Home / Lain / ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL / ADA PIHAK KETIGA DI ANTARA MEREKA

Share

ADA PIHAK KETIGA DI ANTARA MEREKA

last update Last Updated: 2023-09-16 10:14:36

Keduanya sedang asik dengan pikiran masing-masing. Ekor mata Hadi melirik wanita di sebelahnya, sering kali Ambar mengerem mendadak dan membunyikan klakson lalu mengomel kesal.

Pikiran Ambar yang sedang kacau membuat emosinya mudah terpancing. Hadi hanya bisa mengelus dada melihat perilaku sang istri yang berubah dratis.

“Mah, biar Papa yang nyetir. Tenangin hati Mama dulu,” ucap Hadi selembut mungkin agar emosi Ambar bisa segera stabil dan mau menyerahkan kemudi padanya.

“Diem aja. Entar kasih keterangan ke polisi sebanyak-banyaknya. Bikin alibi palsu atau ada saksi bayaran? Bedebah!” teriak Ambar sembari memukul kemudi.

Wanita ini tampak emosi dan Hadi masih bersabar menghadapinya. Pria berkaca mata tersebut hanya diam menunggu sampai emosi sang istri reda. Di saat pasutri ini sedang tegang, tiba-tiba ponsel Hadi berbunyi.

Pria ini segera merogoh benda tersebut dari saku celana dan tanpa melihat nama si penelepon langsung menjawab panggilan.

“Lagi di jalan, belum bisa terima telepon,” ucap Hadi setengah berbisik lalu segera memutuskan hubungan telepon.

Beberapa saat kemudian, terdengar pemberitahuan sebuah pesan masuk. Hadi pun segera membaca nama pengirim lalu tersenyum penuh arti dan segera membacanya.

[Sayang, barusan aku lihat kamu ada di rumah sakit. Siapa yang sakit?]

[Jagoan kecil.]

[Brian?]

[Ya, disambung nanti.]

Hadi mematikan ponsel lalu memasukkan ke saku kembali. Di saat bersamaan mobil telah memasuki gerbang kantor polisi. Ekor mata Ambar mengamati gerak-gerik suaminya dari tadi dengan ekspresi bertambah emosi.

Dasar bajingan! Umpat Ambar dalam hati sembari mengerem mobil secara mendadak lalu mematikan mesin.

Akibat aksi barusan kepala Hadi terantuk dashboard. Ambar dengan cuek turun dari mobil lalu melangkah dengan buru-buru ke arah ruang pemeriksaan. Dua orang petugas yang sedang berada dalam ruangan, mempersilakan keduanya masuk. Hadi yang tak paham tentang kasus yang akan dilaporkan oleh Ambar layaknya kambing congek, hanya mengekor saja.

Salah satu petugas mulai mempersiapkan kertas di mesin ketik. Sesi tanya jawab segera dimulai lalu Ambar menyerahkan sebuah map kepada petugas.

“Nama korban?” tanya petugas tersebut dengan kedua tangan siap mengetik.

“Brian Aditya Prayoga,” jawab Ambar mantap.

Hadi yang mendengarnya seketika terkejut lalu bertanya lirih, “Kenapa dia?”

Pertanyaan Hadi diabaikan oleh Ambar dan tentu saja membuat heran kedua petugas.

“Maaf, Bapak?” tanya petugas satunya yang menatap tajam ke arah pria berkaca mata ini.

“Dia saksi kejadian,” sahut Ambar sebelum Hadi sempat menjawab.

Tentu saja jawaban Ambar semakin membuat Hadi kelimpungan.

“Maaf, Nama saya Hadi Pratama. Suami dari Bu Ambar ini dan sekaligus bapak dari Brian. Jujur, saya enggak paham dengan kasus yang akan dilaporkan oleh istri saya,” jelas Hadi lalu menoleh ke arah sang istri.

“Penjelasan kasus ada di berkas, Pak,” ucap Ambar dengan pandangan lurus ke petugas di depannya.

“Baik. Saya baca dulu berkasnya,” sahut petugas di depan Hadi, yang tampak lebih tinggi pangkatnya.

Petugas sebelahnya segera menyerahkan map pemberian Ambar barusan. Untuk sesaat petugas tadi membaca berkas dalam map dan begitu selesai, dia pun geleng-geleng kepala.

Petugas tersebut hanya diam sembari menatap pasutri di depannya. Selama sesi tanya jawab dengan Ambar berlangsung, Hadi tampak syok. Murid kesayangan sekaligus anak sambungnya telah mengalami pelecehan saat dalam penjagaan dia.

Sementara itu di kantin rumah sakit, Bu Retno tanpa sengaja mendengar pembicaraan dua orang pria yang menyebut nama Brian—sang cucu.

“Gile, lu! Dia tuh anak gebetan lu,” ucap pria berbadan atletis kepada temannya.

“Biar tau rasa. Indehoi ama gue, nikah ama orang lain. Kalo enggak ada bini, diembat juga tuh bocil. Udahan, yuk. Kita pulang,” balas pria berkemeja motif bunga sepatu dengan bibir menyibik.

“Libur berapa hari?”

“Udah seminggu, tapi belum sembuh juga. Masih perih kalo ke toilet. Brian sakit, ketularan gue deh,” ungkap pria berkemeja motif bunga sepatu dengan pandangan menerawang.

“Lu kaga demen beneran ama tuh bocil? Ngapain?”

“Hei, Tampan. Lu, kaga pernah cembukur? Tapi gue angst sekarang. Gue takut lekong gue gelay,” ucap si motif bunga sepatu yang tampak bingung, heberapa kali jemarinya yang terlihat lentik meremas sapu tangan. *[angst=cemas]*[lekong=laki] *[gelay=gak like]

“Lu sih. Udah ama gue aja! Nyariin Hadi mulu. Kita pulang!”

“Sleeping beauty ama lu? Ogah!”

“Gue lebih macho dari si Hadi,” sergah pria atletis sembari mengusap lembut rambut si motif bunga sepatu.

“Anter surat dokter gue, ya?”

“Okey. Gue anter lu pulang dulu.”

Keduanya bangkit lalu menghampiri penjaga kantin dan berjalan melewati Bu Retno yang terbengong-bengong sehabis mendengar pembicaraan barusan.

Mereka kenal sama Hadi dan Brian? Tanyanya dalam hati sambil mata awas mengamati dua pria yang kini telah berjalan menjauh.

Kini, kedua mata Bu Retno tampak lebih segar setelah menyeruput kopi. Semalam dia begadang membuat katering pesanan dan rasa kangen ke cucunya mengalahkan rasa kantuk. Wanita tua ini lalu bangkit dan segera membayar kopi serta beberapa bungkus roti yang dimasukan kresek. Hatinya cemas dengan keadaan sang cucu.

Dari raut wajah Ambar yang panik sebelum pergi, dia menduga sebuah penyakit serius sedang diderita oleh Brian. Dengan langkah kaki perlahan Bu Retno menuju ruang perawatan khusus anak. Baru sejam yang lalu Brian dipindahkan dari ruang UGD dan sempat siuman lalu tertidur karena efek dari obat tidur.

Saat kedua kaki Bu Retno masuk kamar, dia disambut pertengkaran Ambar dengan Hadi. Wanita tua ini seketika menghampiri keduanya.

“Kalian enggak kasian sama Brian? Bertengkar depan anak. Selesaikan di rumah! Malu ... tempat umum,” ucap Bu Retno dengan menatap tajam ke pasutri di hadapannya.

Keduanya bergegas mencium tangan wanita tersebut. Tampak buliran bening menggenang di kedua pelupuk Ambar.

“Maaf, Bu. Dek Ambar tak terima penjelasan saya,” jelas Hadi sembari mendekat ke arah ranjang Brian.

Langkah Hadi seketika dihadang oleh Ambar. Wanita ini berdiri tepat di hadapan suaminya dengan mata memerah.

“Gak usah dekat-dekat anakku. Pergi sana! Najis bener!” teriak Ambar yang tampak semakin emosi saat Hadi berusaha melempar senyum.

“Ambar, tenang! Nak Hadi tolong keluar dulu,” ucap Bu Retno dengan bijak lalu mengantar sang menantu sampai keluar ruangan.

“Maafkan saya, Bu. Saya sama sekali gak tau kalo Brian sedang sakit. Tau-tau pingsan lalu kami bawa kemari,” jelas Hadi kepada mertuanya.

“Sabar. Nanti Ibu tanya Ambar dulu tentang masalah sebenarnya. Nak Hadi sementara menjauh dulu. Ambar lagi emosi.”

“Baik, Bu. Saya ke kantin saja. Kalo ada apa-apa dengan Brian, tolong telepon saya.”

Bu Retno mengangguk mendengar omongan menantunya. Hadi berpamitan lalu mencium tangan mertuanya. Wanita tua ini memandang kepergian sang menantu dengan perasaan sedih.

 

 

 

 

 

 

 

Related chapters

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MA, BRIAN PENGEN PUP

    “Saya ke kantin, Bu. Kalo ada apa-apa dengan Brian, tolong telepon saya.”Bu Retno mengangguk mendengar omongan menantunya. Hadi berpamitan lalu mencium tangan mertuanya. Wanita tua ini memandang kepergian sang menantu dengan perasaan sedih.Langkah kaki wanita tua ini memutar arah masuk kembali ke ruang perawatan. Tampak di dekat ranjang, Ambar mengelus wajah anak semata wayangnya. Sesekali bulir bening menetes membasahi pipi hingga kulit Brian. Namun, dia buru-buru menyekanya dengan tisu. Dia tak ingin sang jagoan mengetahui keterpurukannya.Anaknya sudah teramat terluka dan itu pasti menghancurkan psikis. Ambar pun seketika teringat seorang teman yang tahun lalu mendampingi Brian hingga lepas dari rasa depresi. Dia mengambil ponsel lalu menghubungi nomor kontak sang teman. Ambar bangkit dari kursi lalu berjalan keluar ruangan.Sementara itu, Bu Retno berjalan menghampiri Ambar dan menepuk bahu putrinya beberapa kali lalu mendekati ranjang cucunya. Sesampai di luar ruangan, Ambar men

    Last Updated : 2023-09-16
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MAMA SELALU BERSAMA BRIAN

    “Jagoan Mama udah bangun. Setelah ini kita liburan, ya. Tante Mita juga ikut, loh,” ucap lembut Ambar sembari memegang tangan Brian. “Brian mau pup tapi takut,” ucap bocah berkulit bersih ini sembari memegang pangkal paha.“Gak usah takut, Sayang. Udah ada obat di infus. Lukanya mulai mengering. Mama juga dapat obat semprot dari dokter barusan. Yuk, Mama antar,” bujuk Ambar dengan menahan sekuat mungkin air mata yang mulai ingin keluar.Ambar tak ingin terlihat sedih di mata putra kesayangannya. Kedua tangannya membantu bocah bongsor untuk berdiri. Ambar mengamati diam-diam cara berjalan putra kesayangannya. Tampak jelas perbedaannya kini, Brian berjalan mulai normal kembali, meski sesekali, bibir bawah digigit seperti menahan sakit.Ah, Nak. Mama enggak akan dinas ke luar kota lagi, batinAmbar menjerit.Wanita ini menahan sesak di dada, hingga tiap air yang keluar dari pelupuk mata, buru-buru diusapnya. Dia harus terlihat tegar di depan anaknya.“Mama perlu ikut masuk?” tanya Ambar

    Last Updated : 2023-09-16
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   UJIAN SEBUAH PERTOBATAN

    Mita dan Bu Retno mengangguk ke arah Ambar dan segera direspon dengan sebuah dobrakan keras ke arah pintu oleh si kaki jenjang.Namun, tak membuahkan hasil. Bahan daun pintu yang tebal tak goyah sedikit pun oleh tenaga Ambar.“Biar Papa aja, Mah,” ucap Hadi yang muncul tiba-tiba lalu mendobrak pintu sekuat tenaga dan pintu pun terbuka.Dalam toilet, bocah bongsor sedang duduk di lantai sambil bersandar di dinding dengan kaki tertekuk. Kepala tertunduk di atas dua lutut dan kedua lengan memegang erat kakinya. Tubuh Brian menggigil, meski tak terdengar isak tangis.Ambar segera menghambur ke arah sang putra lalu segera membopong keluar. Hadi yang hendak mendekati mereka, dengan cekatan dicegah oleh Mita.“Maaf, Bang. Tolong biarkan mereka berdua dulu,” ucap Mita pelan sembari tersenyum.“Kamu tau apa? Aku ini papanya! Setiap hari Brian bersamaku, siang dan malam. Dia anakku, meski bukan kandung,” teriak Hadi berurai airmata.Tampak sekali pria ini terguncang jiwanya melihat keadaan sang

    Last Updated : 2023-09-16
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   BERDARAH LAGI

    “Tolong diterima ini dari para guru. Mereka salut padamu dan mendukung pertobatan kamu,” ucap Sapto sembari meletakkan amplop di depan Hadi.“Ini apa? Kalian gak takut kalo kena skors gara-gara ini?”“Ngapain takut? Ini di luar jam mengajar. Lagi pula tak pake stempel sekolah. Tunjukkan bahwa kamu memang udah lurus. Lagian kenapa enggak laporkan aja, akun yang sebar berita hoaks itu?”“Dia punya foto-foto aku saat dulu. Mau gimana lagi?”“Itu foto-foto lama dan sekarang kamu udah tobat. Buktikan itu!”Akhirnya setelah sejam berbincang berdua, Sapto pamit pulang. Hadi menjadi bersemangat lagi setelah kedatangan sang teman. Pria berkaca mata minus ini menutup pintu kembali.Kemudian Hadi melangkahkan kaki menuju kamar tidur dan di salah satu dindingnya terdapat foto bertiga. Moment manis di saat mereka masih bersama. Ada Ambar, dia dan juga Brian. Mereka tampak bahagia di foto. Hal tersebut terjadi sebelum badai menerpa rumah tangga mereka. Hadi tersenyum mengenang hal tersebut.“Kalian

    Last Updated : 2023-09-16
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   SEBUAH HARAPAN

    "Gue langsung meluncur ke rumah lu. Si Tante udah kelabakan, tuh. Brian marah-marah karena darah tambah deras,” jelas Mita dengan mimiksedih.Ambar yang mendengar cerita sang teman segera memacu mobil agar segera sampai rumah sakit. Dia membayangkan wajah sang anak yang semakin ketakutan karena hal tersebut.Akhirnya, tak sampai dua puluh menit, mobil sampai tempat parkir rumah sakit. Kedua sahabat ini langsung turun lalu dengan setengah berlari menuju ruang UGD. Saat kedua wanita ini tiba, Bu Retno berada tak jauh dari tempat Brian yang sedang diperiksa oleh dokter.“Gimana Brian, Bu?” tanya Ambar kepada sang ibu yang tampak pucat pasi dan gemetar.“Ibu, ngeri, Nduk. Darahnya keluar terus. Brian pake sarung tuh. Apa kehabisan darah jadi pingsan?”Mita hanya tersenyum mendengar pertanyaan Bu Retno yang polos.“Brian pingsan tuh karena kaget, Bu. Kita tunggu saran dokter aja. Moga aja setelah ini Brian sehat, enggak sakit-sakit lagi. Kasian dia. Berat badan turun dratis. Tampak kurus b

    Last Updated : 2023-09-16
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MULAI ADA TITIK TERANG

    “Bu, kemarin saat Brian sakit, sempat fotoin kantin, kan?”tanya Ambar kepada Bu Retno.“Iya, sih. Emang kenapa?”“Boleh kasih liat hasil jepretan Tante?” tanya Mita yang tak sabaran.Bu Retno segera mengambil ponsel dari dalam tas lalu membuka menu dan mulai mengamati foto-foto di galeri. Setelah ketemu file khusus fotodi kantin dengan segera ponsel diserahkan kepada Ambar. Wanita yang hobi berkuncir kuda ini pun meneliti foto demi foto dan akhirnya ketemu yang dicari.“Bu, tolong liatin! Bukankah dua orang pria ini yang Ibu ceritain kemarin?” tanya Ambar sembari menyodorkan layar ponsel dan Mita segera mendekat.Bu Retno menatap layar dan mengamati dua sosok wajah yang terpampang.“Iya, bener ini. Baju motif bunga sepatu dan kaos biru. Mereka kenal Hadi dan Brian. Yang ini,” ucap Bu Retno sembari menunjuk pria berbaju motif bunga sepatu lalu melanjutkan, “dia bilang yang nularin penyakit ke cucuku. Tega bener, orang biadab.”Bu Retno tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Wanita tua m

    Last Updated : 2023-09-16
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   KEJADIAN APES

    “Bu, maaf. Mau tanya sebentar. Benar mereka pernah ke sini?”tanya Mita seraya menyodorkan sebuah foto di ponsel.”Sesaat penjaga kantin mengamati foto tersebut lalu berkata,“Oh, iya. Mereka pernah ke sini. Ada apa, ya?”“Enggak papa. Kebetulan saya lagi cari teman saya ini.Terima kasih, Bu,” ucap Mita yang hendak beranjak pergi, tetapi terhenti karena omongan penjaga kantin.“Dari sebulan yang lalu, polisi juga nyariin mereka.Terutama laki berbaju bunga sepatu.”Mita akhirnya menatap ke penjaga warung dengan mimik heran.“Oh ya? Mereka tanya apa aja, Bu?”“Tanya, apa mereka sering kemari lalu apa saya mendengar pembicaraan mereka. Itu aja, sih. Selebihnya motoin kantin dan sekitarnya. Emang ada pembunuhan, Bu?” tanya sang penjaga yang tampak semakin penasaran.“Entah, ya. Ibu kok gak tanya polisinya?”“Saya udah tanya. Bapak polisi bilang masih penyelidikan, gak boleh bocor,” jawab penjaga kantin kemudian.“Berarti kasus serius. Dirahasiakan agar pelaku gak keburu kabur, Bu. Oh, ya, sa

    Last Updated : 2023-09-17
  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   ANAKKU SAYANG, ANAKKU MALANG

    “Saya minta maaf, Bapak-bapak. Ini tadi dia tiba-tiba datang dan marah-marah. Saya mohon maaf sebesar-besarnya,” ucap Hadi dengan menunduk. Pria ini merasa sangat malu dengan kejadian barusan. Secara dia adalah penghuni baru di komplek tersebut.“Gak apa-apa, Pak. Mohon sebagai pembelajaran untuk di lain waktu. Baiklah, kami pamit,” ucap Pak RT lalu menyalami Hadi dan diikuti pria yang satu.Hadi mengantar mereka sampai ke teras hingga kedua pria tersebut tak kelihatan lagi. Hadi masuk kembali lalu mengunci pintu. Pria berkaca mata tersebut mengingat kembali semua omongan Eksanti tadi. Pria ini bertekat akan melaporkan omongan transpuan tersebut ke pihak penyidik.“Brian, Papa sayang kamu dan mama kamu. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya,”ucap Hadi sambil mengusap wajah-wajah yang tertampang dalam pigura di dinding. Tak terasa kedua mata pria berprofesi sebagai guru ini tergenang oleh buliran bening.•••¤•°•¤•••“Mamaaa...!”“Mama ada di sini, Sayang,” bisik Ambar lirih di

    Last Updated : 2023-10-16

Latest chapter

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   AKHIR SEBUAH PENDERITAAN

    "Bar, buruan!"seru Sabrina yang telah ambil alih kursi roda. Ia telah berjalan mengikuti Tuan Farel dan Ambar masih berdiri melamun.Ambar seketika tersadar dari lamunan. "Oh, ya, ya. Yuk."Kedua wanita berjalan buru-buru menuju ruang perawatan. Gerak-gerik keempat orang di taman tadi telah diawasi oleh salah seorang bodyguard Tuan Gerry. Pria ini segera mengambil ponsel dari dalam saku celana lalu menelepon seseorang. Beberapa saat, ia mendengarkan ucapan dari ujung telepon."Mereka berencana shopping," ucap pria kekar tersebut kepada lawan bicaranya. Sementara itu, Tuan Farel yang sedang merebahkan tubuh Brian di pembaringan mendengar ponselnya berdering. Ia mengusap rambut Brian lembut sambil berbisik ke telinga si bocah. "Om akan jaga kamu, Superboy. Harus semangat untuk sehat."Pria ini lalu mengecup kening Brian. Saat ia menyelimuti tubuh si bocah, kedua wanita baru saja masuk ruangan. Pemandangan di depan mata, membuat kedua wanita semakin terharu. Tuan Farel segera menyadari k

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   BRIAN TIDAK MAU PULANG

    "Coba kamu tanya ke Tuan Farel," saran Ambar kepada si bocah."Tuan Farel owner-nya?"tanya Sabrina dengan antusias."Bukan. Ia yang dipercaya oleh owner untuk mengelola tempat ini. Dan, kita telah diizinkan untuk tinggal di sini sampai Brian sembuh," jelas Ambar sengaja berbohong demi kebaikan bersama."Wah, sangat menyenangkan sekali. Liat, tuh, anak lu kerasan di sini," balas Sabrina. Ambar tersenyum lebar melihat Brian yang kembali ceria. Padahal sebelumnya, si bocah dalam keadaan kacau. Bahkan ia sempat berpikir untuk bunuh diri ke Hutan Aokigahara segala."Bagus, dong. Kalo Jagoan kerasan di sini. Mama tadi sudah bilang ke Tuan Farel dan lebih keren lagi, kamu bilang langsung,"ucap Ambar kepada Brian."Ya, Brian mau,"kata si bocah bersemangat. Ambar bahagia sekali mendapati anaknya yang penuh semangat. Ia bangkit lalu memeluk jagoan lalu mencium kedua pipinya. Tidak ada kebahagiaan yang ingin dirasakan selain kesembuhan bagi Brian."Cepat sembuh, Jagoan!" Ambar bertambah besar ha

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   KISAH ASMARA NEGERI TIRAI BAMBU

    "Kamu suka, Sayang?"tanya Tuan Farel sambil membuka blus Ambar. Kini tampak dua gundukan berbalut bra berenda. Ambar yang mulai mengikuti permainam sang pria.Jemari lentiknya mengusap lembut milik Tuan Farel yang telah membuat penasaran. Pasangan ini bergantian memberi usapan, jilatan bahkan remasan di beberapa bagian sensitif."Farel, Sayang!"panggil Ambar di antara desah dan jerit tertahan."Iya, Sayang. Nikmati, ya,"ucap Tuan Farel sambil mengusap lembut bibir Ambar.Mereka yang telah memanas akhirnya berpacu saling memuaskan. Keduanya bersamaan telah lunglai di atas pembaringan. Ambar pun baru sadar bahwa dirinya belum belanja pakaian."Oh my God!"jerit Ambar sambil membebat tubuhnya dengan selimut."Ada apa, Sayang?"tanya Farel yang buru-buru memakai hanfu. Kemudian ia duduk di pembaringan lalu membenahi anak rambut di wajah Ambar."Honey, aku belum belanja baju. Kamu tahu sendiri, kan. Kami berangkat tanpa persiapan. Gimana, dong?" Ambar menatap Farel dengan wajah sedih.Farel t

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MEREKA MELAYANG BERSAMA

    Benar saja, dugaannya memang tepat. Petugas informasi memberikan sebuah denah untuk menuju ruang staf khusus. Ambar sedikit curiga dengan dua petugas tersebut yang saling berbisik lalu tertawa kecil.Ambar tidak ambil pusing tentang hal tersebut. Ia langsung mencari keberadaan tempat Tuan Farel dengan berbekal selembar denah. Wanita berkaki jenjang ini kembali menyusuri koridor lalu mengikuti arah pada denah.Tak butuh waktu lama untuk mencari tempat Tuan Farel. Letak ruangannya terdapat di lantai dua dan lebih mengherankan, di sini tidak ada lift. Seluruh bangunan dan fasilitas yang terdapat di dalamnya bernuansa klasik.Kini, kedua kaki Ambar telah berdiri tepat depan sebuah ruangan yang ditunjuk oleh petugas informasi sebagai tempat Tuan Farel. Sebuah plang bertuliskan aksara Hanzi. Ambar mengetuk daun pintu kayu berukir. Ia mengetuk sampai ketiga kali pun tidak ada yang membuka pintu.Ambar pun merasa konyol setelah melihat ada sebuah lonceng kecil di sisi kanan pintu. Wanita ini

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   TUAN FAREL STAF KHUSUS

    Tempat rehabilitasi ini dibangun di atas bukit. Sebagian besar bangunan disusun dari papan kayu dan beratap rumbia. Beberapa pohon cemara berdiri mengelilingi bangunan ini. Samar-samar terdengar gemericik air terjun dan suara aliran sungai."Pasti sedang jatuh cinta dengan tempat ini,"ucap Tuan Farel mengagetkan Ambar yang sedang fokus melihat sekeliling.Ambar seketika menoleh dan langsung terpana dengan penampilan pria di sebelahnya. Ambar pun jadi salah tingkah. "Tuan Farel. Iya."Pria gagah dengan rambut cepak layaknya anggota militer tersenyum manis. Dua ceruk menghias pipi. Ambar baru sekarang benar-benar mengagumi sosok pria. Pesona pria di depannya berhasil memporak-porandakan otak dan hatinya."Pusat rehabilitasi ini sengaja dibangun di daerah sini karena faktor lingkungan yang masih alami. Hal tersebut dipercaya bisa menunjang kesembuhan para pasien." Tuan Farel menjelaskan dengan pandangan lepas ke bukit. Ambar hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari pria di sampi

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   TUAN GERRY MENEBUS DOSA

    "Terima kasih kembali, Nak. Anggap ini sebagai penebus dosa-dosa Bapak."Begitu mendengar ucapan Tuan Gerry, Ambar tidak bisa berkata-kata lagi. Air mata membasahi sudut mata lalu ke arah pipi. Ada rasa sesak karena harus merelakan nasib Rafael ke tangan pihak interpol. Ia harus kehilangan Rafael untuk kedua kalinya dan ini benar-benar menyakitkan.Pria yang diharapkan akan menjadi pendamping hidup untuk rangkaian perjalan hidup dia dan Brian. Ternyata telah menjadi seorang penjahat internasional. Ambar menangis sesenggukan."Ambar, relakan semua,"ucap Sabrina sambil menggenggam jemari sang sahabat. Sementara air mata tidak berhenti mengalir dari pelupuk mata Ambar. Sabrina membiarkan saja agar rasa sesak di dada Ambar segera lenyap.Mobil telah memasuki area bandara udara dan Ambar masih sesenggukan. Tiba-tiba Sabrina menyadari sesuatu. "Ambar, kita kaga bawa baju ganti.""Gak perlu khawatir soal baju dan lain-lain. Di sana banyak pilihan,"sahut Geo dari balik kemudi. Pria ini mengar

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   LIBURAN YANG TERCAPAI

    Sabrina memasukkan ponsel ke saku celana. Ia menatap depan, pada saat pintu terbuka dan Ambar telah tersenyum di depan Sabrina."Buruan keluar! Gue mau ngajak lu ngobrol." Sabrina menarik tangan Ambar.Wanita berkaki jenjang ini merasa, ada yang aneh dengan perilaku sahabatnya. Kemudian, dirinya keluar dari ruang dokter."Ada apa, sih?"tanya Ambar sambil menatap Sabrina dengan kesal."Kita ngobrol di taman,"ucap Sabrina sambil menyeret tangan soulmate-nya.Kedua wanita berjalan terburu-buru menuju taman. Di salah satu bangku taman yang agak tersembunyi dan teduh, mereka mengambil tempat."Lu dicariin Om Gerry. Sebentar." Sabrina segera melakukan panggilan ke nomor bapaknya Ambar."Oh my God! Gue kaga liat hape dari tadi," sahut Ambar yang seketika mengambil ponsel dari dalam tas. Betapa kaget Ambar. Begitu membuka ponsel, tampak di layar tertera notifikasi panggilan telepon dan pesan dari beberapa nomor kontak, termasuk dari Tuan Gerry. Bapaknya telah menelepon sebanyak sepuluh puluh

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   HUTAN AOKIGAHARA DALAM ALAM BAWAH SADAR

    "Brian pengen sembuh,"ucap si bocah dengan kedua mata berkaca-kaca. Seketika ada rasa nyeri menikam hati Ambar. Ucapan Brian membuatnya ingin menangis, tetapi ditahan sekuat tenaga."Maka dari itu makan dan minum yang banyak terus teratur minum obat. Pasti sembuh. Semangat!""Tapi, Ma. Badan Brian lemes banget,"ucap si kecil lirih. Tiba-tiba tubuh Brian kejang. Ambar pun panik."Sayang, Brian!"teriak Ambar histeris. Dirinya telah mengalami masa sulit dua tahun belakangan. Bagi dia saat ini yang terpenting dalam hidupnya adalah putra semata wayangnya Brian. Ambar melihat putranya seperti orang sekarat. Tangan buru-buru menekan tombol darurat.Sabrina yang berada di depan ruangan segera masuk karena mendengar jerit histeris Ambar. Tak berapa lama, dua orang perawat datang untuk memeriksa keadaan Brian. Ambar dan Sabrina menunggu di luar ruangan.Seorang dokter datang lalu menyapa kedua wanita. Kemudian pria berjas putih tersebut masuk ruangan. Rafael seakan-akan tahu keadaan Brian. Pr

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MBAK LASTRI BERSAMA WANITA MENOR

    "Belum ada, Mbak. Saya juga harap-harap cemas ini. Minta doanya, Mbak.""Pasti aku doakan yang terbaik, Bang. Semoga rekaman CCTV bisa membantu pengungkapan kasus. Sayangnya, kamera bagian samping sengaja dirusak pelaku. Cuma ada rekaman bagian beranda, dalam dan lantai atas.""Kami sudah ada rekaman CCTV dari sekitar TKP, Mbak.""Soal Bu Nur sudah diselidiki?""Bu Nur terindikasi jadi bagian komplotan kejahatan tersebut.""Oh my God! Pantas saja dia berani nyusup ke rumah Bapak,"ucap Ambar dengan raut wajah kaget. Dia tidak menyangka jika wanita separuh baya yang terlihat polos itu punya niat jahat."Saya mau cari sendiri keberadaan Dek Lastri, Mbak. Lama nungguin polisi," balas Bang Reno. Raut kesedihan terlihat jelas di wajahnya. Ambar tidak ingin membahas hal itu lagi. Ia datang ke kantor polisi guna memberi tambahan informasi serta menyerahkan rekaman CCTV.Ambar memberikan rekaman CCTV dari tempat usahanya dan juga kediaman Tuan Gerry. Dari rekaman CCTV pula, akhirnya Ambar tahu

DMCA.com Protection Status