Home / Romansa / ASI Untuk Bosku / Bab 3 Bertemu Junior Radit

Share

Bab 3 Bertemu Junior Radit

Author: Manila Z
last update Last Updated: 2025-03-01 17:50:55

Radit menoleh dengan tatapan tajam yang membuat Elina terdiam sejenak. Ada sesuatu yang berbeda dalam pandangan itu, seolah Radit sedang menguji reaksinya.

"Kamu tidak sedang berpikir mesum tentang saya, kan?" tanya Radit dengan nada ringan, namun matanya penuh dengan godaan yang tidak bisa disembunyikan.

Elina hampir saja tersedak, merasakan darahnya mengalir cepat ke wajahnya. Ketegangan langsung mencengkeramnya. Dia merasa seperti seluruh tubuhnya terperangkap dalam pandangan Radit yang tajam. Tidak tahu harus menjawab apa, Elina hanya bisa menundukkan kepala, wajahnya memerah.

"Saya mohon maaf, Pak Radit," ujarnya, suara gemetar. Sekarang dia merasa begitu kecil dan tidak berdaya di hadapan Radit yang perlahan mendekat.

Radit mengangkat alisnya, lalu mendekatkan tubuhnya sedikit lagi, cukup dekat untuk membuat Elina merasa semakin gugup. "Jadi, itu benar?" godanya lebih lanjut, senyum nakalnya semakin terlihat. "Bagaimana kalau kita coba lakukan apa yang kamu bayangkan tadi?"

Elina langsung menggelengkan kepala, wajahnya semakin merona. "Eh, tidak Pak Radit," jawabnya, hampir berbisik. Kalimat itu keluar dengan cepat, dipenuhi dengan rasa malu yang membuat seluruh tubuhnya bergetar.

Radit langsung menarik dagu Elina agar mereka saling tatap satu sama lain. Bahkan dia tidak yakin kalau semuanya jadi lebih baik. Elina diam-diam memikirkan semuanya.

"Apa yang kamu pikirkan tentang saya?"

Elina terdiam ketika Radit bertanya seperti itu, dia sendiri pun tidak punya jawaban yang pasti sekarang. Sampai tiba-tiba bibirnya dilumat dengan manja oleh Radit.

Elina terkejut ketika merasa benda kenyal itu menyatu dengan bibirnya yang manja. Membuat dia sedikit pun tidak tahan dibuatnya.

"Manis bukan?"

Radit mengatakan itu setelah dia kembali memberikan ciuman pada bibir lembut Elina.

Radit menatap Elina dengan senyum menggoda yang tak bisa disembunyikan. "Pak Radit," protes Elina dengan nada malu, berusaha mengalihkan perhatian dari perasaan yang mulai membuncah di dalam dirinya.

Radit hanya tertawa pelan, matanya penuh dengan misteri. "Kamu bahkan tidak bisa berbohong, Elina. Bibirmu menikmatinya," bisiknya dengan lembut tepat di telinga Elina. Suaranya menggema dalam ruang yang semakin terasa sempit, membuat Elina tak bisa lagi menyembunyikan kegugupannya.

Tanpa memberikan kesempatan untuk menjawab, Radit tersenyum penuh arti, senyuman yang mengandung tantangan. Dia berbalik dan berjalan menuju kenop pintu, membuka pintu itu perlahan, seolah memberi waktu bagi Elina untuk memikirkan segala yang telah terjadi di antara mereka.

Jantung Elina berdegup lebih cepat, perasaan yang sulit dijelaskan mulai menghantui pikirannya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Kenapa dia merasa terjebak dalam suasana yang semakin panas ini? Elina menghela napas pelan, sebelum akhirnya melangkah mengikuti Radit ke dalam ruangan.

Begitu Radit melangkah masuk terlebih dahulu, Elina baru mengikuti di belakangnya dengan langkah yang sedikit ragu. Namun, baru saja mereka memasuki ruangan tersebut, suara terkejut keluar dari mulut Elina.

"Loh," Elina terkejut melihat ada dua orang yang sudah berada di dalam ruangan. Mereka adalah seorang perempuan dan seorang pria yang tampaknya sudah menunggu kedatangan Radit.

Radit menoleh ke arah mereka dengan santai, seakan tidak terkejut sama sekali. "Ah, Tuan Radit datang," sapa perempuan itu dengan nada sopan, sambil berdiri dan tersenyum hangat ke arah Radit. "Kami sudah menunggu Anda."

Elina hanya bisa berdiri terdiam, perasaan bingung dan penasaran datang seiring dengan suasana yang semakin membingungkannya. Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Mengapa Radit membawa Elina ke tempat yang ternyata sudah ada orang lain?

Radit melirik Elina, melihat ekspresi kebingungannya. Dengan tatapan yang lebih lembut, dia kemudian beralih pada dua orang yang ada di ruangan itu. "Ini Elina," ujar Radit sambil memperkenalkan Elina kepada mereka. "Dia akan bergabung dengan kita."

Perempuan itu tersenyum dan mengangguk dengan ramah. "Senang bertemu denganmu, Elina," katanya dengan suara hangat. "Kami sudah menyiapkan segalanya."

Elina merasa semakin canggung. Apa yang dimaksud dengan 'bergabung'? Apa sebenarnya yang sedang terjadi di ruangan ini? Radit memperhatikannya dengan cermat, kemudian berjalan lebih dekat ke Elina, memberi isyarat untuk mengikutinya.

"Aku Lisa," kata orang tersebut para Elina.

"Elina," jawab Elina yang berkenalan dengan orang tersebut.

"Lisa berikan Jio kepada Elina," ujar Radit karena sebenarnya yang membutuhkan asi adalah anaknya.

"Baik Tuan."

Lisa memberikan anak kecil sekitar umur satu tahun itu kepada Elina. Dia menatap sekilas kearah Elina dengan pandangan aneh. Sebelum akhirnya dia memutuskan pergi keluar setelah memberikan bayi tersebut.

Elina menerima bayi tersebut dan dia mendorongnya dengan perlahan. Dia sedikit berpikir jernih sekarang. Jadi yang dimaksud oleh Radit tadi adalah junior anaknya, bukan kepunyaan miliknya.

"Elina kamu sungguh memalukan sudah berpikir mesum," umpat Elina pada dirinya sendiri. Dia menyadari kebodohannya karena berpikir kalau yang butuh asi itu adalah bosnya.

Bagaimana bisa dia bahkan sampai berpikir seperti itu tadi. Beruntung sekali pikirannya sudah kembali menjadi jernih sekarang.

"Kalau begitu, kamu mulai sekarang menjadi ibu susu anakku," kata Radit.

Elina melihat kearah anak tersebut dengan sekilas. Andai saja anaknya masih hidup, mungkin saja mereka masih seumuran sekarang.

"Jadi ini yang dimaksud oleh Pak Radit?" tanya Elina lagi.

"Iya, memangnya apa yang kamu harapkan?"

Elina merasa jengkel sekarang, dia sudah berpikir kalau Radit akan melakukan sesuatu padanya. Tetapi malah hanya mengurus anaknya saja.

"Saya pikir ada hal yang lain," ujar Elina.

"Sudahlah, lebih baik sekarang kamu susui dia," saran Radit.

Elina hanya mengangguk dan dia hendak akan membuka dua kancing kemeja yang dia gunakan. Sebelum akhirnya dia sadar kalau Radit ada di sini.

"Pak Radit tidak keluar?" tanya Elina.

Radit mengambil iPad milik dirinya dan melihat kearah Elina kembali. Dia hanya ingin memastikan sesuatu saja.

"Memangnya kenapa kalau saya diam di sini, apa kamu merasa keberatan?" tanya Radit.

Elina mengumpat dalam hatinya, jelas dirinya merasa keberatan sekarang. Terlebih ketika melihat bosnya itu menatap dirinya seperti itu.

Apalagi dia hendak akan memberikan asi kepada anaknya, bagaimana kalau terus diperhatikan seperti ini. Membuat dia merasa tidak nyaman saja.

"Pak Radit, saya merasa tidak nyaman kalau Pak Radit terus memperhatikan saya seperti itu!" ujar Elina.

Radit hanya tersenyum tipis ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Elina barusan.

"Jadi maksud kamu, mengusir saya dari kamar anak saya sendiri!" ujar Radit.

"Bukan seperti itu Pak."

Elina mengumpat kesal, kenapa bosnya itu tidak peka sekali. Dia tidak bermaksud untuk mengusirnya, tetapi bagaimana kalau dia melakukan itu dihadapannya.

"Sudahlah, lakukan apapun yang kamu lakukan."

Radit mengatakan itu dengan santai. Dia diam-diam tersenyum dengan penuh arti ketika melihat Elina yang tidak jauh dari sana.

Wanita itu perlahan membuka kancing bajunya dengan pelan. Membuat Radit malah menelan salivanya, jakunnya sudah naik turun dan dia benar-benar tidak yakin dengan yang dia lihat. .

Elina memunggungi dirinya, membuat dia tidak bisa melihat sama sekali. Bahkan dia malah kesulitan untuk berbicara sekarang.

"Kamu sengaja memunggungi anakku sendiri seperti itu."

"Kenapa memangnya, Pak Radit mau mengintip!" balas Elina dengan kesal.

Bosnya itu malah tidak mau kabur sama sekali. Bahkan dia tidak menyangka kalau akan jadi seperti ini.

"Ah sial."

Elina menyadari bosnya itu malah mengumpat kesal. Dia jadi heran dengan apa yang terjadi pada Radit.

"Pak Radit kenapa?" tanya Elina, merasa kebingungan dengan tingkah bosnya barusan.

Radit tidak mengatakan apapun yang dia rasakan sekarang. Dia lalu berdiri dan pergi begitu saja. Kepergiannya membuat Elina justru merasa curiga dengan laki-laki tersebut.

"Ada apa dengan Pak Radit?" tanya Elina dalam hati, merasa bingung. Sebelumnya, Radit tidak pernah bertindak seperti itu.

Pintu kamar kembali tertutup setelah Radit keluar. Elina menatap ke arah bayi yang sudah terlelap tidur setelah dia memberikan ASI. Dengan hati-hati, Elina membaringkan bayi tersebut ke atas ranjang bayi yang memang sudah disiapkan di sini. Dia memperhatikan bayi itu dengan seksama, hatinya penuh rasa sayang.

"Di mana ibu dari anak ini? Bukankah seharusnya ibunya yang memberi ASI pada anaknya?" batin Elina yang merasa curiga dan penasaran dengan keberadaan ibu dari bayi tersebut.

Rasa penasaran mulai tumbuh dalam dirinya. Mungkin, lebih baik jika dia menanyakan hal ini nanti pada Radit. Sekarang, dia merasa tugasnya sudah selesai dan dia bisa pulang.

"Nama bayi ini lucu sekali. Semoga nanti kita bisa bertemu lagi, nak," ujar Elina sambil mencubit pipi gembul bayi yang begitu menggemaskan itu.

Elina tersenyum bahagia karena bisa melihat bayi tersebut. Keberadaan bayi itu mengingatkannya pada bayinya yang sudah meninggal.

"Andai saja kamu masih hidup, nak. Pasti sekarang kamu akan seumuran dengan bayi ini."

BERSAMBUNG

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • ASI Untuk Bosku   Bab 4 Masuk Kamar Radit

    Radit mandi air dingin untuk meredakan pikiran mesumnya tentang Elina, semuanya gara-gara dirinya yang nekat ingin melihat Elina. Terpaksa dia harus seperti ini sekarang. Bahkan dia menyadari kesalahannya sekarang. "Ah sialan Elina," umpat Radit yang memainkan adiknya sendiri sampai puas.Membayangkan tubuh Elina yang memang sangat membuat dia mengubah seleranya. Dia benar-benar ingin bermain dengan wanita itu. Tetapi dia memikirkan cara yang baik untuk dia lakukan.Setelah Radit bermain dengan puas, dia mengambil handuk dan membersihkan semuanya. Sampai dia keluar dari kamar mandi.Dia merasa terkejut ketika melihat Elina yang ada di dalam kamarnya."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Radit dengan tajam.Elina meneguk salivanya ketika dia melihat perut kotak-kotak milik Radit yang memang sangat menggugah selera dirinya.Dia tidak menyangka kalau akan melihat lekuk tubuh dari bosnya yang begitu sangat kekar. Membayangkan tubuh itu mengukung dirinya dengan begitu kasar. Membuat pikiranny

    Last Updated : 2025-03-01
  • ASI Untuk Bosku   Bab 5 Elina Rindu Anaknya

    Elina menghela napas lega begitu berhasil keluar dari kamar Radit. Rasa takut dan cemas yang tadi menyelimuti dirinya kini sedikit mereda, meskipun tetap ada perasaan aneh yang mengganjal. Dia merasa seperti baru saja terlepas dari situasi yang bisa berakhir sangat buruk. Tapi, ada satu hal yang terus menghantui pikirannya. Apa maksud wanita itu menyuruhnya masuk ke kamar Radit?"Kenapa Lisa suruh aku masuk tadi?" batin Elina, matanya menatap kosong ke depan. Semua ini terasa seperti sebuah teka-teki yang belum terpecahkan, dan Elina tahu dia harus mencari jawaban.Baru beberapa langkah keluar, matanya bertemu dengan Lisa. Wanita itu berdiri di ujung koridor, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Sepertinya, Lisa tahu lebih banyak dari yang Elina kira, dan itu membuatnya semakin penasaran."Ah, kamu sudah keluar?" tanya Lisa dengan nada yang agak terkejut, meskipun Elina bisa melihat sedikit kelegaan di wajahnya.Elina langsung menatap Lisa dengan sorot mata tajam. Dia mer

    Last Updated : 2025-03-01
  • ASI Untuk Bosku   Bab 6 Radit Ikut Sarapan

    Elina baru saja terlelap dalam mimpi-mimpinya yang tenang saat tiba-tiba suara klakson mobil mengusiknya. Dengan cepat, dia terbangun, matanya masih setengah terpejam, namun suara klakson itu sudah cukup membuatnya terkejut."Astaga, dia sudah datang," gumamnya panik, mengenali mobil itu dari jauh. Itu adalah mobil Radit, bosnya yang selalu datang tanpa pemberitahuan.Dia bergegas bangun dan berlari ke jendela untuk melihat lebih jelas. Radit, pria itu, selalu membuatnya merasa cemas tanpa alasan yang jelas. Padahal hanya bos, tapi entah kenapa, setiap kali bertemu dengannya, Elina merasa ada ketegangan yang tak bisa dia hindari."Sialan, kenapa harus sepagi ini," kata Elina, kesal pada dirinya sendiri. Seharusnya dia bisa lebih santai, tapi pertemuan pagi ini selalu membuatnya cemas. Dia hanya bisa mengumpat sambil mengambil langkah cepat menuju kamar mandi. Pagi ini, sepertinya dia harus lebih berhati-hati, karena Radit tampaknya datang tanpa memberi amaran sebelumnya.Dia mandi den

    Last Updated : 2025-03-05
  • ASI Untuk Bosku   Bab 7 Rumor Tentang Elina

    Elina tengah berada di dalam mobil milik Radit sekarang. Ia mengumpat dalam hati, merasa jengkel karena bosnya itu begitu semena-mena dengan dirinya. Bahkan Elina merasa dirinya sudah cukup sabar, tetapi tingkah Radit yang seolah sengaja mengusiknya membuat kesabaran itu mulai terkikis."Kamu tidak mau turun, Elina?" tanya Radit dengan nada santai, seolah tidak ada yang aneh."Hah?" Elina terkejut, menyadari dia melamun begitu lama. Seketika dia melihat ke luar jendela dan baru sadar kalau mereka sudah sampai di depan kantor."Kamu nggak khawatir orang lain berpikir aneh-aneh, kan, ketika tahu kita lama berada di dalam mobil?" Radit goda dengan nada yang sedikit nakal.Tiba-tiba Elina merasa darahnya berdesir. Radit benar. Jika orang-orang tahu dia terlalu lama berada di mobil bersama bosnya, pasti akan ada banyak gosip tak jelas yang tersebar. Ia tidak mau menjadi bahan pembicaraan di kantor. Itu akan sangat memalukan.Dengan cepat, Elina membuka pintu mobil dan keluar tanpa menoleh

    Last Updated : 2025-03-05
  • ASI Untuk Bosku   Bab 8 Rencana Jahat

    Elina melihat Radit sedang mengobrol dengan seseorang di seberang ruangan. Sesuatu dalam dirinya tiba-tiba terasa tidak nyaman. Ada perasaan yang sulit dijelaskan, mungkin cemburu, atau bahkan kesal, melihat Radit begitu akrab dengan orang lain."ELINA!"Elina menoleh cepat, mendengar teriakan Radit yang terdengar keras dan memecah keheningan. Dia merasa sedikit bingung dan bertanya-tanya dalam hati, Apa yang membuat dia marah seperti itu?"Sial!" umpat Elina pelan, merasa kesal."Jangan mengumpat begitu, cepat hampiri bosmu sebelum gajimu dipotong," ujar Dani yang kebetulan berada di dekatnya."Iya, Dani. Kalau begitu aku ke sana dulu," Elina berkata sambil sedikit menghela napas, lalu berpamitan dengan Dani yang selama ini banyak membantunya."Lama sekali," omel Radit dengan nada kesal."Iya, Pak Radit tahu kan tadi saya sedang mengobrol dengan Dani?" Elina membela diri, meski dia tahu ini tidak akan merubah apapun."Jangan dekat-dekat dengan dia, kamu tahu dia itu buaya darat, bany

    Last Updated : 2025-03-05
  • ASI Untuk Bosku   Bab 9 Radit Sakit Perut

    Elina akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruangan dirinya bersama dengan Radit. Dia benar-benar kesal karena banyak orang yang menatap dirinya sinis. Mungkin semua orang merasa iri dengan dirinya karena dia dekat dengan bos."Pak Radit tidak mengatakan apapun, kita jadi pusat perhatian sekarang," ujar Elina dengan nada marah."Saya sih sudah terbiasa dengan banyak gosip di kantor ini, banyak orang yang mengatakan aneh-aneh tentang saya," balas Radit dengan santai, akhirnya dia membuka makanan yang memang sudah dipesan Elina."Iya, tapi saya tidak mau jadi bahan gosip, apalagi kalau sampai dituduh aneh-aneh," balas Elina dengan nada kesal, matanya melirik ke sekitar, memastikan tidak ada yang terlalu mengawasinya. Rasanya aneh sekali, seolah-olah semua mata di kantor tertuju pada mereka, menghakimi setiap gerakan.Radit hanya mengangguk ringan, seakan sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. "Sudahlah Elina, daripada kamu terus menyalahkan saya seperti ini, lebih baik kamu temani sa

    Last Updated : 2025-03-07
  • ASI Untuk Bosku   Bab 10 Radit Ditolong Dokter Rian

    Elina berdiri di ruang kantor Radit, tangan menggenggam erat tas tangannya, mata tak lepas memandang Radit yang terkulai lemas di kursi. Hatinya berdebar cemas, meski mencoba terlihat tenang. Apakah makanan itu benar-benar mengandung sesuatu? Atau ada yang sengaja melakukan ini padanya?"Pak Radit... sabar, ya. Dokter Rian akan segera datang," ucap Elina, suaranya bergetar meskipun berusaha menyembunyikan kegelisahannya.Radit hanya mengangguk lemah, wajahnya pucat. Badannya terlihat gemetar, tak tahu harus berbuat apa lagi selain menunggu bantuan. Sesekali, dia merintih kesakitan, tubuhnya bolak-balik ke toilet, setiap kali dengan ekspresi yang semakin gelisah.Beberapa menit kemudian, Rian tiba. Mata Rian langsung tertuju pada Radit yang tampaknya semakin terpuruk. Sekilas dia memandang Elina, sedikit curiga, tetapi tidak bertanya dulu. Segera, dia menghampiri Radit."Radit, apa yang terjadi?" tanya Rian, suaranya penuh keprihatinan. "Elina, kamu tahu apa yang terjadi?"Elina cepat

    Last Updated : 2025-03-07
  • ASI Untuk Bosku   Bab 11 Ada Yang Menghalangi

    Elina merasa perasaannya semakin panas. Sejak pagi tadi, segala sesuatunya terasa mengganggu, dan kini, setelah hampir keluar dari kantor, ada saja yang menghalangi. Kina yang tiba-tiba muncul dan bertanya dengan nada mencurigakan hanya menambah beban pikirannya."Hei, mau ke mana? Buru-buru sekali," kata Kina, matanya menyelidik Elina.Elina mengerutkan dahi. Rasanya sudah cukup dia diganggu pagi ini. "Aku tidak ingin mencari ribut, jadi menyingkir lah," jawabnya dengan nada dingin, langkahnya semakin cepat.Kina terkekeh, tidak terima dengan sikap Elina. "Cih, dasar sombong!" gumamnya, lalu menatap Elina dengan tatapan penuh sindiran.Elina sudah hampir mencapai pintu keluar, tetapi tiba-tiba seseorang memanggilnya. Belum sempat dia bernafas lega, suara Bela datang menyapanya dari belakang."Kamu baik-baik saja, Elina?" tanya Bela, dengan ekspresi yang sedikit khawatir, meski terlihat tidak begitu tulus.Elina menoleh, bingung dengan pertanyaan itu. Sejak kapan Bela peduli padanya?

    Last Updated : 2025-04-08

Latest chapter

  • ASI Untuk Bosku   Bab 19 Kamu Beneran Suka Elina?

    “Kamu kenal, Elina?”Suara Rian tenang, tapi sorot matanya menusuk seperti pisau tajam yang menembus lapisan luar Radit.Radit menoleh, dan tanpa perlu berkata apa-apa, ia tahu Elina akan membenarkannya.Elina berdiri di dekat pintu, tubuhnya tegak, tapi jemarinya mengepal di samping tubuh. Ada sesuatu di sorot matanya—entah luka, entah kecewa, atau mungkin… keduanya.“Dia Kina. Dari divisi yang sama dengan Bela,” katanya pelan, tapi tegas.Radit mengangguk sekali, rahangnya mengeras.“Panggil dia ke sini.”“Baik, Pak Radit.”Elina berbalik, langkahnya cepat, nyaris seperti ingin segera menjauh dari ruangan itu. Tapi setiap langkahnya terasa berat, seolah ada yang menahannya untuk tetap tinggal.Begitu pintu tertutup, suasana di dalam ruangan berubah drastis. Sunyi. Tegang. Seolah udara ikut menahan napas.Rian menyilangkan kaki, menatap Radit dari balik meja.“Kamu beneran tertarik sama Elina?”Radit tak langsung menjawab. Ia menatap meja, lalu jendela, lalu kembali pada sahabatnya.

  • ASI Untuk Bosku   Bab 18 Kamu Kenal Elina?

    Elina menghela napas panjang. Matanya masih terpaku pada kejadian barusan—Radit, lelaki yang selama ini mengisi hatinya, tampak begitu hangat tertawa bersama Bela. Tatapan mereka, kedekatan mereka, semuanya membuat dada Elina terasa sesak."Menyebalkan sekali!" umpat Elina, suaranya pelan namun tegas, menggigit udara sore yang mulai dingin.Tanpa pikir panjang, Elina berbalik dan melangkah keluar. Dia tak sanggup melihat lebih lama. Hatinya terlalu rapuh untuk menyaksikan kebersamaan yang menyakitkan itu. Kepalanya penuh dengan bayangan—Bela yang selalu tampil sempurna, Radit yang akhir-akhir ini berubah dingin. Apa aku hanya pelarian? batinnya resah.Duk.Langkahnya yang terburu membuatnya menabrak seseorang.“Oh maaf—” Elina langsung mendongak dan terkejut saat melihat sosok di depannya.“Kamu melamun, Elina?” tanya pria itu dengan senyum hangat. Dokter Rian.“Dokter Rian? Tumben sekali datang ke sini,” ucap Elina, mencoba menyembunyikan kegelisahannya di balik senyum canggung.Rian

  • ASI Untuk Bosku   Bab 17 Hasil Penyelidikan Rian

    Aroma asap dari ayam bakar yang sedang dipanggang menusuk hidung Rian saat ia berdiri di depan restoran Ayam Taliwang itu. Sederhana, tapi ramai. Letaknya tidak jauh dari kantor tempat Elina dan Radit bekerja. Dan ya, inilah restoran yang disebut Elina—tempat dia memesan makanan untuk Ramon beberapa waktu lalu.Rian tak datang untuk makan siang. Ia datang untuk mencari tahu—siapa yang mencoba mencelakai Radit lewat makanan.Ia melangkah masuk. Pelanggan terlihat sibuk menyantap makanan, tertawa ringan. Tak ada yang terlihat mencurigakan. Tapi Rian tahu, sesuatu terjadi di balik dapur yang tertutup itu.“Selamat siang, Kak. Mau makan di sini atau bungkus?” sapa seorang pelayan perempuan.“Bukan. Saya ingin bertemu manajernya. Tentang pesanan makanan beberapa hari lalu,” jawab Rian, suaranya datar tapi tegas.Tak lama, seorang wanita keluar. Wajahnya kaku, matanya tajam. “Saya manajernya. Ada apa?”“Saya hanya ingin tahu, adakah yang aneh dengan pesanan atas nama Elina beberapa hari lal

  • ASI Untuk Bosku   Bab 16 Berangkat Bersama

    Pagi hari yang cerah.Pagi hari yang cerah.Langit bersih tanpa awan, matahari menggantung rendah dengan sinarnya yang hangat menembus dedaunan dan menyentuh kap mobil hitam milik Radit yang terparkir rapi di depan rumah.Radit sudah duduk di balik kemudi, tapi mesinnya belum menyala. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk setir, sementara matanya terus melirik jam tangan. Sesekali ia mendesah—tak sabar.Akhirnya, pintu rumah terbuka. Elina muncul dengan langkah cepat. Dia terkejut saat melihat mobil Radit masih terparkir. Keningnya berkerut, alis kirinya naik, mencerminkan rasa heran."Pak Radit belum berangkat?" gumamnya lirih.Radit menurunkan kaca jendela dan melirik tajam. "Lama amat. Ayo masuk!"Elina sedikit bingung, tapi langsung menuruti. "Saya kira Pak Radit udah duluan ke kantor.""Ayo cepat, jangan banyak tanya," potong Radit, nadanya terdengar malas menjelaskan.Elina membuka pintu penumpang dan masuk tanpa membantah lagi. Dia tahu bosnya itu bukan tipe orang yang suka diinterogasi

  • ASI Untuk Bosku   Bab 15 Jio Nyaman Dekat Elina

    "Kenapa kamu mengusir saya, Elina? Bukannya waktu itu kamu juga pernah menyelinap ke kamar saya!" bentak Radit, nadanya tajam, matanya menatap Elina penuh tuduhan.Elina sontak terdiam. Jantungnya berdebar. Kalimat itu membangkitkan kembali ingatan yang sudah lama ia kubur. Ia memang pernah masuk ke kamar Radit diam-diam… tapi bukan karena keinginannya sendiri."Itu… itu salah paham. Lisa yang menyuruh aku ke kamar Pak Radit malam itu," ujar Elina pelan, tapi cukup jelas untuk membuat Radit menghentikan langkahnya.Tatapan Radit berubah. Matanya kini menyipit, mencoba membaca raut wajah Elina. "Lisa yang menyuruh kamu?" tanyanya, suaranya turun satu oktaf, lebih tenang, tapi penuh tanda tanya.Elina mengangguk, menatap Radit dengan kebingungan. "Iya. Dia yang bilang harus ambil dokumen penting dari meja kerja kamu. Aku nggak ngerti kenapa harus buru-buru waktu itu. Tapi dia kelihatan panik."Radit terdiam. Ingatannya melayang pada malam itu—malam ketika pintu kamarnya terasa seperti a

  • ASI Untuk Bosku   Bab 14 Di Rumah Radit

    Radit menghentikan mobilnya dengan perlahan ketika mereka sampai di halaman rumah besar miliknya. Rumah itu terlihat megah, dengan taman luas yang rapi dan sebuah kolam renang kecil di sudut kanan halaman. Elina yang semula tampak ragu-ragu, kini melangkah keluar dari mobil mengikuti langkah Radit, meski suasana hati sedikit berat. Perintah Radit untuk ikut ke rumahnya membuatnya terdiam, tetapi ia tahu, ini adalah bagian dari kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Radit menatapnya sekilas dan berkata dengan suara datar, "Baju-baju kamu yang sudah ada di koper tadi pagi sudah dibereskan oleh Lisa." Elina mengerutkan kening. "Apa kamu serius?" tanyanya, menatap wajah Radit penuh tanda tanya. Radit hanya mengangguk, ekspresinya tetap tenang. "Iya, saya serius. Kalau ada masalah, bisa katakan sekarang. Jangan ragu untuk berbicara," jawabnya, suaranya lebih lembut daripada yang Elina duga. Elina hanya tersenyum tipis. Ia sudah cukup lama mengenal Radit, dan meskipun ada ketegang

  • ASI Untuk Bosku   Bab 13 Pulang Dari Kantor

    Elina merasa lega karena akhirnya semua tugas di kantor selesai. Sejenak, dia membenarkan tas di bahunya dan menatap layar laptopnya yang sudah kosong. Pikirannya melayang ke rumah yang akan segera dia tempati bersama bosnya, Radit. Satu atap dengan pria itu... Elina menggigit bibir, tidak tahu harus bagaimana meresapi kenyataan ini."Pak Radit, saya pamit pulang dulu ya," ujarnya dengan suara pelan, namun yakin itu adalah keputusan yang tepat.Radit menoleh ke arahnya, matanya tetap tertuju pada layar laptop, tapi nada suaranya tetap tegas dan penuh kewibawaan. "Tunggu dulu, kamu tidak ingat akan tinggal bersama saya di rumah?" kata Radit, tanpa sedikit pun menunjukkan ekspresi berubah.Elina terdiam sesaat. Sesuatu di dalam dadanya terasa berat. Ya, dia ingat dengan jelas bagaimana Radit, setelah berbagai pertimbangan, memutuskan bahwa Elina akan tinggal bersama dengan dirinya. Namun, saat ini, apa yang ada di pikirannya tak bisa sekadar dicerna begitu saja. Apa yang akan terjadi se

  • ASI Untuk Bosku   Bab 12 Rencana Yang Jahat

    Radit meminum obat tersebut dan kini merasa jauh lebih tenang dari sebelumnya. Ia merasa lega karena semuanya akhirnya berjalan dengan baik.Namun, tiba-tiba matanya menatap tajam ke arah Elina. "Kamu tidak memasukkan sesuatu ke makanan saya, kan?" tanyanya dengan nada datar, namun penuh curiga."Demi apapun, Pak Radit, saya tidak memasukkan apapun," Elina membela diri dengan tegas, merasa tidak bersalah sama sekali.Dr. Rian, yang ada di ruangan itu, segera mengambil tasnya dan berniat untuk pamit karena kondisi Radit sudah membaik."Sudah, Radit. Jangan terlalu terburu-buru menyalahkan Elina. Saya akan membantu untuk menyelidiki kasus ini," kata Dr. Rian, memberi dukungan pada Elina."Terima kasih banyak, Dr. Rian," jawab Radit dengan nada penuh rasa terima kasih.Elina merasa lega, terutama karena Dr. Rian mau membantu dirinya. Semoga saja semuanya terungkap, dan ia bisa membuktikan bahwa dia tidak salah dalam hal ini. Terlebi

  • ASI Untuk Bosku   Bab 11 Ada Yang Menghalangi

    Elina merasa perasaannya semakin panas. Sejak pagi tadi, segala sesuatunya terasa mengganggu, dan kini, setelah hampir keluar dari kantor, ada saja yang menghalangi. Kina yang tiba-tiba muncul dan bertanya dengan nada mencurigakan hanya menambah beban pikirannya."Hei, mau ke mana? Buru-buru sekali," kata Kina, matanya menyelidik Elina.Elina mengerutkan dahi. Rasanya sudah cukup dia diganggu pagi ini. "Aku tidak ingin mencari ribut, jadi menyingkir lah," jawabnya dengan nada dingin, langkahnya semakin cepat.Kina terkekeh, tidak terima dengan sikap Elina. "Cih, dasar sombong!" gumamnya, lalu menatap Elina dengan tatapan penuh sindiran.Elina sudah hampir mencapai pintu keluar, tetapi tiba-tiba seseorang memanggilnya. Belum sempat dia bernafas lega, suara Bela datang menyapanya dari belakang."Kamu baik-baik saja, Elina?" tanya Bela, dengan ekspresi yang sedikit khawatir, meski terlihat tidak begitu tulus.Elina menoleh, bingung dengan pertanyaan itu. Sejak kapan Bela peduli padanya?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status