Mata Langit menerawang ke Cakrawala. Menikmati gumpalan awan yang tengah bergerak dengan perlahan-lahan. Berjalan bersama angin yang bertiup dengan cukup kencang di atas sana. Sesaat ingatannya ikut menerawang pada waktu kemarin, saat perjumpaannya bersama beberapa orang yang tanpa di duga sama sekali, mampu menguak satu persatu tabir gelap yang selama ini masih menggelayuti fikiran nya. "Apa kamu masih merasa segan dengan kami?" sebuah suara menegur di sampingnya. Suara merdu yang jika itu di dengar oleh orang biasa, niscaya Dia akan luluh dan terpesona mendengarnya. Suci, gadis cantik Jelita dengan pembawaannya yang anggun mempesona. Mengingatkan Langit pada sosok Puteri-Puteri Raja Masa lalu yang pernah dilihatnya di Film-Film Kolosal dan Kerajaan. Dengan Outfit dress panjang warna putih dipadu denga blazer warna ungu berenda, menjadikan tampilannya benar-benar mirip seorang Puteri. Hei, ini juga mengingatkanku pada Ratu Kumala Suci Fikir nya tiba-tiba. Bagaimana kabarnya Ratu
Suci menoleh. Mata indahnya menatap lekat ke arah Langit. Lalu segera palingkan pandangan ke arah lain. Tidak berani beradu lama dengan Langit. "Aku tidak tahu. Mungkin ayahku lebih tahu. Kenapa kamu tanyakan itu?""Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apakah ada sesuatu yang tidak aku tahu? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku?""Tidak, sama sekali tidak. Ayolah, jangan coba berniat membaca fikiranku Tuan Langit. Aku sudah bisa memproteksi nalarku sendiri. Percayalah, apa yang kamu ingin tahu, itu tidak ada padaku,""Setidaknya kamu pasti tahu sesuatu Suci,""Itu tidak ada hubungannya denganmu!" "Kamu yakin?" "Kamu ingin aku berkata apa?""Jawab saja pertanyaanku, tidak susah bukan?""Baiklah, kenapa aku tidak bisa menolakmu? Padahal bagiku, kamu hanyalah orang asing, Tuan Langit," Suci bertanya lirih dalam hatinya. Sekuat itukah pesona dan Aura Langit baginya? "Mungkin memang kamu memiliki saudara, tapi jujur saja kau tidak tahu banyak. Ayahku lah yang lebih tahu. Aku tid
"Apa maksudmu? Siapa yang berani menyerangku? Apa-apaan Kaisar sampai menyebarkan berita bohong itu kepadamu?" Leon mengerutkan keningnya. Parasnya terlihat kebingungan. Dewi Bulan dan Langit juga saling pandang, mereka sama-sama bingung. "Ayah.... Kenapa dia sampai melakukan hal seperti ini? Aku sungguh tidak habis fikir! Tapi, serius kamu gak kenapa-kenapa?" Suci balik bertanya. "Seperti yang kamu lihat? Siapa yang berani datang kemari dan menyatroni rumahku tanpa tujuan yang jelas, apa lagi ada maksud jahat, dia tidak akan bisa keluar dengan selamat dari sini!""Tapi beberapa saat yang lalu, ayahku menelepon, aneh! Ada apa dengan ayah?""Apa kamu yakin ayahmu yang menelepon tadi Dewi?" tanya Langit. "Tentu saja! Apa kamu ragu kalau yang menelpon itu ayahku?""Tidak, maksudku, apakah kamu yakin kalau itu benar-benar ayahmu? Soalnya setahuku, Kaisar sedang pergi Ke Kota Banda sejak kemarin. Dia mau bertemu dengan koleganya di sana. Bagaimana dia bisa tahu kalau Singa Emas diserang?
Satu sosok Pria setengah baya berperawakan tinggi dengan kepala plontos,mengenakan pakaian dinas lapangan loreng khas militer, tiga gurat luka terlihat di pipi kanan dan kirinya, sekilas nampak seperti tatto, yang makin menambah seram penampilannya. "Berani sekali kamu datang ke tempatku berbuat mengacau disini! Punya kekuatan dari mana kamu sampai berani menantang ku, Wolfgang?""Jangan sok kau Leon, kamu akan segera mati hari ini!" "Oh ya? Apa dengan mengajak mereka semua, kamu fikir akan bisa mengalahkanku? Hehehe, kamu sedang mimpi di siang bolong, Wolfgang!" Leon tertawa mengekeh. "Kamu mungkin hebat, tapi mereka adalah para Pembunuh Profesional Tingkat Atas yang sengaja di sewa Tuanku untuk melenyapkan satu persatu hama pengganggu, alias orang-orang tolol yang sok baik dan sok bijaksana, padahal dia sendiri tidak lebih seperti seekor tikus comberan yang selalu mengais kotoran di gorong-gorong yang kotor dan bau!""Seekor Serigala Tua, tiba-tiba saja merasa memiliki sayap dan b
"Siapa pemuda ini? Suaranya keras sekali! Jantungku hampir copot!" seru seseorang di Pasukan Wolfgang. "Iya, Getarannya sangat kuat, aku fikir barusan itu adalah gempa!""Apa betul teriakan itu punya dia?" Bisik-bisik itu lama kelamaan berubah menjadi suara yang riuh rendah dari hampir seluruh pasukan. "Diam semuanya! Jangan berisik!" Wolfgang menengahi. Walau hatinya ikut terkejut dengan teriakan berbau intimidasi tersebut. "Siapa pemuda asing ini? Tekanan suaranya sungguh kuat sekali! Apa dia teman Singa Emas?" fikir Wolfgang sedikit khawatir. "Siapa orang ini? Kenapa aku merasakan dia bakal jadi batu sandungan yang serius buat kita?" tanya Jacky. "Mana kutahu? Biar ku penggal saja dia, sebelum menjadi hama pengganggu nantinya!" Awei berusaha tegar, walau hatinya ikut merasa was-was. "Jangan ceroboh! Dialah pemuda yang aku maksud! Dengarkan apa yang dikatakannya, aku fikir dia berkata dengan serius! Sebaiknya kita tunggu instruksi dari kedua Kakak Besar kita!" cegah Morgan. "
Langit bergerak dengan cepat. Bersama dengan Leon dan Dewi Bulan, dia langsung menyatroni kediaman Sang Taipan Bima Sena. Dengan membawa Wolfgang sebagai jaminan dan Lima Dewa Senjata yang sudah beralih kiblat menjadi pengikutnya. Tentu saja kedatangan Langit dan 'pasukannya' membuat Bima Sena terkejut. Langit dengan lugas memberikan penawaran pada Bima Sena untuk membuka rekonsiliasi damai dan bersedia memberitahu siapa penggagas utama yang berniat menghancurkan Leon dan Darren Chow. Pada awalnya Bima Sena tidak menunjukan sikap persahabatan dan kooperatif dengan kehadiran Langit, hingga akhirnya Langit harus kembali menunjukan eksistensi dan otiritasnya sebagai seorang manusia pilihan dengan melumpuhkan beberapa Pengawal terbaik Sang Taipan secara cepat, dan sekaligus tanpa perlawanan berarti. Hal itu membuat Bima Sena terpaksa dibuat tunduk menyerah dan membuka matanya, dia akhirnya bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh Langit saat ini. "Kami hanya mengikuti kehen
Langit akhirnya memutuskan untuk mengumpulkan dan merekonsiliasi para pihak yang bertikai, dari mulai Tiga Taipan dan para Penguasa Bawah Tanah. Dia sengaja melakukan itu agar bisa menjernihkan suasana di Ibu Kota yang selama ini tidak begitu kondusif. Terutama untuk urusan persaingan dan perseteruan antara Penguasa Bawah Tanah, Lima Raja Besar, para Pemilik Bisnis Hitam, dan para Taipan yang sudah lama hubungan mereka tidak begitu harmonis. Hingga berimbas pada imflikasi di real bisnis yang cenderung menjadi tidak lancar dan tersendat. Awalnya semua pihak meragukan apa yang sedang di sounding kan oleh Langit, dan untuk sekali lagi, Langit harus menunjukan kekuatan serta otoritasnya sebagai seorang manusia pilihan yang mewarisi Trah Raja Besar, dengan menantang mereka atas dua hal, pertama unjuk Kekuatan fisik, yang kedua adalah menunjukan hal yang selama ini tidak pernah ingin diperlihatkan olehnya sama sekali, karena menurutnya sangat tabu dan tidak elok diketahui oleh orang lain.
Ada dua peristiwa yang membuat Langit tidak bisa memejamkan matanya malam ini. Kejadian tadi siang yang tidak pernah diduga nya, masih membekas di benaknya hingga saat ini. Bahkan cukup mengganggu hati dan fikirannya. Pertama pertengkarannya dengan Roman Archilles. Sosok penolong yang selama ini sudah dianggap sebagai orang tuanya sendiri. Sang Taipan terkaya negeri ini, yang sejatinya merupakan seorang penjaga dari asset-asset yang selama ini dimiliki oleh Leluhur Langit. Yang jika waktunya sudah tepat, maka semua gudang kekayaan dan asset-asset tersebut akan kembali dan dimiliki kembali oleh pewaris yang sah. Yakni Langit. Perbedaan faham dan visi yang cukup tajam, menyebabkan perdebatan yang berkepanjangan, hingga akhirnya tanpa di diduganya sama sekali, memantik kehadiran sosok lain yang selama ini ternyata masih ada dan selalu mengiringi setiap langkahnya hingga saat ini. "Sudah kubilang, kamu belumlah siap untuk mengikrarkan dirimu sendiri menjadi penantang tunggal dari semu
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi