“Kenapa harus Brian, Bu? Aku gak tega melihatnya menderita terus-menerus kayak gini. Ini gara-gara Hadi brengsek! Dia segala sumber permasalahan ini,” ungkap Ambar dengan ekspresi penuh kejengkelan.“Udah fokus dengan diri sendiri dan Brian. Gak usah mikir yang lain dulu,” saran Bu Retno kepada putrinya lalu wanita tersebut pamit kembali ke ruangan Brian.Beberapa saat setelah Bu Retno pergi, Ambar mendapat telepon dari Sapto. Wanita berkuncir kuda tersebut segera menerima panggilan. “Ya, ada apa, Bang?”“Abang barusan selesai dimintai keterangan. Kamu udah dapat panggilan?” tanya balik Sapto dari seberang telepon."Belum, tuh. Emang kita dimintai keterangan barengan?""Harusnya seperti itu bisa jadi besok giliran kamu."Baru saja Ambar akan membalas omongan Sapto, sudah ada seorang petugas berseragam cokelat dengan diantar perawat memasuki ruangan. Keduanya mendekat ke arah ranjang lalu tersenyum. Kemudian, sang polisi memberi hormat. Mereka menunggu Ambar menyelesaikan pembicaraan t
Aku gak rela anak cucuku menderita, batin Bu Retno sambil menatap seraut wajah cantik di galeri foto pada ponsel. Pikiran wanita setengah abad lebih ini menerawang kembali kepada Mbak Lastri—karyawan office girl di kantor Ambar—yang memberitahu jika jebakan mereka telah berhasil. Saat itu hatinya bahagia sekali, seperti mendapat undian berhadiah berjuta-juta. Kini, saatnya memberi bonus untuk dua orang wanita yang telah membantu aksi, meski upah sudah lunas terbayar. Dua orang yang dikenalnya, sejak dua bulan lalu saat Brian sakit untuk pertama kali.Tak terasa, taksi yang ditumpangi oleh Bu Retno telah sampai tujuan. Wanita usia setengah abad yang masih terlihat gesit dan cantik ini segera turun lalu melangkah pelan menuju warung, tempat pertemuan. Keadaan warung siang hari lumayan ramai, maklum jam makan siang.“Bu Retno!” panggil seseorang saat wanita ini baru saja akan memesan ruang VVIP di kasir. Tampak Seorang wanita, yang tak lain adalah penjaga kantin rumah sakit bergegas men
“Saya udah tahu gelagat mereka dari awal Terima kasih Mbak Lastri,” jawab Bu Retno yang terdengar tenang.Wanita senja tersebut tak tahu keadaan Mbak Lastri yang gemetaran karena gugup. Oleh karena baru sekarang, dirinya mengetahui sendiri orang selingkuh. Hanya dengan mendengar suara desahan dua orang berlainan jenis dan bukan pasangan suami istri, dalam kamar keadaan terkunci, secara tak langsung wanita muda ini sudah bisa memastikan hal tersebut.“Saya harus bagaimana, Bu?” tanya Mbak Lastri masih dengan jantung berdebar-debar. Dia berpikir wanita Yang ditelepon terdengar santai menanggapi laporannya. Mbak Lastri jadi heran, padahal Bu Retno tampak perhatian sekali saat memberikan kiriman untuk sang menantu dan kenapa sekarang bisa cuek seperti itu.“Mbak Lastri?” Terdengar suara Bu Retno di seberang telepon dan wanita muda tersebut seketika terhentak dari lamunan. “Iya, ya, Bu. Maaf,” jawabnya sambil mengelus dada agar bisa segera tenang kembali.“Wah, diajak ngomong, ditinggal me
Bu Retno yang melihat reaksi dari Mbak Lastri seketika tersenyum lebar. Kemudian, wanita usia senja ini menggenggam tangan Mbak Lastri sambil berucap,”Nggak papa, Mbak. Kasus itu udah jadi konsumsi umum. Banyak saksi mata yang melihat penggerebekan kemarin. Saya bercanda doang. Nggak usah dianggap serius.”Mbak Lastri dan Bu Nur seketika tertawa terpingkal-pingkal mendengar ucapan wanita pengusaha katering ini. Bu Retno pun akhirnya ikut tertawa bersama mereka. ketiga wanita tersebut, tak sadar ada sepasang mata mengawasi gerak-gerik mereka. Wanita berpakaian gamis tersebut segera berlalu sambil menenteng kresek berisi nasi bungkus. Bu Retno sempat melihat wanita tersebut sesaat.Aku seperti nggak asing dengan dia. Siapa, ya? Tanyanya dalam hati.Bu Retno menata posisi duduk lalu mulai berbicara, “Barusan saya ditelepon seseorang yang memberitahu bahwa dia punya informasi penting soal keterlibatan Mita dengan komunitas Eksanti. Dia bilang akan menemui saya di tempat parkir. Begitu say
Oh ya, Tuhan! Apa maksud semua ini? Kenapa baru sekarang aku tahu ini? Jeritnya dalam hati dan air matanya pun meluncur deras dari kedua sudut mata. Kemudian dipandangi wajah polos sang putra yang sedang terlelap dan hal tersebut semakin membuatnya terenyuh. Kenapa kamu harus ikut menderita karenanya, Nak?Kenapa Kau tak adil padaku? Aku tak pernah ingin membuat sakit orang lain, tetapi kenapa hal menyakitkan ini harus kami alami?Ambar tak tahu tentang masa lalu sang ibu dan baru sekarang mengetahuinya, setelah tanpa sengaja membuka galeri foto di akun facebook Mita. Itu pun, setelah dikasih tahu teman masa kecil Mita di kota asalnya. Kenapa baru sekarang dia tahu? Mulai kapan foto-foto tersebut diposting? Di postingan tersebut banyak teman semasa SMP yang berkomentar.Ambar segera menelepon Sabrina, sang teman tersebut. Beberapa saat menunggu, akhirnya telepon diangkat.“Lu bisa liat?” tanya sang teman dari seberang telepon.“Ya. Kenapa baru sekarang lu kasih tau gue? Padahal kita u
“Lu, bisa nangis di pundak gue, Bar. Habisin dulu air mata lu. Biar bisa lega. Gue ada buat lu. Sebisa mungkin, bantuin lu.”Ambar seketika memegang erat pinggang Sabrina dan menangis dalam pelukannya. Kedua wanita yang baru saja bertemu, setelah lima tahun terpisah ini, akhirnya bisa menikmati kebersamaan. Ambar yang telah tulus dalam bersahabat telah hancur lebur hatinya oleh Mita.“Kenapa kita kaga meet up sebelum ini, Sab? Tau kaga, gue ngerasa lu tuh sengaja jauhi gue. Jadi salah paham gara-gara dia,” ucap Ambar sambil mengurai pelukan lalu mengusap air mata. Sabrina duduk kembali depan sang sahabat lalu tersenyum penuh kasih.“Semoga setelah ini kaga ada lagi kesalahpahaman. Gue selama ini bangga banget ama persahabatan abadi kalian. Dari sama-sama bocil sampe jadi orang sukses. Buat instropeksi kita bersama,” saran Sabrina yang membuat lengkungan senyum di kedua pipi Ambar.Tiba-tiba terdengar bunyi dering ponsel Ambar dari kantung piyama. Wanita berkuncir kuda tersebut merogoh
“Entar malah eike yang masuk bui. Ogah ah. Dicampur aduk ama para lekong. Eike bisa diperkosa, Cint ...,” ucap Clara setengah menjerit yang buru-buru menutup mulut dengan tisu. “Eike takut hamil, Zus. Eike masih perawan, belum merit lagi. Ogaaah!”Bukannya ikut sedih, Bu Nur justru tertawa terbahak-bahak mendengar omongan Clara barusan. Saking histerisnya, wanita pengelola kantin tersebut buru-buru lari ke toilet. Tak terasa hingga terkencing di celana. “Zus ini. Apaan cobak! Eike nangis, dia ngakak. Dasaaaar!” omel Clara seketika sembari menyobek tisu menjadi serpihan kecil. Tampak dia jengkel karena merasa disepelekan. Beberapa saat kemudian, Bu Nur telah kembali dari toilet. Dia segera duduk di sebelah transpuan tersebut. Ketika dia tahu telah didiamkan oleh Clara lalu buru-buru minta maaf.“Gak papa, Zus. Eike kan juga bisa hamil,” ucap Clara dengan raut wajah serius dan dari sini Bu Nur menyadari bahwa sosok di sampingnya adalah berjiwa wanita. Clara meneteskan air mata dan Bu N
"Maka dari itu lebih baik temui Mbak Ambar. Kalian bisa berunding dengan pengacara dan kamu bisa terhindar dari ancaman hukuman. Ngomong semuanya, nggak usah ditutup-tutupi lagi. Biar kasus segera terkuak motifnya," jelas Bu Nur yang direspon anggukan oleh Clara."Saya nggak akrab dengan Zus Cantik itu. Tolong kasih tahu dise. Eike mau jadi saksi, asal nggak dimasukin penjara," balas Clara dengan ekspresi memelas.Bu Nur yang sedari awal telah merasa ada 'sesuatu' di balik kasus Brian dan kini, dia menaruh rasa iba terhadap transpuan di hadapannya. Dia akan menghubungkan Clara dengan Ambar. Bu Nur berinisiatif untuk menelepon Bu Retno. Oleh karena dirinya tak mempunyai nomor telepon Ambar. Akan tetapi wanita tersebut berpikir ulang untuk menghubungi Bu Retno. menghubungi Bu Retno. Dia ingat bahwa telah dipesan oleh wanita pengusaha katering tersebut agar tak berhubungan secara langsung untuk sementara waktu.Jadi khawatir Jika hubungan telepon pun bisa disadap oleh pihak yang tak be