Dipo Alam sempat khawatir begitu tahu bahwa Nadya berasal dari keluarga Wongso. Namun, bisikan berikutnya membuat Dipo kembali percaya diri.'Ternyata dia hanya cucu terbuang keluarga Wongso! Kalau begitu, kenapa tadi aku harus takut dengannya?'Sepertinya status Nadya dan keluarganya yang tidak dianggap oleh keluarga utama Wongso sudah banyak diketahui oleh kalangan atas. Sehingga, saat Dipo mengetahui informasi itu dari ajudannya, ketakutannya seketika sirna dan berganti dengan tatapan meremehkan.Entah apa hubungan Nadya dan bocah bernama Awan tersebut, sampai membuat seorang Nadya sampai datang langsung membelanya. Namun sekarang, Dipo sudah tidak perlu khawatir lagi.Dipo tidak akan berani menyinggung keluarga utama Wongso. Namun, karena sudah mengetahui status Nadya, Dipo merasa tidak perlu takut lagi dengan identitas Nadya. Ia percaya, selama ia tidak melewati batas, keluarga Wongso tidak mungkin akan mempersoalkan tindakannya.Dengan senyum sinis di wajahnya, Dipo berkata, "B
Orang itu adalah gubernur kota Jakarta, Aziz Baswedan.Sebenarnya hari itu Azis ada rapat penting di kantornya. Hanya saja, sebuah panggilan dari orang nomor satu negara ini membuat Azis harus menunda rapatnya dan datang ke SMA Persada untuk menyelesaikan kasus seorang siswa di sana.Sebenarnya, banyak pertanyaan muncul dalam benak Azis saat ini. Apa istimewanya siswa satu ini sampai-sampai orang nomor satu negara ini memerintahkannya untuk menyelesaikan kasusnya?Lalu, saat ia datang ke SMA Persada, ia langsung dikejutkan saat melihat beberapa pejabat penting seperti Kapolres dan kepala Dinas Pendidikan kota juga ada di sana.Ternyata bukan hanya dirinya yang mendapat panggilan 'khusus' dari sang presiden. Ini menunjukkan bahwa siswa yang akan ia 'urus' memiliki status yang luar biasa.Sejak kapan siswa yang memiliki status luar biasa seperti itu ada di wilayahnya? Tentu saja Azis mengenal banyak orang penting dan berkuasa yang ada dal
"Bang Theo, Bagaimana? Sudah ada kabar tentang Awan?"Di depan gerbang sekolah sudah ada dua orang cewek mengenakan seragam SMA Persada. Keduanya sudah lama menunggu Theo di sana dan berharap bisa mendapatkan kabar tentang Awan darinya.Mereka tidak khawatir dengan isu miring yang menimpa Awan sebelumnya karena mereka sudah lama mengenal Awan dan tahu bagaimana karakternya. Karena itu, begitu isu itu menyebar mereka tidak menganggapnya sama sekali dan sudah menebak kalau itu adalah konspirasi dari orang-orang yang cemburu terhadap Awan.Lalu, dibandingkan isu tersebut mereka justru lebih khawatir dengan keadaan Awan. Karena semenjak hari terakhir Olimpiade di mana Awan dikeluarkan dan diusir dari tim sekolah SMA Persada, Awan tiba-tiba menghilang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya.Selain itu, mereka juga tidak bisa menghubungi nomor Awan dan itu membuat mereka cemas dengan keadaan Awan.Melihat tatapan penuh harap dari dua dara cantik te
Waktu tiga tahun tanpa terasa begitu cepat berlalu dan selama itu pula, Awan tidak pernah berhenti berkultivasi dan meningkatkan kekuatannya. Pengalaman ketika diburu oleh pembunuh bayaran dan menghadapi musuh kuat membuat Awan tidak berdaya. Kenyataan itu membuat Awan bertekad untuk menjadi lebih kuat lagi sehingga ia ia tidak perlu mengkhawatirkan siapapun yang ingin membunuhnya. Karena saat itu, ia akan menjadi kuat dan membuat siapapun yang ingin menargetkan dirinya akan bertekuk lutut.Ketika Awan membuka matanya, ia bisa merasakan kekuatan besar meluap memenuhi dirinya.Sekarang, dia bukan lagi Awan yang sama seperti tiga tahun lalu.Begitu ia memulai langkahnya sebagai seorang kultivator, cara pandang Awan terhadap semua hal jadi berbeda. Ia seolah tercerahkan dan melihat sebuah dunia baru.Awan sudah memiliki pemahaman yang cukup dalam tentang kekuatan bayangan miliknya dan selain itu, ia juga telah berhasil menyerap sepenuhnya warisan dewi cahaya.Sekarang, ia bisa merasakan
"Anjir, aku sampai pangling! Kalau aku tidak mengenalmu, mungkin aku akan mengira kamu itu orang gila." Ujar Dirga mengomentari penampilan Awan setelah ia bercerita sekian lama.Dirga sengaja mengajak Awan ke rumahnya dan menyuruhnya bersih-bersih dan kemudian mereka bercerita panjang lebar tentang semua yang terjadi selama tiga tahun belakangan ini.Dari sana, Awan tahu kalau Dirga selalu mengunjungi sekolah mereka setiap seminggu sekali. Kadang, ada juga Karina dan Kirana.Mereka selalu percaya jika Awan akan kembali suatu saat nanti. Siapa sangka, hari ini, pas giliran Dirga yang berkunjung ke sekolah, ia berhasil bertemu Awan.Dirga sempat ingin memberitahu Karina dan Kirana, namun Awan melarangnya dan berkata akan memberitahu mereka sendiri nantinya.Awan hanya bisa tersenyum masam namun tidak tersinggung dengan tanggapan Dirga tentang dirinya. Hal yang wajar, mengingat penampilan Awan saat itu yang terlihat sangat tidak lazim.
Dalam sebuah kamar, tampak sekelompok perias sedang sibuk merias calon pangantin wanita yang akan menikah hari itu.Tempat pernikahan sudah siap dan undangan juga sudah disebar. Apalagi, banyak orang penting mulai dari pejabat, konglomerat hingga artis-artis besar yang akan datang menghadiri pernikahannya dan seharusnya hari ini akan menjadi hari paling membahagiakan bagi si wanita. Tapi, kenyataannya justru tidak terlihat seperti itu. Ekspresi wanita tersebut tampak muram dan tatapannya terlihat kosong. Tidak ada semangat di dalamnya, seolah jiwanya sudah lama menghilang dari tubuhnya.Melihat pemandangan memilukan seperti itu, sang ibu yang sedari tadi memperhatikan menjadi trenyuh. Ia meminta semua orang untuk keluar dan meningalkannya bersama putrinya."Nak, kamu harus kuat!" Ucap sang ibu lirih dengan mata berkaca-kaca.Wanita berwajah murung yang tidak lain adalah Nadya Wongso tersebut hanya diam tanpa bicara. Melihat itu, ibunya menjadi semakin sedih. Meski begitu, tidak ada
"Ben, tunggu! Aku ikut denganmu!" Ujar Irvan setengah berlari menyusul adik ke tiganya keluar ruangan. Melihat Beny turun tangan dan mengerahkan anggotanya, Irvan tidak mau ketinggalan. Bagaimanapun, ini adalah kesempatannya untuk unjuk gigi dan mendapat perhatian dari semua orang dan khususnya dari ayahnya.Tentu saja, Irvan memiliki keyakinan kalau adiknya yang merupakan petinggi salah satu kelompok dunia hitam itu akan dapat mengendalikan situasinya. Hanya saja, baru saja mereka sampai di luar gedung, tatapan keduanya seketika terbelalak dan raut wajah keduanya seketika berubah merah padam.Bagaimana tidak? Pemandangan di luar gedung benar-benar kacau. Semua kendaraan yang ada di halaman parkir tampak hancur akibat serangan anak-anak sekolah yang sedang tawuran. Karpet merah yang sebelumnya terlihat bersih dan rapi di sepanjang jalan ikut hancur tidak berbentuk.Yang lebih parah, karangan bunga yang jumlahnya ratusan dan terpajang disepanjang jalan di sekitar gedung turut hancur
Mendengar kalimat berani Irvan, beny seketika berkeringat dingin.Apa kakaknya itu tidak bisa membaca situasi? Bisa-bisanya ia memprovokasi Theo seperti ini. Apa dia tidak tahu dampak mengerikan yang akan menimpa mereka jika sampai Theo tersinggung dan membawa pamannya turun tangan?Hanya saja, saat Beny hendak menyela dan meluruskan situasinya, suara dingin Theo sudah lebih dulu terdengar."Oh, sepertinya tuan pertama Wongso tidak terima? Baiklah, kalau begitu katakan padaku, bagaimana kamu ingin menyelesaikannya?" Tanya Theo dengan senyum main-main.Di mata Beny, Theo seperti sengaja ingin memancing mereka. Jika kakaknya itu berkata yang tidak-tidak sekali lagi, bisa dipastikan kalau Theo tidak akan menahan diri untuk mengajak kakak dan pamannya untuk membuat perhitungan dengan mereka.Lain halnya dengan Irvan, ia sama sekali tidak menyadari kegelisahan adiknya dan berkata dengan nada semakin angkuh, "Tentu saja, masing-masing kalian harus memata
"Jadi, aku bosnya? Pemilik saham mayoritas dan nama perusahaan baru kita PT ADN, pasti inisial nama kita juga, 'kan?" Tanya Awan sambil menggoda Nadya yang sedang sibuk mendandaninya.Karena ini adalah rapat perdana yang melibatkan kekasihnya, Nadya ingin kekasihnya itu tampil dengan optimal. Namun, saat itu penampilan Awan justru tidak mencerminkan seorang eksekutif sama sekali. Karena itu, Nadya langsung Awan ke salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan Nadya sejak lama.Itu adalah ruangan presiden direktur yang telah disiapkan Nadya untuk Awan.Selain ruang ekslusif dengan dekorasi dan interior modern, di dalamnya juga terdapat kamar khusus untuk beristirahat. Nadya bahkan juga sudah menyiapkan cukup banyak pakaian pria dan semuanya terlihat pas dengan tubuh Awan.Sepertinya, Nadya sudah hapal dengan baik ukuran tubuh Awan. Karena semua ukuran pakaian yang ada di dalam lemari memiliki ukuran yang sama.Sambil tersenyum merapikan dasi dan
"Nad, eh, maksudku Bu Nadya, anda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya seorang pria usia tiga puluhan mengenakan setelan rapi bak seorang eksekutif menerobos masuk tidak lama setelah kepergian Dian dan yang lainnya. Dibelakangnya disusul oleh beberapa eksekutif perusahaan.Sama seperti pria yang pertama masuk, mereka semua mengkhawatirkan keselamatan Nadya akibat penyerangan sebelumnya.Ternyata, selain petugas keamanan dilumpuhkan, para eksekutif perusahaan dan karyawan yang berada di lantai atas, disekap dalam ruangan masing-masing dan tidak diperbolehkan keluar oleh belasan anggota geng.Beberapa menit yang lalu, tidak lama setelah Awan melumpuhkan para penyerang, petugas keamanan perusahaan berhasil mengendalikan situasi. Orang-orang ini baru berhasil keluar dan langsung menuju ke ruangan Nadya mengira jika para penjahat tersebut menargetkan Nadya.Namun, di antara semua orang, pria yang masuk pertama kali terlihat mencolok karena perhatiannya yang seperti sengaja ditunjukkan secara terang
"Adikku, kamu beruntung sekali dapat lencana dari jenderal besar Saka. Dengan kencana itu kamu bisa balapan di tengah kota tanpa perlu khawatir ada polisi yang berani menangkapmu." Ujar Sigit sambil tertawa."Nyiut!""Aw-aw, sakit istriku!"Tidak sampai sedetik Sigit tertawa, pinggangnya langsung terasa perih akibat cubikan sang istri yang menatapnya melotot, "Kamu itu mengajari adikmu yang tidak baik. Apa kamu tidak lihat! Di sini juga ada putri kita, bagaimana kalau dia juga mencobanya saat sudah bisa mengendumibil nanti?""Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda sayang!" Ujar Sigit meringis sambil mengelus lembut tangan istrinya agar dilepaskan.Awan dan yang lainnya ikut tertawa melihat bagaimana 'pertengkaran' romantis sepasang suami-istri tersebut.Sigit dan keluarganya masih tinggal bersama Dian Saka yang meminta ijin keluarganya untuk tinggal lebih lama di sana.Selain candaan tersebut, ternyata tujuan Sigit lainnya yaitu untuk membahas kesulitan perusahaan Awan.Setelah berbinc
"Ehm, ehmn!" Tuan besar Saka berdehem dua kalian dan sekaligus menyadarkan semua orang dari kondisi canggung yang sedang terjadi.Terutama, cucu perempuannya yang bertindak sangat nekad dengan memeluk Awan di hadapan semua orang.Meskipun Awan adalah pemuda yang sangat menjanjikan dengan segudang bakat yang sulit dicari duanya. Namun, bukan berarti cucunya dapat memeluknya begitu saja. Apalagi, ia memeluknya di depan semua orang dan terutama karena pemuda itu sendiri sudah memiliki kekasih yang saat ini berdiri tepat di samping mereka.'Situasi macam apa ini? Bahkan cucuku yang biasanya sangat tenang, sekarang justru mengambil inisiatif duluan untuk memeluk seorang pria asing?'Sebagai kakek yang melihat cucunya tumbuh sejak kecil, tuan besar Saka cukup mengenali bagaimana kepribadian cucunya tersebut. Sebagai bunga yang tumbuh dalam keluarga militer, Dian memiliki kepribadian yang keras dan disiplin. Alasan itu juga yang membuat lelaki manapun sulit untuk mendekatinya. Pernah ada se
Jay meringkuk ketakutan dan tidak berdaya saat ayahnya sendiri menamparnya berulangkali. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, ayahnya menghajarnya seperti sekarang ini. Namun hari ini, ayahnya memukulnya seperti orang kesetanan dan itu semua disebabkan oleh satu orang, Awan.Meski begitu, Jay yang sedang kesakitan tidak sempat memikirkan bagaimana membalas Awan untuk sekarang. Karena ia harus meredakan amarah ayahnya terlebih dahulu.Tamparan ayahnya baru berhenti saat kakeknya memerintahkan ayahnya untuk berhenti. Itupun wajah Jay sudah membengkak dan darah keluar cukup banyak dari mulut dan hidungnya.Saat itu, Jay berpikir jika penderitaannya sudah berakhir. Tapi yang terjadi, itu justru awal dari penderitaan Jay yang sebenarnya.Saat tuan besar Harsya berkata, "Mulai hari ini, kamu akan dikirim ke Uganda selama lima tahun ke depan untuk merenungkan semua kesalahanmu. Selain itu, uang sakumu akan dipangkas sembilan puluh persen dan jika kamu masih belum berubah dan masih berkeing
"Kamu tidak salah kan, Jok? Apa semua ini benar dilakukan oleh bos Awan seorang diri?" Tanya ketua tim keamanan perusahaan terperangah pada Joko, petugas keamanan yang sebelumnya diselamatkan Awan.Bagaimana tidak? Saat ini ada belasan tim keamanan bersenjatakan lengkap dan tujuan mereka tentu saja untuk siap tempur menghadapi semua penyerang yang telah melumpuhkan mereka sebelumnya. Namun, jangankan bertarung, mereka justru hanya menemukan puluhan anggota geng yang sudah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka.Namun, yang lebih terkejut justru adalah Joko dan seorang rekannya.Karena baru seperempat jam berlalu sejak Awan pergi dari pos jaga setelah menyelamatkan mereka dan ia sudah berhasil melumpuhkan semua penjahat yang menyerang perusahaan mereka. Joko dan kawan-kawannya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi.'Apa ini yang dimaksud bos waktu itu?' Bathin Joko antara percaya tidak percaya.Joko teringat ucapan Awan terakhir, "...kalian ku
Max yang sebelumnya tampak arogan, kini dibuat tercengang. Empat bawahannya yang selama ini menjadi tangan kanannya benar-benar dibuat tidak berkutik dan berlutut begitu saja di depan seorang gembel.Max sangat mengenal empat bawahannya, tidak mungkin mereka akan berlutut begitu saja di depan orang. Terlebih, mereka adalah kultivator.'Kenapa mereka begitu ketakutan di depan gembel ini?' Pikir Max bertanya-tanya.Saat itu, Max mulai curiga kalau pria yang terlihat seperti gembel itu tidaklah sesederhana penampilannya."Siapa kamu?" Tanya Max dengan suara tertahan."Oh, setelah begitu sombong dan bahkan mau melecehkan wanitaku, kamu baru bertanya siapa aku? Apa kepalamu baru saja terbentur, bung?" Balas Awan mengejek."Wanitamu? Setahuku, dia adalah wanita singel." Ujar Max hati-hati sambil melirik kesal ke arah Anton.Melihat aura Awan yang dapat mengintimidasi bawahannya, Max tidak lagi berani berbuat ceroboh. Pengalamannya selama belasan tahun di dunia hitam mengajarinya untuk berha
"Awan?" Nadya tercengang dan sampai menutup mulutnya. Ia hampir tidak percaya kalau orang yang selama ini ia tunggu-tunggu akan muncul seperti ini.Perasaan Nadya campur aduk dan sebagian besarnya didominasi oleh perasaan bahagia karena harapan terbesarnya akhirnya terkabul. Awannya telah kembali! "Bajingan! Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menganggu kesenanganku?" Hardik Max berang.Sedikit lagi, Max hampir berhasil menyentuh Nadya dan tentu,madegan selanjutnya akan berjalan sesuai dengan keinginan Max. Namun, kedatangan orang asing yang tidak dikenalnya, membuat usahanya jadi terhenti. Lebih parahnya, orang asing yang terlihat seperti gembel tersebut malah tidak mengacuhkan kemarahan Max dan berjalan melewatinya begitu saja."Aku tidak terlambat, 'kan?" Tanya Awan pada Nadya.Nadya menggeleng dan matanya berkaca-kaca,"Kamu, kamu sangat terlambat! Kamu terlambat dua bulan satu hari tiga jam dan dua puluh tiga menit."Tanpa menghiraukan semua pasang mata yang melihat dan juga pen
"Plak!"Sebuah suara tamparan terdengar cukup keras dan sekaligus membuat semua orang menatap ke sumber suara dengan tatapan tegang.Siapa yang tidak tegang, saat seorang petinggi mafia yang paling ditakuti di kota ini di tampar oleh seorang wanita dan itu terjadi tepat di depan banyak pasang mata yang melihatnya."Na-Nadya, apa yang kamu lakukan? Cepat berlutut dan minta maaf pada tuan Max! Jika tidak, kamu akan berakhir dengan nasib tragis kalau tuan Max sampai marah." Teriak Anton ketakutan dan kesal dengan tindakan berani sepupunya tersebut.Punggung Anton terasa basah oleh keringat dingin. Tentu saja, ia sangat takut dengan kemarahan Max. Apalagi, ide untuk memperkenalkan Nadya pada Max adalah dari dirinya. Sikap lancang Nadya bisa berimbas pada dirinya. Anton tidak berani membayangkan jika Max sampai murka dan melampiaskan kemarahannya pada dirinya.Lona yang berdiri di dekat Nadya tidak kalah terkejutnya. Meski menurutnya, Max sangat pantas mendapat tamparan tersebut karena ia c