasib yang hanya akan membuat hidupku semakin jatuh terpuruk. Aku akan berusaha, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.Dengan langkah bersemangat, aku berjalan masuk ke dalam gedung kantor untuk bekerja seperti biasanya."Loh, Kenzie, kok kamu sudah masuk? Memang kamu sudah sembuh?" tanya Pak Ahmad saat aku baru datang."Iya, Pak. Saya sudah sehat kok," jawabku."Alhamdulillah, saya senang lihat kamu sehat lagi. Meskipun kamu baru, saya suka dengan cara kerja kamu yang rajin. Semoga kamu betah ya, untuk terus bekerja disini," kata Pak Ahmad."Iya, Pak. Terima kasih, Insya Allah saya betah kerja disini, Pak," jawabku.Pak Ahmad hanya tersenyum dan mengangguk mendengar jawaban dariku. Aku pun segera masuk ke dalam untuk melakukan pekerjaanku pagi ini seperti biasanya."Ken, ini undangan buat k
"Ken, besok datang ya ke acara pernikahan Pak Sony dan Bu Naya. Nanti saya jemput, kita berangkat bareng-bareng sama karyawan cleaning servis lainnya," kata Pak Ahmad menghampiriku."Tapi, Pak. Karyawan cleaning servis di kantor ini kan banyak. Memang mobil Pak Ahmad muat?""Kita datangnya bareng sama karyawan cleaning servis di lantai 2 ini aja, Ken. Kan cuma ada 6 orang. Pastilah muat, apa kamu mau ajak anak dan istri kamu juga?""Eh, enggak kok, Pak. Saya datang sendiri," jawabku."Ya sudah, berarti kamu berangkat bareng kami saja," kata Pak Ahmad.Mau tak mau, akhirnya, aku pun mengiyakan ajakan dari Pak Ahmad untuk berangkat bersama dengan karyawan cleaning servis lainnya. Tak enak rasanya, menolak ajakan dari Pak Ahmad. Mengingat, Pak Ahmad selama ini begitu baik padaku.🍀Dan akhirnya, acara yang ditunggu-tunggu oleh semua karyawan di perusahaan Pak Sony pun tiba. Kini aku sudah datang bersama karyawan bagian cleaning servis lainnya bersama Pak Ahmad seperti janjinya kemarin.
POV Anggun"Aw, sakit, Mas!" teriakku sambil menangis. Tarikan tangan Mas Kenzie di rambutku, membuat kepalaku benar-benar terasa sangat sakit.Seketika, Mas Kenzie melepaskan tangannya dari rambutku"Aaarrrggghhh!" Mas Kenzie berteriak frustasi, lalu memukul tembok dengan kuat menggunakan kepalan tangannya.Aku yakin, hati Mas Kenzie saat ini hancur setelah mengetahui perselingkuhanku. Terlihat dari air mata yang menetes dari sudut matanya. Tak lama, Mas Kenzie pergi membawa tas besarnya dan meninggalkanku begitu saja.Aku sedikit lega, akhirnya Mas Kenzie pergi juga dari rumahku. Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku berusaha untuk berdiri.Aku memandang wajahku di depan cermin. Bekas tamparan dari tangan Mas Kenzie masih terlihat jelas jejak merahnya di pipiku. Juga bekas cekikan dileher ku, terlihat kemerahan dan sedikit nyeri. Aku tak menyangka, perselingkuhan yang selama ini aku tutupi dengan sangat rapi, akhirnya terbongkar sudah.Untung saja, lelaki pecundang yang tadinya be
"Hallo, Mas. Kamu dimana?" tanyaku pada Mas Rian setelah sambungan telepon terhubung.["Aku lagi kerja, Sayang. Ada apa?"] jawab Mas Rian."Apa kamu gak bisa libur? Aku sekarang lagi sakit, anak-anak gak ada yang urus," kataku.["Gak bisa, Sayang. Hari ini aku ada rapat sama bos aku. Lagian, Sesil hari ini ngajak ke dokter kandungan juga,"] jawab Mas Rian.Aku mendengkus kesal, lalu segera mematikan sambungan telepon secara sepihak. Itu salah satu kekurangan Mas Rian, tak pernah perhatian padaku dan juga anak-anakku. Hanya uangnya saja yang selalu mengalir jika aku butuhkan. Lagi pula, Mas Rian masih mempunyai seorang istri. Apalagi, istrinya saat ini tengah mengandung. Tentulah ia akan lebih mementingkan istrinya dulu. Beginikah nasib menjadi seorang wanita simpanan? Saat awal menikah dengan Mas Kenzie pun begitu, aku selalu saja dinomor duakan.Aku segera memesan makanan di aplikasi online. Kasian anak-anakku, jam segini belum makan, karena jam di dinding sudah menunjukkan pukul 10.
☘️Dan hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba juga. Sony dan Naya memutuskan untuk merayakan ulang tahun Zahra di hotel bintang lima. Sebab, di acara ulang tahun Zahra kali ini, Sony dan Naya mengundang semua karyawan di perusahaannya tanpa terkecuali.Tema perayaan ulang tahun Zahra kali ini bernuansa Mickey mouse. Sesuai dengan tokoh Disney kesukaan Zahra. Zahra merasa sangat senang, sebab setiap keinginannnya selalu dipenuhi oleh Papa dan Mamanya. Dan yang lebih membuat Zahra bahagia, akhirnya ia bisa mengundang Anggun yaitu Mama kandung yang mulai ia sayangi itu."Selamat ulang tahun, cucu Oma dan Opa," ucap Bu Hanin yang didampingi oleh Pak Abu. Bu Hanin dan Pak Abu mencium Zahra secara bergantian."Terima kasih, Pak, Bu, karena kalian semua sudah datang," ucap Bu Maysaroh."Sama-sama, Bu. Kami sangat senang, karena kalian mau mengundang kami," ucap Bu Hanin.Ucapan Bu Hanin sebenarnya tulus. Tapi bagi keluarga Bu Maysaroh justru terdengar seolah sindiran bagi mereka. Mereka
☘️POV AuthorSony memandang wajah Naya yang sedang tertidur pulas sambil memeluk kedua anaknya, Adam dan Aisyah. Di tangan kanan Naya ada Adam dan di tangan kirinya Aisyah. Belum lagi, ada Zahra yang ikut-ikutan tertidur pulas di samping adiknya, Aisyah. Naya tertidur pulas dengan wajah yang terlihat sangat kelelahan. Mulutnya terlihat sedikit terbuka, dan terdengar suara dengkuran halus keluar dari mulutnya. Membuat Sony terkekeh kecil melihat posisi tidur Naya yang menurutnya terlihat lucu itu.Sony mengabadikan momen tidur istri dan anak-anaknya dengan kamera ponsel miliknya. Foto itu akan Sony simpan sebagai kenangan jika di kantor Sony merasa rindu dengan keluarganya di rumah. Bagi Sony, Naya tetap terlihat cantik meskipun dalam kondisi jelek sekalipun.Pastilah tak mudah bagi Naya untuk mengurus ketiga buah hatinya. Seperti saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Tapi, ketiga anak Sony dan Naya baru tertidur setelah puas bermain. Dan tanpa sadar, Naya pun ikut keti
☘️Hari ini, adalah hari putusan sidang tentang kasus meninggalnya Maryam. Aku datang didampingi oleh Bapak mertua. Beberapa kali sidang, kami sempat membawa Ibu mertua. Tapi, beliau sering mengamuk jika bertemu dengan pelaku. Setiap jalannya sidang, orang tua Maryam memang selalu menyempatkan untuk hadir di persidangan.Mereka sama denganku, ingin tahu tentang perkembangan kasus Maryam. Berulang kali, Ibu dan Bapak mengucapkan terima kasih padaku setelah mengetahui tentang fakta bahwa Maryam pernah mengalami pemerkosaan oleh pelaku. Mereka mengucapkan terima kasih sebab aku telah menerima Maryam apa adanya. Sebab selama ini, aku dan Maryam memang menutup rapat tentang aib itu.Saat sidang sebelumnya, aku membeberkan tentang kasus perkosaan yang diterima Maryam di masa lalu, untuk menambah berat masa hukuman yang diterima oleh pelaku. Itulah sebabnya orang tua Maryam bisa mengetahui fakta yang sesungguhnya. Karena hanya akulah saksi kunci. Aku juga menyerahkan buku diary milik Maryam
☘️Mataku tertuju pada lembar halaman tulisan Maryam yang terakhir. Sebab pada catatan itu, tertulis jelas namaku. Mataku langsung memanas, membaca tulisan Maryam yang ditujukan untukku.Ungkapan hatiku untuk Mas KenzieMas Kenzie, aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu.Terima kasih telah mencintaiku.Terima kasih telah menyayangiku.Terima kasih telah menjagaku.Terima kasih telah menjadi pelindung untukku.Terima kasih telah menjadi penyelamat hidupku.Terima kasih telah menerima segala kekuranganku.Terima kasih atas cinta tulusmu.Dan masih banyak ucapan terima kasih lainnya yang tak bisa aku ungkapkan untukmu.Kamu lelaki kedua yang ada di dalam hatiku setelah Bapak.Aku memintamu, Mas.Dan cinta ini, akan aku bawa sampai mati ....Begitulah isi cacatan terakhir Maryam di buku diary miliknya. Membuat air mataku seketika mengalir deras. Dada ini semakin sesak dibuatnya. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Masih banyak catatan lain yang berisi tentang diriku. Semua Maryam ceri
☘️"Pak, Bu, maafkan saya. Sebab saya tidak bisa menjaga Maryam dengan baik," ucapku menunduk.Saat ini, kami semua sudah berada di rumah. Kami semua saat ini sedang berkumpul di ruang tamu."Sudah, Ken. Ini sudah jadi takdir Tuhan. Meskipun saya kecewa, tapi semua tak akan merubah keadaan," ucap Bapak."Lalu, bagaimana dengan pelaku yang sudah mencelakai Maryam? Apa sudah tertangkap?" tanya Bapak."Sudah, Pak. Kemarin, pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian," jawabku."Syukurlah, setidaknya, pelakunya harus dihukum sesuai dengan perbuatannya pada anak kami," ucap Bapak."Kami sangat berterima kasih sama kamu, Ken. Karena selama ini sudah bertanggung jawab membahagiakan anak kami. Hampir setiap hari, Maryam telepon kami. Maryam selalu menceritakan tentang kamu," ucap Bapak dengan suara serak."Benarkah?" tanyaku lirih.Aku tak menyangka, Maryam selalu menceritakan tentang aku pada Bapak dan Ibu. Padahal, selama ini Maryam sama sekali tak pernah bercerita padaku. Bahkan, Maryam h
☘️Aku masih menunggu di luar ruangan ICU dengan cemas. Perasaanku bercampur aduk. Dalam hati tak henti-hentinya melantukan doa untuk kekasih hatiku yang saat ini sedang berjuang nyawa.Dini yang berada di sampingku mengusap pundakku pelan. Seolah memberikan aku dukungan agar tetap kuat. Tak sengaja aku melirik ke arah Dini, ternyata adikku itu sudah menitikkan air mata."Kenzie!" panggil suara yang sepertinya tak asing. Lalu aku menoleh ke arah sumber suara itu."Bapak, Ibu," ucapku. Ternyata orang tua Maryam baru tiba di rumah sakit.Semalam, aku telah menceritakan perihal kejadian ini pada kedua mertuaku. Dan malam ini, sepertinya mereka baru tiba. Karena memang jarak dari kampung halaman mereka untuk sampai di kota ini cukup jauh."Gimana keadaan Maryam, Ken?" tanya Ibu yang terlihat sudah berlinang air mata.Aku menundukkan kepala, tak sanggup untuk menceritakan tentang kondisi Maryam saat ini. Pastilah perasaan mereka sama hancurnya denganku jika tahu bagaimana keadaan Maryam sa
"Bagaimana, Ken? Apa benar, polisi sudah menangkap pelakunya?" tanya Ibu tak sabar, saat aku baru tiba di rumah sakit."Benar, Bu. Pelakunya sudah tertangkap," jawabku lirih sambil duduk di kursi tunggu depan ruangan Maryam saat ini dirawat."Terus, siapa pelakunya?"Sulit rasanya, untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Aku tak mungkin menceritakan secara detail tentang kasus ini pada Ibu. Yang ada, Ibu akan berpikir macam-macam tentang Maryam. Biarlah, aib Maryam dimasa lalu cukup aku saja yang tahu."Ken, kok gak jawab pertanyaan Ibu?""Aku gak kenal dengan pelakunya, Bu.""Aneh, kalau gak kenal, kenapa bisa kejadian begini? Apa jangan-jangan, pelakunya itu selingkuhan Maryam?" tanya Ibu yang seketika membuatku terkejut sekaligus marah."Bu, bisa gak, Ibu gak menuduh Maryam yang aneh-aneh. Maryam sekarang lagi kritis, Bu. Lagi berjuang antara hidup dan mati, jadi tolong, jangan berpikir negatif dengan Maryam!" ucapku tak terima."Loh, Ibu kan cuma bertanya, apa salahnya? Lagian kamu it
☘️"Arrghh ... !" Aku berteriak kesetanan saat para polisi memegangi tubuhku untuk menjauh dari dua orang biadab itu."Pak, tenang, Pak!" teriak salah seorang polisi yang sedang memegangi ku. Tapi, aku tetap berusaha ingin lepas dan maju untuk menghajar pelaku yang sudah membuat istriku terluka. Bahkan, saat ini istriku sedang bertaruh nyawa di ranjang rumah sakit. Itu semua akibat ulah pria biadab itu.Pak polisi menyeret tubuhku dengan paksa untuk menjauh dan keluar dari ruangan tadi. Aku benar-benar tak bisa mengendalikan amarahku. Bagaimana tidak, salah satu pria yang duduk itu wajahnya masih sangat aku kenali. Dia adalah Dion. Mantan pacar Maryam yang dulu pernah bertengkar denganku.Dan aku yakin, pria paruh baya yang duduk di samping Dion itu adalah Ayahnya. Pria bejat yang sudah memperkosa Maryam dulu. Hingga membuat Maryam depresi dan hampir bunuh diri.Aku terduduk di sebuah kursi dengan pikiran kacau balau. Antara emosi, marah, dan juga dendam. Rasanya belum puas, jika belu
☘️"Ken, gimana keadaan Maryam?" tanya Ibu yang baru datang bersama Dini. Aku sendiri masih duduk di depan ruang ICU, karena kondisiku juga ikut melemah setelah melakukan pendonoran darah untuk Maryam."Maryam masih kritis, Bu," jawabku lemah.Hingga saat ini, keadaan Maryam memang belum menunjukkan kemajuan. Maryam masih kritis dan belum juga sadarkan diri."Memangnya, apa yang terjadi, Ken? Kenapa bisa seperti ini?""Ceritanya panjang, Bu. Intinya ada orang jahat yang mau mencelakakan kami. Maryam bisa seperti ini juga karena aku, Bu. Maryam ... sudah menyelamatkan nyawa aku, Bu," jelasku dengan suara serak. Tak lama, air mata keluar dari sudut mataku.Aku memang benar-benar tak bisa lagi menahan kesedihan. Aku benar-benar sangat takut. Takut jika Maryam meninggalkan aku. Kami belum lama menikah, tapi, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti. Dan puncaknya, inilah cobaan terberat dan yang paling menakutkan untukku.Aku takut ....Takut jika Maryam sampai pergi meninggalkan k