" Heii....”
Hanya itu kalimat yang bisa terlontar dari sesosok yang tengah berdiri di pintu sembari memegang gagang pintu. Ia ternganga melihat pemandangan, karena menyadari baha hadirnya menjadi sosok pengganggu bagi kemesraan yang terjadi di kamar itu. “ Sorry to distrub, son.., Daddy keluar dulu..” Ujarnya langsung pergi melambaikan tangan. “ Dad..! “ Panggil Aaron salah tingkah, mengingat dirinya terpergok tengah memeluk sekretaris pribadinya. “ No problem...see you in home..” Ucap Jasson Smith sembari melangkah meninggalkan kamar sang putra dengan sigap ia merogoh ponselnya dari saku celananya, dan menghubungi istri tercintanya untuk bergosip. “ Hallo..” suara wanita di seberang terdengar berat karena mengantuk. “ Honey..hot news" Ayolah Rel, please! Jangan buat aku semakin terpuruk Rel dengan sikap kamu sedari tadi..lagian aku cuma mo ngucapin terimakasih doank kok, secara honorku kan lebih gede dari biasa aku manggung..” Kilah Sarah yang masih tetap mencari cara agar Verrel ikut masuk bersamanya. " Tapi aku harus segera kembali sarah.." Tolak Verrel lagi " Ayooolah Rel, aku mohon kali ini aja, bentar aja pleaseee..!! Atau haruskah aku bersujud di kakimu, agar kamu sudi memasuki rumahku? Sehina itukah aku dimatamu Rel?” Tanya Sarah, ia terus merengek dan memelas, matanya berkaca - kaca menahan tangis. Hal ini membuat Verrel mengalah dan memutuskan menerima ajakan sang artis. " Baiklah, tapi aku tidak bisa berlama- lama.." Jawaban Verrel hingga membuat Sarah melonjak kegirangan, tingkah konyolnya tak luput membuat Verrel tersenyum, sejenak ia teringat ak
" Apa pedulimu tentangku? Tentang untung rugiku hah.?! Biar kamu tahu Rel. Aku bersedia hadir ke acaramu itu hanya karena kamu.! Kamu pikir aku butuh uang itu? Tidak.!! Untuk apa uang itu kalau toh merusak citra yang telah aku bangun selama ini?! Aku mempertaruhkan segalanya hanya untuk dapat bersamamu, seharusnya kau menyadari itu.! Dan saat ini kamu menolak tidur denganku? Sehina itukah aku di matamu Rel?” Ucap Sarah mulai putus asa dan sudah terlanjur hancur harga dirinya tak perduli dengan penilaian Verrel terhadapnya lagi. Ia tak memperdulikan lagi tentang penilaian Verrel terhadapnya, ia berfikir setelah malam ini, maka hilanglah kesempatan yang ia miliki. Ia bertekad dan bahkan rela menjadi yang kedua di dunia nyata, yang terpenting di hadapan publik ia wanita yang pertama. " Aku rela apapun yang akan kamu lakukan padaku Rel, aku tidak mempermasalahkan jika kamu menjadikanku yang kedua, pelase...izinin aku miliki kamu Rel...” pinta Sa
Sesampai nya di rumah Dendi mengukur suhu tubuh anaknya dan ia berkeringat dingin ketika suhu tubuh putrinya mencapai 39,5. Dengan menggendong sang putri ia berteriak keras kepada sopir pribadinya " Nyalakan mobil segera kita ke rumah sakit...sekarang..!!” Suara Dendi menggelegar mengisi seluruh ruangan pagi itu, hingga mengejutkan seisi penghuni rumah. Mereka meluncur menuju rumah sakit ibu dan anak terdekat dari tempatnya tinggal. Sesampainya di UGD ia segera meminta bantuan kepada rekan sejawat yang ternyata mengenalnya " Dokter Dendi.. anaknya kenapa dok sini saya periksa.." Sapa Dokter Jaga pagi itu Dendi merebahkan Cameella di bed pasien yang terlihat kosong. " Tolong bantu dok panasnya tinggi, saya tidak fokus sama sekali.." Jawab Dendi kepada rekan se
Beberapa mata yang tengah berdiri di depan Swalayan melotot melihat tabrakan mobil itu, Sementara mobil penabrak telah kaug melesat meninggalkan korban yang tengah bersimbah darah, hingga tidak dapat di kejar oleh orang yang berada disana. Orang - orang segera menolong korban tabrak lari yang kini tengah terkapar di aspal dengan luka tertusuk besi di bagian dada dan beberapa tubuhnya terluka bersimbah darah. Tanpa berfikir panjang. Menyadari korban dalam keadaan kritis dan tak sadarkan diri, mereka segera melarikan korban menuju rumah sakit, yang memang tidak terlalu jauh dari posisi mereka, terlebih magrib itu posisi kendaraan masih lumayan sepi, sehingga mempermudah mereka dalam menolong korban. Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju IGD dan menyerahkan korban tabrak lari yang kebetulan tidak membawa identitas kepada pihak rumah sakit yang telah menyambutnya di pintu masuk karena
Air matanya mengalir deras membasahi wajahnya. Suara tangisnya meledak memecahkan suasana ruang ICU yang seharusnya hening, dan tenang. Tentu saja tangis dsn reaksi Dendi, yang terkenal sebagai dokter genius di rumah sakit membuat sang perawat yang sedari tadi mendampinginya dan dokter jaga itu heran saling pandang. Mereka berfikir ada apa dengan dokter tampan itu.? Secepat kilat dokter jaga itu berlari mendekat karena mengira terjadi sesuatu pada pasien. " Dokter Dend ada apa Dok.??" Tanya dokter Jaga yang cantik rupawan bak model, sembari memegang punggung Dendi yang menunduk dan memeluk pasien. Mendengar pertanyaan itu Dendi menoleh dan semakin deras air matanya mengalir. " Wanita ini, Pasien ini.. dia.. dia Vaniaku...." Dendi terisak sesegukan menjawab pertanyaan rekan sejawatnya.&nbs
Pagi itu di lokasi yang berbeda di rumah sakit, Dendi di kejutkan oleh Rekan Sejawatnya yang membangunkan nya " Dok....dokter Dendi...Mengapa disini. Bukankah seharusnya pagi ini dokter akan ada seminar.." Dokter itu mengguncang bahu Dendi hingga membuat Dendi terbangun dan menatapnya lalu berdiri. " Dok.. jam berapa sekarang? “ Ujarnya sembari melirik jam di tangannya, lalu menoleh kearah Vania. “ Vania gimana, sudah ada perkembangankah? “ Jawab Dendi yang kini melihat kearah Vania. Ia kembali terduduk lemas karena ternyata belum ada perkembangan sama sekali dengan Vania. " Loh, emang kenal dengan pasien ini dok? “ Tanya dokter pria yang kebetulan ikut membantu menangani operasi Vania kemarin. " Dia calon istri saya yang sempet ngilang dok..Kini akhirnya ketemu dalam keadaan
Keanehan sikap Vania membuatnya mengerutkan dahi, lalu ia bangkit dari duduknya dengan membawa secangkir kopi dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lagi memegangi ponselnya, menunggu pesan singkat yang biasa ia terima dari janda muda yang telah mencuri sebagian hatinya dan mengisi ruang hampa yang selama ini tak terjamah orang lain. Kerinduan menyelimuti hatinya. Membuatnya menghela nafas panjang, ingin rasanya ia selalu berada di dekat sang janda, tapi apalah daya pekerjaannya saat ini sedang membutuhkan kehadirannya dan dirinya tak dapat menghindari. Dahi Verrel berkerut ketika mendapati ponsel Vania masih mati. Ia berfikir apakah Vania tertidur karena lelah setelah meeting perusahaan yang di lakukan di puncak? Bisa jadi ia mengambil cuti untuk beristirahat. Verrel merasa santai karena ia berfikir anak buahnya stanby disana dalam mengawasi Vania dan belum ada tanda - tanda anak buahnya melaporkan sesuatu mengenai Vani
Lalu ia meminta seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Vania dan meminta dengan keras via telpon, hingga suaranya mengisi seluruh ruangan. " Kalian cari Vania bagaimana pun caranya harus kalian temukan walau ke ujung dunia sekalipun..! Atau nyawa kalian menjadi taruhannya jika terjadi sesuatu dengannya..! Bukan cuma nyawa kalian yang akan menjadi bayarannya keluarga kalian, hingga 7 turunan akan merasakan hal yang sama. Camkan itu..Bangsaatt.!! Segera cari kabarnya bagaimana kondisinya, apakah dia baik - baik saja..!! Kalau tidak juga kalian dapatkan dalam 2 x 24 jam kalian rasakan sendiri akibatnya..!!” Gertaknya dengan suara bergetar dan gigi gemeretak menahan kemarahan, kaca cermin di hadapannya telah menjadi sasaran kemarahannya, hingga tangannya mengalir darah segar. Kekawatiran terlihat jelas dari raut wajahnya, kawatir terjadi sesuatu terhadap Vania yang di sebabkan ol
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses