“Sayang, mari kita masuk suster sudah memanggil.”
Reihan merangkul Nabila memasuki ruangan Dokter Hari.
“Saya telah mempelajari status riwayat kesehatan Bapak dan Ibu dari dokumen yang kemarin dikirimkan kepada saya. Saya dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya bapak dan ibu secara medis tidak ada masalah serius yang menyebabkan sulit hamil, hanya saja hormonal ibu yang kurang stabil. Apakah ibu pernah menunda kehamilan dan meminum obat penunda kehamilan sebelum nya?”
Pertanyaan Dokter Hari membuat lidahnya kelu untuk menjawab.
Reihan menatap Nabila dengan tatapan penuh harap bahwa Istriya itu menjawab dengan jawaban tidak.
“Saya perlu mendapatkan jawaban yang jujur dari bapak dan ibu supaya tidak salah melakukan diagnosa.”
Nabila tidak berani menatap wajah Reihan, dan menjawab dengan wajah menunduk.
“Iya Dokter saya pernah meminumnya selama empat tahun usia pernikahan kami, maafkan aku Mas Sudah menyembunyikan ini darimu.”
Nabila menjawab dengan wajah tertunduk, airmatanya spontan mengalir deras, Nabila merasa sangat menyesal mengingat apa yang dahulu pernah dilakukannya.
“Seandainya saja tau akan berakhir seperti ini pasti aku tidak akan pernah menunda kehamilan, tetapi semua sudah terlanjur terjadi, aku tidak akan bisa kembali mengulang masa lalu, Mas”.
“Nabila! Aku tidak menyangka kamu melakukan hal seperti ini!”
Reihan nampak menahan amarah.
“Mas aku bisa menjelaskan semua nya nanti ketika kita sudah sampai rumah.”
Lirih Nabila menjawab, malu bertengkar di depan Dokter Hari.
“Dok , apakah hal itu yang membuat istri saya sampai sekarang menjadi sulit hamil?!”
“Bukan sepenuh nya karena itu pak, itu hanya salah satu penyebab nya karena belum ada penelitian yang menyebutkan jika mengkonsumsi Pil KB mengakibatkan sulit hamil. Akan tetapi masa subur perempuan itu ada batas nya dan setiap tahun mengalami penurunan sehingga semakin menunda maka kesempatan untuk hamil menjadi semakin kecil.”
Setelah selesai melakukan sesi konsultasi dengan Dokter Hari, Sikap Reihan tampak berubah menjadi dingin terhadap Nabila.
“Mas, tunggu mas!”
Reihan berjalan cepat menuju ke parkiran mobil tanpa menghiraukan Nabila.
Baru kali ini Reihan bersikap seperti ini, Biasanya ketika berjalan berdua Reihan selalu menggandeng tangan Nabila.
Nabila mempercepat langkah kakinya hingga setengah berlari untuk bisa mengikuti langkah panjang dan lebar Reihan.
“Mas aku bisa menjelaskan semuanya nanti ketika dirumah, tapi tidak disini karena terlalu panjang ceritanya.”
Reihan menghentikan langkahnya tiba-tiba sehingga tanpa sengaja Nabila menabrak punggungnya.
“Aduh! Mas kenapa tidak kasih kode sih kalau berhenti.”
Nabila memasang muka lucu dan memelas, memegang dahi dan hidung pura-pura kesakitan untuk meluluhkan hatinya. Biasanya Raihan akan luluh dan tersenyum ketika Nabila menggoda nya.
“Nabila, Apakah sebesar itu keinginanmu untuk tidak mau memiliki anak denganku, apakah kamu selama ini tidak benar-benar mencintaiku? Aku sungguh tidak paham jalan pikiran mu, selama ini Aku benar-benar bodoh karena telah mengira bahwa kamu mencintaiku, dan ingin membangun rumah tangga denganku!”
“Mas, maafkan aku, semua itu karena ...”
Tiiin...tiiiin....tiin....!!!
Belum selesai Nabila berbicara tiba-tiba terdengar suara klakson panjang...
Pengendara mobil itu sepertinya sengaja ingin mencelakai Nabila.
Reihan dengan sigap menarik tubuh Nabila dalam pelukannya, telat sedikit saja mungkin tubuh Nabila sudah tertabrak oleh mobil yang baru saja lewat.
“Maas!!” Nabila membenamkan wajahnya didada suaminya.
“Nabila! kamu tidak apa-apa?!”
Reihan mengangkat wajah Nabila dan memeriksa tubuhnya, memastikan tidak ada yang terluka.
“Aku baik-baik saja, Alhamdulillah tidak ada yang terluka”
“Aku seperti mengenal pengendara mobil tadi”.
“Siapa Mas?!”
“Aku tidak yakin tapi seperti nya Nadia, penampilan nya persis seperti yang kamu ceritakan tadi sebelum masuk ke ruang Dokter Hari”
“Bisa jadi Mas, tapi apa yang membuatnya berada di Rumah Sakit ini ya?!”
“Aku juga kurang tau, mungkin ada sesuatu yang harus dia urus atau mungkin mau menjenguk seseorang, Sudah lah yuk kita pulang”
Kejadian di tempat parkir memberikan hikmah kepada mereka berdua, Reihan menjadi tidak begitu marah lagi dengan Nabila.
Sesampai nya dirumah Reihan meminta Nabila untuk membuat kan teh dan mengajak Nabila duduk di teras belakang rumah, mereka duduk di kursi santai menghadap kolam renang.
Anggrek putih yang ditanam Nabila beberapa waktu yang lalu sudah mulai mekar, Mereka duduk bersebelahan sambil menyesap teh lemon kesukaan mereka, sambil memandang bunga anggrek putih.
“Sayang, kamu masih hutang penjelasan kepadaku”
“Iya mas, aku mau menjelaskan tapi ku mohon kamu jangan marah yaa?!”
“Sebisa mungkin aku akan berusaha”
“Aku harus mulai dari mana Mas?”
“Langsung saja aku ingin mendengar alasan kamu menunda kehamilan mu, mengapa kamu tidak ingin memiliki anak?!”
“Ingin mas aku sangat menginginkannya, mas tau sendiri kan kalau aku suka sekali dengan anak-anak?”
“Lantas apa alasanmu, apa karena kamu tidak tidak sungguh-sungguh mencintaiku?”
“Bukan itu juga Mas, aku rasa mas bisa merasakan sendiri bagaimana perasaan ku padamu mas”
“Lantas apa Nabila, aku sungguh kecewa kamu melakukan hal seperti ini, aku mencintai mu, aku ingin memiliki anak-anak darimu dan menghabiskan hidupku bersama mu dan bersama dengan anak-anak kita”
Reihan memalingkan wajahnya dan menatap Nabila dengan tatapan tajam, tangannya mengepal seperti sedang menahan emosi yang hampir meluap.
“Aku sebenarnya terikat janji dengan Nadia mas!!!”
“Nadia?! Ada apa ini kenapa tiba tiba semua ini menjadi berhubungan dengan nya?”
“Waktu itu, Mas ingat kan sewaktu kita mau menikah Nadia datang ke rumah orangtuaku?!”
“Iya, Mas ingat! Bukankan saat itu dia datang karena ingin mengucapkan selamat dan mengirimkan kado buat kita?!”
“Iya mas betul, namun sebenarnya ada hal yang terjadi dibalik itu semua”
“Apa itu?? Apa ini ada hubungan nya dengan kehamilanmu?!”
“Iya mas, saat itu dia memintaku untuk membatalkan pernikahan kita karena dia masih belum bisa melupakan mu mas! Dia hampir gila karena tidak bisa melupakan mu!”
Reihan kaget mendengar penjelasanku, dahinya mengerut dan wajahnya menunjukkan ekspresi tak mengerti.
“Apa yang terjadi dengan Nadia, aku bahkan tidak menyangka dia memiliki perasaan yang sedalam itu padaku, padahal sebelum nya hubungan kami biasa saja sewajarnya sahabat tidak ada yang special”
“Waktu itu aku meminta kepada nya untuk menemui mu langsung , aku katakan padanya jika dia menemuimu dan saat itu kamu memilih Nadia maka aku akan dengan ikhlas melepaskan mu, tetapi dia menolak menemuimu dan memintaku yang melepaskan mu.”
Reihan mendengarkan penjelasan Nabila dengan seksama, memegang kedua tangannya, seolah memberi kekuatan pada Nabila untuk melanjutkan ceritanya.
“Nadia datang kerumah orangtuaku dengan kondisi yang memprihatinkan, penampilan seperti orang yang tidak terurus, Nadia yang biasanya tampil cantik dan modis namun hari itu dia terlihat kacau, dia datang dengan mengenakan baju seadanya dan memakai sandal jepit.”
“Kemudian apa yang dikatakannya?!“
“Sebenarnya Nadia melarangku untuk menceritakan isi pembicaraan kami kepadamu Mas.”