“Dia bilang apa?” tanyaku pada Muni.Sudah lewat makan malam dan seharusnya aku berada di kamarku sekarang, tetapi pelayan itu menghentikan aku di aula dan berkata kalau ada pesan dari Ayu untukku.“Nona Ayu bilang dia mau bicara sama Bapak!”Aku memang meminta Ayu untuk berpikir ulang. Aku telah mengatakan padanya hal-hal yang bisa dimiliki. Hal-hal yang akan terjadi padanya kalau menolak tawaranku dalam pernikahan kontrak ini.Aku memang tidak akan menuntut Ayu atas uang yang telah terlanjur aku keluarkan untuknya. Bagaimana memang caranya untuk membayar uang sebesar 150 juta itu?“Di mana dia?”“Di kamarnya, Pak!” jawab Muni.Aku mengangguk dan mengibaskan tangan pada Muni, memberi kode kalau aku akan pergi ke kamar Ayu sendiri. Muni menunduk dan pamit untuk pergi ke dapur.Kebanyakan pekerja di dalam rumah telah kembali ke kamarnya di belakang dekat dapur. Ada juga yang tidur dengan keluarga di pavilliun kecil di belakang rumah. Jadi, rumah terasa sepi dan kosong pada malam hari.
“Gaun ini cocok sekali denganmu!” Oma memelukku dari belakang.Aku terkejut mendapatkan pelukan dan antusiasme yang seperti itu hingga membeku seketika. Aku menahan napas karena takut melakukan kesalahan. Pandanganku sedikit berkunang-kunang saat Gatra menarik Oma dariku sehingga bisa bernapas dengan lega kembali.“Sepertinya bagian ekor itu dibuang saja. Tidak cocok dengannya!” Gatra memutariku bagaikan binatang buas yang tengah menandai mangsanya. Itu berlaku dengan cepat sampai aku sama sekali tidak merasa tegang sedikit pun.“Baiklah, seperti yang Anda inginkan, Tuan!” Para pelayan designer itu kemudian mengiringku kembali ke ruang ganti dan menanggalkan gaun yang kucoba dengan hati-hati. “Terima kasih atas bantuannya, Nona!” katanya begitu ramah padaku.Lalu aku diantar keluar ke tempat Oma dan Gatra berada kembali. Kedua orang itu tengah mengobrol serius. Tetapi, saat aku datang apapun yang mereka obrolkan berhenti begitu saja.Tahulah aku segera kalau apa yang aku obrolkan itu
Ayu selalu seperti orang yang akan menangis kapanpun aku melihatnya. Karena itu setelah mendengar kalau gadis yang dibawa dengan cara paksa ke rumahku itu bersedia menjadi ibu dari anaknya, aku tidak mau menemuinya lagi.Namun, aku terkejut dengan keberadaannya di taman bersama Oma. Aku memang memiliki janji dengan wanita tua, ibu dari ayah kandungku itu. Ah, rupanya Oma kembali ingin membuatku dan Ayu dekat. Jelas-jelas usaha pendekatan yang aku lakukan percuma saja.Kilatan kekagetan dan kegembiraan yang aku lihat di wajah Ayu, membuat darahku berdesir. Gadis itu tidak tersenyum, hanya menatap kaget. Ia bahkan sedikit ketakutan setelahnya, tetapi sama sekali tidak berdiri untuk melarikan diri.Makanya ketika Oma berkata membawa Ayu untuk mengepas pakaian pengantin yang sudah aku pesankan, aku setujui. Yah, sudah lama gadis itu sendirian saja di dalam rumah ini. Mungkin hanya Muni saja yang berbicara dengannya seharian.“Cantik!” Aku
Penata rias yang didatangkan Gatra itu dengan cepat mengubak kontur wajahku dengan berbagai tambahan makeup. Aku sampai tidak mengenali diriku sendiri sekarang.“Sudah selesai! Kamu cantik sekali, ya! Pantas saja Pak Gatra mau menikahimu padahal sudah punya Mbak Alina!”Aku langsung menoleh seketika. Bukan begitu ceritana. Kisah yang aku alami jelas tidak semanis itu. Walau aku memang memiliki mimpi yang manis semacam itu, tapi kenyataan tidak selalu mengikuti. Kisahku tak lebih bagaikan barang mewah yang dibeli di loak.Si penata rias menegakkan diri begitu mendengar pintu kamarku diketuk. Aku melihat pantulan bayangan Gatra di cermin di depanku. Pria itu mengenakan kemeja biru dengan celana hitam. Sepatu pantofelnya sewarna dengan celana yang digunakan.“Kamu sudah siap?” tanya Gatra sambil bersandar di dinding.Ia menatapku dari atas sampai bawah. Aku sama sekali tidak mengerti untuk alasan apa ia melakukan itu. Jelas sekali kalau ia tidak tertarik padaku.“Sudah dong, Pak! Gimana
Awalnya semua orang tertawa dan kemudian ketika melihat bahwa aku menjawab dengan sangat serius, tertawa semua orang lenyap bagaikan tersapu angin. Memang apa salahku? Aku mengatakan hal yang sebenarnya.Setelahnya, pria tua yang tadi bertanya padaku lebih banyak mengobrol dengan Gatra. Sesekali ia menoleh padaku tersenyum maklum. Aku tidak mengerrti kenapa ia melakukan hal demikian.“Di mana ijab kabulnya akan dilaksanakan nanti, Nak Gatra?”“Di rumah, Pak! Kami akan membuat pesta kecil sedikit.” Gatra tampak bangga saat mengatakannya. Emang apa yang salah dengan pesta kecil yang baru saja disebutkan.“Calon istrimu sangat polos. Kamu harus memahami keinginannya nanti, ya? Dia istri keduamu, kan? Harus adil sebagai suami. Jangan apa-apa kamu meminta salah satu istrimu mengalah!”Aku bisa mendengar kalau Gatra hanya membenarkan apa yang dikatakan oleh pria tua yang memberikan kami nasehat. Karena tidak diajak serta untuk bicara, aku terkantuk-kantuk di kursi.Aku baru kembali tersadar
“Pak Prana, kenapa Anda ada di sini?”Tidak masalah sebenarnya jika bertemu dengan salah satu pegawai di dalam rumah, tetapi yang membuat aku binggung adalah pertemuan yang berulang begitu banyak. Aku tahu kalau Pak Prana mengikutiku sejak pagi tadi. Ia menatapku dengan wajah cemas, tetapi aku tahu kalau ia tidak membuat kesalahan sedikit pun.“Ti-dak Tuan, saya hanya lewat!”Aku memandangnya cukup lama, merasakan ketakutannya yang tidak jelas dan kemudian menyerah untuk mengabaikan. Pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan, tetapi terlalu sulit dikatakan di lorong tempat semua orang berlalu lalang.“Bisa Bapak ikut saya ke kantor?” tanyaku.Seolah diberikan jalan keluar dari masalah yang begitu rumit, wajah Pak Prana menjadi begitu cerah. Ia mengangguk dan berbalik pergi menyiapkan mobil yang akan dikendarai. Sementara itu aku masuk ke dalam, pergi ke aula tempat pesta pernikahan kecil-ku akan digelar besok.Semua orang sibuk di dalam aula. Para pembantuku tampak silih berganti memba
“Ada apa? Tampangmu terlihat tidak menyenangkan?” Erlan menghampiriku setelah aku meminta sekretaris di depan untuk memanggilnya.Ia ada di ruang rapat tadi, di lantai dasar dan meneleponnya bukan pilihan yang tepat.“Aku ingin kamu menyelidiki seseoarang dari kalangan pekerja. Ada sesuatu yang aneh terjadi dan dia tiba-tiba saja mempertanyakan keputusanku!” Aku memandang melalui kaca jendela besar yang menampilkan penampilan kota besarr yang menakjubkan.“Siapa kali ini?”Aku tersenyum mendengarnya. Sebelumnya aku minta tolong untuk menyelidiki masalalu Ayu. Ternyata gadis itu mengalami kekerasan di masa kecilnya. Juga, ibunya telah membuat ayahnya. Sebuah tekanan yang berurlang-ulang akan memberikan sugesti pada orang yang menerimanya. Kekerasan yang dilakukan oleh Ibu ayu bukan masalah kejiwaan, tetapi sebuah tekanan.“Pak Prana!”“Pegawaimu? Kenapa dia?” Erlan heran.“Sudah kukatakan tadi kan? Tiba-tiba saja dia jadi menentang keputusanku! Pernikahan sudah semakin dekat, aku takut
Ini aneh. Pasti ada sesuatu yang telah diperintahkan oleh Gatra sampai Pak Prana mengawasiku seperti ini. Aku ingin bertanya, tetapi Pak Prana berdiri cukup jauh seolah-olah tidak terjadi apa-apa.“Muni!”“Ya, Nona?” Pelayan yang ditugaskan padaku itu langsung mendekat, sedikit menundukkan kepala.“Bisa panggilkan Pak Prana yang berdiri di sana?”Muni menoleh pada sosok tubuh yang berdiri dengan latar pepohonan yang sudah dipangkas di belakangnya. Kulihat kalau Muni mengangguk dan beranjak dengan cepat mendekati Pak Prana.Selama beberapa detik kulihat Pak Prana berekspresi sangat serius. Beliau lalu melirikku sedikit dan kemudian mengangguk. Tetapi, Pak Prana sama sekali tidak mendekat ke arahku, malah menjauh.“Kenapa Pak Prana pergi?” tanyaku pada Muni yang sudah ada di dekatku kembali.“Katanya dipanggil Tuan!” Muni menelengkan kepala.Apa yang diharapkan Muni dariku? Bahwa aku tahu apa yang terjadi sebenarnya pada sikap aneh Pak Prana. Bahwa aku bisa menebak apa yang diinginkan G