Beranda / Rumah Tangga / AMBISI WANITA SIMPANAN / BAB 5. Antara Percaya Dan Tidak Percaya

Share

BAB 5. Antara Percaya Dan Tidak Percaya

Penulis: Mayangnoura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-09 07:52:10

Beberapa saat sebelumnya.

"Nya, sarapan sudah siap," ucap Sumi di pintu kamar Manisa.

Citra yang baru saja selesai merapikan rambut Manisa menoleh. "Iya, bi. Ini kami mau ke meja makan."

"Baik, Nya. Tuan mau bibi panggilkan juga?"

"Biar aku saja, bi. Bibi lanjutkan pekerjaan saja."

"Oh, baiklah, Nya. Kalau begitu, bibi kembali ke dapur." Sumi berbalik badan dan kemudian tubuhnya menghilang di balik tembok.

Citra menatap Manisa yang sudah selesai dirias. "Kamu ke meja makan sekarang sendirian ya. Mulai sarapan saja. Mama mau memanggil papa dulu."

Manisa mengangguk. "Iya, ma."

Citra tersenyum. Dia kemudian meninggalkan kamar Manisa menuju kamarnya. Tapi begitu sampai di depan pintu yang sedikit terbuka, langkah Citra terhenti tiba-tiba begitu mendengar suara Galih yang sedang berbicara dengan seseorang di ponselnya. Suaranya sih lirih. Tapi Citra masih bisa mendengarnya.

"Apa-apaan kamu menelponku Pagi-pagi begini?! Aku kan sudah bilang sama kamu untuk tidak menghubungi dan mengirim pesan padaku di waktu aku sedang di rumah!"

Kening Citra mengerut mendengar itu. Kenapa Galih marah pada orang yang menelponnya di pagi hari? Suaranya dilirihkan pula. Siapa juga yang menelpon suaminya itu sampai membuat marah?

Karena curiga, Citra langsung mendekatkan daun telinganya ke daun pintu agar bisa lebih jelas mendengar suara Galih.

"Bagaimana tidak marah?! Kita kan sudah membuat kesepakatan tentang waktu kamu boleh menelpon dan mengirim pesan padaku!"

"Apapun yang kamu rasa, sekali lagi aku bilang ke kamu untuk tidak menelpon dan mengirim pesan padaku di waktu aku sedang di rumah! Kamu harus pegang teguh perjanjian itu!"

"Tidak bisa! Lusa sore justru aku janjian pacaran ke mall dengan Citra!"

Deg!

Citra tersentak karena namanya disebut oleh Galih. Sepertinya orang yang menelpon suaminya mengajak suaminya itu bertemu di mall di hari yang sama dengan suaminya mengajaknya jalan-jalan ke mall. Tapi siapa yang mengajak suaminya ketemuan di mall? Memangnya tidak bisa ketemuan di toko saja?

"Kenapa kamu diam saja, Rin? Apa kamu sudah mengerti dengan kesalahan kamu ini yang bisa mengancam keharmonisan pernikahanku?"

Citra kembali tersentak. 'Rin? Rin siapa? Kenapa Mas Galih bilang telepon pagi-pagi bisa mengancam keharmonisan pernikahanku dengan Mas Galih?'

Setelah kejadian kemarin, apa yang didengarnya kali ini membuat Citra makin bingung dan bertanya-tanya. Galih semakin membuatnya curiga.

"Syukurlah kamu mengerti. Tapi ingat, untuk ke depannya jangan lagi kamu menelponku pada saat aku masih di rumah seperti ini. Aku tidak mau Citra mendengar dan kemudian curiga kepadaku."

Duar!

Bagai tersambar petir Citra mendengar itu. 'Fix yang menelpon Mas Galih bukan orang sembarangan. Apa mungkin itu adalah wanita yang ada di dalam foto itu?'

Citra mendorong daun pintu di depannya agar terbuka lebih lebar. Karena tanpa suara, Galih yang berdiri membelakangi pintu, tak menyadarinya. Citra kemudian melangkah masuk dan berdiri tepat di belakang Galih.

"Masak sih dia tidak bisa menahan bertemu denganku? Untung saja Citra tidak tahu," ucap Galih sembari menjauhkan ponsel dari daun telinganya.

"Tidak tahu apa, mas?" sahut Citra cepat.

Galih tersentak kaget mendengar itu. Dia segera berbalik badan dan tercekat. "Citra?"

Citra menatap wajah Galih yang terkejut itu, tajam. "Kenapa kamu harus terkejut begitu, mas? Aku bukan hantu lho."

"A-aku tahu kamu bukan hantu. Bu-bukan itu maksudku," sangkal Galih panik. Dia sangat menyesal tadi berdiri membelakangi pintu sehingga tidak tahu sejak kapan Citra masuk ke dalam kamar ini.

"Terus apa? Mas memang tampak terkejut seperti melihat hantu."

"Aku terkejut karena kaget. Aku tidak mendengar kamu masuk soalnya."

"Sampai panik seperti dipergoki mencuri sesuatu oleh seseorang?"

"Ya karena kamu tiba-tiba ada di belakangku padahal tadi tidak ada."

"Terus kenapa kamu bilang untung Citra tidak tahu? Apa yang tidak boleh aku tahu padahal aku adalah istri kamu?"

Galih menelan saliva. Sepertinya istrinya ini sudah mendengar semua yang dikatakannya tadi pada Rini. Kenyataan ini adalah sesuatu yang tidak baik. Tapi karena istrinya tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Rini, dia masih bisa mengarang cerita. "Itu... itu hanya alasannya saja."

"Alasan bagaimana?"

"E... jadi begini. Tadi itu yang menelponku teman waktu aku kuliah dulu. Dia mengajak aku ketemuan di mall besok lusa. Aku tidak mau karena paling paling dia mau pinjam uang. Karena itu, aku memakai kamu sebagai alasan. Sebenarnya aku tidak ingin kamu tahu. Sebab itu, aku tadi bilang untung kamu tidak tahu."

Pandangan Citra menyipit. Jujur hatinya tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Galih. Hanya saja, rasanya tidak mungkin untuk dia sangkal. Bisa jadi memang kenyataannya seperti itu.

"Laki-laki atau perempuan teman yang mengajak mas ketemuan itu?" tanya Citra lagi. Dia ingin memastikan.

"Tentu saja laki-laki."

"Siapa namanya?"

Galih tercenung. Dia mencoba mengingat-ingat semua kata yang terucap dari mulutnya tadi. Dia ingat kalau dirinya sempat melafadzkan sepenggal nama Rini, yaitu 'Rin'. Berarti dia harus membuat nama laki-laki dengan panggilan 'Rin'.

"Namanya Rino," jawab Galih kemudian.  "Aku belum pernah aku kenalkan padanya. Jadi pasti kamu tidak tahu dengannya meskipun aku mengabarkan tentangnya."

Kini Citra yang tercenung. Mencoba untuk mempercayai ucapan Galih yang justru membuat perasaannya campur aduk. Curiga, tak percaya, sedikit percaya, bingung, dan lainnya, bercampur jadi satu. Membuatnya merasa stress.

Melihat sikap Citra yang tampak mencurigainya, Galih langsung meraih tubuh Citra ke dalam pelukannya. "Jangan curiga terus begitu. Nanti hati kamu jadi capek. Percayalah, aku tidak menduakan kamu. Percayalah, aku tidak mengkhianati kamu. Apa yang sejak kemarin adalah sebuah kesalahpahaman yang entah mengapa berlanjut hingga pagi ini. Aku tuh sangat menyayangi dan mencintai kamu dan Manisa. Aku tidak bisa hidup tanpa kalian berdua. Dengan keadaan hatiku yang seperti itu, apa iya aku bisa selingkuh?"

Citra tak menjawab. Dia memilih diam karena hatinya begitu berkecamuk. Antara kubu percaya dan tidak percaya dengan Galih, berseteru dengan sengit. Tapi seumpama dia tidak mendapatkan kiriman pesan foto mesra Galih dan wanita lain tadi malam, tentu dia akan percaya pada pengakuan Galih yang mengaku tidak selingkuh, tidak berkhianat, dan menyayangi dirinya dan Manisa.

Karena Citra tak merespon bujukannya, Galih pun langsung berpikir memakai cara yang lain. Dia melepaskan pelukannya sebelum akhirnya medua tangannya menangkup kedua belah pipi Citra dengan tatapan lekat.

"Kamu kenapa sih, sayang? Kenapa kamu sekarang berubah jadi tidak percaya lagi sama aku? Ya, memang salah aku telah membuatmu salah paham. Tapi apa kamu tidak memikirkan dampak negatif yang bakal terjadi pada rumah tangga kita jika kamu terus bersikap tidak percaya seperti ini?

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 6. Video Yang Diterima Dari Nomer Asing

    Citra mendengkus pelan. Dia tidak punya jawaban pasti saat ini. Lebih baik dia hentikan obrolan ini mengingat dirinya harus mengantar Manisa pergi ke sekolah. "Aku datang untuk mengajak mas sarapan. Mungkin Manisa sudah di meja makan sekarang," ucap Citra sebelum akhirnya berbalik badan keluar dari dalam kamar itu. "Sial!" hardik Galih pada dirinya sendiri begitu Citra menghilang di balik pintu. "Sepertinya Citra benar-benar curiga. Ini gara-gara Rini. Sudah dibilang jangan menelponku di waktu pagi seperti ini, eh, malah melakukannya. Aku harus menegurnya sebelum dia membuat masalah yang lebih besar." Setelah memasukkan dompet dan ponsel ke saku celana serta mengambil kunci mobil, Galih keluar kamar menuju meja makan. Dia mendapati Citra dan Manisa sedang menikmati sarapan mereka tanpa suara. Citra dan Manisa sempat meliriknya. Tapi hanya sekilas sebelum kembali melanjutkan makan mereka. Galih menipiskan bibir mendapati reaksi Citra itu. Rasanya dia ingin bersumpah sekali lagi ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 7. Membalas Pesan Wanita Simpanan Suami

    Kening Usi mengerut dalam mendengar ucapan Citra. Dia tidak mengerti maksudnya. Meskipun begitu, dia mencoba untuk tidak panik agar tidak memperburuk emosi Citra. Dia mengusap punggung Citra dengan lembut hingga sahabatnya itu tampak sedikit tenang. Setelah itu, barulah dia membawa Citra ke ruangannya dan menyilahkan wanita itu duduk di sofa yang ada di sana."Ceritakan padaku apa yang menyebabkan kamu seperti ini?" tanya Usi tegas. Walaupun Citra baru saja selesai menangis, dia tahu Citra seperti dirinya. Yaitu wanita yang tidak menyek-menyek. Bukan tanpa sebab dia berpikir begitu, selama mereka bersahabat, baru kali ini Citra menangis.Citra mengusap basah di wajahnya dengan tisu yang diberi oleh Usi. "Aku bingung harus cerita darimana. Tapi aku benar-benar tidak menyangka akan mendapati kenyataan ini.""Kenyataan apa?""Kenyataan kalau... Mas Galih sepertinya memang benar-benar selingkuh."Usi tersentak kaget. "Bagaimana kamu bisa mengambil kesimpulan ini? Bukankah waktu itu kamu b

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-19
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 8. Berbalasan Pesan Dengan Wanita Simpanan Suami

    Citra menatap layar ponselnya lekat-lekat. Dia menunggu jawaban atas pesan balasan yang dia kirim pada wanita pemilik nomer asing yang mengirimkan foto dan video mesum antara suaminya dengan seorang wanita yang tidak dikenal itu. Dia begitu penasaran dengan orang ini dan siapa dirinya.Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pesan balasan yang ditunggu-tunggunya datang juga. Dia langsung membaca pesan itu meskipun dengan hati yang sedikit berdebar. 'Aku telah mengirimkan foto dan video suamimu. Respon kamu seperti ini? Kamu tidak terkejut? Marah? Syok? Sakit hati? Atau yang lainnya?'Citra tersenyum miring. Jari-jarinya kemudian membalas. 'Kenapa kamu mau tahu apa yang aku rasakan? Pentingkah perasaanku buat kamu? Terus, memangnya kamu siapa mau tahu perasaanku? Bukan siapa-siapaku kan?'Jawaban Citra sontak membuat Rini menggeram kesal. Rahang wanita itu sampai mengencang dan wajahnya memerah karena sangking menahan marah. "Kurang ajar! Belum tahu saja kamu siapa aku! Nanti kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 9. Permintaan Citra Yang Sangat Mengejutkan

    Galih menyudahi obrolannya dengan Citra dengan senyum penuh arti. Bagaimana tidak, sepertinya istrinya itu sudah baik-baik saja meskipun tadi pagi ada kejadian yang cukup mengkhawatirkan. Tapi dia yakin, setelah pulang dari mall, keadaan akan semakin baik."Aku hanya perlu membelikan semua yang dia inginkan di mall nanti. Setelahnya, beres. Dan satu hal yang penting, aku masih bisa berhubungan dengan Rini. Soal permintaan Citra yang menyuruhku membawa satu karyawan pria ketika mau bertemu pelanggan di luar, itu mah gampang. Aku hanya perlu menyuap salah satu karyawan. Beres."Senyum Galih kian lebar. Dia merasa pintar.Singkat cerita. Galih dan Citra sudah bertemu di mall. Mereka bahkan sudah berbelanja. Semua barang yang dibelanjakan adalah barangnya Citra. Sayangnya raut wajah Citra tampak tidak sumringah. Terlihat biasa saja. Hal itu membuat Galih merasa tidak nyaman. "Kamu kenapa sih, sayang?" tanya Galih kemudian. Yaitu saat mereka sudah duduk di sebuah tempat makan dan makanan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 10. Balasan Untuk Sebuah Kebohongan

    'Kamu bisa cek pada ahlinya kalau foto dan video syur yang aku kirimkan padamu itu asli dan bukan editan.' Rini menatap pesannya yang dia kirim ke Citra sore tadi. Masih belum ada balasan. Bahkan dibaca saja tidak. Hal itu membuat Rini jadi merasa resah, gelisah, marah, penasaran bercampur aduk menjadi satu. "Ukh!" Rini melempar ponselnya. "Menyebalkan sekali sih dia! Tidak mau mundur meskipun aku sudah mengirimkan foto dan videoku dengan Mas Deni! Aku yakin dia juga tahu kalau foto dan video itu asli dan bukan editan! Dia hanya pura-pura tidak percaya karena tidak mau melepaskan hidup mewahnya! Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?! Apa aku harus mendatanginya langsung?! Tapi kalau itu aku lakukan, bagaimana kalau ketahuan Mas Galih? Nanti bukannya menjadi istri sahnya, eh malah ditinggalkan. Aduh, jadi aku harus melakukan apa?" Sementara itu, Citra menatap layar ponselnya dengan tersenyum samar. Dia sangat senang karena bisa membuat panik Galih dan selingkuhannya hari ini.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 11. Niat Untuk Memiliki Toko

    Citra masuk ke dalam ruangannya yang sejak hamil ditempati oleh Galih. Dia sangat merindukan ruangan itu yang dulu adalah tempatnya menghabiskan waktu dari pagi sampai sore. Bekerja dengan sungguh-sungguh. Bahkan sering sampai malam. Tapi keadaan ruangan sudah jauh berbeda. Dia nyaris tak mengenalinya. Semerawut dan tampak tidak terurus meskipun bersih dari sampah dan debu. Rasanya dia ingin marah dengan keadaan ruangan yang jadi seperti ini. Namun, ini bukan saatnya mempermasalahkan ruangan. Ada hal yang lebih penting yang akan dilakukannya selama beberapa jam ke depan. Di belakangnya, Galih mengiringi langkah Citra dengan hati yang berdebar-debar. Rasanya dia ingin melarang Citra memegang komputer yang ada di ruangan ini agar kecurangannya selama ini tidak diketahui oleh sang istri. Tapi jika dia melakukan itu, dikhawatirkan Citra justru curiga dan malah mengeceknya. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah berdoa agar Citra tidak menyalakan komputer. Kalaupun melakukannya, hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 12. Rencana Untuk Menyerang Istri Sah

    Citra menghela nafas berat beberapa kali. Kenyataan buruk yang dialaminya membuat dadanya sesak. Dia kemudian mencoba untuk kembali fokus dengan layar komputernya. Dia amati setiap huruf dan angka yang ada di sana. Awalnya, wajahnya tampak biasa saja. Lalu keningnya mulai mengerut. Dan setelah lama, matanya melebar."Aku hampir saja tidak mempercayai ini. Kemana hilangnya uang toko yang sebanyak ini? Apa mungkin Mas Galih yang mengambilnya? Kalau iya, berarti dia jahat sekali. Sudah selingkuh, punya niat memiliki toko ini, sekarang ketahuan telah mengambil uang toko. Aku tidak akan membiarkan ini. Aku akan bertindak secepatnya."Sementara itu di ruangan lain, Galih tampak gelisah. Bagaimana tidak, dia tahu kalau di ruangan sebelah, Citra sedang memeriksa pembukuan toko. Dia khawatir Citra mengetahui kecurangan yang sudah dia lakukan."Kalau Citra memang memeriksa pembukuan toko, sudah pasti dia akan tahu kecurangan yang sudah aku lakukan. Dia kan tidak bodoh. Dia lebih dulu mengendali

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-26
  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 13. Menurunkan Lagi Jabatan Suami

    Citra terhenyak mendengar jawaban Rudi. "Kalau begitu, sudah lama ya toko tidak lagi lengkap?""Di tahun-tahun awal sih masih lengkap, mbak. Tapi makin ke sini beberapa barang tidak dibeli lagi. Alasannya, yang penting ada barang sejenis. Tidak harus semua merk ada. Begitu, mbak. Tapi sebenarnya saya tidak tahu alasan sebenarnya," jawab Rudi apa adanya.Rahang Citra mengencang. Dia sangat marah mengetahui kenyataan ini. Tapi dia juga bersyukur karena dirinya memutuskan untuk secepatnya kembali mengambil alih toko. Karena kalau tidak, toko yang sudah puluhan tahun berdiri ini dan dibangun dengan kerja keras, akan hancur karena dikelola oleh orang yang tidak bertanggung jawab seperti suaminya."Kalau mbak mau melihat-lihat barang, saya bisa temani." Rudi menawarkan diri. Karena menurutnya, sang pemilik harus segera tahu keadaan toko ini. Bukan apa, dirinya dan semua karyawan toko bergantung hidup pada toko ini. Kalau toko bangkrut, semua akan menangis sedih. Dan kalau tidak segera disel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-28

Bab terbaru

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 19. Hotel X Kamar 302

    'Karena aku merasa heran. Bagaimana bisa seorang istri diam saja ketika sudah tahu suaminya selingkuh? Apa... istrinya memang tidak keberatan kalau suaminya selingkuh asalkan tetap bisa hidup mewah?''Hah? Apa maksudmu dengan mengatakan aku membiarkan suamiku selingkuh agar bisa hidup mewah? Anda harus tahu ya, nona. Bahwa tanpa suamiku pun aku bisa hidup mewah. Ada baiknya kamu mencari tahu dulu sebelum bicara.''Oya? Apa karena kamu merasa cantik sehingga bisa mendekati laki-laki kaya selain Mas Galih?''Itu hanya ada dalam pemikiranmu, nona. Begini saja, sekarang katakan apa maumu sebenarnya, nona. Jangan berbelit-belit.''Oke, kalau itu mau kamu. Aku mau kamu melepaskan suami kamu karena sudah jelas suami kamu itu lebih mencintai aku daripada kamu. Jadi, cepat atau lambat, kamu bakal dibuang juga. Jadi, sebagai sesama wanita yang punya harga diri, lebih baik kamu pergi lebih dulu sebelum dibuang.''Tidak semudah itu. Kalau hanya dengan bukti-bukti video dan foto yang kamu berikan,

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 18. Siapa Yang Dikhianati Siapa Yang Panik

    "Bagaimana, bu? Apakah berhasil?" tanya Gina pada marni yang berada di luar toko.Marni menghela nafas berat. "Tidak."Kening Gina mengerut. "Kok tidak? Bukannya ibu yakin bakal menaklukkan Mbak Citra? Kata ibu mau mengancam Mbak Citra dengan memakai Mas Galih?""Sudah. Ibu sudah melakukannya. Tapi apa? Dia tidak takut sama sekali. Dia justru mengatakan kalau dia tidak merasa sayang telah kehilangan Mas-mu itu karena ketika menikah, mas-mu itu tidak mempunyai apa-apa."Mata Gina melebar begitu mendengar itu. "Benarkah Mbak Citra mengatakan itu, bu? Bukankah selama ini terlihat sangat menyayangi Mas Galih?""Memang begitu jawabannya. Ibu pun tidak mengerti kenapa dia bisa mengatakan itu. Seolah tidak ada rasa cinta lagi sama mas-mu.""Mungkin memang sudah tidak ada rasa cinta lagi, bu. Karena itu pula Mbak Citra tega menurunkan jabatan Mas Galih. Bukan hanya karena perkara Mbak Citra ingin kembali memimpin toko dan uang yang terpakai oleh Mas Galih."Marni tercenung mendengar itu. Lal

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 17. Ibu Mertua Yang Memaksa

    Citra mengalihkan pandangan dari layar komputer ke ponselnya. Karena rasa penasaran, dia mengambil benda pipih itu dan menelpon Galih. Ponsel suaminya aktif tapi panggilannya tidak diterima.Kening Citra mengerut mendapati hal ini. Tak begitu peduli, dia kemudian memasukkan ponsel ke dalam saku blazernya sebelum akhirnya beranjak meninggalkan ruangannya. Rencananya, dia mau mengecek apakah barang yang dipesannya kemarin sudah datang apa belum. Tapi begitu melihat pintu ruangan Galih sedikit terbuka seolah baru saja dimasuki seseorang, dia pun mengurungkan diri untuk turun. Yang dilakukan kemudian adalah mendekati ruangan Galih itu dan mengintip ke dalamnya. Matanya melebar begitu melihat Galih di sana."Mas tidur dimana semalam?" tanya Citra sembari melangkah masuk. "Kenapa tidak pulang?"Galih melirik Citra sekilas. "Tidur dimana semalam, itu bukan urusanmu. Untuk apa kamu mempertanyakan itu? Jangan sok perhatian sedangkan kenyataannya kamu tidak menghormati aku lagi sebagai suami."

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 16. Suami Yang Bermalam Dengan Selingkuhannya

    "Terserah ibu mau bilang aku pelit. Tapi izinkan aku menjelaskan. Aku menurunkan Mas Galih dari jabatannya, pertama karena aku mau kembali mengurus tokoku yang sudah lama aku tinggalkan. Tadinya, aku menurunkan jabatannya jadi manager. Tapi setelah tahu dia memakai begitu banyak uang toko, aku sangat kecewa. Makanya aku menurunkan lagi jabatannya menjadi supervisor.""Memangnya kamu tidak bertanya pada Galih untuk apa uang yang dia pakai itu sampai-sampai kamu menurunkan jabatannya sejauh itu padahal dia suami kamu yang juga punya jasa pada toko?!""Tanya, bu. Jawabannya untuk merenovasi rumah ibu.""Ya terus kenapa kamu tetap menurunkan jabatannya menjadi supervisor hah?! Kamu tidak suka Galih memakai uang itu untuk merenovasi rumah ibu?! Kamu tidak suka iya?! Kamu lupa kalau Galih turut mengurus toko kamu selama bertahun-tahun?!""Aku tidak lupa Mas Galih telah menggantikan posisiku di toko selama bertahun-tahun karena kepemimpinan dia lah toko nyaris bangkrut. Masalahnya, uang yang

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 15. Menantu Yang Pelit

    Dalam perjalanan pulang, Citra dan Galih sama-sama berdiam diri. Tak ada yang bersuara apalagi bercerita penuh keakraban. Dalam beberapa hari saja sejak Citra mengetahui kalau Galih selingkuh, hubungan dua anak manusia itu sudah dingin. Galih sendiri memang sengaja mendiamkan Citra. Itu adalah sebagai bentuk protes kalau dirinya tidak terima diberi jabatan yang sekarang. Harga dirinya sebagai suami pemilik toko seperti dijatuhkan. Dia marah. Dia sangat marah pada Citra.Sementara itu, Citra tidak peduli dengan sikap Galih saat ini. Itu karena dia sudah tidak respect lagi pada pria itu sejak ketahuan mengkhianatinya dan berniat memiliki tokonya. Sebenarnya, dia sudah ingin bercerai. Tapi itu butuh proses yang tidak bisa cepat.Tak lama kemudian, mereka sudah tiba di rumah. Lagi-lagi tanpa kata, Galih keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah dengan wajah dan sikap yang jelas menampakkan kemarahan yang ditahan.Citra mendengkus keras melihat sikap Galih. "Harusnya aku yang marah

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 14. Hubungan Yang Sudah Tak Baik-Baik Saja

    "Ya, istri memang harus menghormati suami. Tapi dilihat dulu seperti apa suaminya. Kalau suaminya memang sosok yang baik dan tidak penuh tipu daya, ya... tentu harus dihormati," balas Citra keceplosan. Untung dia masih bisa mengontrol mulutnya sehingga tidak mengatakan apa yang dia ketahui. Yaitu tentang perselingkuhan Galih dan keinginan suaminya itu untuk memiliki toko ini.Kening Galih mengerut mendengar balasan Citra. "Apa maksudmu mengatakan itu? Memangnya aku bukan suami yang baik sampai kamu berkata seperti itu? Apa karena aku memakai uang toko sehingga kamu langsung menganggapku suami tidak baik? Jadi kemana larinya kasih sayang aku ke kamu dan Manisa selama ini?"'Kasih sayang? Ya, kamu memang terlihat menyayangi aku dan Manisa. Tapi setelah aku mengetahui semua kelakuanmu, aku ragu kamu menyayangi kami tulus dari hatimu. Aku lebih yakin kalau kamu berpura-pura menyayangi kami agar tidak curiga padamu sehingga kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau. Suami yang baik itu puny

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 13. Menurunkan Lagi Jabatan Suami

    Citra terhenyak mendengar jawaban Rudi. "Kalau begitu, sudah lama ya toko tidak lagi lengkap?""Di tahun-tahun awal sih masih lengkap, mbak. Tapi makin ke sini beberapa barang tidak dibeli lagi. Alasannya, yang penting ada barang sejenis. Tidak harus semua merk ada. Begitu, mbak. Tapi sebenarnya saya tidak tahu alasan sebenarnya," jawab Rudi apa adanya.Rahang Citra mengencang. Dia sangat marah mengetahui kenyataan ini. Tapi dia juga bersyukur karena dirinya memutuskan untuk secepatnya kembali mengambil alih toko. Karena kalau tidak, toko yang sudah puluhan tahun berdiri ini dan dibangun dengan kerja keras, akan hancur karena dikelola oleh orang yang tidak bertanggung jawab seperti suaminya."Kalau mbak mau melihat-lihat barang, saya bisa temani." Rudi menawarkan diri. Karena menurutnya, sang pemilik harus segera tahu keadaan toko ini. Bukan apa, dirinya dan semua karyawan toko bergantung hidup pada toko ini. Kalau toko bangkrut, semua akan menangis sedih. Dan kalau tidak segera disel

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 12. Rencana Untuk Menyerang Istri Sah

    Citra menghela nafas berat beberapa kali. Kenyataan buruk yang dialaminya membuat dadanya sesak. Dia kemudian mencoba untuk kembali fokus dengan layar komputernya. Dia amati setiap huruf dan angka yang ada di sana. Awalnya, wajahnya tampak biasa saja. Lalu keningnya mulai mengerut. Dan setelah lama, matanya melebar."Aku hampir saja tidak mempercayai ini. Kemana hilangnya uang toko yang sebanyak ini? Apa mungkin Mas Galih yang mengambilnya? Kalau iya, berarti dia jahat sekali. Sudah selingkuh, punya niat memiliki toko ini, sekarang ketahuan telah mengambil uang toko. Aku tidak akan membiarkan ini. Aku akan bertindak secepatnya."Sementara itu di ruangan lain, Galih tampak gelisah. Bagaimana tidak, dia tahu kalau di ruangan sebelah, Citra sedang memeriksa pembukuan toko. Dia khawatir Citra mengetahui kecurangan yang sudah dia lakukan."Kalau Citra memang memeriksa pembukuan toko, sudah pasti dia akan tahu kecurangan yang sudah aku lakukan. Dia kan tidak bodoh. Dia lebih dulu mengendali

  • AMBISI WANITA SIMPANAN   BAB 11. Niat Untuk Memiliki Toko

    Citra masuk ke dalam ruangannya yang sejak hamil ditempati oleh Galih. Dia sangat merindukan ruangan itu yang dulu adalah tempatnya menghabiskan waktu dari pagi sampai sore. Bekerja dengan sungguh-sungguh. Bahkan sering sampai malam. Tapi keadaan ruangan sudah jauh berbeda. Dia nyaris tak mengenalinya. Semerawut dan tampak tidak terurus meskipun bersih dari sampah dan debu. Rasanya dia ingin marah dengan keadaan ruangan yang jadi seperti ini. Namun, ini bukan saatnya mempermasalahkan ruangan. Ada hal yang lebih penting yang akan dilakukannya selama beberapa jam ke depan. Di belakangnya, Galih mengiringi langkah Citra dengan hati yang berdebar-debar. Rasanya dia ingin melarang Citra memegang komputer yang ada di ruangan ini agar kecurangannya selama ini tidak diketahui oleh sang istri. Tapi jika dia melakukan itu, dikhawatirkan Citra justru curiga dan malah mengeceknya. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah berdoa agar Citra tidak menyalakan komputer. Kalaupun melakukannya, hanya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status