Share

Pas

Author: ArgaNov
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Gaun ini cocok sekali denganmu!” Oma memelukku dari belakang.

Aku terkejut mendapatkan pelukan dan antusiasme yang seperti itu hingga membeku seketika. Aku menahan napas karena takut melakukan kesalahan. Pandanganku sedikit berkunang-kunang saat Gatra menarik Oma dariku sehingga bisa bernapas dengan lega kembali.

“Sepertinya bagian ekor itu dibuang saja. Tidak cocok dengannya!” Gatra memutariku bagaikan binatang buas yang tengah menandai mangsanya. Itu berlaku dengan cepat sampai aku sama sekali tidak merasa tegang sedikit pun.

“Baiklah, seperti yang Anda inginkan, Tuan!” Para pelayan designer itu kemudian mengiringku kembali ke ruang ganti dan menanggalkan gaun yang kucoba dengan hati-hati. “Terima kasih atas bantuannya, Nona!” katanya begitu ramah padaku.

Lalu aku diantar keluar ke tempat Oma dan Gatra berada kembali. Kedua orang itu tengah mengobrol serius. Tetapi, saat aku datang apapun yang mereka obrolkan berhenti begitu saja.

Tahulah aku segera kalau apa yang aku obrolkan itu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Buket Bunga untuk Ayu

    Ayu selalu seperti orang yang akan menangis kapanpun aku melihatnya. Karena itu setelah mendengar kalau gadis yang dibawa dengan cara paksa ke rumahku itu bersedia menjadi ibu dari anaknya, aku tidak mau menemuinya lagi.Namun, aku terkejut dengan keberadaannya di taman bersama Oma. Aku memang memiliki janji dengan wanita tua, ibu dari ayah kandungku itu. Ah, rupanya Oma kembali ingin membuatku dan Ayu dekat. Jelas-jelas usaha pendekatan yang aku lakukan percuma saja.Kilatan kekagetan dan kegembiraan yang aku lihat di wajah Ayu, membuat darahku berdesir. Gadis itu tidak tersenyum, hanya menatap kaget. Ia bahkan sedikit ketakutan setelahnya, tetapi sama sekali tidak berdiri untuk melarikan diri.Makanya ketika Oma berkata membawa Ayu untuk mengepas pakaian pengantin yang sudah aku pesankan, aku setujui. Yah, sudah lama gadis itu sendirian saja di dalam rumah ini. Mungkin hanya Muni saja yang berbicara dengannya seharian.“Cantik!” Aku

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Sidang

    Penata rias yang didatangkan Gatra itu dengan cepat mengubak kontur wajahku dengan berbagai tambahan makeup. Aku sampai tidak mengenali diriku sendiri sekarang.“Sudah selesai! Kamu cantik sekali, ya! Pantas saja Pak Gatra mau menikahimu padahal sudah punya Mbak Alina!”Aku langsung menoleh seketika. Bukan begitu ceritana. Kisah yang aku alami jelas tidak semanis itu. Walau aku memang memiliki mimpi yang manis semacam itu, tapi kenyataan tidak selalu mengikuti. Kisahku tak lebih bagaikan barang mewah yang dibeli di loak.Si penata rias menegakkan diri begitu mendengar pintu kamarku diketuk. Aku melihat pantulan bayangan Gatra di cermin di depanku. Pria itu mengenakan kemeja biru dengan celana hitam. Sepatu pantofelnya sewarna dengan celana yang digunakan.“Kamu sudah siap?” tanya Gatra sambil bersandar di dinding.Ia menatapku dari atas sampai bawah. Aku sama sekali tidak mengerti untuk alasan apa ia melakukan itu. Jelas sekali kalau ia tidak tertarik padaku.“Sudah dong, Pak! Gimana

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Siapa Nama Orang Tuamu?

    Awalnya semua orang tertawa dan kemudian ketika melihat bahwa aku menjawab dengan sangat serius, tertawa semua orang lenyap bagaikan tersapu angin. Memang apa salahku? Aku mengatakan hal yang sebenarnya.Setelahnya, pria tua yang tadi bertanya padaku lebih banyak mengobrol dengan Gatra. Sesekali ia menoleh padaku tersenyum maklum. Aku tidak mengerrti kenapa ia melakukan hal demikian.“Di mana ijab kabulnya akan dilaksanakan nanti, Nak Gatra?”“Di rumah, Pak! Kami akan membuat pesta kecil sedikit.” Gatra tampak bangga saat mengatakannya. Emang apa yang salah dengan pesta kecil yang baru saja disebutkan.“Calon istrimu sangat polos. Kamu harus memahami keinginannya nanti, ya? Dia istri keduamu, kan? Harus adil sebagai suami. Jangan apa-apa kamu meminta salah satu istrimu mengalah!”Aku bisa mendengar kalau Gatra hanya membenarkan apa yang dikatakan oleh pria tua yang memberikan kami nasehat. Karena tidak diajak serta untuk bicara, aku terkantuk-kantuk di kursi.Aku baru kembali tersadar

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Keanehan Pak Prana

    “Pak Prana, kenapa Anda ada di sini?”Tidak masalah sebenarnya jika bertemu dengan salah satu pegawai di dalam rumah, tetapi yang membuat aku binggung adalah pertemuan yang berulang begitu banyak. Aku tahu kalau Pak Prana mengikutiku sejak pagi tadi. Ia menatapku dengan wajah cemas, tetapi aku tahu kalau ia tidak membuat kesalahan sedikit pun.“Ti-dak Tuan, saya hanya lewat!”Aku memandangnya cukup lama, merasakan ketakutannya yang tidak jelas dan kemudian menyerah untuk mengabaikan. Pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan, tetapi terlalu sulit dikatakan di lorong tempat semua orang berlalu lalang.“Bisa Bapak ikut saya ke kantor?” tanyaku.Seolah diberikan jalan keluar dari masalah yang begitu rumit, wajah Pak Prana menjadi begitu cerah. Ia mengangguk dan berbalik pergi menyiapkan mobil yang akan dikendarai. Sementara itu aku masuk ke dalam, pergi ke aula tempat pesta pernikahan kecil-ku akan digelar besok.Semua orang sibuk di dalam aula. Para pembantuku tampak silih berganti memba

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Siapa Pak Prana?

    “Ada apa? Tampangmu terlihat tidak menyenangkan?” Erlan menghampiriku setelah aku meminta sekretaris di depan untuk memanggilnya.Ia ada di ruang rapat tadi, di lantai dasar dan meneleponnya bukan pilihan yang tepat.“Aku ingin kamu menyelidiki seseoarang dari kalangan pekerja. Ada sesuatu yang aneh terjadi dan dia tiba-tiba saja mempertanyakan keputusanku!” Aku memandang melalui kaca jendela besar yang menampilkan penampilan kota besarr yang menakjubkan.“Siapa kali ini?”Aku tersenyum mendengarnya. Sebelumnya aku minta tolong untuk menyelidiki masalalu Ayu. Ternyata gadis itu mengalami kekerasan di masa kecilnya. Juga, ibunya telah membuat ayahnya. Sebuah tekanan yang berurlang-ulang akan memberikan sugesti pada orang yang menerimanya. Kekerasan yang dilakukan oleh Ibu ayu bukan masalah kejiwaan, tetapi sebuah tekanan.“Pak Prana!”“Pegawaimu? Kenapa dia?” Erlan heran.“Sudah kukatakan tadi kan? Tiba-tiba saja dia jadi menentang keputusanku! Pernikahan sudah semakin dekat, aku takut

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Kelakuan Aneh Pak Prana

    Ini aneh. Pasti ada sesuatu yang telah diperintahkan oleh Gatra sampai Pak Prana mengawasiku seperti ini. Aku ingin bertanya, tetapi Pak Prana berdiri cukup jauh seolah-olah tidak terjadi apa-apa.“Muni!”“Ya, Nona?” Pelayan yang ditugaskan padaku itu langsung mendekat, sedikit menundukkan kepala.“Bisa panggilkan Pak Prana yang berdiri di sana?”Muni menoleh pada sosok tubuh yang berdiri dengan latar pepohonan yang sudah dipangkas di belakangnya. Kulihat kalau Muni mengangguk dan beranjak dengan cepat mendekati Pak Prana.Selama beberapa detik kulihat Pak Prana berekspresi sangat serius. Beliau lalu melirikku sedikit dan kemudian mengangguk. Tetapi, Pak Prana sama sekali tidak mendekat ke arahku, malah menjauh.“Kenapa Pak Prana pergi?” tanyaku pada Muni yang sudah ada di dekatku kembali.“Katanya dipanggil Tuan!” Muni menelengkan kepala.Apa yang diharapkan Muni dariku? Bahwa aku tahu apa yang terjadi sebenarnya pada sikap aneh Pak Prana. Bahwa aku bisa menebak apa yang diinginkan G

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Bukankah Anda Ayah Kandungnya?

    Jas yang saat ini aku kenakan hanya pakaian biasa saja. Salah satu yang sering kugunakan untuk pergi ke kantor atau berkunjung ke salah satu investor perusahaan. Tidak ada yang istimewa.Anehnya, dadaku sama sekali tidak bisa dihentikan detaknya. Apa yang salah sebenarnya?Semuanya masih baik-baik saja saat kemarin aku menemukan scone yang terlihat enak di jalanan. Saat kulihat tampilan makanan tersebut di dalam foto yang dipajang di kaca toko. Nama Ayu langsung teringat di kepalaku.Aku tidak mengantarkannya sendiri, Muni yang datang ke dapur dan menyajikannya untuk Ayu. Tapi, aku melihat saat gadis itu menikmatinya. Rona merah yang merekah di wajah Ayu membuatku itu senang. Adrenalinku terpacu ingin tahu apa lagi yang bisa membuat Ayu sesenang itu.Apalagi hal yang bisa kulakukan untuk membuatnya merona senang seperti kemarin? Pemikiran aneh itu membuatku terlalu antusias begini. Aku merasakan kegembiraan samar yang tak bisa kudeskripsikan dari mana asalnya.“Semuanya sudah sempurna

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Wali

    Aku yakin sudah memberikan penolakan yang sangat tegas pada Pak Prana. Aku juga sudah melukai hatinya dengan kata-kataku. Entah dengan maksud apa pria tua itu kembali menemuiku malam ini. “Aku harusnya sudah tidur sekarang,” kataku padanya. Tidak ada basa-basi dalam kata-kataku. Aku hanya ingin pria ini menyingkir segera dari dalam kamarku. Namun, Pak Prana tidak bergeming berdiri di depan pintu yang tertutup separuh. Kepalanya tertunduk ke bawah. Sesekali ada gerakan sentakan di lehernya, seperti ia telah menemukan kata-kata untuk dikatakannya padaku. Namun sentakan itu tidak membuat kepala milik Pak Rana menegak dengan cepat. “Ada apa, Pak?” Yang kuinginkan hanya tidur saat ini, tidak yang lain. “Aku akan jadi walimu saat menikah nanti!” Pemberitahuannya mengejutkanku. Kantuk yang sejak tadi berusaha aku tahan mendadak lenyap seketika. Aku berdiri dari sisi ranjang yang kududuki sejak awal. Kemudian aku mempeolototi Pak Prana. “Kenapa harus

Latest chapter

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Pilihan

    Barusan aku dengar apa?Aku menatap Gatra yang memandangku balik tanpa keraguan. Aku tahu kalau Gatra bukanlah seorang pembohong. Tetapi, menceraikan Alina sepertinya bukan hal yang mungkin.Bagaimana pun masalah yang menampar kehidupanku bagaikan angin topan adalah karena pernyataan Alina yang dengan terang-terangan tidak mau memiliki anak. Pria di depanku ini kemudian “membeliku” untuk menjadi rahim istrinya.Aku tertawa, tetapi sama sekali tidak bahagia. “Ini sama sekali tidak lucu, Tuan Gatra!” kataku padanya.“Aku sama sekali tidak sedang bercanda tuh! Apa menurutmu tampak seperti ini bercanda?” Gatra benar-benar tak tersenyum sedikit pun kulihat.Aku mengeleng pelan. “Kamu bercanda dengan hidupku menggunakan tampang seperti itu. Apa kamu ingat? Apa perlu kupanggil Pak Prana supaya memberitahumu!”Gatra sama sekali tidak gentar. Tatapannya masih sama saja seperti sebelumnya, tanpa keraguan. Dilain pihak, aku yang mulai ragu pada diriku sendiri sekarang. Bagaimana aku merasa bahag

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Butuh Lebih Dari Cinta Saja

    Ayu mencintai Anda, Tuan! Tetapi, dia penuh dengan ketakutan saat ini! Dia takut Anda akan membuangnya. Hubungan kalian tidak dimulai dengan cara yang bagus. Bahkan ketika itu saya berpikir kalau Anda akan merasa bosan dengannya dan kemudian mencampakkannya. Yah, lalu saya memang ingin membawanya jauh dari Anda saat tahu kalau dia adalah putri kandung saja!Benar. Aku paham betul semua yang dikatakan Pak Prana. Aku juga bisa merasakan perasaan Ayu. Tetapi, jalan hidup wanita itu telah membuatnya tak bisa mempercayai dengan mudah. Ia telah dikhianati beberapa kali sebelum kemudian bertemu denganku.“Bahkan dia menangis di dalam tidurnya!” kataku pelan.Aku memandang garis pantai yang hitam legam. Kemudian memutuskan untuk mempersiapkan semuanya dengan benar. Semuanya harus dimulai dari pertemuan yang bagus lagi. Aku harus melakukannya kalau ingin memperoleh rasa kepercayaan Ayu.“Pak, bisa aku minta nomor ponsel Anda?”Pak Prana sepertinya tengah berusaha mencari tahu apa yang kurencan

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Aku Mencintaimu, Aku Akan Katakan Berulang Kali

    Apa aku melakukan kesalahan? Aku jelas pergi seperti yang diinginkan?Aku sangat terkejut begitu melihat Gatra di halaman. Tanpa mempedulikan apapun, aku berlari pergi. Tapi, aku bisa tahu kalau orang-orang itu berteriak-teriak mencegahku untuk berlari. Hal yang tidak kuhiraukan sama sekali.Namun, pada akhirnya aku tersandung dan tergolek di atas gundukan pasir pantai. Secubit pasir masuk ke dalam mulutku, rasanya tidak menyenangkan dan aku terbatuk-batk karena hal itu.“Apa yang terluka? Ada yang sakit?” Suara penuh kekhawatiran yang kemudian disusul dengan penampakan wajahnya hanya beberapa inci di depan wajahku terlihat.Sial!Dorongan untuk berteriak dan memaki mendesak keluar. Akan tetapi, yang lebih dulu terlaksana adalah menangis. Aku tahu. Sebab pandanganku menjadi kabur karena itu. Aku terisak.“Kita ke rumah sakit! Tidak. Aku melihat tempat praktek dokter saat dalam perjalanan kemari!” katanya sambil mengenggam kedua bahuku, menarikku untuk berdiri.Aku mendorongnya hingga

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Tidak Ada Tempat Untukmu Kembali

    Aku segera kembali ke rumah, meninggalkan segala pekerjaan yang ada di kantor. Pencarian ini lebih penting. Dan aku benar-benar harus bersiap jika tidak ingin kehilangan Ayu lagi.Suara putraku terdengar begitu aku masuk ke dalam rumah. Tampaknya dia terbangun dari tidurnya atau sudah saatnya anak lelakiku itu makan malam. Beberapa pelayan berlarian dengan nampan. Dan tak lama Oma muncul dari kamar yang harusnya dihuni Ayu dan putraku.“Ada apa, Oma?” tanyaku sedikit binggung karena Oma tampaknya dalam keadaan marah.“Wanita itu … kenapa dia tidak pergi dari rumah ini setelah kamu ceraikan!” teriak Oma di depan wajahku.Aku tahu betul siapa yang Oma maksud. Aku juga tidak mengerti kenapa Alina bertahan di tempat ini setelah kami bercerai. Bahkan sikapnya menjadi lebih baik pada Oma dan aku. Tentu saja itu tidak berlaku pada putraku dan Ayu.“Apalagi yang dilakukannya?”“Aku tidak melakukan apapun!”Aku menoleh lekas ke arah suara yang kukenali sebagai milik Alina. Wanita itu berdiri d

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Titik Temu

    Berapa lama waktu yang diperlukan manusia untuk melupakan hal yang ingin dilupakan?Selama apapun aku memikirkannya, aku sama sekali tidak memperoleh jawaban dari apa yang aku inginkan. Aku tidak bisa melupakan hal yang ingin kulupakan walau berusaha setiap hari sekuat tenaga.Bagaimana bisa orang-orang berkata dengan mudah kalau manusia harus melangkah maju?Sudah tiga bulan. Benar. Suah tiga bulan sejak aku meninggalkan rumah Gatra. Luka cesar sudah kering sepenuhnya. Kalau aku merenung masih akan tiba-tiba berdenyut, tetapi hanya itu saja. Tidak ada hal yang lebih lebih dari itu.Benarkah? Yah … aku hanya mengatakan sesuatu yang angkuh saja. Sebab setiap kali luka itu berdenyut aku jadi ingat wajah anakku yang mirip Gatra. Aku jadi ingat Oma. Dan saat sendirian, aku jadi ingat suamiku.Ah … apakah aku masih bisa menyebutnya sebagai suamiku sekarang? Aku kabur loh. Aku melarikan diri dari manusia yang aku sebut suamiku itu karena takut. Aku takut harus mendengar dari mulutnya sebuah

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Kenyataan

    Aku tertidur selama perjalanan. Begitu aku bangun, tak ada satu pun pemandangan yang aku kenali. Semuanya begitu asing, tetapi juga tidak kubenci karena indah.“Ini di mana?” tanyaku pelan sambil menguap dan mengucek mata.Bekas operasi cesarku tiba-tiba saja terasa sedikit nyeri sekarang. Aku mengerang sedikit, menengadah menatap langit-langit mobil. Beberapa kali aku mengambil napas panjang, berusaha menepis rasa sakit yan datang. Lalu pada akhirnya aku berhasil bertahan sedikit.“Kamu baik-baik saja?”Aku berusaha tersenyum pada Pak Prana, tetapi yang berhasil tercipta di mulutku hanyalah seringaian. Perlahan aku beringsut keluar dari mobil. Sedikit pusing saat pertama kali kaki ini menginjak tanah.“Kemarilah, aku akan memapahmu!” kata Pak Prana masih dengan perhatian yang terlihat tulus di matanya.Aku mundur selangkah hingga punggungku terbentur badan mobil. Kehangatan dan perhatiannya mengangguku. Aku tidak terbiasa dengan kebaikan hati seperti yang dipancarkannya saat ini.“Ak

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Sudah Saatnya Pergi

    Keanehan yang kurasakan pada Gatra juga kurasakan pada Oma. Namun, setiap kali aku merasa begitu. Aku juga selalu memperingatkan diriku untuk tidak terlalu menerima semuanya.Aku tidak boleh terbiasa dengan sikap lembut orang-orang padaku.Aku habis menyusui bayi itu, anakku dan Gatra. Wajahnya semakin hari semakin mirip saja dengan Gatra. Saat menandangnya seperti ini muncul keinginan di dalam hatiku untuk membawanya bersamaku.Bolehkah aku dengan egois meminta anak ini pada Gatra.Aku segera tahu kalau jawabannya tidak. Aku tahu kalau keegoisanku hanya akan melukaiku jika kulakukan semakin dalam. Makanya setelah selesai menyusui, aku memberikan anak itu cepat-cepat pada perawat.“Nyonya tidak mau mengendongnya lebih lama?” Muni bertanya padaku.Aku mau, tapi aku tidak bisa melakukannya. Maka aku diam saja.“Aku boleh jalan-jalan, kan?” Aku bertanya pada Muni.“Boleh Nyonya. Saya mendapatkan perintah dari Dokter untuk mengawasi sesi terapi Anda. Luka operasinya masih belum kering, An

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Bolehkah Aku Berharap Padamu?

    Aku memirigkan kepala sama sekali tidak mengerti kenapa Gatra tersenyum seperti orang bodoh di depanku begini. Aku yakin kalau sedang tidak bermimpi. Aku sangat sehat saat ini dan sudah terbebas dari pengaruh obat tidur.“Bunga itu untukku?”Gatra mengangguk. “Kamu tidak suka?” tanyanya.Tidak. Aku sangat suka dengan buket yang tampaknya dikerjakan dengan sepenuh hati oleh pembuatnya itu. Yang tidak akan mengerti adalah keberadaan buket bunga tersebut saat ini.Aku telah tenggelam dalam dugaan selama semalaman tentang kontrakku dengan Gatra. Anehnya aku sama sekali tidak gembira dengan fakta kalau sebentar lagi aku tidak akan bertemu dengan pria ini.Aku merasa sedih.“Apa aku salah memilih bunganya?” Gatra bergumam sendiri saat ini. Ancungan bunganya yang setinggi dadaku tadi mulai turun hingga ke pinggang dan wajahnya tidak berseri lagi kulihat.“Aku hanya terkejut!” kataku jujur.“Kenapa kamu terkejut?”Apa aku perlu bertanya padanya kapan ia memberiku bunga. Itu sudah lama sekali

  • AKU BUKAN ANAK AYAH!   Gunakan Kepalamu!

    “Aku tidak memiliki kesalahan! Aku hanya menyingkirkan penganggu di dalam rumah tangga kita!” Alina dengan tegas mengatakan hal itu padaku.Kalau saja ia mengatakan tentang penganggu yang berdenggung seperti lelat di telingaku dulu, yang menjelek-jelekan dirinya, dan tergabung dalam sebutan teman-teman Alina pasti aku sangat senang.“Dia bukan penganggu!” kata Alina dengan pasti.Aku tidak pernah mau mengakui di mana salahnya sehingga kehidupan rumah tangga bahagia yang berharap kujalani bersama Alina menjadi seperti ini. Namun, yang jelas semua tidak dimulai dengan kedatangan Ayu.Tidak. Semua tuduhan Alina pada Ayu sama sekali tidak benar.“Kamu hanya mencari kambing hitam saja!” kataku padanya.Aku menjauhinya. Pembicaraan ini sama sekali tidak pantas untuk dilakukan. Ayu sama sekali tidak menjadi masalah utama. Sejak awal masalahnya adalah Alina.“Kamu membelanya dengan terang-terangan?” Alina tertawa.Dulu tawa Alina sangat merdu di telingaku, bagaikan bidadari yang tengah berny

DMCA.com Protection Status